Quote of the week:
"Indonesia is on the move, get on board." — Forbes Asia
"The optimist proclaims that we live in the best of all possible worlds; and the pessimist fears this is true." James Branch Cabell
Vote for Komodo National Park:
http://www.new7wonders.com/nature/en/vote_on_nominees/
Memang politik kita ngawur, apalagi ada hal seperti money politik, dimana dah gk ada lagi pergerakan idealistic atau nationalistic tapi semuanya hanya untuk uang. Politik tidak sehat...
Sesuai menara_jakarta bilang semoga politik kita makin stabil, karena sudah ada hint dari skrg ini bahwa sebetulnya sistem kita membaik. Bagaimanapun juga kita adalah negara demokrasi yang sukses relatif terhadap negara2 asia lain.
klo Ekonomi AS bakal ancur rupiah naik apa turun?
Masih Belajar Main Dota
BDG-Fareiy on Public Server
Publik di Indonesia lebih yakin hadapi krisis
oleh : Erna S. U. Girsang
Persepsi masyarakat terhadap krisis di setiap negara tentu beragam. Tingkat kecemasan ataupun kepercayaan terhadap dunia usaha tergantung dari keterkaitan dirinya dengan krisis itu sendiri.
Kalau Anda korban PHK, boleh jadi Anda menyimpulkan sekarang ini sudah terjadi depresi, atau peristiwa yang lebih dalam dari resesi. Sebaliknya, jika karier Anda sekarang ini justru berada pada puncaknya, bisa saja Anda menyimpulkan saat ini belum terjadi krisis apalagi resesi ataupun depresi.
Sejauh mana persepsi publik dalam menyikapi krisis global saat ini? Hasil penelitian Edelman Trust Barometer 2009 mengungkapkan kepercayaan masyarakat terhadap dunia usaha di Indonesia ternyata masih tinggi, bahkan di atas rata-rata tingkat kepercayaan terhadap bisnis global.
Sebanyak 66% responden menyatakan percaya dunia usaha di Indonesia telah melakukan hal yang benar. Angka ini jauh di atas tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dunia usaha pada sejumlah negara di dunia.
Jika dibandingkan, hasil survei dengan metode sama menunjukkan hanya 2% respoden yang mengaku percaya dengan dunia usaha di Amerika Serikat, sedangkan 77% responden mengatakan kurang percaya.
Di Eropa kepercayaan terhadap dunia usaha hanya muncul dari 2% dari total responden, dan 66% mengatakan kurang percaya.
Dunia usaha di Brasil, Rusia, India dan China-kerap disebut BRIC-dinilai lebih baik dibandingkan dengan AS dan Eropa, tetapi masih jauh di bawah Indonesia, karena hanya didukung oleh 14% respoden.
Sementara itu, sebanyak 12% responden mengatakan percaya dunia usaha di kawasan Asia Pasifik melakukan hal yang benar, sedangkan sebanyak 59% responden kurang percaya.
"Secara umum, responden Indonesia memperlihatkan optimistis yang lebih tinggi terhadap dunia usaha dibandingkan dengan negara lain," jelas Bambang Chriswanto, Wakil Presiden IndoPacific Edelman, menjelaskan kesimpulan penelitian itu, kemarin.
Secara global, survei Edelman Trust Barometer (ETB) ini sudah dilakukan 10 kali, termasuk ETB 2009.
Adapun survei terhadap Indonesia merupakan kali pertama. ETB melibatkan 4.475 responden dari 20 negara, termasuk 1.375 respoden di 6 negara di Asia Pasifik dan 200 responden di Indonesia.
Adalah Sofjan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, yang menyambut positif hasil survei ini, meskipun dia mengingatkan krisis keuangan global masih memukul dunia usaha di Indonesia.
Bahkan, jika tidak ada perbaikan yang signifikan pada tahun ini, potensi pemangkasan tenaga kerja di sektor industri mencapai 1,5 juta orang.
"Setidaknya, masyarakat percaya meskipun mengalami kerugian akibat krisis global, pelaku usaha di Indonesia masih menerapkan etika bisnis yang benar, tidak mencari untung sendiri," jelasnya kepada Bisnis.
Menurutnya, hasil survei ini dapat memberikan gambaran pemahaman kepada masyarakat mengenai kesulitan pelaku usaha saat ini.
Meskipun kepercayaan terhadap dunia usaha masih tinggi, penelitian itu juga menunjukkan adanya gejala awal menurunnya kepercayaan terhadap pimpinan perusahaan, khususnya CEO.
Sebagai imbasnya, peran regulasi dalam mengawasi prilaku dunia usaha di berbagai sektor industri, khususnya perbankan perlu ditingkatkan.
Dalam survei ini, para responden juga meminta pemerintah memperketat aturan mengatasi prilaku CEO dan sejumlah eksekutif perusahaan.
Saran responden lain, pengusaha diharapkan memperkuat kerja sama dengan stakeholder melalui komunikasi yang transparan, serta memperkuat kerja sama dengan pemerintah dalam merespons krisis global.
Peran media
Ada hasil yang cukup menarik dari survei ETB di Indonesia. Survei yang dilakukan pada akhir 2008 itu menunjukkan media massa di Indonesia merupakan institusi sosial yang paling dipercaya masya-rakat.
Peringkat kedua diduduki oleh perusahaan di luar media massa dengan dukungan 62% respoden.
"Sebanyak 77% responden di Indonesia menempatkan media sebagai lembaga yang paling dipercaya untuk melakukan hal yang benar," kata Chadd McLisky, Chairperson IndoPacific Edelman, di tempat yang sama.
Dia berpendapat hasil penelitian ini memberikan makna penting bagi media di Indonesia.
Berdasarkan sektor, sebanyak 88% responden menilai sektor teknologi merupakan industri paling dipercaya melakukan hal yang benar.
Di tingkat global, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sektor teknologi hanya mencapai 76%.
Sementara itu, sebanyak 82% responden menilai sektor perbankan di Indonesia dapat dipercaya, meskipun hampir semua bank di dunia sedang mengalami pembatasan kredit akibat keterbatasan dana dan tingginya potensi kredit macet. Angka itu jauh di atas tingkat kepercayaan terhadap perbankan global, yang hanya didukung oleh 47% responden.
"Optimisme dari hasil survei itu memberikan sentimen positif bagi Indonesia. Betapa tidak, di tengah ketidakpastian yang harus dihadapi pada 2009, masih ada kepercayaan dari masyarakat terhadap dunia usaha di Indonesia," tambah Sofjan.
Tidak hanya sektor teknologi dan perbankan, tujuh sektor lain yang menjadi indikator survei juga menunjukkan kepercayaan terhadap Indonesia di atas rata-rata kepercayaan dan harapan bagi dunia usaha internasional.
Tingkat kepercayaan terhadap sektor bioteknologi Indonesia mencapai 78%, sedangkan rata-rata dunia 65%, sektor farmasi Indonesia 71% dan rata-rata global hanya 53%. Hal yang sama terjadi di sektor lain yang menjadi indikator survei, yaitu media massa dan komunikasi, energi dan pertambangan, manufaktur serta asuransi.
Bagaimana peran pemerintah dalam menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap dunia usaha. Hasil survei itu menilai pemerintah kurang terlibat dalam pengawasan dan mendukung pelaku usaha.
"Sejalan dengan mulai terasanya efek krisis keuangan global di Indonesia, kami melihat adanya peningkatan dukungan responden terhadap pemerintah untuk lebih terlibat mendukung dan mengawasi dunia usaha," papar McLisky.
Sebanyak 74% responden mendukung gagasan pemerintah perlu meningkatkan dukungan dan memperketat aturan terhadap perbankan dan industri keuangan, sedangkan 26% mendukung pelaksanaan pasar bebas.
Responden memiliki ekspektasi tinggi agar perusahaan lebih agresif merespons isu global, seperti perubahan iklim, biaya energi, layanan kesehatan yang terjangkau, serta menyelesaikan krisis keuangan, meskipun pihak yang paling bertanggung jawab dalam mengatasi isu sosial adalah pemerintah. ([email protected])
http://web.bisnis.com/artikel/2id1960.html
diperkirakan akhir taun 2009 rupiah baru menguat terhadap dollar..
well di akhir taun 2009 - awal 2010 kondisi perekonomian AS baru bisa membaik..
Atasi Krisis, Singapura Lobi Indonesia
Jumat, 27 Februari 2009 | 14:23 WIB
Laporan wartawan Edy Can
HUA HIN, JUMAT — Krisis keuangan global benar-benar membuat Singapura sempoyongan. Negeri Merlion itu kini aktif memanfaatkan forum ASEAN Summit untuk mengatasi krisis ekonomi global ini.
Target pertama Singapura adalah melobi Indonesia. Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Kamis (26/2). “Ini karena Indonesia punya pasar yang besar dan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih mempunyai pertumbuhan ekonomi yang positif,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah.
Dalam pertemuan yang berlangsung 45 menit di Hotel Hyatt Regency Hua Hin ini, Yeo meminta Indonesia agar mendorong anggota ASEAN fokus membahas masalah krisis ekonomi global. Selain itu, Yeo juga meminta Pemerintah Indonesia mendorong negara-negara lain bekerja sama dalam kerangka ASEAN.
Singapura khawatir dengan masa depan negerinya. Akibat krisis ekonomi global, sektor jasa yang selama ini menjadi andalan Singapura sangat terpukul hebat. Hassan Wirajuda mengungkapkan, negara tetangga tersebut sudah mulai mengalami resesi ekonomi. “Mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi minus 3 persen hingga 5 persen,” ucap Hassan.
Kecemasan Singapura semakin bertambah besar melihat beberapa negara ASEAN mulai melakukan penutupan pasar, termasuk Indonesia. Sebagai contoh, Indonesia membuat kebijakan mencintai produk lokal. Begitu pun juga dengan Thailand. Pemerintah Thailand meminta warganya membelanjakan uang 2.000 baht untuk produk lokal.
Bukan hanya itu, Singapura juga berharap ASEAN segera menentukan sikap bersama atas krisis ekonomi global ini. Sekadar catatan saja, ASEAN belum membuat solusi bersama mengatasi krisis akibat penundaan ASEAN Summit ke-14 Desember lalu.
Selain berbicara dengan Indonesia, Yeo juga melakukan pendekatan dengan Thailand. Pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya juga membahas masalah krisis ekonomi global. "Kami membahas bagaimana Thailand dan Singapura bisa bekerja sama untuk memajukan komunitas ASEAN," ucapnya.
Singapura memang cerdik. Negeri ini memanfaatkan peranan Indonesia dan Thailand. Pasalnya, Indonesia dan Thailand akan menghadiri pertemuan G-20 di London pada 2 April 2009 mendatang. Tetangga dekat ini berharap Indonesia dan Thailand juga memanfaatkan forum tersebut untuk mengatasi badai krisis ekonomi. (Kontan)
sumber: http://bisniskeuangan.kompas..com/re...Lobi.Indonesia
“Ini karena Indonesia punya pasar yang besar dan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih mempunyai pertumbuhan ekonomi yang positif,”
Hebat!
Quote of the week:
"Indonesia is on the move, get on board." — Forbes Asia
"The optimist proclaims that we live in the best of all possible worlds; and the pessimist fears this is true." James Branch Cabell
Vote for Komodo National Park:
http://www.new7wonders.com/nature/en/vote_on_nominees/
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...ada.tahun.2009
Minggu, 22 Maret 2009 | 04:48 WIB
BRUSSELS, KOMPAS.com - Krisis ekonomi global telah memukul sejumlah negara berkembang. Krisis membuat aliran modal keluar, menurunkan bantuan, dan menghambat ekspor. Tahun ini diperkirakan 400.000 bayi akan meninggal sebagai dampak tak langsung dari krisis ekonomi, di luar kematian rutin.
Demikian dikatakan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick di Brussels, Belgia, Sabtu (21/3), saat berbicara pada telekonferensi trans-Atlantik dengan think-tank dari Jerman, Marshall Fund.
Zoellick mengatakan, hal itu bisa dicegah jika masing-masing negara donor menaikkan bantuan 15 miliar dollar AS.
Negara berkembang membutuhkan bantuan internasional sebesar 200 miliar dollar AS pada tahun 2009. Namun, krisis yang memukul banyak negara membuat kebutuhan dana naik menjadi 500 miliar dollar AS hingga 700 miliar dollar AS, termasuk untuk mencegah kejatuhan ekonomi sejumlah negara.
Zoellick mengatakan, bantuan diperlukan untuk pendistribusian pangan dan pembangunan jalan-jalan yang mendorong peningkatan produksi pangan di negara berkembang.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, yang terjadi bukan hanya kematian bayi, tetapi juga peningkatan jumlah penduduk miskin yang sekarang saja sekitar 1,2 miliar dari 7 miliar penduduk dunia.
Zoellick kembali mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa pada tahun 2009 ekonomi akan terkontraksi 2 persen. Jika angka kemiskinan ingin diturunkan 1 persen, dunia membutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen. Oleh karena itu, Zoellick mengingatkan hilangnya potensi satu generasi akibat krisis.
Stimulus mengkhawatirkan
Untuk mengatasi krisis, sejumlah negara sudah mencanangkan stimulus atau peningkatan anggaran pemerintah untuk menggenjot permintaan. Juga sudah dibahas rencana penyelamatan perbankan yang didera kredit macet dan enggan menyalurkan kredit.
Akan tetapi, semua itu baru rencana dan belum direalisasikan. Hal lain yang belum diatasi adalah bagaimana agar spekulasi, yang melahirkan volatilitas di pasar, dihentikan.
Spekulasi menimbulkan kekhawatiran yang merunyamkan kepercayaan pasar. Uni Eropa selalu menekankan agar regulasi yang mengendalikan hedge fund, kumpulan dana investasi yang umumnya dipakai berspekulasi, diluncurkan.
Semua itu belum terwujud. Tentang isu ini, Zoellick menyatakan prihatin. Dia mengkhawatirkan krisis akan berlangsung lama jika kecepatan bertindak tidak diwujudkan. Taruhan dari keterlambatan bertindak adalah risiko kehilangan pekerjaan dengan segala dampak lanjutannya.
Zoellick juga mengingatkan, stimulus saja tidak cukup.
Stimulus bertujuan menggenjot perekonomian. Namun, krisis sekarang ini muncul bukan karena ketiadaan pengeluaran pemerintah, tetapi akibat krisis perbankan, lembaga keuangan, serta manipulasi keuangan disertai tindakan para eksekutif perusahaan yang memberi diri sendiri bonus dengan menelan keuangan perusahaan yang dalam keadaan bangkrut.
”Pencanangan stimulus tanpa mengatasi akar masalah akan seperti melakukan sesuatu tanpa memberi efek yang pas bagi ekonomi,” kata Zoellick.
Peluncuran stimulus juga baru akan dimulai tahun 2010, sebuah tindakan yang dianggap lambat. Padahal, kata Zoellick, kini sektor perdagangan dunia sudah turun, yang menghilangkan pendapatan banyak orang.
===
Astaga apa lagi ini. Perkiraan yang over?
Moga2 ga terjadi. Obama harus cepet beresin amrik ne biar semua nya normal lage.
angkanya masih kecil dibanding yang diaborsi setiap tahunnya......
angka kematian bayi 400ribu.. berarti angka kelahiran yg survive itu lebih besar dari 400ribu dalam setahun.. buset jg perkembangan manusia makin lama makin tak terkendali
Wew dampak globalisasi sampai sebegini jauhnya kedalam kehidupan sosial manusia. Moga" aja dapat teratasi dengan baik.
"Let the Victor be Justice"
Share This Thread