Sapa tau elu bisa sembuh dan sadar untuk kembali ke jalan yg lurus :XXcombustion: wa da isa sembuhin satu org lho ance: dan itu butuh waktu 4 tahun :XXcombustion:
Catatan hari ini aku mendengar sebuah tangis yang begitu menyayat hati, sebuah rintihan hati tentang cinta yang sulit untuk kumengerti. Aku terdiam melihat lukanya tetapi aku menemukan sesuatu yang menarik. Anak manusia itu begitu mencintai pasangannya dan dia mengutuk takdir yang harus memisahkannya. Kegelapan telah begitu jauh menariknya sehingga dia lupa akan arti cinta. Aku tau cinta itu tidak dapat didefinisikan oleh satu pandangan, tapi aku pun mengerti bahwa cinta adalah satu bentuk keindahan dalam bumi yang penuh derita. Dan seperti semua yang selalu bernama, aku pun menamai anak manusia itu sebagai Hitam[
Bandung 25-12-2007
Di sebuah hari yang biasa dengan malam yang biasa, seseorang terdiam dengan tidak biasa. Matanya begitu mati dan tubuhnya seperti seonggok daging tanpa roh yang terus terduduk lesu di sudut sebuah ruangan. Ya...hari yang biasa ini tidak lagi menjadi biasa bagi Hitam. Hari-hari yang indah telah menjelma menjadi kesunyian tanpa ahir. Hidup seakan tidak lagi memiliki arti, karena semua telah hilang bersama cinta yang telah mati. Cinta yang telah menjadi bagian hidupnya telah hilang bersama senyuman seorang gadis yang sangat ia cintai. Hidupnya seakan tidak lagi memiliki arti, karena semua itu telah berlalu bersama Putih yang menjadi setengah dari hidupnya.
Putih merupakan wanita yang sangat dicintai oleh Hitam. Senyum Putih menjadi sebuah hal yang tidak tergantikan bagi Hitam, dan keberadaannya telah mengubah banyak hal dalam Hidup Hitam. Setidaknya hanya Putih yang selalu setia memberikan senyumnya walaupun Hitam sebenarnya bukan apa-apa. Putih seorang mahasisiwi di salah satu perguruan tinggi swasta di jakarta. Selain itu Putih juga berasal dari keluarga yang sangat mapan karena ayahnya bekerja sebagai kepala bagian salah satu perusahaan BUMN. Putih merupakan salah satu tipikal gadis keturunan jawa yang lemah lembut. Perkenalannya dengan Hitam bermula dari sebuah warnet di dekat kampus Putih. Pekerjaan Hitam sebagai operator net membuat mereka sering berinteraksi dan seiring dengan waktu mereka pun menjadi semakin akrab. Hitam merasakan sesuatu yang baru dalam hidupnya ketika ia mengenal Putih. Begitu banyak tawa dan tangis mereka lalui bersama dan semua ini menjadikan Hitam memiliki arti dalam hidupnya, Putih menjadikan Hitam lebih bertanggung jawab, Putih seolah magnet yang mengharuskan Hitam mengeluarkan semua potensi yang dimilikinya untuk tetap mencintai Putih.
Tanpa terasa mereka telah menjalin kasih selama kurang lebih satu tahun dan tidak pernah ada yang berubah dari senyum Putih, seperti perasaan Hitam yang tidak pernah berubah. Namun terkadang takdir memiliki kisah tersendiri. Senyum itu telah dirampas dari Hitam dan cinta yang dulu memekarkan bunga dalam hidup Hitam telah berubah menjadi api yang membawakan neraka dalam hidupnya. Awalnya hari itu masih sama seperti hari kemarin dimana kedatangan Putih selalu membawakan kebahagiaan dalam hidup Hitam, namun wajah Putih tidak tampak berseri seperti biasanya.
" Kamu kenapa put?" tanya Hitam kepada Putih.
Putih hanya diam tanpa menatap Hitam,
" Kayaknya hubungan kita cuman bisa sampai disini!" ujar Putih perlahan
" Maksud kamu apa Put? kamu bercandakan?"
" Enggak, aku serius. Hubungan kita udah gak bisa berlanjut lagi tam!"
Kata-kata Putih seperti petir di siang bolong bagi Hitam. Hitam berharap Putih tidak benar-benar serius dengan perkataannya.
" Tapi kenapa Put? Aku sayang sama kamu. Apa aku udah berbuat salah sama kamu!"
" Kamu gak salah tam, dan aku juga sayang sama kamu..." kali ini suara Putih terdengar lirih.
"Trus kenapa kita harus putus?"
"Ayah aku sudah mengetahui hubungan kita berdua, dan dia menyuruh aku untuk mutusin kamu, karena menurut dia....kamu gak pantas buat aku."
"Tapi kamu tau kan perasaan aku sama kamu put!" Hitam berjongkok di depan Putih dan menggenggam erat tangannya.
"Kamu gak akan pergi dari hidup aku kan put?"
Untuk sesaat mereka saling terdiam. Putih tidak dapat membalas tatapan Hitam yang penuh harap. Tiba-tiba saja seorang pria berumur paruh baya memasuki warnet dan menghampiri mereka berdua. Tanpa berkata apapun pria itu menarik tangan Putih dari Hitam.
"Papa sudah lama menunggu kamu diluar, ayo kita pulang!" ucap pria itu kepada Putih. Lalu dia menatap Hitam dengan seksama.
"Dan kamu, jangan pernah berani dekati anak saya lagi. Dia tidak pantas untuk kamu!" Hardik pria itu kepada Hitam.
Lalu bayangan orang yang paling dicintainya itu pun menghilang bersama sebuah kebahagiaan yang bernama "Cinta". Hitam berharap semua ini hanya mimpi dan ketika dia bangun dari tidurnya semua akan kembali normal. Anak-anak warnet yang melihat kejadian itu hanya terdiam menatap kejadian yang baru saja terjadi.
"Tam, lu gpp kan?" tanya seorang teman Hitam yang menghampirinya
Hitam hanya membalas dengan tatapan kosong. Dia sadar bahwa semua ini bukanlah mimpi yang akan berahir bila ia terbangun. Dunia seakan berputar bagi Hitam. Hartanya yang paling berharga telah pergi dengan sangat menyakitkan. Dan kini Hitam hanya mampu terduduk bersama kesunyian, harinya yang dulu selalu berisikan Putih telah berubah menjadi hampa. Kenyataan bahwa Hitam dan Putih harus berpisah karena perbedaan derajat begitu menyakitkan bagi Hitam. Memang dibandingkan Putih yang berasal dari keluarga mapan, Hitam hanyalah seorang pemuda tanpa masa depan yang jelas. Seorang penjaga net yang melarikan diri ke dunia maya, dengan segala kegundahannya Hitam beranjak untuk memacu motor bebeknya. Hitam tidak tau kenapa ia harus pergi, apa yang harus dia lakukan? karena dia tau, dia tidak akan bisa hidup tanpa Putih. Hitam berhenti disebuah taman yang kosong, dia menjatuhkan dirinya ke tanah dan terbaring menatap langit.
Hitam mulai memaki takdir atas semua yang telah terjadi, dia merasakan semua ini tidak adil terhadapnya.
"KENAPA HARUS AKUUUUUUU!" teriak Hitam kepada sang takdir.
Kini hidupnya seperti telah berahir, hitam berpikir akan indahnya kematian. Biarlah sakit ini hilang bersama kematian yang tenang, biarlah kubawa semua kenangan manis ke dalam kuburku agar cinta ini akan abadi bersamaku. Hatinya terasa begitu sakit, waktu seakan behenti untuk Hitam dan airmata telah mengalir dari hatinya yang menjadi begitu rapuh
"****** semua....Persetan buat semuaaaa!!!!" Hitam melayangkan tinjunya ke tanah berkali-kali, dia mengutuk takdir yang memberikannya cinta untuk kemudian mengambilnya kembali. Dia kini merasa bukan siapa-siapa lagi, hanya pecundang yang patah hati. Dia tidak memiliki satupun yang tersisa kecuali luka yang dalam. Dia ingin berlari, tapi harus berlari kemana? Bukan karena Putih yang ada dimanapun, tetapi hatinya yang tidak pernah dapat menghapuskan jejak sang kekasih. Darah telah menetes dari kepalan Hitam, ia kembali terduduk di bawah sebuah pohon dan menatap langit.
"Ha..ha gua bener-bener pecundang sejati, masa depan suram bahkan orang yang paling gua sayangin aja harus pergi...." Hitam hanya mampu berkata lirih dalam sakitnya dan diatas sana sebuah bintang jatuh melintasinya. Langit seakan mendengar segala cacimaki Hitam, awan bergulung dan hujan pun membasuh bumi yang kian pengap. Hitam memacu motor bebeknya dengan sangat kencang, lalu disebuah tikungan dia melihat dua cahaya yang menuju ke arahnya dan setelah itu, semua menjadi gelap…..
"Gelap....dimana ini? apa ini kematian? gelap tanpa cahaya, ha..ha ahirnya kematian yang indah tanpa sakit akan cinta......Tapi kenapa hati ini masih gundah? kenapa diri ini masih merasa sepi?"
"Itulah kematian, sebuah kepastian yang penuh misteri." tiba-tiba ada sebuah suara yang menjawab Hitam.
"Siapa kamu?" tanya Hitam
"Aku tidak bernama, tapi manusia selalu menyebut aku dengan Bintang."
"Bintang? kamu gila ya? atau kamu malaikat kematian yang menjemputku?"
"Jika iya aku malaikat kematian, maka aku lebih suka bertanya kepadamu daripada harus menjawabmu!"
Seperti ada seseorang yang menyalakan lampu, tiba-tiba saja keadaan sekitar menjadi terang. Lalu Hitam melihat sesosok anak kecil yang sedang melihatnya dengan jenaka.
"Siapa kamu?" tanya hitam
"Tadi kan aku sudah bilang, aku ini tidak bernama tapi manusia memanggil aku bintang." jawab anak kecil itu.
"Lalu dimana aku berada?"
"Menurutmu?"
Hitam berpikir sebentar mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.
"Ah, aku tau. Pasti aku telah mati karena kecelakaan itu dan kamu pasti hantu kan?"
"Konyol, sudah kubilang manusia memanggil aku Bintang." Bintang memperhatikan wajah Hitam dengan seksama.
"Aneh kenapa kamu terlihat senang? padahal kamu bilang kamu telah mati? Bukankah kematian adalah hal yang paling ditakuti oleh manusia?" lanjut Bintang.
“ Aku sudah muak dengan kehidupan dan segala aturannya, lebih baik aku mati untuk mencapai kebahagian yang abadi.” Jawab Hitam.
“ Memangnya kamu sudah bahagia?” Tanya Bintang kembali.
“ Tidak, karena itulah aku lebih memilih mati…… Membawa kenangan akan cinta terindah yang pernah kumiliki, perasaan dicintai, semuanya akan abadi dalam matiku.”
“ Coba lihat sekelilingmu! Apa kegelapan ini yang kau maksud kebahagian?”
“ Sama saja, hidupku pun hampa seperti ini.”
Bintang menarik tangan Hitam dan membawanya kesuatu tempat. Tak lama berselang tiba-tiba saja terdapat sebuah cahaya di depan mereka. Dan ketika mereka sampai di ujung cahaya tersebut, Hitam mendapati dirinya berada di areal pemakaman. Tatapannya tertuju pada serombongan orang yang sedang mengadakan pemakaman. Suasana haru menyelimuti tempat tersebut. Hitam mengenali beberapa orang diantara mereka, dia pun melangkah mendekati kuburan yang baru saja dibuat. Di barisan terdepan, Hitam melihat ibu dan adiknya berpelukan sambil menangis. Lalu dia melihat namanya tertulis pada nisan kuburan tersebut. Hitam hanya terdiam sembari memperhatikan mereka yang hadir pada tempat itu. Hingga tatapannya terhenti pada seorang gadis yang sedang menaburkan bunga di kuburannya. Gadis itu adalah Putih yang selalu ada dalam mimpi Hitam, hanya saja kini senyum indah yang selalu hadir diwajahnya telah hilang tergantikan tangis. Ketika Hitam akan mendekatinya tiba-tiba saja kini dia berada didalam sebuah kamar. Kamar yang cukup luas dengan cat warna pink, terdapat sebuah meja rias di sebelah kiri kamar dengan alat-alat kosmetik lalu di sudut kanan kamar terdapat sebuah tempat tidur dengan motif strawberry dan banyak boneka diatasnya, namun bukan hal itu yang membuat Hitam beranjak menuju tempat tidur, tetapi karena seorang gadis yang sedang membisu diatasnya. Matanya yang selalu berbinar kini tampak sendu dan sembab, wajahnya basah dengan airmata.
“ Hiks…hikss..hiks..maafin aku tam, aku masih sayang sama kamu tapi aku gak bisa ngelawan keinginan orang tua aku. Kalau saja bukan karena aku semua ini pasti gak akan terjadi seperti sekarang….”
Hati Hitam serasa tersayat mendengarkan kata-kata yang terucap di sela tangis Putih. Hatinya bergejolak, dia mencoba untuk memeluk Putih namun hanya kehampaan yang mampu ia rengkuh. Putih yang ada di pikiran Hitam selalu tersenyum dengan segala keindahannya, namun kini Hitam sungguh merasa tak berguna ketika melihat kekasihnya larut dalam tangis dan penyesalan yang disebabkan olehnya. Hitam tertunduk hingga ke lantai, tangannya memukul lantai tanpa henti.
“ Semua ini bukan salah kamu Put, tapi orang tua kamu yang memisahkan kita, aturan ***** tentang derajat dan perbedaan. Tapi bukan kamuuuu….******!! kenapa takdir harus sekejam iniiiiii…” Hitam tak kuat lagi menahan emosinya, dia meraung seolah meneriakan pedih yang terukir di hatinya. Namun tidak ada yang berubah Putih tetap tenggelam dengan tangis dan penyesalannya. Tiba-tiba saja Hitam menatap tajam Bintang yang berdiri disampingnya.
“ Bintang, lu pasti bisa kan bikin gua ngomong sama Putih biar cuman sekali?” tanya Hitam sembari mencengkram kedua bahu Bintang.
Bintang hanya menggelengkan kepala.
“ Atau lu sampein bahwa ini bukan salahnya dan buat dia berhenti menangis?” kali ini mata Hitam penuh dengan harapan.
Namun sekali lagi Bintang hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya. Hitam kini tampak sangat frustasi dan putus asa.
“ Tapi aku bisa melakukan hal yang lain.” Ucap Bintang pada Hitam.
Dan seketika itu pula mereka telah berada dihalaman sebuah rumah. Sebuah taman yang dihiasi bunga-bunga dan sebuah kolam ikan yang cukup besar. Lalu disebuah bangku yang berdekatan dengan bangunan rumah tersebut, Hitam melihat seorang wanita yang sedang bermain dengan dua orang anak kecil. Senyum itu…senyum suci yang penuh keindahan, tak salah lagi wanita itu adalah Putih, walau ia tampak lebih tua namun Hitam tetap mengenali senyumnya. Hitam mencoba memahami seluruh pemandangan yang ia lihat. Wajah Putih tampak sangat bahagia, bahkan Hitam tidak pernah melihat senyum seindah itu sebelumnya. Dalam hatinya terbesit rasa cemburu, dan lega. Cemburu karena Putih pasti telah menjadi milik orang lain, dan senyum indah itu kini bukan untuknya lagi. Lega karena dia tau Putih akan bahagia bersama pria yang pasti sebanding denganya, bukan dengan pecundang tanpa masa depan seperti dirinya, dan yang paling penting dia telah melihat senyum Putih kembali bukan Putih yang tenggelam dalam kesedihan. Hitam menghela nafas melihat kebahagian keluarga di depannya, dalam hati Putih kini, mungkin Hitam telah benar-benar hilang dan menjadi sebuah masa lalu yang tak berarti. Tiba-tiba datang seorang pria dari dalam rumah yang memeluk putih dan memberikan sebuah kecupan di keningnya.
“ Pria yang beruntung, dan yang pasti dia sederajat dengan putih.” Ucap Hitam terdengar lirih.
“Kamu yakin?” Tanya Bintang kemudian.
Terusik oleh pertanyaan Bintang, Hitam pun memperhatikan dengan seksama lelaki tersebut. Dan entah kenapa dia merasa familiar dengan wajah lelaki itu.
“Tidak mungkin,itu…itu!” kini Hitam seakan tidak mempercayai penglihatannya.
“Ya itu kamu!”
“Lalu semua ini,apakah ini milik dari keluarga Putih?”
“Bukan, rumah ini dan seluruh isinya adalah milikmu.”
Hitam memandang Bintang dengan tatapan tidak percaya.
“Bagaimana bisa??”
Bintang hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Hitam. Lalu seketika itu juga mereka telah berpindah tempat. Kini Hitam melihat sosoknya yang tengah giat bekerja. Seorang Hitam yang begitu gigih bekerja keras dan berusaha untuk maju, seorang Hitam yang terus bangun ketika dia terjatuh, dan seorang Hitam yang tidak pernah berhenti untuk mencintai Putih. Dan dalam jangka waktu lima tahun Hitam telah mampu mengembangkan usahanya sehingga menjadi salah satu pengusaha yang sukses dan dia pun melamar Putih dengan percaya diri. Hitam melihat semua proses yang melelahkan hingga ahirnya sebuah pernikahan antara Hitam dan Putih.
“Hahaha…aku mengerti sekarang, ini semua hanya rekayasa bukan?Kamu hanya memperlihatkan aku sebuah ilusi semu..”
“Ilusi?itukah yang kamu lihat?”
“Yah, apa kamu puas telah membodohi aku? Dengan memperlihatkan sebuah ilusi dan mimpi kosong!”
“Salah, aku memang memperlihatkan mimpi kepadamu tetapi bukan ilusi, tetapi suatu bagian dari kehidupan yang bernama Harapan!”
“Harapan?”
“Yah, harapan. Karena hidup akan selalu memiliki harapan dan mimpi untuk diwujudkan, hanya mereka yang memiliki tekad hidup mampu mewujudkan sebuah harapan menjadi sebuah realita.”
Hitam terdiam mendengar ucapan sang Bintang.
“Tadi kamu bertanya padaku apa arti cinta,bukan?”
Hitam hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah.
“Cinta bukan sesuatu yang dapat didefinisikan, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan!”
“Maksudmu?”
“Tidak peduli apapun arti cinta bagimu, yang harus kamu lakukan untuk menjawabnya adalah dengan memperjuangkannya.”
“Tapi ketika cinta itu adalah sebuah kesalahan, apakah aku harus tetap memperjuangkannya?”
“Tidak pernah ada yang salah dengan cinta yang tulus, karena Tuhan menciptakan kita dengan cinta dan menjadikannya salah satu bentuk anugerah terindah yang ada di tiap jiwa manusia”
“Walau aku telah gagal memperjuangkannya?”
“Tidak ada kegagalan dalam sebuah perjuangan, Mereka yang telah berjuang dengan segala daya dan upaya adalah pemenang. Karena pecundang hanya mampu bermimpi tanpa berani mewujudkannya, untuk kemudian mencaci maki takdir akan ketidakberdayaannya.”
“ Berarti aku adalah pecundang?”
Bintang menatap Hitam dengan tajam,”Ya…kamu adalah pecundang ketika memutuskan untuk berhenti berjuang.”
“Ha..ha, berarti semua telah berakhir untukku…..”
“Sobat, ingatlah perkataanku ini. Hidup adalah sebuah pilihan dan mati adalah sebuah kepastian.”
Setelah Bintang menyelesaikan kalimatnya, kepala Hitam seakan berputar dan semua kembali menjadi gelap.
“Hitam…Hitam…Hitam….”
Hitam seolah mendengar sebuah suara yang terdengar lembut namun penuh dengan kesedihan terus memanggilnya. Hitam mencoba untuk membuka matanya dan mencari sumber suara tersebut. Ketika Hitam membuka matanya dia berada pada sebuah ruangan yang serba putih dengan bau obat yang cukup menyengat. Hitam merasakan sakit disekujur tubuhnya. Hitam mengalihkan pandangannya dan melihat Putih yang menggenggam tangannya dengan erat. Air mata membasahi wajah Putih.
“Hiks…syukurlah kamu telah sadarkan diri..hiks..hikss… Maafin aku, yang udah buat kamu sampai begini.” Ucap Putih lirih, dan tangisnya pun tidak dapat terbendung lagi.
Hitam tidak mampu menjawab ucapan Putih, hatinya pilu melihat senyum yang suci itu ternoda oleh linangan air mata. Dalam hatinya terbesit sebuah pertanyaan tentang apa itu cinta. Apakah itu berarti memiliki Putih, atau membuatnya tetap tersenyum bahagia?
“Put,maafin aku untuk semua airmata yang telah kau keluarkan…” ucap Hitam pelan sembari memandang lekat-lekat wajah Putih. Hitam dan Putih adalah sesuatu yang saling mengisi, antara satu dan yang lain akan tampak kosong dan tak banyak bercerita tentang dirinya, namun ketika hitam itu tergoreskan diatas putih maka ia akan menjadi sesuatu.
Jika hidup adalah sebuah pilihan, maka mati adalah sebuah kepastian. Hidup akan selalu memiliki sebuah cerita untuk diisi dimana mati akan menjadi ahirnya. Jika kamu berpikir bahwa ini adalah sebuah ahir dari cerita ini, maka kamu salah. Selama kita hidup akan selalu ada mimpi yang membawa harapan dan akan selalu ada kisah baru dalam lembaran takdir kita, dan hanya akan berahir ketika kita benar-benar mati.
Catatan, sekali lagi aku belajar dari sesuatu bernama kehidupan. Aku mungkin tidak pernah tahu apa yang akan menjadi pilihan Hitam. Tapi aku tahu, aku telah berbagi indahnya kehidupan dan cinta dengan apa yang telah kutuliskan.
Share This Thread