Page 1 of 3 123 LastLast
Results 1 to 15 of 38
http://idgs.in/120309
  1. #1
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default Defence of the Ancient

    Defence of the Ancients
    oleh Volcanflame

    Spoiler untuk Dafter Karakter yang sudah muncul dalam cerita: :

    Furion: 1, 2
    Zeus: 1, 2
    Purist: 1, 2
    Mirana: 1
    Chen:1, 2
    Roigor: 1
    Dewi Elune: 2
    ???: 2


    Spoiler untuk Story Progress & Summary: :

    Bab 1: Furion mencoba meyakinkan bangsa Manusia dan Orc untuk membantu bangsa Night Elf melawan pasukan Scourge yang dipimpin oleh Raja Lich. Bangsa Orc positif akan membantu bangsa Night Elf. Namun terjadi pertentangan dalam bangsa Manusia ...
    Bab 2: Zeus pada akhirnya memutuskan untuk tidak mempercayai cerita Furion dan berteleport kembali ke Kerajaan Manusia. Furion membawa Chen dan Purist ke Forest of Elune untuk bertemu Pohon Semesta, yang ternyata adalah Dewi Elune sendiri.


    ----------------------------

    Yang diatas dibuat untuk kesenangan sendiri aja, hehe =p
    Last edited by Volcanflame; 31-07-09 at 18:36.

  2. Hot Ad
  3. #2
    Mistletoe's Avatar
    Join Date
    Dec 2006
    Location
    BeYoNd YoUr ImAgInaTioN!!
    Posts
    398
    Points
    458.40
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    wew, another fan fic. keep up your good works!!
    Spoiler untuk IDGS Story Character :

    Name : Black-Mistletoe (Dark/Mist)
    Occupation : Elite Darky (Demon Form)
    "We are ONE now"

  4. #3
    sh4_no's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    Rumah ;p
    Posts
    2,747
    Points
    7,883.07
    Thanks: 9 / 0 / 0

    Default

    Haha, keren2, ni cerita masuk banget ke DOtA, cmn nurut gw fontnya, bikin pusing kalo baca, haha

  5. #4
    ballinst's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    5,443
    Points
    1,513.00
    Thanks: 188 / 86 / 51

    Default

    heh - heh
    the world tree
    cm 1 pesan gw : teruslah berkreasi, jangan kayak gw waktu di subforum menulis, uda part sekian2, rasa males mulai muncul, tp ya sukur2 selesai jg ceritanya

  6. #5
    Luv_lamerz's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Padang City
    Posts
    2,151
    Points
    743.80
    Thanks: 51 / 20 / 14

    Default

    tambahan lg ne fanfic di creative corner , sep2.. gw update listnya...

  7. #6
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by sh4_no View Post
    Haha, keren2, ni cerita masuk banget ke DOtA, cmn nurut gw fontnya, bikin pusing kalo baca, haha
    Hehe, itu biar ceritanya keliatan keren gitu @.@

    Quote Originally Posted by Mistletoe View Post
    wew, another fan fic. keep up your good works!!
    Hopefully!! :P

    Quote Originally Posted by ballinst View Post
    heh - heh
    the world tree
    cm 1 pesan gw : teruslah berkreasi, jangan kayak gw waktu di subforum menulis, uda part sekian2, rasa males mulai muncul, tp ya sukur2 selesai jg ceritanya
    Emang gitu kebanyakan penulis ... dah ditengah-tengah mulai bosen! Hahaha ... semoga aja gw bisa update trus!

    Quote Originally Posted by Luv_lamerz View Post
    tambahan lg ne fanfic di creative corner , sep2.. gw update listnya...
    Thanks! :]

  8. #7
    NixZz's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Inside Your Computer ~_~
    Posts
    252
    Points
    432.00
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Rasana klo istilah2 yg inggris gk usa di indonesia-in de... jadi ga kerenn~~ @_@..
    Misal [The Holy Knight , The World Tree ... bla bla bla]..,
    Font nya gedein lg donk... biar gk pusing ..
    Btw Nice story !...

  9. #8
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Siru kw nix!! :P

    Saia kan cintah endonessaaahhhh =D

  10. #9
    shaorune's Avatar
    Join Date
    Jul 2008
    Location
    SoMeWheRe~
    Posts
    318
    Points
    441.70
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    salut buat volcan.. diem2 hebat neh!!! wekkeke.. keren bro.. btw, mending lo daftar jadi premium gih.. biar kerenan gitu.. hoho

  11. #10
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by shaorune View Post
    salut buat volcan.. diem2 hebat neh!!! wekkeke.. keren bro.. btw, mending lo daftar jadi premium gih.. biar kerenan gitu.. hoho
    Weee ... kan premium harus tunggu 200 post dolo, hehehe ^w^;

    Tengkyu" ...

  12. #11
    shaorune's Avatar
    Join Date
    Jul 2008
    Location
    SoMeWheRe~
    Posts
    318
    Points
    441.70
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    untuk premium , Pm niz aja om.. ^^v
    (kirim bio data) gak harus 200 kalo anda memang aktif di forum ..

  13. #12
    Lycross's Avatar
    Join Date
    Jul 2008
    Location
    Empiring An Earth
    Posts
    167
    Points
    252.50
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    nice story

  14. #13

    Join Date
    Aug 2008
    Location
    jasad
    Posts
    285
    Points
    328.70
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    gile bagus abis, kek novel bneran!!!

    lanjut donk

  15. #14
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    — Bab Satu —
    Keputusan

    Semua orang diam di tempat duduk masing-masing. Ruangan itu gelap, hanya seberkas cahaya berpendar melalui kaca-kaca lengkung di setiap sudut. Kursi disusun melingkar mengikuti lekuk ruangan. Barisan kursi itu tersusun atas dua lapis; berlusin-lusin kursi disusun di lapisan luar, sedangkan enam kursi emas megah berada di lapisan dalam. Meja lengkung besar berdiri tegak di tengah-tengah deretan kursi. Hening. Semua orang menyibuki diri dengan menatap lurus ke arah kertas yang ada di depan mereka.

    “Baiklah. Sepertinya semua bangsa telah siap,” ujar seorang Night Elf berambut coklat kotor dengan dua tanduk di kepalanya. Dia menunggu beberapa detik. “Seperti yang kalian semua telah ketahui, teman-teman, bahwa para Undead beserta pasukan Scourge mereka telah naik ke dunia kita. Mereka bergerak dibawah komando dari Raja Lich, yang dulu telah dikalahkan oleh Dewi Elune dari bangsa Night Elf. Tak diragukan lagi, bahwa Raja Lich akan membalas dendam karena telah dikurung oleh Dewi Elune selama kurang lebih sepuluh abad. Raja Lich tak akan mengulangi kesalahannya di masa lalu. Dia sedang menyiapkan pasukan Scourge-nya untuk menyerbu kami para Night Elf.

    “Perlu diketahui, teman-temanku, bahwa pasukan Scourge ini bukanlah pasukan sukarelawan. Raja Lich menggunakan sihir dahsyatnya untuk membuat mereka mematuhi perintahnya dan mempersenjatai mereka. Walaupun kita belum tahu bagaimana caranya ia bisa membuat pasukan Scourge mematuhinya. Sedangkan Scourge sendiri merupakan gabungan dari bangsa Undead, Night Elf, dan Orc. Belum ada laporan bahwa bangsa Manusia berada dalam pasukan Scourge. Paling tidak sampai sekarang.”

    Semua orang menyimak setiap patah kata yang diucapkan oleh Furion, si Night Elf tua.

    “Tujuan kami para Night Elf mengumpulkan kalian disini adalah untuk meminta bantuan kalian,” lanjut Furion. “Pasukan Scourge milik Raja Lich sekarang sangatlah kuat dan brutal. Mereka seakan-akan hidup hanya untuk bertarung demi kemenangan Raja Lich. Sangatlah tidak mungkin bangsa Night Elf sendiri melawan pasukan Scourge, sedangkan mereka memiliki tiga per empat bangsa di pasukannya. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan uluran tangan dari kalian semua, teman-temanku.”

    Hening lagi.

    “Heh, kami para manusia tidak ingin ikut campur dengan perang ***** ini, Night Elf tua!” kata seorang manusia pendek yang duduk di salah satu dari enam kursi megah. Dia adalah Zeus, dewa petir dari bangsa manusia. “Maksudku, buat apa kami ikut campur sedangkan tidak satupun manusia ada di kedua belah pihak. Kami tidak ingin melumuri tangan kami dengan darah kalian, makhluk kotor!”

    Furion tampak tersinggung mendengar ucapan Zeus, namun dia tetap tenang. “Wahai temanku Zeus dari bangsa manusia, aku mengerti kau tak ingin ikut campur — maksudku, tentu saja kau tak ingin ada bangsamu terbunuh karena perang ini. Tapi kemungkinan besar Raja Lich ingin menggunakan kepintaran manusia membuat senjata, dan tak diragukan lagi, bahwa Raja Lich akan segera merekrut manusia untuk dijadikan bawahannya. Dan bila ada manusia berada dibawah komando Raja Lich, apa reaksimu, Zeus?”

    “Aku — yah, bila hanya satu tidak apa-apa kan?” Zeus berpendapat, yang kemudian dia sadari bahwa ia telah berkata salah. “Maksudku, aku hanya tak ingin ada pertumpahan darah lagi di bangsa manusia, cukuplah sudah Perang Magi dua ratus tahun yang lalu ...”

    “Aku tahu, temanku,” jawab Furion kalem, “Perang Magi dua abad yang lalu sangatlah melelahkan. Tapi perang yang satu ini, Raja Lich tak akan hanya membalaskan dendamnya terhadap Dewi Elune. Tak tahukah kau, Zeus, bahwa Raja Lich — sepuluh abad yang lalu — berusaha untuk menaklukan dunia? Membuat semua bangsa menjadi satu — bangsa Undead? Tahukah kau bila Raja Lich berhasil menaklukan Dewi Elune, dia akan kembali ke tujuan awalnya? Temanku, Zeus, bangsa Undead terkenal sebagai makhluk keji yang sangat mencintai kekejaman, aku tak ingin —”

    “Aku tahu, Furion, aku tahu!” sela Zeus. Sejenak, pertemuan itu terasa seakan pertemuan privat antara dua orang, bukan antar bangsa. “Kami manusia lelah akan perang! Kami telah hidup dalam harmoni dua ratus tahun terakhir ini, dan tiba-tiba saja kau ingin membawa bangsa kami kembali perang? Satu-satunya hal yang paling kami takuti? Oh, tidak, Furion, kurasa kami tidak ingin ikut campur akan hal ini.”

    Perundingan privat itu disela oleh seorang pria berambut pirang dari bangsa manusia.

    “Tunggu sebentar, Zeus, kau bukanlah penguasa penuh bangsa manusia, kau tidak berhak untuk langsung menolak suatu permintaan bantuan sebelum ada perundingan,” kata lelaki rambut pirang tersebut. Zeus tercengang. “Jangan salah sangka, Zeus. Aku tidak membela Furion. Aku hanya ingin yang terbaik bagi bangsa kita.”

    “Kau gila?” teriak Zeus. “Yang terbaik bagi bangsa kita hanyalah untuk tidak ikut campur ke dalam perang ini, Purist! Tak ada lagi jalan terbaik selain hal itu!”

    “Pikirkanlah, Zeus,” kata Purist tenang. “Raja Lich — seperti apa yang dikatakan Furion — tidak hanya akan membalasakan dendamnya kepada Dewi Elune, dia juga akan mencoba untuk menaklukan dunia! Dia akan mengarahkan targetnya ke bangsa manusia suatu saat nanti, dan bila itu terjadi, kita tak akan punya kesempatan untuk mengalahkannya! Itu bukanlah hal yang terbaik untuk bangsa kita!”

    Zeus tak dapat membalasnya. Dia hanya terdiam diatas tempat duduknya. Yang lain tampak menikmati keheningan sementara ini. Purist menatap Furion. “Keputusan ini belum final, Furion. Kau belum memberi kami sedikit pun bukti mengenai kembalinya Raja Lich ke dunia ini. Kudengar segel yang dibuat oleh Dewi Elune sangatlah kuat bahkan dia sendiri tak akan dapat membukanya. Bukankah berarti di luar sana ada yang memiliki kekuatan yang sangat mengerikan bahkan Dewi Elune tak dapat menandinginya?”

    “Ya, jelas saja kekuatan baru ini sangat mengerikan,” Furion sependapat. “Itulah sebabnya kami meminta bantuan dari kalian semua — kami tak mungkin dapat menandinginya dengan kekuatan kami sendiri. Dan mengenai bukti, Dewi Elune memiliki hubungan tersendiri dengan segel yang ia buat. Sehingga bila segel tersebut hancur, ia akan dapat merasakannya.”

    Hening sejenak. Seorang orc angkat bicara. “Maaf menyela. Kalian dari tadi membicarakan tentang Dewi Elune. Sepertinya dia adalah Dewi yang sangat kuat ... tak bisakah kita semua menyelesaikan masalah dengan berbicara kepadanya? Sepertinya dia sangat di hormati di kalangan Night Elf disini.”

    Furion beralih pada Chen. “Dewi Elune adalah pencipta kami. Dia adalah sumber dari segala perdamaian dan kebijaksanaan. Namun sepertinya berbicara padanya bukanlah hal yang mudah. Dia telah memberi kami intruksi akan apa yang harus kami kerjakan — dia telah menceritakan semuanya pada kami. Dia tak seharusnya diganggu lagi.”

    “Hanya saja aku berpendapat bahwa ia belum menceritakan segalanya,” kata Chen.

    “Jelaskan maksudmu,” sahut Furion. Chen menatap karah bola mata Furion. Keduanya tetap tenang.

    “Bila Dewi Elune telah menceritakan segalanya kepada kalian Night Elf,” Chen memulai, “seharusnya kalian sekarang tahu bagaimana cara membasmi para Undead. Dan seharusnya ia memberitahumu bagaimana segel yang ia buat dapat hacur — kau sendiri yang berkata bahwa Dewi Elune mempunya hubungan khusus dengan segel yang ia ciptakan sendiri. Aku bertanya-tanya, Furion, kenapa berbicara dengan Dewi Elune akan menjadi hal yang tidak mudah?”

    “Aku hanya dapat menduga, Chen,” jawab Furion. “Bahwa kekuatan yang dapat menghancurkan segel abadi Dewi Elune ini adalah kekuatan mengerikan, kekuatan Raja Lich itu sendiri. Mungkin saja ia mewariskan beberapa persen dari kekuatannya kepada seseorang. Kekuatan tersebut, kami menduga, menjadi semakin kuat setiap waktu. Sepuluh abad bukanlah waktu yang sebentar. Kekuatan tersebut pastilah sangat mendominasi sekarang ... dan semakin banyak waktu yang kita buang, semakin kuatlah juga kekuatan tersebut.”

    “Kau masih belum memberitahuku apa yang terjadi pada Dewi Elune, Furion,” kata Chen, tampak tak mempedulikan pidato panjang Furion tadi. Furion tercengan mendengar hal ini. Chen berkata seakan-akan dia tahu ada sesuatu yang telah terjadi pada Dewi Elune. Furion menatap sekelilingnya dengan cemas. Dia tenggelam dalam pikirannya sampai Mirana mengeluarkan suaranya yang merdu namun menggelegar.

    “Privasi bangsa Night Elf,” kata Mirana. “Kami belum tahu apakah kalian akan membantu kami atau tidak. Bisa saja salah satu dari kalian merupakan pasukan Scourge. Kami hanya memberitahukan rahasia kami pada seseorang yang kami anggap jujur dan dapat dipercaya. Aku hanya berpendapat bahwa kalian belum dapat dipercaya.” Mirana menatap Zeus selama sedetik. Dia memindai seluruh ruangan, berharap mendapatkan jawaban.

    “Ya, teman-temanku,” Furion mengambil alih situasi. “Seperti kata Mirana. Kami perlu kepercayaan kalian, dan kami dapat memberitahu kalian apa yang ... telah terjadi.” Furion mengamati pemandangan disekitarnya. Mengharapkan seseorang untuk memecahkan kehiningan ini. “Bagaimana, bangsa Manusia dan Orc? Apakah kalian bersedia mengulurkan bantuan kepada kami?”

    Yang pertama kali bicara adalah Chen. “Aku, Chen, Ksatria Suci dari bangsa Orc, bersedia mengulurkan bantuan kepada bangsa Night Elf.” Furion beralih padanya, terkesima.

    “Terima kasih, Chen,” sahut Furion. “Aku telah mendengar kisah tentang kebijakanmu, Chen, sang Ksatria Suci. Aku sama sekali tak terkejut kau akan mengulurkan bantuanmu kepada kami. Satu pertanyaan, Chen, apakah seluruh bangsa Orc akan menuruti keputusanmu? Untuk berperang?”

    Bukan Chen, melainkan Raigor yang menjawab. “Chen adalah Ksatria Suci,” Raigor memulai, “dia juga diberkati dengan kemampuan untuk menilai ketulusan seseorang. Bahwa dia menerima untuk memberi bantuan kepada bangsa Night Elf, berarti Chen telah menilaimu tulus Furion. Aku — dan seluruh bangsa Orc — tak akan punya alasan untuk tidak mendukung keputusan Chen. Ya, Furion, kami akan bertarung dengan seluruh kekuatan kami. Kami akan berusaha sebaik mungkin — demi kebaikan dunia ini.”

    Furion semakin terkesima mendengar kekompakan bangsa Orc. Bagaimana keputusan dan pendapat Chen sangat dihargai dan dihormati di kalangan Orc. Ekspresinya seakan-akan dia ingin menangis haru. “Berarti bangsa Orc telah seratus persen akan membantu kami dalam perang ini ... lalu, bagaimana dengan bangsa Manusia? Purist? Zeus? Apakah keputusan kalian?”

    Zeus melipat bibirnya, tak mau menjawab. Purist menatap Furion ragu. Semua orang menunggu. Purist-lah yang akhirnya berbicara. “Bahkan bangsa Orc dengan sukarela akan membantu bangsa Night Elf dalam peperangan ini. Sungguh tak bisa kami para Manusia membiarkan kalian bertarung melawan pasukan Scourge yang mengerikan ini. Aku, Purist, atas nama seluruh Manusia, bersedia mengulurkan bantuan untuk bangsa Night Elf.”

    Furion tersenyum. “Inilah keputusannya: bangsa Night Elf, Orc dan Manusia akan bergabung melawan pasukan Scourge milik bangsa Undead. Dengan ini, kita akan berpeluang besar untuk memukul kembali pasukan Scourge berserta Raja Lich, teman-temanku! Terima kasih semuanya. Walaupun kita belum tahu kepastian kapan serangan pertama pasukan Scourge, kita akan membicarakan strategi perangnya besok jam sepuluh pagi. Pertemuan hari ini —”

    “—tunggu sebentar, Furion,” sela Chen. Furion beralih padanya. “Aku masih bertanya-tanya tentang nasib ... Dewi Elune.”

    Keheningan tak mengenakkan melanda mereka. Furion terdiam sejenak, dia memandang Mirana. Mirana mengangguk pelan. “Ya, ya ... sesuai janji, tentu saja,” kata Furion, bibirnya bergetar. “Perlu kalian ketahui teman-temanku. Ada suatu harga yang harus dibayar — harga yang dapat dibilang sangat mahal — Dewi Elune agar dapat menyegel Raja Lich ... Dewi Elune, pemimpin bangsa Night Elf, telah mengorbankan tubuh dan kekuatannya demi menyelamatkan dunia dari rencana jahat Raja Lich.”

    Semua orang menyimak. Mirana menundukkan kepala. “Demi keseimbangan dunia ... Dewi Elune telah mengubah dirinya menjadi,” kata Furion, menundukkan kepala, bernapas secara teratur sebelum mengucapkannya, “Pohon Semesta.”

    Serentak atmosfer di ruangan tersebut menegang.

    --------------------------------

    Hm, ini post pertamanya gw mao pake, jadi nih bab gw pindahin ke post ini ^w^ Trus font sizenya udah gw gedein ...

    Thanks ya buat komentarnya!
    Last edited by Volcanflame; 31-07-09 at 08:51.

  16. #15
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    — Bab Dua —
    Pohon Semesta

    “Kau pasti bercanda!” Zeuslah yang pertama kali bicara. “Pohon Semesta, rumornya, adalah pohon yang menjaga keseimbangan dunia ini. Maka dari itu, keberadaan Pohon Semesta ini disembunyikan, agar tidak ada yang dapat mengacaukannya. Aku sama sekali tidak percaya kalau kalian para Night Elf tahu akan keberadaan Pohon legenda ini ... sangat tidak masuk akal, kubilang!”

    “Zeus, tolong bersikaplah lebih dewasa,” Purist berkata tenang, tanpa memperhatikan Zeus, yang sangat tidak terima dicemooh oleh teman sebangsa sendiri. “Mungkin memang, sulit bagi kita untuk mempercayai cerita kalian. Namun aku tak punya alasan untuk tidak mempercayai para kalian. Pohon Semesta dipercaya telah ada sejak beribu abad yang lalu. Anehnya, menurut cerita kalian, Dewi Elune berubah menjadi Pohon Semesta lebih kurang satu abad yang lalu ...”

    “Oh, Purist, kau-lah yang menurutku harus bersikap lebih dewasa!” cemooh Zeus, Purist beralih kepadanya. “Tak tahukah kau bahwa mereka, para Night Elf aneh, hanya membual? Aku tak menyangka kau bisa terpengaruh oleh ucapan mereka!”

    Purist tidak membuka mulut untuk menjawab, namun Furion kembali berbicara. “Baiklah, kita akan mendiskusikan kecintaan Zeus akan membenci sesuatu yang tidak disetujuinya nanti. Sekarang, aku akan menjawab pertanyaan Purist. Ya, memang betul bahwa Dewi Elune berubah menjadi Pohon Semesta satu abad yang lalu. Dan memang juga, Pohon Semesta sudah ada sejak beribu abad yang lalu. Dan yang ingin kusampaikan pada dasarnya adalah ... Pohon Semesta merupakan bentuk asli dari Dewi Elune.”

    “Cerita yang jelas sekali sangat dibuat-buat,” celetuk Zeus. Semua mata tertuju pada Zeus sekarang. Sedikit merasa malu, Zeus melanjutkan, ”Oh, ayolah, tidakkah kalian sadar bahwa para Night Elf aneh ini hanya mengarang-ngarang cerita agar kalian mau membantu mereka? Sungguh tidak dapat dipercaya kalian bisa lebih ***** daripada Ogre!”

    ”Zeus, diam!” kata Purist.

    ”Terserah kau saja, Purist,” kata Zeus. ”Aku tak percaya akan hal ini. Maaf, aku mau pergi.” Zeus beranjak dari tempat duduknya dan mengeluarkan selembar gulungan dari baju besinya. Ia membuka pengikat gulungan tersebut dan membacanya. Seketika dua lingkaran biru cerah muncul di bagian atas dan bawah Zeus. Rangkaian huruf Rune berputar mengelilingi badannya, dan sedetik kemudian dia lenyap dari pandangan.

    ”Uh, maafkan atas kelancangan dan kebodohan Zeus ... sungguh, aku minta maaf ...”

    ”Tentu saja, Purist,” sahut Furion tenang. ”Perang Magi dua ratus tahun yang lalu pasti telah mengubah dirinya.”

    ”Oh, ya, berbicara tentang Pohon Semesta ...” mulai Purist ragu-ragu. “Bisakah — bisakah kau memberikanku bukti bahwa Dewi Elune adalah Pohon Semesta? Bukan maksudku untuk meragukanmu, tapi, ini hanya agar melancarkan hubungan kita nantinya ... kau tahu maksudku.”

    “Hm, ya, ya, aku mengerti,” jawab Furion. Ia menukar pandang dengan Mirana selama sepersekian ******* ”Ya, ya ... tentu saja. Tapi ... aku hanya ingin satu perwakilan dari tiap bangsa ... kupikir Purist dari bangsa manusia, dan mungkin Chen dari bangsa orc?”

    Purist mengangguk setuju, begitu pula dengan Chen. ”Baiklah. Yang lain tolong tinggal disini. Bila masih ada pertanyaan, Mirana akan dengan sangat senang menjawab,” kata Furion, memandang Mirana sekali lagi. Mirana hanya mengangguk pelan. Furion beranjak dari kursinya, diikuti oleh Purist dan Chen. ”Purist, Chen, tolong kesini.” Keduanya mematuhi, dan berjalan mendekati Furion.

    Furion mengangkat tongkatnya, ”Teleportation!” ia berteriak. Selama sedetik, tak ada yang terjadi. Namun detik berikutnya, badan Furion, Purist dan Chen dikelilingi cahaya ungu, dan dalam sekejap, ketiganya menghilang.



    Purist Thunderwrath

    Seketika badanku dipenuhi cahaya ungu. Aku memandang sekitarku. Pemandangan tersebut lenyap dan beralih ke hutan rimbun yang luas. Tempat itu hening. Sesekali keheningan dipecahkan oleh kicauan burung entah dimana. Pohon-pohon tinggi besar memenuhi hutan tersebut. Aku memperhatikan satu pohon besar di depanku. Ada yang aneh pada pohon itu — pohon tersebut bersinar. Tidak, bukan pohonnya yang bersinar, tapi ada sesuatu yang kecil yang bersinar mengitari pohon itu. Aku menatap benda kecil itu. Sinar yang dipancarkannya sangat lembut, membawa kedamaian.

    ”Wisp,” kata Furion memecahkan keheningan. ”Mereka adalah roh penjaga pepohonan. Tapi kau takkan dapat menemukannya di pohon-pohon di tempat lain, hanya disini. Pohon-pohon ini adalah pohon ciptaan Dewi Elune. Pohon ini tumbuh secara alami tanpa ada campur tangan siapapun ... ya, kurang lebih seribu tahun sudah pohon-pohon ini hidup ... mereka sungguh kuat.”

    ”Suatu kehormatan aku dapat melihat pohon-pohon menakjubkan ini,” aku berkata. Furion hanya tersenyum.

    ”Baiklah ... kita hanya perlu berjalan ke arah utara untuk menemukan Pohon Semesta, ayo,” jelas Furion, memulai langkahnya. Aku dan Chen mengikutinya. Kami berjalan melewati celah-celah kecil pepohonan. Kadangkala, celah tersebut terlalu kecil untuk dilewati. Furionlah yang membuat celah tersebut melebar sedikit, sepertinya dia dapat berkomunikasi dengan para wisp. Kami terus melanjutkan perjalanan dalam diam hingga Chen berbicara — untuk yang pertama kalinya sejak kami berpindah tempat.

    ”Forest of Elune ... benarkah?” kata Chen.

    “Ya,” jawab Furion singkat. Aku mengharapkan adanya lanjutan percakapan. Namun Chen sepertinya cukup puas dengan jawaban singkat Furion sehingga ia tidak bertanya lagi. Kami pun meneruskan perjalanan sunyi ini.

    Beberapa menit kemudian kami sampai di tempat terbuka yang sangat terang. Di tengah-tengahnya, terdapat satu pohon yang sangat besar — paling besar dari semua pohon-pohon yang pernah kulihat. Pohon itu dipenuhi banyak wisp berwarna-warni, tidak hanya satu wisp. Aku melihat keatas, pohon itu sangat tinggi dan bercabang. Di setiap cabang dipenuhi dengan dedaunan lebat berwarna hijau. Aku tahu pohon apa ini, tidak salah lagi, ini adalah Pohon Semesta.

    ”Benar sekali,” kata Furion, seakan-akan dapat membaca pikiranku. ”Pohon Semesta.”

    ”Sungguh menakjubkan,” kataku, terkesima.

    Selamat datang, Furion the Prophet. Selamat datang, Chen the Holy Knight. Selamat datang, Purist Thunderwrath the Omniknight. Aku telah menunggu kedatangan kalian.

    Suara — lebih tepatnya, lantunan suara merdu itu muncul tiba-tiba. Aku tak perlu repot-repot mencari dari mana datangnya suara itu. Itu adalah suara yang muncul dari Pohon Semesta, suara dari Dewi Elune. Ku lihat Prophet merunduk untuk hormat kepada Dewi Elune, aku ikut hormat, begitu juga Chen.

    “Maafkan kami telah menganggu Anda, Dewi …” kata Furion dengan nada menyesal.

    Kau sungguh baik, Furion … sayangnya, tak ada yang perlu dimaafkan. Sejujurnya, aku ingin berbicara kepada teman kita dari bangsa Manusia yang memiliki kecerdasan luar biasa dan bangsa Orc yang memiliki kekuatan tak terkalahkan …

    “Baiklah kalau begitu, Dewi, aku akan pergi kalau begitu —”

    Jangan bodoh, Furion. Kehadiranmu sangat dibutuhkan disini ...

    “Ba — Baiklah.”

    Chen. Aku melihat kau memiliki hati yang sangat tulus. Karena itulah, kami para Night Elf sangat membutuhkan bantuanmu. Yakinkan segenap bangsa Orc agar tidak jatuh ke pihak yang jahat. Walaupun demikian, beberapa Orc telah diperalat oleh Raja Lich, dan tak ada cara untuk membawa mereka kembali ke pihak ... kita. Aku ingin kau berusaha sebaik mungkin, kita sangat membutuhkan kekuatan bangsa Orc.

    “Ya, mengenai beberapa Orc yang telah jatuh ke pihak Scourge, aku telah mengetahuinya,” kata Chen. “Dan tentu saja, Dewi Elune, aku akan berusaha sebaik mungkin agar dapat meyakinkan bangsa Orc untuk membantu bangsa Night Elf … aku ingin bertanya, Dewi Elune … sebenarnya, kekuatan apa yang dimiliki Raja Lich?”

    Dia dapat menguasai jiwa seseorang. Dengan begitu, bahkan kau yang memiliki hati tulus dan baik dapat dikuasai jiwanya oleh Raja Lich. Namun, tak perlu khawatir akan hal itu, aku memiliki kekuatan yang dapat menolak kekuatan pengendalian jiwa Raja Lich. Walau sayang sekali, aku tak cukup kuat untuk menyembuhkan mereka yang telah dikendalikan jiwanya oleh Raja Lich …

    “Bagaimana dengan pasukan Scourge? Maksudku, seperti yang Furion sampaikan, jumlah mereka sangat banyak, aku sama sekali tak mengerti bagaimana ia dapat membentuk pasukan Scourge sebanyak itu …”

    Kekuatan kedua Raja Lich adalah membangkitkan jiwa yang telah mati. Ya, pasukan Scourge dapat dibilang merupakan pasukan zombie. Hampir sembilan puluh persen dari mereka merupakan jiwa yang dibangkitkan kembali oleh Raja Lich — dan tentu saja, Raja Lich mengendalikan jiwa mereka. Itulah sebabnya pasukan Scourge sangatlah kuat dan mengerikan. Jiwa-jiwa malang tersebut akan terus menerus bertarung untuk Raja Lich, dan bila mereka mati, mereka akan dibangkitkan kembali … sungguh kekuatan yang mengerikan.

    “Sangat mengerikan …” gumam Chen, sepertinya dia kehabisan kata-kata. “Kalau begitu, bagaimana bisa kita mengalahkan pasukan Scourge? Mereka tidak ada habisnya …”

    Bukankah sangat jelas? Satu-satunya jalan untuk memusnahkan pasukan Scourge untuk selamanya adalah dengan mengunci kekuatan Raja Lich. Kita — lebih tepatnya, aku harus memasang kembali segel yang telah hancur … tentu saja ini akan menjadi hal yang sangat sulit untuk dilakukan, karena Raja Lich telah menjadi lebih kuat. Maka dari itu aku membutuhkan bantuan dari kalian semua …

    “Oh ya … mengenai segel? Mengapa segel tersebut dapat hancur? Ma — maaf, bukannya aku meremehkan kekuatanmu, Dewi Elune … aku hanya bertanya-tanya …”

    Singkatnya, kekuatan baru yang berada di luar dugaanku … aku tahu kau tidak meremehkanku Chen. Maaf, waktuku tak banyak, aku akan memberitahumu bagaimana segel tersebut dapat hancur, namun tidak sekarang. Aku masih harus berbicara kepada Purist.

    “Baiklah, Dewi Elune.”

    Purist. Perang Magi dua abad yang lalu memang sangat berat. Dan aku mengerti bangsa Manusia pasti tidak menginginkan adanya perang lagi. Aku juga ingin kau meyakinkan mereka bahwa pada akhirnya mereka juga akan berperang melawan pasukan Scourge. Bila itu terjadi dan bangsa Manusia tidak bergabung dengan bangsa Night Elf, maka bangsa Manusia akan musnah.

    “Aku mengerti,” aku menjawab. “Masalahnya, Zeus sekarang telah kembali. Ia pasti telah memberitahu bangsa Manusia untuk tidak mempercayaiku … bila Zeus tidak ingin berpartisipasi dalam perang ini, maka seperempat bangsa Manusia tidak akan ikut berperang …”

    Ya. Zeus mengalami hari-hari yang sangat buruk ketika Perang Magi terjadi. Namun itu tidaklah masalah … sebetulnya, hanya satu alasan yang membuat Zeus tidak ingin berperang …

    “Satu alasan?”

    Benar … apakah kau ingat Ezalor?


    “Ezalor? Yah, sedikit,” kujawab. “Ezalor, tak ada yang tahu keberadaanya semenjak Perang Magi dua abad yang lalu. Rumor mengatakan dia terbunuh saat perang tersebut, namun tidak ada bukti yang cukup kuat untuk mendukung rumor tersebut. Jasad Ezalor tidak pernah ditemukan …”

    ... karena dia memang tidak pernah terbunuh.

    Aku tersentak mendengar perkataan Dewi Elune, dan hal tersebut terjadi.

    Dedaunan Pohon Semesta bersinar terang, berkilauan menyinari seluruh hutan itu. Kilauannya membutakan mataku untuk beberapa saat, memaksaku untuk menutup mata. Saat kubuka mataku, orang itu telah berdiri di depanku — berdiri sebetulnya bukan kata yang tepat, karena orang bercahaya tersebut sedang menunggangi suatu hewan yang sama bercahayanya dengan orang itu. Singkatnya, dari ujung rambut sampai ujung kaki — kaki hewan yang ia tunggangi — semuanya bercahaya putih benderang. Aku tak dapat mengenali siapa dirinya sampai terlihat olehku tongkat panjang yang ia pegang.

    ------------------------------------------------

    Sori lama, sekolah dah mulae nih, jadinya hari2 sekolah gak bisa OL x.x Kritik, komentar, saran, dsb, dsb ditunggu! =D

    Oh ya, sebagian besar cerita bab dua ini ditulis dari sudut pandang Purist ... (: Mungkin ntar gw bakal kasih warna ke omongannya Dewi Elune, biar gampang bacanya @.@
    Last edited by Volcanflame; 10-08-11 at 14:43.

Page 1 of 3 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •