Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast
Results 16 to 30 of 38
http://idgs.in/120309
  1. #16
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    — Bab Tiga —
    Permintaan

    Zeus

    Aku membaca huruf rune yang tertera pada kertas tersebut. Aku tak peduli akan apa yang ada disekitarku, bagaimana berlusin-lusin mata tertuju padaku, tanpa mengetahui apa yang ada dalam kepala mereka, apa yang akan mereka pikir terhadapku. Aku tak memandang mereka. Kertas itu bersinar biru, dua lingkaran cahaya muncul di kepala dan kakiku. Lalu, dua lingkaran itu seakan-akan menyerap seluruh tubuhku, dan selama sedetik, yang dapat kulihat hanyalah kegelapan.

    Huruf rune di kertas tersebut menghilang. Aku memegangnya sembari memfokuskan aliran listrik ke arah kertas tersebut untuk membakarnya habis. Yang tersisa akhirnya hanyalah abu tipis, yang tertiup angin dan terbang tak berdaya.

    Purnama bersinar terang diatas langit. Didepanku merupakan bangunan kokoh berwarna abu-abu. Semacam kastil. Aku berjalan menuju gerbang, yang dijaga oleh dua orang ksatria berbaju besi. Mereka berdiri dalam diam sambil memegang tombak perak di tangan kanan dan perisai bundar, yang berkilauan di tangan kiri. Mereka membiarkanku masuk kedalam gerbang tanpa sedikitpun gerakan — tentu saja, aku kan salah satu petinggi bangsa Manusia. Di dalam bangunan tersebut aku disambut oleh karpet merah sepanjang ruang besar dan panjang. Aku menyebrangi karpet merah tersebut, dengan pikiran yang berkecamuk.

    Tidak, tidak mungkin. Dewi Elune … aku tak percaya. Aku tak pernah mengetahui bahwa Dewi Elune adalah pemimpin tertinggi bangsa Night Elf … ya, itu hanyalah bualan Furion. Cerita yang dikarang dan dihafal tanpa bukti yang jelas. Lucu sekali dia mencoba menipu semua bangsa Orc dan Manusia, padahal sudah jelas itu hanyalah omong kosong — tentu saja mereka pastinya berencana untuk menguasai kedua bangsa. Ya, dasar teri licik. Sampai-sampai Purist terpengaruh olehnya … terpedaya oleh bualannya, sebuah penghinaan besar bagi bangsa Manusia.

    “Zeus!”

    Suara seorang wanita yang sangat ku kenal. Aku mencari arah datangnya suara, dan menemukan wanita jelita berambut merah di seberang karpet merah. Ia melayang ke arahku — ya, melayang, itulah salah satu keahlian alami Lina Inverse. Ternyata tak hanya Lina sendiri, Rylai dan Nortrom pun berada disana. Sedang apa mereka berkumpul disini? Menungguku?

    “Halo Lina, Rylai, dan Nortrom,” aku berkata. “Apa yang sedang kalian lakukan disini?”

    “Menunggumu tentu saja!” kata Lina, antusias. “Sudah sekitar tiga jam kalian pergi ke Negeri Night Elf, tentu saja hal tersebut membuat kami cemas!”

    “Ya, dan sekitar dua hari kami harus berjalan menuju Negeri Night Elf,” kubilang. “Tempat yang sangat jauh dari sini, hampir mematahkan kakiku. Dan sesampainya disana, kami hanya mendengar omong kosong para Night Elf kotor —”

    “Mana Purist?” tanya Rylai tiba-tiba. Aku memandangnya.

    “Ceritanya panjang,” aku berkata. Lalu, kuceritakanlah semua — semua bualan tak berharga yang aku dengar dari para Night Elf yang licik. Tentu saja, aku sedikit mendramatisir ceritanya, setidaknya membuat mereka percaya bahwa aku berdebat hebat dengan Furion yang berujung pada Furion menyerah padaku dan membiarkanku pergi.

    “Pe — perang!? Apa mereka gila? Perang Magi dua abad yang lalu telah meninggalkan torehan besar dalam bangsa Manusia, dan mereka ingin kita membantu mereka? Aku tak percaya Purist percaya pada omong kosong itu!” kata Lina.

    “Entah apa yang ada dalam otaknya,” kubilang. “Aku, secara tersendiri berpendapat bahwa Furion memiliki keahlian untuk memperdaya seseorang, dan tentu saja dia memperdaya Purist — yang kupikir mengalami keterbelakangan mental setelah Perang Magi — dan dia tak akan berani memperdaya aku, yang dapat membentengi kekuatan pikiranku dengan hebat —”

    Lagi-lagi Rylai menyelaku. “Mengapa kau tinggalkan Purist sendiri kalau begitu? Seharusnya kau bertanggung jawab, Zeus! Bagaimana kalau terjadi apa-apa pada dirinya?”

    “Oh, Rylai, tentu saja aku mencoba! Namun Purist terlalu keras kepala untuk mengikutiku!” aku memberitahunya. “Ya, jadinya kupikir lebih baik aku kembali kesini daripada aku harus berceloteh panjang lebar untuk meyakinkannya hanya untuk diacuhkan!”

    “Kupikir kita berempat harus kesana dan membawa Purist kembali ke jalan yang benar!” kata Lina bersemangat.

    Dan pada akhirnya Nortrom berbicara untuk pertama kalinya. “Kalau begitu, Zeus, apa yang sedang dilakukan Purist disana?” Aku terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Tentu saja aku tak akan menceritakan tentang Dewi Elune kepada mereka.

    “Eh … kalau itu, aku tidak yakin,” aku berbohong. “Kalau tidak salah mereka, erm, sedang mendiskusikan mengenai strategi perang atau apa …” Nortrom nampaknya menangkap nada bicaraku yang agak sedikit bergetar. Sedangkan Lina sedang asik menggembungkan pipinya dan membuat mimik yang konyol — memang itu hobinya. Rylai hanya menatapku kosong, dia pasti mencemaskan Purist.

    Nortrom menarik napas panjang. “Apakah Purist akan baik-baik saja?”

    “Eh … mungkin,” kubilang. “Mungkin juga tidak sih, aku tak yakin … maksudku, tentu saja dia akan baik-baik saja. Mereka hanya akan — er, membicarakan tentang strategi perang, itu saja, yakinlah!”

    “Oh, baiklah kalau begitu!” sahut Lina ceria. “Hoam … ini sudah malam, aku ingin tidur. Aku pulang dulu ya, teman-teman, sampai jumpa besok! Tenang saja, aku yakin Purist tak akan apa-apa, Zeus tak mungkin berbohong. Daah!” Senyum terpampang di wajah putihnya. Aku merasa tak enak berbohong kepada Lina — kepada mereka semua. Lalu ia mengeluarkan gulungan dari sakunya, dan dalam sekejap dua lingkaran biru menyerap tubuhnya. Rylai nampaknya sudah sedikit lega, namun Nortrom masih memandangku curiga.

    “Rylai, sebaiknya kau cepat pulang ke rumahmu,” kata Nortrom tenang. “Aku … akan tinggal sebentar, sepertinya ada yang ketinggalan.”

    “… baiklah kalau begitu,” jawab Rylai. Ia berteleportasi setelah mengucapkan selamat malam. Di tempat itu yang tersisa hanyalah aku dan Nortrom. Ah, tentu saja, ini yang dia inginkan. Bicara empat mata denganku, sangat cerdik.

    “Nah, Zeus,” Nortrom memulai. “Nampaknya ada yang membebanimu?”

    Dia tahu. “Aku tak mengerti maksudmu,” aku berbohong.

    “Tenang, aku hanya … berasumsi. Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu,” kata Nortrom bersikeras. “Tapi tentu saja, kau tak harus mengatakannya kepadaku.”

    “Aku sama sekali tak mengerti maksudmu,” aku mencoba membuat nada bicaraku normal. Dia terus menatapku dari balik helm kuningnya, sangat menjengkelkan. “Kau tahu Nortrom, aku lelah, dan ini sudah malam. Kupikir tak ada yang harus kita bicarakan saat ini … aku hanya kesini untuk mengambil beberapa ramuan penenang.”

    “Oh, tentu saja,” kata Nortrom sinis. “Kalau begitu, aku juga ingin pulang … selamat malam, Zeus.”

    “Selamat malam.”


    Zeus.

    Entah darimana munculnya suara itu. Aku seharusnya sedang tidur sekarang. Lalu kucoba untuk membuka mata, namun tak berhasil. Aku juga tak bisa melihat apapun disekitarku. Gelap. Namun … suaranya, sangat menenangkan. Kurasa aku tahu suara ini … mengingatkanku akan kenangan di masa lalu.

    Aku tak punya banyak waktu.

    Ya, suaranya. Suara yang sangat kukenal, walau sudah sangat lama aku tidak mendengarnya. “Kau … aku — aku tidak bisa.”

    Zeus … aku tak menyangka kau telah kehilangan keberanianmu seperti ini. Kau tidak seperti Zeus yang kukenal dua ratus lima puluh tahun yang lalu. Pemberani. Tak ada kata lain yang dapat menjelaskan kepribadianmu selain itu. Sekarang … kau seperti seseorang yang berbeda. Kau yang sekarang bukanlah Zeus.

    “Aku bukan pengecut.”

    Aku tahu Zeus, kau bukanlah pengecut. Hanya saja, aku berpikir kau bukan seorang yang pemberani yang pernah kukenal saat itu!

    “Aku punya alasan.”

    Aku mengerti Zeus. Namun alasanmu tidaklah relevan — setidaknya menurutku. Tidak ingatkah kau apa yang kukatakan padamu saat itu?

    Saat itu? Sepertinya aku tidak ingat apa yang ia katakan.

    Zeus, di dalam perang, pasti ada pengorbanan. Sedangkan karena alasan itulah kau kehilangan keberanianmu. Kau sekarang takut … kehilangan. Itulah yang kukatakan padamu dua ratus lima puluh tahun yang lalu. Saat kau kuberi kekuatan untuk kembali … Zeus, tahukah kau mengapa aku menolongmu dua ratus tahun yang lalu?

    Aku tak menjawab. Dia tak pernah memberiku penjelasan.

    Keberanianmu, Zeus! Semangatmu yang tak pernah padam! Aku melihat itu dalam dirimu, itulah alasanku, Zeus! Sayangnya, kekuatanku tidak cukup kuat, aku baru menyadarinya. Apa yang kulakukan kepadamu saat itu merupakan sesuatu yang tidak sempurna … aku telah membuatmu kehilangan satu kepribadian. Satu kepribadianmu yang mencerminkan siapa dirimu … maaf, Zeus. Aku tahu ini kesalahanku. Tapi, ketahuilah Zeus, aku telah membayar kesalahanku dua ratus lima puluh tahun yang lalu …

    “Kau berbicara terlalu banyak, namun aku masih tidak mengerti.” Dia akan membayar kesalahannya? Apa yang dia bicarakan?

    Kau akan mengerti. Aku sudah kehabisan waktu … namun, sebelum aku pergi, Zeus, aku ingin kau menjanjikanku satu hal …

    “… tak bisakah aku menolak menjanjikanmu hal tersebut?”

    Zeus, kau tak akan menolakku, aku percaya itu.

    “Tidak kah kau bilang padaku bahwa aku bukanlah aku yang dulu?”

    Zeus, aku tak punya waktu lagi … ini sangat penting.

    “… baiklah.”

    Terima kasih. Zeus, berjanjilah padaku, bahwa kau harus menolong kaumku. Kau harus percaya pada mereka. Kaumku sangat membutuhkan kekuatanmu, Zeus. Aku tahu kau punya alasan tersendiri untuk tidak menolong mereka. Namun, seperti yang sudah kubilang tadi, aku telah membayar kesalahanku. Dan kuharap — dan aku yakin — bayaran itu akan mengembalikan keberanianmu yang hilang …

    “Aku tak akan terlalu berharap.”

    Kau tak perlu berharap. Kau hanya perlu percaya kepadaku.

    “Sepertinya aku tak punya pilihan …”

    Zeus?

    “Baiklah … aku janji.”

    Terima kasih sekali lagi, Zeus. Maaf telah mengganggumu, sekarang kau bisa tidur dengan tenang …
    Last edited by Volcanflame; 11-08-11 at 16:03.

  2. Hot Ad
  3. #17
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    — Bab Empat —
    Penyihir yang Terperangkap

    Purist Thunderwrath

    “Tidak mungkin … ini tidak mungkin terjadi,” aku berbisik pelan, terenyak melihat apa yang baru saja terjadi didepan mataku. Cahaya itu masih sangat benderang, mungkin saja aku dibohongi mataku sendiri, atau mungkin Zeus benar; mereka hanya memperalatku, hal ini terlalu tidak nyata … ilusi … seseorang yang telah mati tidak mungkin hidup kembali, tidak dengan sihir putih sekuat apapun. Dan kekuatan Raja Lich pun hanya mengontrol dapat jasad yang telah tak bernyawa, bukan menghidupkan kembali mereka yang telah … mati.

    “Tapi, Ezalor, tidak, kau kah itu, Ezalor?” aku bertanya, sedikit terbata-bata.

    “Wow,” komentarnya singkat, “ya, menurutku ini benar-benar diriku, Purist. Walaupun aku tidak pernah ingat aku mempunyai tubuh yang bersinar …”

    “Ezalor, bukankah kau —”

    “Aku juga berpikir seperti itu, Purist!” potong Ezalor. Sepertinya dia tahu apa yang hendak kuucapkan. “Kau tahu, selama beratus-ratus tahun — aku tak tahu berapa tahun tepatnya — aku terperangkap dalam kegelapan total … aku bahkan tidak dapat bergerak sedikitpun, tidak berdaya! Terkutuklah siapapun yang melakukan hal tersebut kepadaku …”

    Aku akan sedikit menjelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi, Ezalor. Dan Purist, bangsa kalian telah membuat kesalahan. Ezalor tidak pernah terbunuh … dia hanya terkena sihir hitam yang sangat kuat.

    “Ya, Dewi,” jawab Ezalor cepat. “Aku sangat dendam kepada penyihir itu, bila saja dia masih hidup, atau bila ada keturunannya, demi Dewi Elune akan kubunuh satu per satu!”

    Dendam tidak akan membuahkan hasil yang baik. Aku sarankan kau simpan dendammu dan semuanya akan baik-baik saja. Dan aku tidak menyelamatkanmu untuk itu, ada masalah yang lebih penting daripada itu …

    “Huh … baiklah kalau begitu. Demi engkau, Dewi, aku siap melakukan apapun!” sahut Ezalor, sedikit kecewa.

    “Lalu, Dewi,” aku memulai, sementara Furion dan Chen hanya menyimak tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, “sebenarnya … sebenarnya sihir hitam apa yang mengenai Ezalor?”

    Aku akan memberi kalian jawabannya … namun sebelum itu, biarkan aku perkenalkan Ezalor kepada Furion dan Chen. Furion, Chen, Ezalor adalah Penyihir yang sangat brilian pada masanya. Keberaniannya dan rasa cinta terhadap bangsanya membentuk keberanian yang tak dapat diruntuhkan pada saat itu, sehingga dia bertempur melawan Penyihir-penyihir hitam pada Perang Magi dua abad yang lalu tanpa rasa takut sedikitpun.

    Ezalor merasa sangat bangga dapat menerima pujian dari Dewi Elune, pipinya mulai merona merah.

    Namun, Penyihir-penyihir hitam itu memiliki sihir kejam, yang jumlahnya terus bertambah, dan kekuatannya di luar dugaan. Seperti yang terjadi pada Ezalor dua ratus tahun yang lalu. Sihir hitam yang mengenainya adalah Sihir pelenyapan. Sihir ini — yang baru saja aku mengerti akhir-akhir ini — tidak sepenuhnya melenyapkan sasarannya, melainkan menyegel jasad dan arwahnya ke suatu dunia dimana yang ada didalamnya hanyalah ketidakadaan …

    Dan untuk pertama kalinya, Chen berkata. “Dewi Elune, bagaimana kau tahu bahwa Ezalor tidak terbunuh, melainkan terperangkap di dunia aneh itu? Lalu, bagaimana dengan penyihir hitam itu, apakah dia masih sangat berbahaya? Aku hanya takut jika Raja Lich menyadari kekuatan yang sangat besar ini dan merekrut Penyihir tersebut dan menggunakan kekuatannya untuk melenyapkan pasukan Sentinel secara massal …”

    Ya, aku juga telah memikirkannya. Namun, aku yakin, Raja Lich tidak terlalu menyukai sihir semacam itu. Dari pengalaman seribu tahun yang lalu, dia lebih suka menggunakan senjata pembunuh massal daripada pelenyapan massal. Karena dengan membunuh, jasad-jasad orang yang terbunuh dapat ia bangkitkan kembali, dan dengan demikian menambah kekuatan pasukan Scourge.

    “Lalu, bagaimana dengan nasib Penyihir hitam ini?” tanya Chen. Ezalor mulai menyimak dengan saksama.

    Maaf. Waktuku tersisa sedikit, dan masih ada yang perlu kulakukan setelah ini. Aku akan menceritakannya di lain kesempatan. Untuk saat ini, aku perlu menjelaskan kekuatan baru milik Ezalor.

    “Kekuatan baru?” sahut Ezalor, semangatnya memuncak. “Lebih kuat?”

    Aku harap begitu. Namun perlu waktu untuk menguasainya. Ezalor, harus kukatakan bahwa kekuatanmu yang baru sangatlah berbeda dengan kekuatanmu yang lama. Dulu kau merupakan penguasa elemen air, namun sekarang kau adalah Penjaga Cahaya — Keeper of the Light. Lalu tubuhmu yang bercahaya seperti itu merupakan bentuk aslimu, namun kau tidak dapat selamanya berada dalam bentuk itu, karena akan menghabiskan banyak energi. Kau akan mengetahui bagaimana menggunakan kekuatanmu, kau hanya perlu sedikit latihan.

    “Baiklah,” jawab Ezalor, walau kurasa dia tidak sepenuhnya mengerti apa yang dikatakan Dewi Elune.

    Bagus sekali … nah, sekarang aku harus menemui … seseorang. Furion, tolong bawa mereka kembali ke Hall of the Huntress. Lalu mulailah bersiap-siap untuk peperangan melawan pasukan Scourge. Kurasa mereka akan memulai langkah awal penyerangan segera. Rekrutlah orang sebanyak-banyaknya. Sampai jumpa lagi di Purnama berikutnya …

    Dan dengan itu, aku dapat merasakan bahwa Dewi Elune telah lenyap. Pergi menemui seseorang yang ia bilang penting. Lalu aku teringat akan Zeus, apa yang telah ia katakan pada yang lainnya? Apakah dia berhasil meyakinkan bangsa Manusia untuk tidak memercayaiku — memercayai Dewi Elune? Aku sangat yakin bahwa ini bukan mimpi …

    “Hey, Purist, sedang apa kau melamun seperti itu!” kata Ezalor memecah konsentrasiku. Dan benar saja, tubuh Ezalor tidak lagi bersinar. Aku dapat dengan jelas melihat penampilannya. Rambut putih yang sedikit kusam dan berantakan, kerah dengan ujung lancip berwarna kuning, jubah panjang berwarna biru cerah, dan kuda miliknya dengan pelindung berwarna keemasan. Tak lupa tongkatnya yang sangat khas, dengan batu Aquamarine di ujungnya.

    “Oh maaf,” aku jawab singkat.

    “Ayo, sudah larut malam, kita harus segera kembali ke Hall of the Huntress,” kata Furion dengan nada lelah. Sepertinya dia sedikit tertekan karena tugas yang Dewi Elune berikan kepadanya. “Dan kita perlu sedikit berjalan, tempat ini dilindungi oleh suatu sihir kuat, sehingga kekuatanku tidak akan berguna disini.” Lalu kami berjalan, dituntun oleh Furion, kembali menuju selatan.

    “Hey Purist,” bisik Ezalor. “Lama sekali aku terperangkap dalam dunia apalah itu. Sebenarnya sudah berapa lama sejak Perang Magi? Aku yang malang ini bahkan tak dapat merasakan jalannya waktu ditempat sialan itu …”

    “Sekitar dua ratus tahun,” sahutku, dan Ezalor tampak tercengak mendengar kenyataan bahwa dua abad sudah ia lenyap dari dunia. “Apakah kau masih ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu? Maksudku, tidakkah kau melihat siapa Penyihir yang melenyapkanmu?”

    “Oh, Purist, terlalu banyak manusia saat itu,” Ezalor menyahut, tanpa melihat kearahku. “Aku sedang memanggil Aqua Spirit ketika tiba-tiba sinar oranye menggerogoti tubuhku, dan perlahan-lahan pandanganku kabur, tubuhku tak dapat bergerak … dan hal terakhir yang dapat kulihat adalah Aqua Spiritku, namun sepertinya dia tak sadar bahwa aku telah hilang dari pandangan … uh, andai saja aku tahu siapa yang melakukannya padaku!”

    “Ingat apa yang dikatakan Dewi Elune, Ezalor!” aku memperingatkannya.

    “Ya, Purist, aku ingat!” gerutu Ezalor. “Dewi Elune telah menceritakan semuanya kepadaku, kembalinya Raja Lich ke dunia ini, dunia sudah gila! Aku ingat aku masih sangat kecil saat itu dan orangtuaku meninggal di tangan Raja Lich dan aku tak punya siapa-siapa lagi, untung saja para Dwarf baik padaku, mengangkatku sebagai anak … dan saat itulah aku bertemu Zeus — Demi Elune! Aku lupa menanyakan kabarnya! Aku sungguh merindukan sahabat karibku yang satu itu, selalu bersemangat dan tak takut apapun!”

    “Zeus ... masih hidup,” aku memberitahunya. “Namun … dia telah berubah. Saat kau menghilang, Zeus sangat mencemaskanmu, ia mencarimu hingga sempat hilang selama tiga minggu … dan pada suatu sore di musim dingin, ia kembali … dan telah berubah. Zeus jadi mudah marah, egois dan tertutup. Namun kekuatannya menjadi sangat dahsyat, petirnya dapat menyambar setiap musuh yang menghalanginya … bangsa manusia harus berterima kasih padanya, karena bantuan dialah kami dapat memenangkan Perang Magi …”

    “Apa maksudmu dia menghilang, lalu kembali menjadi seseorang yang berbeda?” Ezalor bertanya, dan mereka terus berjalan ke arah selatan hutan. Furion dan Chen tidak sedikitpun bereaksi, tapi aku yakin mereka sedang menguping. “Apakah dia mengalami suatu latihan khusus atau apa?”

    “Tak ada yang tahu,” kujawab, dan kami sampai di tempatku, Chen dan Furion berpindah tempat.

    “Baiklah. Kurasa sekarang kita bisa berpindah tempat, pegang erat-erat kepadaku!” kata Furion. Dan kami berpegangan padanya. “Teleportation!” Kembali cahaya ungu menyedot tubuh kami, dan dalam sekejap kami mendarat di tempat awal diskusi berlangsung — tempat yang mereka sebut Hall of the Huntress. Aku melihat keadaan sekitar, banyak kursi telah kosong, namun kursi-kursi emas yang berjajar di pinggiran masih ditempati pemiliknya, kecuali kursi milik Zeus: Mirana Nightshade dan Roigor Stonehoof. Keduanya langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati kami, sedangkan ruangan tersebut mulai penuh dengan bisikan-bisikan dari para audiens.

    “Siapa … dia?” tanya Mirana curiga, menunjuk kepada Ezalor.

    “Pahlawan dari bangsa Manusia,” jawab Furion. “Rupanya Dewi Elune telah menyelamatkannya dari kutukan.”

    “Lalu, Chen,” Roigor berkata dengan suaranya yang dalam. “Apakah benar — apakah benar Dewi Elune adalah … Pohon Semesta?

    “Aku yakin demikian, Roigor,” jawab Chen. Ekspresi di wajah Roigor sangat jelas: terkejut.

    “Baiklah, teman-teman,” suara Furion menggema ke seluruh bagian ruangan. “Sudah larut malam, Bangsa Manusia dan Bangsa Orc dapat beristirahat, jika ada yang ingin tinggal disini kamar sudah disiapkan, besok kita akan melanjutkan diskusi ini …”

    “Terima kasih banyak, Furion,” sahut Chen. “Namun maaf, kurasa aku perlu kembali ke Kampung Orc dan memberitahukan kabar ini kepada mereka.”

    “Aku juga harus kembali,” aku berkata. “Aku masih harus meyakinkan Zeus.”

    “Baiklah … dan semoga beruntung, Purist,” kata Furion singkat.

    “Terima kasih, Furion,” kujawab. Dan dengan itu, aku dan Ezalor kembali ke Kerajaan Manusia dengan menggunakan Scroll of Town Portal.

    Dalam sekejap kami sudah berada di depan bangunan yang mirip dengan kastil. Dua orang Ksatria menjaga gerbang, ekspresi curiga terpampang pada wajah mereka. Mungkin mereka tidak mengenali Ezalor. Aku memberikan isyarat pada mereka untuk mempersilakanku masuk, dan mereka membuka gerbang — walau terlihat sedikit ragu — tanpa membantah. Aku dan Ezalor baru saja akan melangkah masuk ke kastil ketika seseorang, dengan tenang — walau aku dapat merasakan nada terkejut dalam suara itu — berkata: “Ezalor …?”

    =====================
    Komentarnya ditunggu ... :P
    Let it be enough to reach the truth that lies across this new divide

  4. #18
    sh4_no's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    Rumah ;p
    Posts
    2,747
    Points
    7,883.07
    Thanks: 9 / 0 / 0

    Default

    Keren bro
    Cm ada 1 kata, konflik kurang terasa gt.....(nurut saia se)

    Tp overall dah 8.5/10 kok =D
    SSSTTT....

  5. #19
    edgecuts's Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    mLg
    Posts
    130
    Points
    171.00
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    manteb bener critanya bro.. mungkin konflik belum krasa karena masih tahap "the beginning" kali yak :P
    ditunggu (banget) lanjutannya
    Betrayer..In truth,it was I who was betrayed.Still,I am hunted.Still,I am hated.Now,my blind eyes can see what others can't.That sometimes the hand of fate must be forced! Now go forth..Unleash the tides of Doom..Upon all those..Who would oppose us?!

  6. #20
    warriors-swan's Avatar
    Join Date
    Jul 2009
    Location
    behind the computer desk
    Posts
    182
    Points
    391.70
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    ihiy keren .. wkwkw. perpindahan sudut pandangnya keren, kyk di Inkheart.. wkwkw. gw suka

  7. #21
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    @shano: Konflik yang kek gimana? Antara Scourge vs Sentinel ... iya, kek kata edgecuts, masih beginning ... chapter lima udah ada battlenya kok (walo masih battle kecil2an ;p)

    @warriors-swan: soalnya ada banyak heronya, makanya sudut pandang beda-beda, hehe ada juga yang suka beda-beda sudut pandang ya :P

    Thanks commentnya

    Chapter lima udah selesai sih, tar tunggu seminggu lagi de gua post.

    Spoiler untuk Dua chapter berikutnya :
    Raja Lich memulai penyerangan di Kampung Orc.
    Last edited by Volcanflame; 06-08-09 at 16:59.
    Let it be enough to reach the truth that lies across this new divide

  8. #22
    sh4_no's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    Rumah ;p
    Posts
    2,747
    Points
    7,883.07
    Thanks: 9 / 0 / 0

    Default

    konflik g harus battle

    Mksdnya, konflik batin para tokoh..., konflik antar tokoh(pembicaraan) kurang terasa =D
    SSSTTT....

  9. #23
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Hm, oke2, ntar chapter2 selanjutnya pasti diperbaikin ;p
    Let it be enough to reach the truth that lies across this new divide

  10. #24
    warriors-swan's Avatar
    Join Date
    Jul 2009
    Location
    behind the computer desk
    Posts
    182
    Points
    391.70
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by sh4_no View Post
    konflik g harus battle

    Mksdnya, konflik batin para tokoh..., konflik antar tokoh(pembicaraan) kurang terasa =D
    tapi kalo gini juga enk kok, kyk baca novel dari writer beneran .. kan baru chapter2 awal ..

    lagian bacanya juga enak, heronya (sejauh ini) jumlahnya gk gitu bnyk, jadi writer isa lebi fokus kembangin tiap hero .. just IMO.

  11. #25
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Hm ... keknya chapter2 selanjutnya bakal tambah banyak ni heronya ;D
    Let it be enough to reach the truth that lies across this new divide

  12. #26
    NixZz's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Inside Your Computer ~_~
    Posts
    252
    Points
    432.00
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Setelah vakum bertahun2 trnyata TS
    Kembali
    Cuakakakaka....

    T o _ _ i

  13. #27
    NyakRazor's Avatar
    Join Date
    Mar 2009
    Posts
    190
    Points
    258.80
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    ayo2 mana updatenya
    ceritanya bagus nih
    berbakat bikin novel loe

  14. #28
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by NixZz View Post
    Setelah vakum bertahun2 trnyata TS
    Kembali
    Cuakakakaka....

    T o _ _ i
    ZZZZZ.

    Quote Originally Posted by NyakRazor View Post
    ayo2 mana updatenya
    ceritanya bagus nih
    berbakat bikin novel loe
    Tengkyu! Minggu depan gua post chapter 5 ...

    Hiks, hiks, lumayan banyak yg komen ya ... jadi terharu gua ;_;
    Let it be enough to reach the truth that lies across this new divide

  15. #29
    NixZz's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Inside Your Computer ~_~
    Posts
    252
    Points
    432.00
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Wakaka TS mah perpustakaan novel berjalan
    Kapan mau DoTA lg ?
    T o _ _ i wkwk..

    -- ooT -- @_@

  16. #30
    Volcanflame's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Lalala
    Posts
    380
    Points
    456.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by NixZz View Post
    Wakaka TS mah perpustakaan novel berjalan
    Kapan mau DoTA lg ?
    T o _ _ i wkwk..

    -- ooT -- @_@
    WOY JANGAN OFF-TOPIC DI THREAD GUA. HAHAHAHAHHA. :P tar, kalo dah keterima univ + dapet laptop baru. Jiaaaaaahaha.
    Let it be enough to reach the truth that lies across this new divide

Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •