Biopori? Naon eta?
Singkatnya sih: lubang kapiler di dalem tanah untuk menambah penyerapan air. Lubang ini yang bikin bukan siapa-siapa melainkan cacing tanah (yah kita awalnya membantu juga sih). Hebyat!
Man’paatnya apa?
Banyak, katanya. Membantu peresapan air tanah (jadi tanah tetep subur, ada "pengikatnya" dan nggak gampang longsor, atau mati). Mencegah banjir (jadi tanah lebih bisa "minum" air, dan bukannya air itu malah menggenang toh ya. Lalu bisa kompos yang terbentuk juga akan merangsang bakteri baik dalam tanah supaya makin menyuburkan tanah. Selain itu, lubang ini bisa juga dipake untuk menampung sampah organik (asik kan? Pak Tukang Sampah nggak dateng pun nggak panik!)
1. Siapkan bor tanah atau alat melubangi tanah apa saja (gali pake sekop juga boleh mah kalo bisa kali). Pokoknya untuk membuat lubang lah. Kalo bor (manual atau listrik atau batre) emang cocok kalau mau lubang yang rapi dan lumayan cepat.
2. Gali tanah dengan alat itu. Dalam = 1 meteran. Diameter lobang: 10-20cm-an.
3. Isi lubang dengan sampah organik (misalnya daun kering atau sayur, tapi jangan daging kayaknya sih, nanti malah ngundang hewan-hewan yang nggak asik ngubek-ngubek lubang kita).
4. Buatlah di sekeliling rumah, seperlunya, sepuasnya. (ihihihihi)
5. Tunggu sampai cacing-cacing itu beraksi. Kemudian nikmati hasilnya.
Perhatian:
1. Sebelom ngebor, cek dulu apa ada pipa, kabel, atau apalah yang tertanam di dalam tanah situ. Jangan sampe terus ngebor malah jadi masalah sekampung.
2. Selain itu, kalau rumahnya kayak rumah saya, ingat-ingat waktu hewan peliharaannya mati, ditanem di mana, dan berapa lama sebelumnya. Serem juga kan kalo ngebornya malah… em… hiiiiiy.
3. Jangan sampai terlalu banyak juga, beri jarak antar-lubang. Jangan terlalu dempet-dempet. Salah-salah malah nanti longsor.
Taken From :
http://blogsampah.blogsome.com/2008/...tudeh-biopori/
PENGANTAR
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme di dalamnya, seperti cacing perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertical ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dengan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah, lubang diisi dengan sampah organic untuk memicu terbentuknya biopori. BIopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman
Untuk pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) sebenarnya sangatlah mudah. Selain tidak membutuhkan biaya banyak juga tidak banyak makan tempat. Bahkan masyarakat luas, dapat membuat LRB ini di rumahnya masing-masing.
Fungsi LRB itu sangat banyak, antara lain adalah untuk resapan air, pembuatan komposting, pemutusan perkembangbiakan jentik nyamuk demam berdarah dan sebagainya.
Adalah Kamir R Brata, penemu pertama kali pembuatan LRB tersebut. Kini ia ingin menularkan ilmunya itu pada seluruh murid sekolah di DKI Jakarta. Selanjutnya ia berharap, dengan LRB maka Jakarta akan semakin ramah dengan lingkungan.
Menurutnya, LRB adalah lubang silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter antara 10–30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah.
Jika sudah terbentuk lubang, kata dia, maka lubang tadi diisi dengan sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. “Biopori itu sendiri artinya adalah pori berbentuk liang yang dibentuk oleh aktifitas fauna tanah atau akar tanaman,” katanya, Sabtu (22/12).
Manfaat LRB, lanjut Kamir, untuk meningkatkan laju resapan air hujan ke dalam tanah sehingga tidak terbuang percuma yang berdampak pada banjir di permukaan tanah. Kemudian untuk menghindari terjadinya genangan yang menyebabkan merebaknya penyakit yang dibawa oleh nyamuk seperti penyakit DBD, malaria dan sebagainya.
Pemanfaatan sampah organik yang dihasilkan juga dapat membantu mengatasi masalah pembuangan sampah yang seringkali mengakibatkan pencemaran dan tersumbatnya saluran drainase dan bersarangnya lalat, tikus yang pada akhirnya menimbulkan penyakit seperti tipus. Selain itu, kompos yang dihasilkan dari lubang resapan tadi tentunya dapat dijadikan pupuk pada tanaman yang ada.
LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang air hujan di tempat-tempat lainnya. Cara pembuatannya pun sangatlah mudah. Pertama, buat lubang silindris ke dalam tangah dengan diameter antara 10–30 cm dan kedalaman 100 cm.
Usahakan jarak antara lubang LRB yang satu dengan lainnya berkisar antara 50–100 cm. Kemudian mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen setebal 2–3 CM.
Selanjutnya isi lubang LRB tadi dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan, pohon, pangkasan rumput atau sampah dari rumah tangga. Karena akan terjadi penyusutan pada sampah di lubang LRB maka kita dapat memasukkan sampah kembali pada lubang LRB yang sama.
Jika musim hujan hendaknya lubang LRB sering diperhatikan karena biasanya akan banyak tanah yang menumpuk di bibir lubang maupun di lubang itu sendiri. Bersihkan LRB dari tanah yang terbawa arus air hujan tersebut.
Kemudian, tunggu antara 3–6 bulan maka sampah tadi sudah dapat menjadi kompos. Selanjutnya kompos pun dapat digunakan untuk pupuk seluruh tanaman yang ada. Mudah bukan ? Silahkan mencoba di rumahnya masing-masing.
Sumber:
http://www.beritajakarta.com/V_Ind/b...&nNewsId=27038
Lubang Biopori Bisa Cegah Banjir
Memakai Teknologi yang Sederhana
Jakarta, Kompas - Salah satu penyebab banjir di Jakarta adalah rendahnya serapan air ke dalam tanah. Lubang resapan biopori yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor diharapkan bisa mencegah banjir sekaligus menghasilkan kompos dan menyerap karbon.
Pembuatan lubang resapan biopori (LRB) ini disosialisasikan Kamir R Brata, pengajar pada Bagian Konservasi Tanah dan Air Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB, di depan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, di Sekolah Jubilee, Sunter, Jakarta Utara, Selasa (4/12).
LRB adalah lubang berdiameter sekitar 10 sentimeter di tanah sehingga air bisa mengalir masuk ke tanah. Di lubang itu dimasukkan sampah organik yang diharapkan akan dimakan oleh organisme yang ada di dalam tanah. Dengan demikian, akan tercipta lubang-lubang kapiler kecil di dalam tanah. Dengan adanya lubang kapiler di dalam tanah, maka penyerapan air ke dalam tanah juga semakin banyak.
"Selama ini yang terjadi, air hujan tidak bisa masuk ke dalam tanah sehingga terjadi genangan besar di permukaan. Air hujan yang bisa menjadi sumber air bersih dari tanah akhirnya tidak bisa dimanfaatkan dan terbuang ke laut," kata Kamir.
Selain bisa mengurangi genangan di permukaan tanah, sampah organik yang dimasukkan ke LRB itu juga bisa menjadi kompos yang berguna sebagai penyubur tanah.
Menurut Kamir, LRB ini sebenarnya sudah diciptakan sejak tahun 1976. Namun LRB tidak populer karena memakai teknologi yang sangat sederhana sehingga kurang menarik.
"Pembuatan LRB sangat mudah, hanya memakai bor tanah. Setelah itu, masukkan sampah organik. Sangat sederhana. Saya sudah pernah memperkenalkan LRB ke beberapa pihak, tetapi tidak ada tanggapan. Baru bulan Februari lalu, ketika banjir besar terjadi di Jakarta , orang mulai melirik LRB," ucap Kamir.
Bisa dilakukan siapa saja
Selain memakai teknologi sederhana, LRB juga bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja. Di halaman seluas 50 meter persegi, bisa dibuat sebanyak 20-40 LRB. Jarak pembuatannya tidak diatur, asalkan letak lubang tidak bersebelahan.
"Kedalaman lubang ini sebaiknya tidak lebih dari satu meter karena organisme di dalam tanah juga membutuhkan oksigen. Jika terlalu dalam, dikhawatirkan oksigen tidak masuk hingga ke dalam," kata Kamir.
Untuk peralatannya, yakni bor tanah, IPB juga telah menciptakan khusus dan dijual dengan harga Rp 175.000 per buah. "Alat ini tidak perlu semua orang punya. Cukup dikoordinasi oleh RT/RW setempat, dan pemakaian alatnya digilir dari satu rumah ke rumah lain," ujar Kamir.
Satu-satunya kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam penggunaan LRB ini adalah memberikan pakan berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca. Dengan demikian, pemanasan global pun dikurangi.
"Bandingkan jika kita membiarkan sampah itu tetap di permukaan. Sampah itu akan melepaskan karbon ke udara, yang membuat semakin banyak gas rumah kaca di atmosfer," lanjutnya.
Dengan upaya yang tidak terlalu berat namun hasil yang dicapai sangat luar biasa ini, seharusnya warga Jakarta sudah mulai membuat LRB di rumahnya. Dengan demikian, genangan yang selalu terjadi setiap kali hujan di Jakarta bisa dikurangi. (ARN)
Sumber :
http://rosaliaheny.multiply.com/journal/item/58
Share This Thread