Author : The_Omicron
Site : www.the-omicron.co.cc
Genre : Action, Survival, Thriller
2011\813 is under copyright law © 2008 the-omicron.co.cc
Warning, This Work Contain Some Explicit Words
Chapter List
Story 1
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Story 2
Chapter 1
Story 3
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Extra Page
Extra 1
The_Omicron Presents, a light novel with extraordinary theme for an amateur writer..
Zombie.., bila mendengar kata itu.. pasti akan terbayang mayat hidup yang memakan daging manusia dan menyebarkan infeksi.. ya.. hal itu memang benar..
Dunia ini memang misterius, kita bahkan tak akan pernah mengetahui apa yang akan terjadi satu detik kemudian. Segala hal memiliki kemungkinan untuk terjadi, sekecil apapun itu, selama masih memiliki kemungkinan, hal itu mungkin akan terjadi, satu detik lagi, satu menit lagi, satu jam lagi, satu hari lagi, ataupun satu minggu,bulan,tahun bahkan 1000 tahun lagi.. ya.. kita tak tahu.
Mencegah lebih baik dari mengobati, tampaknya pepatah itu sangatlah tepat untuk kejadian yang akan terjadi pada cerita ini, bagaimana 3 orang yang berbeda akan menghadapi fakta mengerikan yang akan terjadi, bagaimana cara mereka menghadapinya, bagaimana cara mereka untuk bertahan hidup.
3 Stories
3 Different Person
3 Different Place
3 Different Personality
3 Different Act to Survive
1 Birthday
1 City
1 Horror
Thousands Zombies...
Target
New Hampshire
Date : 13-08-2011
Population : 16,205,043
Area : 805.23 km²
Density : 20,124.65/km²
Map:
Progress...
.
.
.
Story 1
Reina Steingarten
Chapter 1 : R for Revenge
Namaku Reina, Reina Steingarten. Tepat hari ini umurku bertambah menjadi 17 tahun. Tetapi, hari tetap berjalan seperti biasa, ya, tak ada yang spesial, tak ada perayaan, tak ada salam, tak ada ucapan “Selamat Ulang Tahun” untukku, tak ada apapun.
Sejak kecil, aku selalu sendirian ketika terbangun dari tidurku. Ibu dan Ayahku sudah bercerai sejak 7 tahun yang lalu, dan aku diambil oleh Ayah, yang selalu berada di kantor, sebagai seorang presiden direktur sebuah perusahaan besar. Maka itulah, karena jarang bertemu, dapat ditebak hubungan kami seperti apa, ya, buruk, itulah yang terjadi, perasaan kami sebagai ayah dan anak telah hilang, kami bagaikan 2 orang yang terpisah jauh, walaupun sebenarnya sangat dekat.
Tetapi, entah mengapa banyak teman-temanku iri kepadaku, yang perempuan bilang bahwa aku “Kaya” , “Cantik” dan “Cerdas”, hingga mereka membenciku dan menganggapku sebagai musuhnya, sungguh aneh, bila kalian dilahirkan tidak seperti aku, salahkan lah orang tua kalian dan diri kalian sendiri, mengapa terlahir sebagai orang yang miskin, jelek dan bodoh. Tapi, apalah artinya kekayaan, kecantikan dan kecerdasan dengan keluarga yang berantakan seperti ini, dalam hati, aku iri dengan mereka dan hubungan mereka dengan keluarga mereka, seperti mereka iri terhadapku. Manusia memang tak pernah puas akan dirinya.
Sementara, teman-teman laki-laki menjauhiku, kata mereka, meski aku Kaya, Cantik, dan Cerdas, aku adalah orang yang aneh dan “Freak”. Tapi aku tak heran, karena hobiku, sebagai seorang perempuan memang sangat berbeda dengan teman-teman ku yang lain. Sementara mereka berminat pada hal-hal semacam parfum, mode, dan hal romantis, aku malah terpikat pada hal-hal yang berhubungan dengan militer dan senjata, dapat dilihat mulai dari jepit rambutku yang bercorak camo militer dengan hiasan berbentuk tank, kalungku yang berupa dog-tag militer berukir nama dan tanggal lahirku, hingga koleksi ku yang berupa senjata jarak dekat semacam pisau machette, katana, dan semacamnya, hingga berbagai macam pistol. Bukan, pistol yang kubicarakan bukan berupa pistol replika, tetapi pistol sesungguhnya dengan peluru tajam, yang kubeli dengan diam-diam menggunakan identitas Ayahku.
Aku juga mempunyai suatu paranoia yang kurang wajar, ya aku paranoid akan serangan zombie, bahkan aku sudah membuat planning akan serangan zombie bila hal itu terjadi. Hingga teman-teman sekolahku memberiku julukan “Zombie Girl”. Tapi hal itu tak menggangguku, karena mereka akan merasakan akibatnya bila hal itu terjadi, Zombie Outbreak.
Saat Reina tengah berjalan memasuki pintu gedung sekolah, seorang murid laki-laki dengan sengaja menyandung kaki Reina hingga ia terjatuh.
Felix
“Ups mengapa kau terjatuh Nona Zombie? Apa kau kehilangan keseimbangan setelah terinfeksi Virus zombie?? Hahahaha!!”
Felix dan teman-temannya tertawa, tetapi Reina tak memperdulikannya, dia bangkit dan kembali berjalan menuju kelasnya. Reina sudah biasa mendapat perlakuan seperti itu, hinaan-hinaan, perlakuan kasar, dan intimidasi terus didapatkan Reina, semua hanya karena rasa dengki dan perbedaan hobby, sungguh ironis.
Reina memasuki kelasnya, tapi tak seorangpun menyapanya, kemudian ia berjalan menuju bangkunya di pojok paling belakang dekat dengan jendela, terkucil dari teman-temannya yang lain. Hari ulang tahun Reina , dimana seharusnya menjadi hari bahagia tetap tak berubah. Tetap menjadi hari-hari suram seperti biasanya.
Saat waktu pelajaran, saat Reina melirik ke langit dibalik jendela, ia melihat sebuah benda, berwarna hitam dan berbentuk bola tengah terjatuh dari balik awan, kemudian benda itu terlihat terjatuh di antara rumah-rumah yang terlihat dari balik jendela kelas, diiringi dengan bunyi ledakan kecil.
Seisi kelas kaget dan berkumpul ke dekat jendela, penasaran melihat apa yang baru saja terjadi.
Guru
“Sudah, sudah, mungkin itu hanya ledakan dari kompor, mari kita lanjutkan pelajarannya..”
Murid-murid pun kembali duduk ke bangkunya masing-masing pikiran “Itu hanya ledakan kompor” tertanam di otak mereka bersama dengan duduknya mereka. Hanya Reina melihat dan tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia tak ambil pusing, toh bila ia berkata sebenarnya tak akan ada yang percaya padanya. Lebih baik diam dan selamat sendiri daripada angkat bicara dan celaka bersama.
Reina – dalam hati
“Menurut analisisku.. kekuatan ledakannya setara seperti 200gram TNT, dan benda itu terjatuh dalam kecepatan 180Km/jam, tak mungkin sebuah meteor, kemungkinan yang paling besar adalah serpihan pesawat ataupun drop bomb..”
Tak lama kemudian, terdengar lagi suara ledakan lagi, tetapi kali ini letaknya jauh, dan tak hanya satu, ada beberapa suara ledakan.
Seisi kelas menjadi bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Sang Guru tak mengambil pusing, yang ada dalam otaknya hanya membuat muridnya belajar, belajar, dan belajar, tak ada yang lain.
Beberapa jam kemudian, terdengar suara sirine mobil polisi dan pemadam kebakaran, serta ambulance dimana-mana, tampaknya sesuatu yang heboh tengah terjadi diluar sana.
Reina melihat beberapa orang tengah berjalan memasuki gerbang sekolah, dengan darah yang menetes seiring berjalannya mereka dengan sempoyongan, Reina sadar apa yang tengah terjadi, bersamaan dengan masuknya guru lain yang berbisik kepada guru yang tengah mengajar. Senyuman mengerikan terlihat di bibir Reina.
Guru
“Baiklah anak-anak, tampaknya pelajaran harus kita akhiri sampai disini karena sesuatu hal, Sekarang, silakan kalian pulang ke rumah masing-masing..”
Seisi kelas segera merapikan bawaan mereka dan dengan gembira, tanpa mengetahui apa yang telah terjadi membawa tas mereka dan keluar dari kelas dengan riang gembira. Tetapi Reina hanya duduk di kelas, tidak bergerak selangkah pun dari bangkunya.
Reina sekali lagi melihat ke luar jendela, orang-orang tadi sudah menghilang, meninggalkan jejak darah yang dengan mudah dapat disimpulkan mereka telah memasuki gedung sekolah.
Reina mengeluarkan sesuatu dari tasnya..
Reina
“Akhirnya ada gunanya juga aku selalu membawa benda ini.. tak percuma aku selalu membawanya..”
Lalu terdengar teriakan dan jeritan yang keras dari lantai bawah, bersamaan dengan larinya murid-murid dari gedung sekolah, beberapa terlihat terluka..
Reina
“Tampaknya benda ini harus kugunakan..”
Sambil mengeluarkan benda itu, Pisau Machette besar yang tajam dan mengkilap.
Reina bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas dengan tenang, saat berada di depan, ia melihat segerombolan murid bergegas berlarian kearahnya, beberapa terlihat terluka.
Murid 1
“Ayo, kita sembunyi di kelas ini!!”
Reina menyembunyikan Machettenya..
Teman-teman Murid itu segera berlarian memasuki kelas.
Murid 1
“Hei, kau juga, kita harus bersembunyi!! Sekarang!!”
Reina – pura-pura tak tahu
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
Murid 1
“Kau tak akan percaya hal ini, tetapi ini benar-benar gila! Beberapa orang memasuki sekolah dengan tubuh yang penuh luka dan berdarah dimana-mana! Kemudian saat kami berniat menolong mereka, mereka malah menyerang kami dan menggigit kami! Keadaan menjadi kacau dan akhirnya tanpa sadar kami berlari kesini!”
Reina
“Begitukah... hmm baiklah... biar kupikirikan sesuatu..”
Reina
“Hei, siapa namamu?”
Marco - heran
“M-Marco..”
Reina
“Marco? Kau teman Felix?”
Marco - heran
“Ah.. Ya.. begitulah..”
Reina - tersenyum
“Baiklah Marco, sekarang masuklah dan bersembunyi dengan teman-teman mu di kelas ini, aku akan mencari bantuan untuk kalian..”
Marco
“Te-terima kasih, tak kusangka kau begitu baik, aku jadi menyesal telah ikut mengerjaimu!!”
Kemudian Marco memasuki kelas.
Reina menutup pintu kelas itu, kemudian ia berjalan menuju kelas lain, mengambil sebuah bangku, kemudian membawanya ke depan pintu kelasnya yang tertutup. Ia kemudian menaruh bangku itu sedemikian rupa hingga gagang pintu tertahan tak dapat bergerak oleh bangku itu. Senyum terlihat di wajah Reina.
Reina –dalam hati
“Sekarang, membusuklah kalian di neraka bersama para mayat itu..”
Reina – dalam hati
“Tampaknya aku harus kembali ke rumah untuk mengambil beberapa koleksiku..”
Reina pun berjalan dengan tenang di koridor kelas, menuju lantai bawah, meninggalkan kelasnya yang sekarang penuh dengan teriakan dan getaran-getaran di pintu kelas yang tak bisa terbuka lagi, darah memercik mengotori jendela pintu kelas, tak ada yang tahu apa yang terjadi di dalam sana.
Saat berada di tangga lantai 2 dan hendak untuk turun, terlihat Felix, tanpa luka-luka terlihat di tubuhnya tengah berlari menaiki tangga dengan wajah yang panik, ia melihat Reina yang menggenggam machete di tangannya.
Felix
“Re-Reina, tolong, tolong aku, mereka mengejarku, mereka akan membunuhku!!”
Reina – dalam hati
“Hmph.. setelah yang kau lakukan, tanpa rasa malu kau meminta tolong kepadaku? Dasar mahluk ******* tak tahu malu!”
Felix – menaiki tangga dengan nafas terengah-engah
“Reina tolong a- AAAAAAAAAGH!!”
*Gubrak*
Felix terjatuh dari tangga.
Reina menendang Felix yang tengah berlari menaiki tangga, hingga ia jatuh terguling ke tengah tangga. Bersamaan dengan itu, beberapa murid dan guru yang luka-luka menyerang Felix yang tengah tersungkur.
Felix
“AAAAAAGH TIDAAAAAK!! TOLONG AKU!!!! AAAAAAGH!!!”
Mereka menggigiti dan mencabik-cabik tubuh Felix, darah berceceran di lantai tangga, Reina melihatnya dari atas tangga.
Reina
“Matilah kau ********, semoga arwahmu diterima di neraka!”
Reina
“Tampaknya aku harus mencari jalan turun lainnya.. zombie zombie itu mungkin tak lama lagi akan menyadari keberadaanku.. aku harus bergegas..”
Kemudian Reina berjalan kembali di koridor kelas menuju tangga selanjutnya.
Tetapi, saat sedikit lagi mencapai tangga selanjutnya, gerombolan zombie muncul dari tangga yang akan Reina tuju, Saat Reina membalikkan badannya hendak kembali ke tangga sebelumnya, ternyata koridor itu sudah dipenuhi gerombolan zombie yang tadi tengah mencabik-cabik Felix.
Reina
“Sial, aku terkepung..”
Reina melihat terdapat pintu sebuah kelas di dekatnya, tanpa pikir panjang ia kemudian membukanya dan memasuki kelas itu, kemudian menutupnya untuk menahan para zombie itu sementara ia berpikir cara untuk kabur.
Reina
“Ini akan memberiku sedikit wakt.. Hmmm tampaknya aku terlalu cepat lega..”
Ternyata di kelas itu sudah berada beberapa zombie, sementara di balik pintu terdapat lebih banyak lagi zombie, tak ada pilihan bagi Reina, ia harus melawan mereka..
Reina
“Baiklah.. mari kita bermain mayat-mayatku..”
Seekor (Sebuah? Seorang? Whatever, seekor aja deh) Zombie menyerang Reina, Reina menghunuskan machetenya menuju kepala yang menyerangnya, hingga menembus kepalanya melalui mulutnya dan membunuh zombie itu, lalu zombie lainnya ikut menyerang Reina, Reina mencabut machetenya yang menancap di kepala zombie sebelumnya kemudian menebaskannya ke leher zombie lainnya hingga kepalanya terputus dari badannya, lalu Reina berputar dan menendang kaki zombie yang berada di belakangnya hingga kehilangan keseimbangan dan terjatuh, kemudian Reina melompat dan menghunuskan machetenya ke dahi zombie yang terjatuh itu. Menembus kepalanya hingga darah berceceran di lantai.
Reina
“Sudah lama aku ingin melakukan ini.. akhirnya keinginanku terkabul..”
Pintu yang sejak tadi digedor oleh para zombie yang berada di luar akhirnya tak dapat bertahan, pintu itu terlepas dan terjatuh karena daya dorong yang kuat dari zombie-zombie itu, Reina kehabisan waktu berpikir.
Reina
“Tak ada jalan lain..”
Reina membuka jendela kelas dan tanpa ragu melompat ke lapangan. Reina sudah memperhitungkan hal ini, ia terjatuh di semak yang berada di pinggir lapangan, sehingga ia tak mendapat cedera apapun. Reina kemudian berlari melintasi lapangan.
Reina - sambil berlari
“Hmph.. haha haha, HAHAHAHA!!”
Reina tertawa
Reina
“Hahaha!! Tadi sangat menegangkan dan menyenangkan, ditambah lagi semua yang pernah menggangguku telah mati, Felix dan temannya telah mati! Hahahaha!! Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik yang pernah aku dapatkan, HAHAHA!!”
Reina tertawa girang ambil berlari melewati lapangan dan keluar dari sekolah menuju rumahnya, yang berada tak jauh dari sana.
__________________________
To Be Continue to Chapter 2
Share This Thread