Pertama2 saya ingin menjelaskan..
saya bukan ahli ekonomi berpendidikan S2 atau S3..
boro2 gitu.. S1 aja saya masih ngambil..
saya cuman mahasiswa culun umur 20 (bocah) yang cuman mengerti soal ekonomi dikit2
Kemaren sore saya berbincang dengan Orang tua saya..
soal bisnis Teman saya yang akhir2 ini Berat..
gara2 dollar naik.
Pertama2 mari saya Berbicara dengan ANDA para Pemilik perusahaan...
saya punya beberapa teman yang dikeluarkan dari perusahannya gara2 dollar naik tinggi dan akibatnya mereka di "bebas tugaskan" gara2 perusahaan tidak sanggup membayar mereka...
kenapa tidak sanggup?
tentu saja karena banyak sekali Hutang yang tidak bisa dibayar atau mereka dihutangi perusahaan lain dan tidak mampu membayar karena Dollar naik..
saya pribadi sangat kecewa dengan para orang yang memiliki Jabatan atau panggilan "BOSS"...
kenapa para karyawan mereka yang sedang sulit ekonominya di masa sekarang tidak berusaha dipertahankan?
padahal kalau boleh jujur kita sama2 manusia.
Manusia seharusnya ada Empati ke manusia lain..
namun yang saya lihat adalah banyak sekali perusahaan yang menganggap
karyawan adalah "asset"..
padahal kalau boleh jujur.. karyawan yang loyal adalah kunci keberhasilan
dalam suatu perusahaan..
kalau ada masalah banyak perusahaan memilih untuk memcat karyawannya
tanpa memikirkan keluarga sang karyawan Demi yang mereka sebut efektifitas dan efesiensi perusahaan.
Bapak saya kebetulan ada perusahaan sendiri..
dan sangat amat menolak dengan tegas kalau option memecat adalah kebijakan terbaik.
saya sendiri awalnya berpikir akan lebih baik kalau untuk sementara
beberapa karyawan dilepas dahulu supaya tidak membuat kita nombok dan teratih-atih dalam menjalankan perusahaan.
si sore hari itu saya menanyakan ayah saya yang sedang membaca koran
di ruang keluarga...
dan ia menutup korannya dan berkata:
"nang, Perusahaan itu seharusnya dibuat bukan hanya untuk mencari untung.
namun juga harus membantu semua orang disekitar kita, apabila kita dalam
suatu masalah jangan pernah memikirkan karyawan sebagai Asset karena mereka adalah manusia.. dan satu manusia lebih berharga dari Asset berapa milyarpun!"
pertama2 saya tercengang dengan kata ayah saya..
dan saya berkata..
"pak, sehebatnya2 manusia.. dia hanya akan memberikan keuntungan bagi kita
seperti manusia lainnya.. dan bapak sebagai pelaku bisnis yang real pasti sudah tau hal itu.."
Bapak saya cuman tersenyum kecil dan berkata lagi...
"nang, ini bukan masalah Naif atau idealis... ini masalahnya nurani..
bapak sendiri sudah melihat hebatnya kekuatan seorang manusia...
ada seorang karyawan bapak yang sekarang menjadi partner bapak..
dulu dia hanya lulusan insinyur biasa.. namun dia cukup nekat memulai
bisnis sendiri.. karena mentalnya baja dan rajin.. dia berhasil dan sekarang
sudah bisa menjadi partner dan melepas cap karyawan yang menempel dalam
dirinya."
lalu Saya berargumen dengan tidak sabar..
"itu kan cuman buat orang yang rajin pak.. bagaimana dengan karyawan yang pemalas?"
dijawab dengan bijak oleh ayah saya..
"manusia itu hebat nang.. bisa dia malas hari ini.. besoknya dia mungkin menemukan motivasi bagi dirinya untuk menaikkan taraf hidup..
siapa yang bisa menebak2 masa depan?
lagipula bapak pikir tidak bisa kita menjudge orang semudah kita menjudge asset..
yang mana efektif mana efisien.. kita harus melakukan treatment pada mereka
seperti treatment pada manusia yang lain..
di kantor mungkin kita Boss dia.. tapi di mata Keluarganya..
sang karyawan adalah seorang suami yang tangguh dan menawan serta ayah
yang selalu bisa diandalkan.. figurnya bagi keluarganya adalah sosok
yang dicintai banyak orang.. baik dalam lingkup besar atau kecil.."
setelah itu saya diam.. dan ayah saya mengelus rambut saya dengan sabar
disitu saya terdiam..
bapak saya yang sudah puluhan tahun makan asam garam dan berkali2
ditipu orang masih memiliki kepercayaan ke manusia lain.
sedangkan saya sendiri belum jadi apa-apa..
masih mahasiswa yang kuliahnya dibayarin orang tua saya dan masih minta
makan dengan orang tua sudah dengan kecongankannya berkata soal
efektifitas dan efesiensi yang saya dapat saya kuliah.
Ayah, engkau memang luar biasa...
inti dari perbincangan diatas..
adalah alangkah baiknya kalau nurani kita sebagai manusia
jangan sampai tertutup hanya demi menyelamatkan diri sendiri.
alangkah mulianya bagi para2 BOSS yang baca IDGS
untuk membuka hati mereka dalam kebijakan memPHK
para karyawan di masa sulit ini..
dan untuk karyawan...
saya juga karyawan loh..
saya bekerja di bagian marketing suatu perusahaan..
dan saya melihat betapa sedihnya para kolega saya saat disuruh menghadap
boss dan dinyatakan mau dikeluarkan..
curhat mereka ke saya saat pertama kali keluar perusahaan adalah..
"bagaimana nih keluarga gw.. gw gak bisa ngomong ini ke mereka.."
mendengar kata2 itu saya sendiri yang bahkan belum berkeluarga
bisa merasakan pahitnya diPHK..
apalagi setelah saya telaah kata2
"bagaimana nih keluarga gw.. gw gak bisa ngomong ini ke mereka.."
itu sudah membuktikan kalan kolega saya tidak pusing masalah dirinya
namun mereka lebih pusing bagaimana dengan keluarganya..
saran bocah seperti saya bagi anda yang (semoga tidak terjadi) di PHK
adalah mencoba menjadi Reseller atau semacamnya..
atau mungkin mencoba membuat bisnis baru..
sampai keadaan ekonomi stabil..
membuka bisnis baru sulit? ya anda benar..
tapi saya yakin para pembaca mampu..
apalagi bagi anda2 yang melek teknologi dan memahami bahasa asing...
Kesempatan terbuka bagi kalian.
cobalah bisnis kecil dan terapkan pengalaman anda saat bekerja
di suatu perusahaan.. semoga anda diberikan Sukses!
segini aja dari saya..
kalau saya terlalu beropini ngawur.. sekiranya diterima maaf saya..
saya cuman seorang bocah yang belum melek betul soal dunia ini..
tapi at least..
saya berkecimping dibidang ekonomi dan manajerial..
terima kasih sudah membaca..
Sukses untuk semua Rakyat Indonesia!
Ini bukan gwe yang nulis
ini cuma Titipan dari Temen gwe
Share This Thread