Huruf “o”
.
Huruf o dalam bahasa Jawa mewakili bunyi aksara Jawa yang diapit oleh “sandhangan” (tanda bunyi) “taling” dan “tarung”, yang diucapkan:
*
seperti bunyi o dalam kata dosa, noda, roda Contoh: loro (dua), bojo (suami/istri), coro (kecoak), rondha (ronda)
*
seperti bunyi o dalam kata gosok, pasok, esok Contoh: wadon (perempuan), pengilon (cermin), babon (induk ayam).
Catatan:
Adanya kesamaan pengucapan sebagian huruf a dan sebagian huruf o, sulit bagi orang yang baru belajar berbahasa Jawa dan bahkan juga bagi orang Jawa yang tidak terbiasa membaca tulisan berbahasa Jawa (lebih banyak berbahasa lisan) untuk menentukan penulisan yang tepat. Seringkali kata “kanca” (teman), “randa” (janda), “Jawa” (Jawa) ditulis konco, rondo, Jowo.
. Untuk menentukan apakah bunyi tersebut harus ditulis “o” atao “a’ dapat dilakukan dengan memberikan akhiran terhadap kata tersebut:
Bila bunyinya berubah menjadi “a” maka harus ditulis dengan huruf a. Contoh: kanca + ne >>> kancane (ditulis a) tamba + ake >>> tambakake (ditulis a) donga + i >>> dongani (ditulis a)
Bila bunyinya tetap “o” maka harus ditulis dengan huruf o. Contoh: plerok + i >>> pleroki (ditulis o) gosok + en >>> gosoken (ditulis o)
Share This Thread