Ketika tersadar, aku sudah berada di tempat itu.

Aku tidak tahu apa-apa.

Tidak sedikitpun, tidak pernah sekalipun terpikirkan.

Di sekeliling, abu-abu, seperti layaknya kehidupan telah tersedot dari sini.

Kabut menutup pandanganku, seolah-olah ingin mengalihkan pikiranku dari apa yang ada di depan.

Kulihat ke bawah, masih terlihat kakiku menjejak tanah.

Tanah itu membentang membentuk jalan.

Lurus, jalan itu, ujungnya tidak kelihatan.

Aku menjejakkan kaki,

langkah pertama, menuju ujung jalan itu.

---

Kabut seketika menipis, lalu menghilang.

Yang tadinya berwarna abu-abu menjadi putih.

Tiba-tiba terdengar dari kejauhan,

ada suara tangis, ada suara tawa.

Yang menangis terlihat kecil, tapi tangisannya luar biasa besar.

Yang tertawa terdengar beratus-ratus, tapi tidak satupun yang mengindahkan tangisan itu.

Ratusan suara tawa terdengar, ada dua yang terdengar jauh lebih senang dari yang lain.

Kebingungan, aku mulai melangkah lagi,

selangkah, menuju ujung jalan itu.

---

Suara-suara tadi menghilang.

Hening.

Tidak berapa lama, terasa hangat.

Terasa ada kelembutan yang membelai.

Dari keheningan, sayup-sayup terdengar.

Suara yang tertawa sangat gembira tadi, kini menyanyikan lagu yang meneduhkan.

Ketika aku hampir tertidur, kakiku melangkah dengan sendirinya,

selangkah, menuju ujung jalan itu.

---

Lagi-lagi, pemandangan berubah.

Yang tadinya putih menjadi berwarna-warni,

layaknya pelukis agung yang menorehkan kuasnya di atas kanvas membentuk pelangi.

Rumput yang hijau, langit yang biru, matahari yang bersinar keemasan.

Luar biasa, luar biasa!

Rasanya ingin berlari-lari, ingin mengetahui segalanya!

Aku berlari dengan kegembiraan yang meluap-luap,

berlari, menuju ujung jalan itu.

---

Belum sempat berlari jauh, sekeliling menjadi berisik.

Ada banyak orang terlihat.

Ada yang tertawa-tawa sambil berlari-lari.

Ada yang mengulurkan tangan dengan malu-malu.

Ada juga yang terdiam di pojokan sambil melihat iri.

Beberapa menangis sambil menggenggam erat.

Ada yang terlihat takut, seakan-akan dipaksa menyerahkan emasnya.

Beberapa yang tersenyum sangat bangga.

Ada yang berbicara dengan sangat meyakinkan.

Ada terlihat bijaksana, ada yang terlihat berwibawa.

Beberapa terlihat penuh belas kasihan, beberapa terlihat perlu dibelaskasihani.

Tempat ini.... ,

kurasakan, sangat menyenangkan.

Entah kenapa.

Sepertinya dahaga yang ada di dalam diriku dipuaskan.

Aku suka tempat ini.

Rasanya selalu ingin ada di sini untuk selamanya.

Tapi tidak bisa.

Ujung jalan tersebut seperti memanggil-manggilku.

Aku memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut.

Kulangkahkan kakiku dengan rasa enggan,

selangkah, menuju ujung jalan itu.

---

Tidak jauh, kutemukan kupu-kupu sedang hinggap di bunga berwarna ungu.

Saat itu aku percaya, kupu-kupu itulah yang paling indah di Bumi.

Keserakahan dalam diriku timbul.

Aku ingin mengambil kupu-kupu itu, ingin menguasainya untuk diriku sendiri.

Tidak ada orang lain yang boleh menikmati keindahan kupu-kupu itu selain aku!

Kupu-kupu itu seakan merasakan bahaya dari aku, langsung mengepakkan sayapnya meninggalkan si bunga.

Aku terkejut, lalu segera berlari mengejar.

Mataku tertuju ke depan, tidak ada lagi yang terlihat selain sosok kupu-kupu itu.

Kupu-kupu tetap terbang menjauhiku, mungkin merasakan ambisiku yang menggebu-gebu.

Aku tidak mau kalah, tidak mau kalah!

Kuhentakkan badanku ke depan, tanganku terbentang penuh kerakusan menggapai menuju si serangga terbang itu.

*SRTRAK!*

YEAH! Kupu-kupu itu ada di tanganku sekarang!

Begitu pikirku, sebelum tanganku kubuka, dan melihat kupu-kupu itu sudah tidak indah lagi.

Sayapnya patah, badannya sudah tidak berbentuk, kepalanya membentuk bercak di jari-jariku.

Bercaknya berwarna hitam, hitam kelam.

Tercium bau busuk kematian dari badannya.

Pada akhirnya, kegagalan, penyesalan, kekesalan dan keputus asaan.

Sungguh perbuatan yang bodoh dan sia-sia.

---

Saat aku menyadari, jalan itu kini tidak terlihat lagi.

Di sekeliling, merah.

Suara berisik terdengar.

Ada yang menggeram kesakitan.

Ada yang berteriak dengan penuh kemarahan.

Beberapa menangis sejadi-jadinya.

Yang satu bertengkar dengan yang lain dengan begitu sengitnya.

Yang satu memukul yang lain tanpa keraguan sedikitpun,

tertawa setelah yang lainnya jatuh.

Masih ada tawa juga di tempat seperti ini.

Tawa yang penuh kegilaan,

kebohongan, pengkhianatan, egoisme, kerakusan, nafsu.

Tempat yang mengerikan.

Tidak pernah terlintas sekalipun di kepalaku tempat seperti ini ada di tengah jalan menuju ujung jalan itu.

Tidak ingin ada di tempat seperti ini, aku berlari sejadi-jadinya.

Tidak terlihat,

tidak ada jalan.

Aku terperangkap.

Mengerikan.

Aku memejamkan mata, berharap semua menghilang.

---

Keinginanku terkabul.

Sekelilingku berubah.

Terlihat padang rumput yang hijau tadi, di mana matahari bersinar keemasan dan langitnya biru.

Kupu-kupu ada di mana-mana, terbang kesana kemari di sekitar bunga ungu.

Beberapa bahkan jauh lebih indah daripada yang kulihat tadi.

Tanpa sadar, aku mengedipkan mata.

---

Bau busuk kematian tercium.

Saraf-sarafku mengirimkan sinyal yang tidak mengenakkan ke otakku.

Aku kembali ke tempat yang mengerikan tadi.

Setitik keramahanpun tak ada di tempat ini.

Kemarahan, kebencian, penderitaan, kebusukan, semuanya memenuhi atmosfer tempat aku berdiri.

---

Ketika berkedip lagi, semua kembali abu-abu.

Hampa, kosong.

Kabut kembali turun, membuat kabur pandanganku.

Kulihat ke bawah, kakiku masih menjejak tanah.

Tanah itu membentuk jalan.

Lurus, ujungnya tidak kelihatan.

---

Baik dan buruk, hanya sebatas kerjapan mata.

Pada kedipan mata berikutnya, apa yang akan terlihat?

Pada hembusan nafas berikutnya, apa yang akan kurasakan?

Pada langkah berikutnya, akan melangkah di tempat seperti apa kakiku ini?

Aku hanya dapat berharap belaka, tanpa tahu lagi apa yang akan kuhadapi di depan.

Seraya memanjatkan doa kecil, kukumpulkan segenap keberanianku.

Kuputuskan untuk menempuh jalan ini sampai selesai.

Akupun mulai lagi menjejakkan,

selangkah, menuju ujung jalan itu.

---

End Note:

Sekadar nggak ada kerjaan aja, jadi berlagak nulis-nulis sastra.

Buat yang nggak ngerti, gw tulis poin2 baitnya ya, moga2 bisa lebih memperjelas apa maksud gw.

Bait 0 - Awal

Bait 1 - Peristiwa Kelahiran

Bait 2 - Bayi yang Tertidur

Bait 3 - Anak-anak : Mengenal Dunia untuk Pertama Kali

Bait 4 - Masuk Sekolah

Bait 5 - Remaja: Cinta, Ambisi, Kegagalan dan Putus Asa

Bait 6 - Menjadi Dewasa: Ketika Dunia Nggak Sebaik yang Kita Duga Dulu

Bait 7 s.d. Terakhir - Menjalani Masa Depan