Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast
Results 16 to 30 of 31
http://idgs.in/156900
  1. #16
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    cinta sejati lahir dari
    ketulusan memberi,
    hati yang mengalah,
    kasih yang tak berkesudahan,
    pelayanan sepanjang masa,


    cinta sejati adalah
    penerimaan apa adanya
    tidak melihat rupa, tetapi hati
    tidak mengharapkan balas, tapi saling memberi

    cinta sejati tidak lahir dari
    kerelaan memberi hanya dari 1 pihak
    kebesaran hati untuk melihat "dia" bahagia bersama yang lain
    kata-kata yang manis bukanlah awal cinta sejati
    pelukan hangat bukanlah cinta sejati
    ciuman mesra bukanlah cinta sejati

    Cinta sejati adalah cinta yang abadi
    sampai maut memisahkan
    yang suka becanda autis, BACA

  2. Hot Ad
  3. #17
    _NuNu_'s Avatar
    Join Date
    Jul 2009
    Posts
    201
    Points
    236.90
    Thanks: 0 / 2 / 2

    Default

    wew, itu copas darimana lage jim????

  4. #18

    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    207
    Points
    293.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    wew... thx banget gan.... luar biasa... wkwkwkwkw salut... tp copas kah?

  5. #19
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    itu gw yang bikin ndiri lah
    ga bagus2 amat tapi
    yang suka becanda autis, BACA

  6. #20
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    Jika orangtua tidak mendengar anaknya ketika umur 3-5 tahun, maka:
    pada umur 13-15, sang anak tidak maw mendengar apa yang dikatakan orangtuanya
    pada umur 23-25, sang anak tidak akan betah tinggal bersama orangtuanya
    pada umur 33-35, sang anak dengan senang hati mengirimkan orangtuanya ke panti jompo
    pada umur 43-45, sang anak bersyukur ketika menguburkan jasad orangtuanya...

    jadi, untuk semua orangtua, dengar, perhatikan, dan berikan contoh yang baik dan benar anak anda sejak kecil, agar anda berkenan dihati anakmu ketika engkau tua
    yang suka becanda autis, BACA

  7. #21
    luphey2's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    smg(Kuliah),, JKT(home)
    Posts
    118
    Points
    169.10
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    bagus bgt buat renungan bos
    ::hilton:: <<<<< my x!! hohoho

    someday when someone who love me so much say "which u prefer me or game?" I will said "u"

  8. #22

    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    207
    Points
    293.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    renungannya.. kena banget gan... terus kan keep posting.... kasi cendol..

  9. #23
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default 1 Jam saja

    Suatu hari seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan
    bertanya,
    “Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?”.

    Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata,
    “Tidak, nak”.

    Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi,
    “Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?”

    Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.

    “Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup
    tanpa melakukan kesalahan?”

    Ayahnya tertawa, “Mungkin tidak bisa juga, nak”.

    “OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa
    hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja?”.

    Akhirnya ayahnya mengangguk,
    "Kemungkinan besar, bisa nak dan kasih Tuhan lah yang akan memampukan
    kita untuk hidup benar".

    Anak ini tersenyum lega.
    "Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah.
    Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya
    dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar...."

    Pernyataan ini mengandung kebenaran sejati.

    Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan
    memperhatikan cara kita menjalani hidup ini.

    Dari latihan yang paling kecil dan sederhana
    sekalipun, akan menjadikan kita terbiasa,
    dan apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat,
    dan sifat akan berubah jadi karakter,
    dan karakter akan menjadi destiny.....

    Hiduplah 1 jam :

    * TANPA kemarahan,
    * tanpa hati yang jahat,
    * tanpa pikiran negatif,
    * tanpa menjelekkan orang,
    * tanpa keserakahan,
    * tanpa pemborosan,
    * tanpa kesombongan,
    * tanpa kebohongan,
    * tanpa kepalsuan...

    Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya.. .

    Hiduplah 1 jam

    dengan kasih,
    dengan sukacita,
    dengan damai sejahtera,
    dengan kesabaran,
    dengan kelemahlembutan,
    dengan kemurahan hati,
    dengan kerendahan hati,
    dengan penguasaan diri...

    Dan ulangilah untuk 1 jam berikutnya.. .

    Jalanilah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan,
    dengan menjalaninya dari waktu ke waktu, dari 1 jam ke jam berikutnya..
    yang suka becanda autis, BACA

  10. #24
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default Be Thankful

    Be thankful that you don’t already have
    everything you desire
    If you did, what would there be
    to look forward to?

    Be thankful when you don’t know something,
    for it gives you the opportunity to learn

    Be thankful for the difficult times
    During those times you grow

    Be thankful for your limitations,
    Because they give you opportunities for
    improvement

    Be thankful for each new challenge,
    Because it will build your strength and character

    Be thankful for your mistakes,
    they will teach you valuable lessons

    Be thankful when you’re tired and weary,
    because it means you’ve made an effort

    It’s easy to be thankful for the good things
    A life of rich fulfilment comes to those
    who are also thankful for the setbacks

    Gratitude can turn a negative into a positive

    Find a way to be thankful for your troubles,
    and they will become your blessings.
    yang suka becanda autis, BACA

  11. #25
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default Teladan Seorang ayah

    Yang ayah wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang ayah – Will Rogers

    Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orang tuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

    Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Ayah di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. “Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik dari pada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil di sini takkan bisa menahanmu.” Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Ayah selalu tersenyum bangga. “Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku.”

    Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. “Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi.” Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. “Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter,” katanya. “Kau pasti bisa kuliah. ayah jamin.” Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orang tuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.

    Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata dari pada kata-kata indah.

    Setelah menikah, kuceritakan kepada Susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika ayah diberhentikan dari pabrik tekstil dan ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. “Kalau kau sudah tamat kuliah,” katanya dengan mata berkilat-kilat, “kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau.”

    Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orang tuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Ayah. “Mungkin popoknya basah,” kata Susan, lalu dibawanya Jessica ke kamar tidur orang tuaku untuk di ganti popoknya. Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar.

    “Lihat,” katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin. Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan. Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata.


    —–> : Sebuah cerita yang luar biasa!! Inilah sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang ayah ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Ayah ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang ayah, disiplin dan pantang menyerah. Saya percaya anaknya belajar semua itu walaupun ayahnya mungkin tidak pernah menjelaskan semua itu karena anak belajar jauh lebih banyak dari melihat tingkah laku orang tuanya dibanding apa yang dikatakan orangtuanya. Semoga cerita ini menginspirasi kita semua.
    yang suka becanda autis, BACA

  12. #26
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    Dua Pilihan
    Share
    Wednesday, September 23, 2009 at 8:13pm
    Pada sebuah jamuan makan malam pengadaan dana untuk sekolah anak-anak cacat, ayah dari salah satu anak yang bersekolah di sana menghantarkan satu pidato yang tidak mungkin dilupakan oleh mereka yang menghadiri acara itu. Setelah mengucapkan salam pembukaan, ayah tersebut mengangkat satu topik:

    'Ketika tidak mengalami gangguan dari sebab-sebab eksternal, segala proses yang terjadi dalam alam ini berjalan secara sempurna/ alami. Namun tidak demikian halnya dengan anakku, Shay. Dia tidak dapat mempelajari hal-hal sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Nah, bagaimanakah proses alami ini berlangsung dalam diri anakku? '

    Para peserta terdiam menghadapi pertanyaan itu.

    Ayah tersebut melanjutkan: "Saya percaya bahwa, untuk seorang anak seperti Shay,yang mana dia mengalami gangguan mental dan fisik sedari lahir, satu-satunya kesempatan untuk dia mengenali alam ini berasal dari bagaimana orang-orang sekitarnya memperlakukan dia"

    Kemudian ayah tersebut menceritakan kisah berikut:

    Shay dan aku sedang berjalan-jalan di sebuah taman ketika beberapa orang anak sedang bermain baseball. Shay bertanya padaku,"Apakah kau pikir mereka akan membiarkanku ikut bermain?" Aku tahu bahwa kebanyakan anak-anak itu tidak akan membiarkan orang-orang seperti Shay ikut dalam tim mereka, namun aku juga tahu bahwa bila saja Shay mendapat kesempatan untuk bermain dalam tim itu, hal itu akan memberinya semacam perasaan dibutuhkan dan kepercayaan untuk diterima oleh orang-orang lain, diluar kondisi fisiknya yang cacat.

    Aku mendekati salah satu anak laki-laki itu dan bertanya apakah Shay dapat ikut dalam tim mereka, dengan tidak berharap banyak. Anak itu melihat sekelilingnya dan berkata, "kami telah kalah 6 putaran dan sekaran sudah babak kedelapan. Aku rasa dia dapat ikut dalam tim kami dan kami akan mencoba untuk memasukkan dia bertanding pada babak kesembilan nanti'

    Shay berjuang untuk mendekat ke dalam tim itu dan mengenakan seragam tim dengan senyum lebar, dan aku menahan air mata di mataku dan kehangatan dalam hatiku.

    Anak-anak tim tersebut melihat kebahagiaan seorang ayah yang gembira karena anaknya diterima bermain dalam satu tim.

    Pada akhir putaran kedelapan, tim Shay mencetak beberapa skor, namun masih ketinggalan angka. Pada putaran kesembilan, Shay mengenakan sarungnya dan bermain di sayap kanan. Walaupun tidak ada bola yang mengarah padanya, dia sangat antusias hanya karena turut serta dalam permainan tersebut dan berada dalam lapangan itu. Seringai lebar terpampang di wajahnya ketika aku melambai padanya dari kerumunan. Pada akhir putaran kesembilan, tim Shay mencetak beberapa skor lagi. Dan dengan dua angka out, kemungkinan untuk mencetak kemenangan ada di depan mata dan Shay yang terjadwal untuk menjadi pemukul berikutnya.

    Pada kondisi yg spt ini, apakah mungkin mereka akan mengabaikan kesempatan untuk menang dengan membiarkan Shay menjadi kunci kemenangan mereka?

    Yang mengejutkan adalah mereka memberikan kesempatan itu pada Shay. Semua yang hadir tahu bahwa satu pukulan adalah mustahil karena Shay bahkan tidak tahu bagaimana caranya memegang pemukul dengan benar, apalagi berhubungan dengan bola itu.

    Yang terjadi adalah, ketika Shay melangkah maju kedalam arena, sang pitcher, sadar bagaimana tim Shay telah mengesampingkan kemungkinan menang mereka untuk satu momen penting dalam hidup Shay, mengambil beberapa langkah maju ke depan dan melempar bola itu perlahan sehingga Shay paling tidak bisa mengadakan kontak dengan bola itu. Lemparan pertama meleset; Shay mengayun tongkatnya dengan ceroboh dan luput. Pitcher tsb kembali mengambil beberapa langkah kedepan, dan melempar bola itu perlahan kearah Shay. Ketika bola itu datang, Shay mengayun kearah bola itu dan mengenai bola itu dengan satu pukulan perlahan kembali kearah pitcher.

    Permainan seharusnya berakhir saat itu juga, pitcher tsb bisa saja dengan mudah melempar bola ke baseman pertama, Shay akan keluar, dan permainan akan berakhir.

    Tapi Sebaliknya, pitcher tsb melempar bola melewati baseman pertama, jauh dari jangkauan semua anggota tim. Penonton bersorak dan kedua tim mulai berteriak, "Shay, lari ke base satu! Lari ke base satu!". Tidak pernah dalam hidup Shay sebelumnya ia berlari sejauh itu, tapi dia berhasil melaju ke base pertama. Shay tertegun dan membelalakkan matanya.

    Semua orang berteriak, "Lari ke base dua, lari ke base dua!"

    Sambil menahan napasnya, Shay berlari dengan canggung ke base dua. Ia terlihat bersinar-sinar dan bersemangat dalam perjuangannya menuju base dua. Pada saat Shay menuju base dua, seorang pemain sayap kanan memegang bola itu di tangannya. Pemain itu merupakan anak terkecil dalam timnya, dan dia saat itu mempunyai kesempatan menjadi pahlawan kemenangan tim untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dapat dengan mudah melempar bola itu ke penjaga base dua. Namun pemain ini memahami maksud baik dari sang pitcher, sehingga diapun dengan tujuan yang sama melempar bola itu tinggi ke atas jauh melewati jangkauan penjaga base ketiga.

    Shay berlari menuju base ketiga. Semua yang hadir berteriak, "Shay, Shay, Shay, teruskan perjuanganmu Shay"

    Shay mencapai base ketiga saat seorang pemain lawan berlari ke arahnya dan memberitahu Shay arah selanjutnya yang mesti ditempuh. Pada saat Shay menyelesaikan base ketiga, para pemain dari kedua tim dan para penonton yang berdiri mulai berteriak, "Shay, larilah ke home, lari ke home!". Shay berlari ke home, menginjak balok yg ada, dan dielu-elukan bak seorang hero yang memenangkan grand slam. Dia telah memenangkan game untuk timnya.

    Hari itu, kenang ayah tersebut dengan air mata yang berlinangan di wajahnya, para pemain dari kedua tim telah menghadirkan sebuah cinta yang tulus dan nilai kemanusiaan kedalam dunia.

    Shay tidak dapat bertahan hingga musim panas berikut dan meninggal musim dingin itu. Sepanjang sisa hidupnya dia tidak pernah melupakan momen dimana dia telah menjadi seorang hero, bagaimana dia telah membuat ayahnya bahagia, dan bagaimana dia telah membuat ibunya menitikkan air mata bahagia akan sang pahlawan kecilnya.

    Seorang bijak pernah berkata, sebuah masyarakat akan dinilai dari cara mereka memperlakukan seorang yang paling tidak beruntung diantara mereka.
    yang suka becanda autis, BACA

  13. #27
    Royal9[QKC]'s Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Posts
    88
    Points
    133.90
    Thanks: 6 / 0 / 0

    Default

    nice nice banget kak.. buat renungan, izin copas kaka.. buat referensi yah..


  14. #28
    CallMeVenz's Avatar
    Join Date
    Mar 2009
    Location
    Canada
    Posts
    780
    Points
    799.50
    Thanks: 15 / 4 / 4

    Default

    ijin copas y om jimi

  15. #29
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    Kenapa bisa jatuh?
    Karena tidak awas, lengah.

    Mengapa bisa lengah?
    Karena tidak perhatian.

    Mengapa tidak perhatian?
    Karena pikiran selalu tertuju ke diri sendiri.

    Mengapa pikiran selalu tertuju ke diri sendiri?
    Karena terlalu cinta diri.
    Karena terlalu cemas untuk diri sendiri.

    Ujung-ujungnya kita jatuh karena terlalu memusatkan hati dan pikiran untuk diri sendiri.

    Saat punya sepeda, kita iri dengan yang punya motor.
    Saat punya motor, kita iri dengan yang punya mobil dan meremehkan yang punya sepeda.
    Saat punya mobil, kita iri dengan yang punya mobil mewah dan tidak ingat susahnya orang yang hanya naik motor dan sepeda bahkan naik angkot dan jalan kaki.

    Saat nganggur, kita iri dengan yang sudah bekerja.
    Saat sudah bekerja, kita iri dengan yang bergaji besar.
    Saat sudah bergaji besar, kita mengeluh keletihan dan meremehkan pegawai rendahan.
    Saat sudah jadi bos, kita bergaya hidup lebih seperti konglomerat, dan menganggap karyawan adalah beban.

    Saat di bawah kita jatuh akibat iri dengki.
    Saat di atas kita jatuh akibat sombong hati.
    Sayangnya tidak ada manusia di posisi tengah.

    Manusia sejatinya selalu dalam posisi menanjak.
    Kala kita memiliki sepeda, kita lebih atas daripada mereka yang naik angkot.
    Kala kita hanya bisa kontrak rumah, kita lebih atas daripada mereka yang harus ketakutan rumahnya digusur akibat rumah gubuk.
    Kala kita memiliki motor, kita melihat mereka yang memiliki mobil sebagai pijakan untuk maju.
    Kala kita memiliki rumah, kita melihat mereka yang memiliki gedung sebagai motivasi untuk berkembang.

    Setiap menusia wajib dan berhak untuk melangkah lebih maju, melangkah melalui tanjakan hingga ke puncak.

    Saat menuju puncak terbersit rasa bangga mampu melangkah setara dengan batas langit. Saat menuju kedigjayaan, percaya diri akan semakin kuat.

    Saat di puncak selalu ada rasa ingin melalui puncak tanpa menyadari jika batas ketinggian yang diraih sudah maksimal dengan segala kondisi udara yang mampu ia hirup.

    Saat menuju ketinggian kita menikmati kencang dan dinginnya angin yang melenakan, pemandangan yang menakjubkan, hingga kita lengah. Lengah yang akhirnya membuat diri terperosok lebih jauh akibat jarak tanah dan langit yang sudah terlalu besar.

    Saat menuju ketinggian seringkali kita abaikan rasa syukur dapat menghadapi masalah-masalah yang kita hadapi kala menanjak.

    Saat meraih ketinggian kita seringkali mengeluh karena beban yang berat.

    Saat berjalan ke arah yang lebih tinggi terkadang kita melupakan bahwa masih banyak rekan-rekan yang masih di belakang kita untuk terus dibantu. Termasuk melupakan mereka yang di belakang kita yang turut mendorong kita untuk terus maju ke depan.

    Saat menuju ketinggian seringkali bukan FOKUS TUJUAN yang dilihat, tetapi FOKUS DIRI SENDIRI yang diutamakan.

    Saat berfokus kepada diri sendiri, kita akan letih karena merasa tidak mampu meneruskannya lagi. Atau juga kita akan terlalu bangga karena merasa telah menjadi seseorang yang kuat dan hebat di atas puncak. Kedua perasaan ini kemudian akan berakhir pada kejatuhan yang amat menyakitkan.

    Namun bila kita berfokus kepada tujuan, kita dapat mengenal cara mengatasi medan masalah dengan semangat tanpa mengenal kata menyerah. Jalan kita mungkin sedikit terhambat akibat harus menancapkan paku pada batu cadas sebagai pijakan. Tetapi usaha yang memakan waktu tersebut akan membantu kita mencapai puncak dengan lebih mudah. Sejatinya berfokus kepada tujuan yang hendak dicapai berarti secara tidak langsung kita sudah menggenapi niat tulus kita yang terdalam yang diarahkan oleh-Nya.

    Mari kita melangkah ke tempat yang lebih tinggi dalam hidup kita dengan tidak menjadi lengah ketika mencapainya.
    yang suka becanda autis, BACA

  16. #30
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    Jangan menunggu senyuman...baru mau berbuat baik...
    Jangan menunggu dicintai....baru mau mencintai...
    Jangan menunggu kesepian datang...baru mau menghargai persahabatan..
    Jangan menunggu mendapatkan banyak...baru mau berbagi..
    Jangan menunggu kegagalan datang...baru ingat nasehat..nasehat...
    Jangan menunggu kesulitan muncul ...baru mau percaya dengan do'a...
    Jangan menunggu datangnya waktu ...baru mau melayani...
    Jangan menunggu orang lain terluka baru mau meminta maaf...
    Jangan menunggu....
    Karena kita tak akan pernah tau.... berapa lama waktu yang masih kita miliki...
    GBU ALL
    yang suka becanda autis, BACA

Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •