Page 6 of 6 FirstFirst ... 23456
Results 76 to 83 of 83
http://idgs.in/166463
  1. #76
    ThEbLuEsXbLaZt's Avatar
    Join Date
    Jan 2009
    Location
    BataMz~
    Posts
    12,228
    Points
    9.16
    Thanks: 30 / 42 / 36

    Default

    Quote Originally Posted by andrew_sheva View Post
    yup


    tetapi entah knp si ponari ini hampir semua pasiennya sembuh
    gak juga kale berita hari ini beberapa pasiennya meninggal dunia karena gak sembuh"

  2. Hot Ad
  3. #77
    luna_croz's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Void!!
    Posts
    6,132
    Points
    14,571.06
    Thanks: 18 / 128 / 81

    Default

    ia lah air comberan diminum gmn ga mati?
    orang bodoh mencoba membodohi orang bodoh..
    dan alhasil orang bodohnya ternyata lbih bodoh dari dukun itu..

    bahkan gambar yg diambil dari subthread sebelah ini sangat mantap..



    "hargai ketololan bangsa sendiri" adalah hal yg memang sedang dibangga2kan disini..
    http://bit.ly/n86th7

    Graboid free download HD movies

  4. #78

    Join Date
    Feb 2009
    Location
    dimana aja boleh ~
    Posts
    9,372
    Points
    433.65
    Thanks: 525 / 404 / 338

    Default

    Quote Originally Posted by andrew_sheva View Post
    yup

    jika anda percaya sembuh...maka kamu akan sembuh

    tapi sugesti memang tidak didapatkan dari sendiri

    melainkan sesuatu yang ia percayai...

    tetapi entah knp si ponari ini hampir semua pasiennya sembuh
    iy, ga semua na.. ada yg ga sembuh jg, mlh yg g denger ada yg kritis masuk rumah sakit...
    sugesti yg kuat, jk percaya sembuh pasti sembuh..

    IDGS Public Operator Thread | IDGS VbookiE | Clan Dnec Thread

    ** WheN ThE FaiRy TaLes eNds, The NighTmAre BegiN's**


  5. #79
    shanz's Avatar
    Join Date
    Jan 2009
    Location
    Jakarta
    Posts
    421
    Points
    506.80
    Thanks: 2 / 2 / 2

    Default

    ya gimana gak kritis ? minum nya aer comberan sama aer bekas orang mandi LOL

  6. #80
    Embe_Cupu's Avatar
    Join Date
    Jul 2007
    Location
    I live in where where
    Posts
    936
    Points
    1,122.70
    Thanks: 0 / 2 / 2

    Default

    Quote Originally Posted by Almighty View Post
    Saya rasa ini hanya suggesti masyarakat belaka..
    sehingga mereka berbondong2 pingin kesana @.@
    bener..

    kebanyakan masyarakat indo mudah di pengaruhi kek gt..

    sehingga penyakid ithu bisa sembuh karena kepercayaan mereka sendiri..

    kalo di pikir secara logika mungkin kah ini terjadi?

    coba anda di posisi ponari saat ini...

    bagaimana ?
    Thank's Dulu Gan...

  7. #81
    Menara_Jakarta's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Menara Jakarta
    Posts
    1,890
    Points
    2,829.71
    Thanks: 0 / 7 / 7

    Default

    Kenapa Ada Dukun Ponari?
    Kamis, 19 Februari 2009 - 10:01 wib

    Menggelikan dan menggemparkan. Hampir dua minggu ini kita disuguhi berita bocah Ponari yang berumur 10 tahun yang dikatakan mampu mengobati berbagai macam penyakit.

    Ribuan masyarakat berbondong-bondong datang untuk diobati dengan bermodalkan kurang lebih segelas air. Air tersebut lalu dicelup oleh batu ajaib Ponari. Sim salabim! Setelah minum air celupan tersebut diyakini seluruh penyakit hilang. Ada apa? Di manakah engkau tenaga kesehatan formal? Tidak percayakah masyarakat kepada mereka? Perilaku pencarian pengobatan merupakan fenomena menarik yang terus dibicarakan di berbagai negara.

    Setidaknya terdapat tiga faktor yang menentukan perilaku pencarian pengobatan. Faktor pemengaruh (predisposing) yang berakar dari antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang ada di masyarakat secara umum. Faktor pemudah (enabling) yang menggambarkan kemudahan sumber daya untuk pergi berobat, antara lain fasilitas dan biaya kesehatan di tempat Ponari berada. Faktor pendorong (reinforcing) yang bersumber pada referensi kelompok khusus, antara lain pandangan internal setiap keluarga atau peer group pasien terhadap si dukun cilik.

    Dalam konteks "fenomena Ponari", perilaku masyarakat untuk berobat kepada sosok Ponari dimungkinkan karena pengetahuan masyarakat yang rendah tentang kesehatan, ditambah nilai dan kepercayaan masyarakat terhadap hal yang "mistis" sangat tinggi serta peer group yang saling mendukung. Masalah ini kemungkinan besar tertopang oleh rendahnya kepercayaan masyarakat kepada tenaga dan sarana kesehatan formal, ditambah anggapan masih mahalnya biaya pengobatan.

    Hal lain yang diduga meningkatkan pamor si dukun adalah ekspos media yang intensif sehingga terjadi psychological bubble (mengadopsi istilah economic bubble), yaitu fenomena psikologis masyarakat yang "menggelembung", berbondong-bondong ingin berobat ke Ponari akibat pengaruh media. Apa yang didapatkan melalui media baik audio, visual maupun audiovisual menjadi jembatan keyakinan masyarakat terhadap fenomena tersebut berdasarkan fakta empiris sebagian masyarakat lain. ***

    Sebuah benang kusut yang sulit dipahami. Kepercayaan terhadap benda mistis, dukun, pengobatan supranatural, dan ritual-ritual tertentu dalam menanggulangi penyakit tetap tumbuh subur dan berkembang. Ada yang dapat diterima akal sehat, tapi sebahagian besar sulit diterima akal karena tidak mempunyai landasan kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine) yang jelas.

    Ironisnya, pada saat yang sama, berbagai program kesehatan yang dijalankan mulai dari puskesmas, posyandu hingga Jamkesmas ("berobat gratis"), yang seharusnya mampu membangun kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga dan sarana kesehatan formal-yang berbiaya triliunan rupiah-, ternyata kalah pamor dengan kehebatan dukun cilik Ponari.

    Departemen Kesehatan rupanya belum cukup mampu membangun mindset masyarakat terhadap kredibilitas sarana dan tenaga kesehatan formal yang ada. Kurangnya komunikasi, informasi, dan edukasi oleh tenaga kesehatan merupakan faktor utama yang mengakibatkan fenomena tersebut. Adanya kepercayaan yang lebih pada pelayanan kesehatan nonformal mengindikasikan adanya "kesalahan" sektor kesehatan formal dalam mengimplementasikan suatu sistem kesehatan yang memungkinkan setiap orang dapat berkonsultasi kapan pun dan di mana pun melalui sistem Jamkesmas yang efektif dan efisien pada sarana kesehatan formal yang ada.

    Hal ini karena kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan formal bukanlah sesuatu yang otomatis terjadi. Kepercayaan masyarakat sangat ditentukan pula oleh adekuat atau tidaknya pengawalan akan kesehatan dan upaya pencerdasan masyarakat yang dilakukannya. Sebagai contoh ekstrem, banyak bidan di desa yang pamornya akhirnya masih terkalahkan oleh dukun beranak.

    Tentu kesalahan bukan pada bidannya, tapi lebih pada pola kultural para dukun beranak dalam mendampingi keseluruhan proses kelahiran seorang anak, perhatian yang terus menerus setiap hari, sehingga dirasakan sebagai bagian dari "keluarga" klien. Untuk itu, tidak ada jalan lain, tenaga kesehatan harus ditopang oleh terimplementasinya sistem kesehatan yang bukan hanya bertumpu pada upaya rutin, tetapi juga melakukan upaya nonrutin sehingga memungkinkan masyarakat mendapatkan akses yang seluas-luasnya terhadap informasi tentang kesehatan. ***

    Secara struktural, upaya mencerdaskan masyarakat dalam masalah kesehatan merupakan tanggung jawab lini terdepan pelayanan. Saat ini lini tersebut adalah puskesmas konvensional yang pelayanannya dapat kita lihat sehari-hari. Padahal sistem kesehatan nasional kita sudah mengisyaratkan agar pola pelayanan puskemas harus mulai digeser ke arah pelayanan dengan pendekatan pelayanan kesehatan keluarga.

    Puskesmas- karena sistem kesehatan nasional tidak berjalan optimal-akhirnya terpaku pada upaya pelayanan kuratif dan cenderung bersifat pasif. Mestinya, puskesmas sebagai first point of contact di masyarakat harus bergerak jauh lebih maju, masuk dalam kehidupan setiap keluarga Indonesia, mencerdaskan, memberikan informasi dan edukasi yang lebih baik. Peran pembinaan puskesmas baik terhadap struktur internalnya maupun langsung ke masyarakat mesti dibenahi.

    Dengan kata lain, fungsi first point of contact puskesmas harus disebar lebih ke "bawah" agar dapat memberdayakan setiap keluarga untuk lebih mengenal, memahami, percaya, dan melakukan upaya-upaya untuk memelihara kesehatan diri sendiri yang aman. Upaya yang jauh dari berbagai cara pengobatan yang tidak ada bukti ilmiahnya, bersifat takhayul, klenik, coba-coba, serta memberi harapan/ keajaiban palsu tidak dapat diukur dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

    Fungsifirst point of contacttersebut dapat diwujudkan dalam entitas bersama yang terdiri atas berbagai unsur tenaga kesehatan dan masyarakat yang bekerja bersama oleh dan untuk diri serta lingkungannya sendiri dan berusaha untuk menjadi bagian dari setiap keluarga. Dengan demikian, diharapkan kepercayaan masyarakat tentang kesehatan yang benar dapat ditumbuhkan. Fenomena bocah Ponari akan hilang dengan sendirinya apabila upaya memperkuat first point of contact ini dapat lebih dikembangkan.

    Di beberapa negara, first point of contact yang optimal ini dikenal sebagai praktik kedokteran keluarga. Praktik yang dilakukan di beberapa negara itu juga bisa diimplementasikan di Indonesia jika memang kita mau.(*)

    Dr dr Fachmi Idris, MKes
    Ketua Umum PB IDI, Presiden Ikatan Dokter Asia Oseania

    (//mbs)

    http://news.okezone.com/read/2009/02...a-dukun-ponari
    Quote of the week:

    "Indonesia is on the move, get on board." — Forbes Asia
    "The optimist proclaims that we live in the best of all possible worlds; and the pessimist fears this is true." James Branch Cabell

    Vote for Komodo National Park:
    http://www.new7wonders.com/nature/en/vote_on_nominees/

  8. #82
    Andaman_Nikobar's Avatar
    Join Date
    Sep 2008
    Posts
    297
    Points
    489.80
    Thanks: 0 / 5 / 3

    Default

    Mengaku Dukun, Bocah Obati Pasien
    * Batu Bertuliskan Asma Allah Jadi Obat

    Makassar, Tribun - Sekitar 30-an warga asal Makassar dan deerah lainnya, Jumat (27/2) siang, rela berdesak-desakan di sebuah rumah di Jl Lembo Kecamatan Tallo, Makassar, demi mendapatkan pengobatan dari Randi Jaya Kusuma (13), yang oleh warga setempat disebut "dukun cilik".


    Warga meyakini, siswa kelas I SMP Ahmad Yani, Makassar ini bisa mengobati segala jenis penyakit hanya dengan sebuah batu kali seukuran telur ayam kampung. Kelebihan lainnya, klaim Mukhtar, bapak Randi, keringat anaknya harum, laiknya parfumm, yang juga jadi obat alternatif.
    Erni, ibu Randi adalah pedagang kacamata dan minuman di sekitar Masjid Al Markaz, terlihat sibuk membantu pengobatan dengan pemijatan dengan olesan keringat Randi. Praktik dukun cilik ini tak dipungut bayaran.
    Saat tribun mengusap lehernya, aroma parfum yang dibawa jamaah haji asal Arab, begitu menyengat. Sebagian pasien, yang kebanyakan ibu rumah tangga, banyak yang menciumi bagian tubuh Randi.
    Salah satu kamar tidur, menjadi ruang praktiknya. Ruangan seukuran pos satpam kebanyakan itu di dekat dapur rumah panggung yang terbuat dari kayu. Rumah ini, mulai ramai didatangi warga yang sebagian besar dari pinggiran kota, sejak Minggu (22/2) lalu. (lihat, Kronologi Dukun Keringat Harum)
    Orang tua dan kerabantnya, terpaksa menyiapkan nomor antrean. "Biar rapi, nanti seperti kasus dukun Ponari (di Jombang, Jawa Timur), ada yang mati," kata Mukhtar, yang sehari-harinya adalah tukang becak.
    Sejak Kamis (26/2) lalu, Randi tak masuk sekolah, " Pihak guru sudah melakukan rapat terkait kejadian ini, kemungkinan orang tuanya akan kami panggil, " kata Nasruddin, pihak tata usaha SMP Ahmad Yani.
    Kejadian ini juga mengingatkan warga sekitar akan kemampuan Sari Bulan, di Tabaringan, kecamatan Tallo, sekitar awal dekade 1980-an. Sari Bulan juga diyakini bisa menyembuhkan aneka penyakit, dengan air yang didapat saat gerhana matahari.(cr3)

    Reaksi Ketua MUI Sulsel
    Hat-hati! Jangan Musyrik
    MEMANG di dalam Al Quran dan Hadis, terdapat anjuran untuk berobat terhadap segala macam penyakit. Hadis juga menyatakan setiap penyakit itu ada obatnya. Namun untuk kejadian seperti ini, masyatrakat harus waspada. Jika iman tak kuat, pengobatan seperti ini bisa menyeret masyrakat dalam kemusyrikan.
    Perlu juga diingatkan kepada pasien yang sembuh agar tidak mengatakan bahwa dirinya terbebas dari penyakit tersebut, karena pengaruh batu yang bertuliskan asma Allah atau keringat anak itu.
    Banyak cara yang bisa digunakan oleh manusia dalam menyembuhkan penyakit yang dideritanya, seperti menggunakan obat-obatan tradisional, atau melalui diagnosa dan resep doktor.
    Namun tentunya, kesehatan itu wajib diyakini berasal dari yang berkuasa, dan bukan berasal dari batu meski ada tulisan mirip asma Allah.(cr3)
    AGH Sanusi Baco Lc, Ketua MUI Sulsel

    kronologi si keringat harum
    - Berawal dari mimpi. Randi bertemu wanita cantik dan menyuruhnya mengambil setangkai bunga jenis putri malu, Minggu (22/2) di sekitar Masjid Al Markaz.
    - Keesokan harinya, Ibu Randi meminta anaknya mencabut bunga itu. Tapi, tiba-tiba batu kali warna coklat bertulisan lafadz Allah, muncul. Lafdz itu terlihat seperti kaligrafi yang digrafir
    - Malam Senin (23/2) Randigemetaran saat memegang batu itu dan mengeluarkan keringat berbau harum, kemudian pingsan.
    - Hartati, tetangga Randi, adalah pasien yang merasa segar saat setelah kepalanya dipijat oleh Randi dengan memakai olesan keringat dan batu itu.(cr3)

    http://www.tribun-timur.com/today/viewpda.php?id=14118

    Hoaam nongol lagi, udah mod close aja nih thread, it's obvious.

  9. #83
    Menara_Jakarta's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Menara Jakarta
    Posts
    1,890
    Points
    2,829.71
    Thanks: 0 / 7 / 7

    Default

    OK, mystery solved, thread closed, thread akan dibuka kembali jika ada user yang mau berkomentar melalui PM atau ternyata pembuktian yang ada ternyata salah dan harus dibahas lagi.
    Quote of the week:

    "Indonesia is on the move, get on board." — Forbes Asia
    "The optimist proclaims that we live in the best of all possible worlds; and the pessimist fears this is true." James Branch Cabell

    Vote for Komodo National Park:
    http://www.new7wonders.com/nature/en/vote_on_nominees/

Page 6 of 6 FirstFirst ... 23456

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •