Jombang, Jatim dibuat geger. Tersebutlah seorang anak kecil yang mendapat kekuatan supranatural setelah tersengat listrik stasis bertegangan jutaan volt. Konon kabarnya bisa menyembuhkan orang sakit. Ya... Ponari-lah maksudnya. Ngomong-ngomong masalah Ponari, tiba-tiba jadi teringat cerita komik kesukaannya bapak di tahun 70-80an. Masih ada juga orang yang sempat bikin komik di zaman itu. Gundala Putra Petir... cerita bergambar besutan seniman kreatif, Harya Suraminata atau yang lebih familiar dipanggil Hasmi ini katanya bakal diangkat kembali ke layar lebar Juni 2009. Berikut biografinya (biografi Gundala):
Nama : Sancaka
Profesi : Ilmuwan, pembela kebenaran (setelah jadi Gundala, The Son of Thunderbolt)
Ciri-ciri : keren, badan berotot, pakai baju hitam berbahan rubber, sarung tangan, sepatu, dan cawat warna merah, suka pakai topeng yang ada sayap burungnya
Keahlian : Lari secepat angin, menembakkan listrik bertegangan tinggi
Penghasilan : Belum punya penghasilan tetap
Unforgetable Moment : Setelah pulang dari lab, menemukan serum anti petir, tersambar petir, teleport ke planet petir, bertemu dengan Kaisar Kronz, dijadikan anak angkat, dan dengan sukses punya nickname; Gundala
Misi : Menumpas kejahatan, membela yang lemah
Lalu, Ponari? ya, hampir sama. Secara ekslusif berikut biodata dukun cilik Ponari:
Nama : Muhammad Ponari
Profesi : Siswa Kelas 3 SD, tabib (setelah jadi Ponari, The Little Clairvoyant)
Ciri-ciri : Kecil, suka digendong, rambut lurus, pegang batu kali warna coklat
Keahlian : Mengumpulkan orang banyak, menghasilkan uang, dipercaya menyembuhkan orang sakit
Penghasilan : Rp60.000.000,- per hari
Unforgetable Moment : Main disawah, disambar listrik statis tegangan tinggi, bukannya mati malah dapat batu berkekuatan magis luar biasa, konon dapat menyembuhkan segala macam penyakit
Misi : Menutup lubang Lumpur panas lapindo
Di mana miripnya Ponari sama Gundala ? Banyak. Dahulu sebelum media santer memberitakan kehebatan Ponari, Ponari hidup tenang-tenang saja sampai akhirnya tersebar luaslah berita kesaktian bocah satu ini. Hidupnya yang dahulu dilaluinya dengan santai boleh jadi sekarang berubah dan menjelma jadi seorang jutawan cilik karena penghasilannya yang mencapai Rp300 juta dalam waktu tidak lebih dari 5 hari. Fenomena Ponari juga bisa dibilang endemik, hanya muncul di daerahnya saja dan anehnya tidak sendirian. Berita tidak kalah ajaib yang serupa dengan Ponari pun ada. Tidak tanggung-tanggung datang dari usia yang sama, daerah yang sama, pakai batu juga, media airnya pun serupa. Yang antri pun tak kalah banyaknya. Sebut saja Dewi, bocah cilik yang sampai saat ini (Jum'at, 20/02/09) belum diketahui bagaimana wajahnya yang diberitakan punya kekuatan yang sama dengan Ponari.
Kembali ke masalah Gundala, yang jelas tokoh komik ini dan komik-komik lainnya adalah konsumsi orang-orang yang hobi dengan khayal-mengkhayal dan bersifat imajinasi. Setali tiga uang dengan Ponari dan Dewi. Yang tertarik dengan mereka seharusnya hanyalah orang-orang yang doyan berkhayal, berkhayal dapat sembuh hanya dengan minum air yang dicelupkan batu Ponari. Lho kok banyak yang datang? Jadi orang sebanyak itu tukang berkhayal semua? Jawabnya banyak faktor. Akan tetapi kalau melihat antusiasme dan korban jiwa, besar kemungkinan mereka datang karena tidak punya pilihan lain, terutama pilihan untuk datang ke daerah medis yang oleh sebagian besar masyarakat kita dinilai lama, mahal, dan semakin tidak berkualitas. Pertanyaan lain, seandainya rumah sakit sama-sama memasang tarif 5000 rupiah untuk pasien, kira-kira masihkah Ponari laris diserbu warga? Oh… tidak tahu, kadang kala masyarakat memang lebih suka dengan hal-hal seperti ini. Berarti bukan mutlak salah dunia medis? Benar, faktor iman dan aqidah. Yang jelas fenomena ini harus segera disikapi, jangan dibiarkan menggelembung dan menjadi penyakit aqidah yang akut.
Semakin menakjubkan dan lucu saja masalah ini ketika muncul ide untuk membuatkan instalasi bagi Ponari dan batunya. Katanya, supaya Ponari tidak capek, dan orang yang butuh tinggal putar kran dan air itu mengalir sampai jauh. Ditambah lagi dengan ucapan fenomenal Ponari tentang solusi menghentikan semburan lumpur panas Lapindo. Untung saja pihak pengelola PT Minarak Lapindo Jaya masih punya akal sehat tidak ikut-ikutan mengantri dengan ribuan masyarakat untuk meminjam batunya Ponari. Bisa saja kan?
Tapi ada sisi baik yang bisa dijadikan inspirasi buat Gundala. “Coba dipikirkan profitisasi kemampuan supermu itu, siapa tahu bisa menghasilkan uang. Kerjasama dengan PLN barangkali, jadi lebih bermanfaat dan menghasilkan uang.” Ponari saja bisa.
gimana yah???
Share This Thread