Balikpapan - Kabar duka datang dari PKT Bontang. Gelandang mereka, Jumadi Abdi, meninggal dunia usai berbenturan dengan pemain Persela Lamongan dan beberapa hari dirawat di rumah sakit.
Jumadi menghembuskan nafasnya yang terakhir pada hari Minggu, 15 Maret 2009, usai mendapat perawatan di Rumah Sakit PKT Bontang. Sebelumnya, pemain kelahiran Balikpapan itu meninggal dunia setelah dirawat sejak Sabtu (7/3) malam.
Dalam pertandingan melawan Persela pada hari Sabtu pekan lalu, Jumadi bertabrakan dengan pemain Persela, Denny Takras. Dalam benturan itu, kaki Denny mengenai bagian perut Jumadi sehingga pemain yang pernah juga pernah bermain untuk Pelita Jaya Jakarta itu tersungkur di lapangan.
"Jadi kejadiannya terjadi dalam pertandingan melawan Persela, hari Sabtu, kalau tak salah tanggal tujuh. Dia kena tendang di perutnya," ungkap Manajer Tim H. Arief Budi Santoso kepada detiksport.
Arief yang ketika dihubungi masih berada di rumah duka menyebut, setelah itu Jumadi langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat. Kondisinya sempat membaik pascaoperasi, namun sejak Kamis, keadaan Jumadi kembali memburuk.
"Setelah itu kami bawa dia ke emergency dan dilakukan observasi, ternyata ada yang sobek di ususnya. Kalau tak salah hari Selasa ia dioperasi dan dipotong bagian yang sobek itu."
"Namun, kotoran akibat lukanya sudah ke mana-mana. Hari Rabu ia masih baik, tetapi hari Kamis sampai Sabtu infeksinya sudah menyebar ke mana-mana. Hatinya juga kena infeksi," tukasnya.
Arief juga menyampaikan bahwa pihak klub akan menyatakan belsungkawa kepada pihak keluarga. Ia juga menyebut akan memberikan bantuan, terkait dengan asuransi yang sudah dimiliki Jumadi di dalam kontrak.
"Kita turut belasungkawa, dia juga telah membela nama PKT. Tapi, pada akhirnya semua Allah yang menetukan. Untuk hal itu, kami akan bicarakan dengan pihak pengurus, lagipula dia sudah diasuransi."
Jumadi dimakamkan di Balikpapan pada pukul 12.45 WITA di TPU Taman Merdeka, Kampung Baru Ujung. Diketahui dari Arief, Jenazah Jumadi dimakamkan tanpa iringan rekan setim lantaran PKT tengah bertanding hari ini.
Diungkapkan pula oleh Arief, Jumadi sebenarnya hendak melakukan pernikahan pada tanggal 5 April mendatang. "Dia sebenarnya mau menikah tanggal 5 April. Tapi, apa boleh dikata, semua Allah yang menentukan."
( roz / key )
sumber http://www.detiksport.com/sepakbola/...l-usai-dirawat
Ikhlas bukan Berarti Diam
Jangan Pernah Ada Korban lagi
Senin, 16 - Maret - 2009, 17:08:38
Sumber: Jaka
Nyawa manusia tidak ternilai harganya. Tidak ada satupun yang mampu mengganti hilangnya nyawa manusia. Begitu juga nyawa Jumadi Abdi. Diganti berapapun, oleh materi apapun, tidak akan mampu mengganti nyawanya, tidak akan bisa menghilangkan kesedihan kita yang ditinggalkan.
Namun sebagai manusia beriman, kita harus ikhlas menerima takdir ini. Kita harus meyakini bahwa inilah jalan terbaik yang diberikanNya.
Kita harus menunjukkan kecintaan kita kepada Jumadi Abdi dengan cara kita masing-masing sesuai dengan syariat. Kita harus berjuang bersama agar pengorbanan Jumadi tidak sia-sia, harus jadi tonggak kebangkitan kita semua.
Dari sisi team PS Bontang PKT, semua komponen harus berjuang sesuai perannya masing-masing agar PS Bontang PKT berprestasi maksimal. Kesuksesan PKT akan membuat Jumadi "tersenyum" di alam sana. Pelatih, pemain, pengurus, suporter, semua harus bergandeng tangan, bersatu padu memberikan yang terbaik untuk team ini.
Untuk sepakbola Indonesia, semoga Jumadi adalah korban terakhir bagi kemajuan sepakbola Indonesia. Kita meyakini bahwa kejadian di Bontang adalah ibarat puncak gunung es, terlihat kecil di atas permukaan namun begitu besar yang ada di bawahnya. Terjadinya "kecelakaan" di Bontang sebetulnya adalah buah dari sistem persepakbolaan secara umum di Indonesia.
Cobalah kita bermain logika yang runut secara sederhana, sebagai contoh kecil, meski belum tentu persis begitu kejadiannya : pemain bermain kasar karena tidak takut mendapat hukuman dari wasit karena teamnya sudah "main mata" dengan wasit, kalaupun akibat bermain kasar pemain mendapat sanksi dari Komdis, masih ada lembaga Komding yang bisa menganulir keputusan Komdis. Kalau masih mendapat sanksi juga, masih ada "tangan tak tersentuh" melalui mekanisme "Peninjauan Kembali". Jadi apa yang bisa diharapkan kalau nilai-nilai sportifitas yang seharusnya dijunjung tinggi sebagai olahragawan ternyata kalah oleh "kepentingan lain"?
Kepergian Jumadi harus dijadikan momentum untuk kebangkitan pembinaan sepakbola Indonesia, jangan ada lagi korban setelah ini. Kita semua, utamanya otoritas sepakbola Indonesia, adalah pihak yang paling berdosa bila tidak mampu menjadikan momentum ini sebagai awal pembenahan sepakbola Indonesia. Kalau sampai ke depan ada korban lagi akibat carut marutnya sistem pembinaan sepakbola kita, maka bisa dikatakan bahwa itulah dosa yang tidak akan termaafkan.
Kita memang harus ikhlas menerima kepergian Jumadi Abdi. Tapi ikhlas bukan berarti diam tanpa tindakan apapun dan membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Pengurus PS Bontang PKT telah menjalin komunikasi intensif dengan BLI terkait hal ini. Dari BLI diperoleh informasi bahwa BLI akan membentuk team khusus untuk menyelidiki kasus ini secara komprehensif. Diharapkan dari team ini akan diperoleh langkah yang tepat dan menyeluruh.
PS Bontang PKT dalam hal ini akan menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada BLI apa langkah terbaik yang akan diambil. Apabila diperlukan, kami siap mendukung penuh dan kooperatif dalam memberikan data dan fakta yang dibutuhkan. Semua kami lakukan demi pembinaan sepakbola nasional yang lebih baik ke depan.
Hilang satu Jumadi adalah musibah, jangan biarkan ada "Jumadi-Jumadi" lain lagi yang jadi korban di atas lapangan...
sumber http://pspkt.pupukkaltim.com/berita/...tml?newsID=931
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Turut Berduka Cita......
Satu lagi Rapor Buruk PSSI.....
Stop Kekerasan dalam Sepakbola Indonesia!!!!!
Share This Thread