Di dalam Tasauf, pada maqom bermakna si nafs kehilangan dirinya, dan maksudnya "Allah mengambil-alih kedudukan di dalam batinnya." Tidak ada lagi maqom yang lebih "tinggi" daripada maqom itu.
perumpamaan yang tepat bagi perjalanan spiritual bukanlah "berhentilah sebelum kenyang", melainkan: "berhentilah sekarang juga, jangan berlari terus, apa yang kau cari?"
maqam itu kata Arab, artinya dalam bahasa Indonesia kurang leblih: "tingkatan batin", "kedudukan batin", "tempat berada".
Maqom tertinggi dalam hirarki belajar tasawuf. musyahadah berarti maqom menyaksikan af’al Allah. maqom dimana kita tidak banyak berkomentar lagi tentang apa yang diperbuat oleh Allah. lelakunya adalah diam seperti penonton bola yang diam dan tidak banyak komentar. kadang para sufi untuk mencapai maqom ini dengan melakukan uzlah atau menyendiri, menyendiri untuk apa? ya untuk diam sambil menyadari akan perbuatan Allah dalam setiap gerak alam. kemudian menemukan diri sebagai diri yang menyaksikan. Kesadaran ini lah kesadaran tertinggi yang banyak di nanti-nanti oleh kalangan sufi. suatu kesadaran dengan keyakinan total.
Kesaksian pada tahap ini adalah kesaksian pada takdir Allah dimana takdir tersebut tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk semua takdir adalah takdir itu sendiri. tidak ada penafsiran atas takdir itu. karena penafsiran merupakan komentar terhadap perbuatan atau af’al Allah.
proses ini yang penting adalah kesadaran yang terus menerus dan dapat dilatih dengan memiliki tempat khusus yang dinamakan mihrab. tempat ini lah tempat kita beruzlah tempat untuk belajar menyadari hakikat diri dan hakikat Tuhan. dan namanya maqom bukanlah untuk diteorikan terlebih di bahas panjang lebar cukup dimengerti secara singkat kemudian di jalankan
Banyak sekali persepsi tentang maqom atau kedudukan ini. Menurut saya, saya lebih berpandangan optimis dan positif artinya bahwa maqom bukanlah pangkat namun suatu keadaan kejiwaan individu dalam mengarahkan dirinya kepada Allah. Misalnya maqom pasrah sebenarnya pasrah bukanlah pangkat yang ditentukan allah dibanding dengan manusia lainnya, namun maqom pasrah adalah suatu keadaan kejiwaan individu itu sendiri dalam memasrahkan dirinya kepada Allah. Jadi bukan pangkat pangkatan atau tingkatan seperti pangkat seorang pejabat.
Persepsi ini biasanya terjadi pada mereka yang menganut tasawuf tradisional dan para pengikut tarekat. Mereka menganggap bahwa maqomat adalah suatu derajat atau pangkat yang ditentukan oleh Allah. Jadi tidak sembarangan orang bisa mencapai maqom pasrah. Dalam mengarahkan diri kita ke Allah tidak perlu pangkat pangkatan, kalau mau maqom pasrah ya pasrah…. perkara lain-lainnya biar Allah yang mentunkan.
"Salah satu maqam akhlaq adalah makam Yaqin. Yaitu manusia untuk mencapai kesempurnaan diharuskan untuk mencapai peringkat dimana dia tidak ada lagi keraguan, wahm (angan-angan) dan Khayal dalam meyakini hukum-hukum dan akidah-akidah Islam. Yaqin mempunyai tiga tingkatan yaitu; pertama Ilmul yaqin, Kemudian 'Ainul yaqin, dan terakhir adalah Haqqul yaqin. Al-Qur'an menyatakan: "Lau ta'lamuna ilmal yaqîn", Kalau kamu menemukan keyakinan terhadap Mabda dan Ma'ad, surga dan neraka melalui ilmul yaqin, kamu akan menyaksikan neraka dan penduduknya itu dengan penglihatan batin. Kalau seorang manusia memandang kepada alam penciptaan ini dengan pandangan mata batin dan pandangan Ibrahim As "Wakazdalika nurî Ibrahima malakutassamâwâti wal ardhi" (al-An'am: 75), dia akan menyaksikan orang-orang yang berada di neraka jahannam; yaitu kalau anda memperoleh derajat awal keyakinan itu, maka akan muncul dalam hati anda pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu (makrifat Ilahi). Sekarang, jika seseorang naik dan memperoleh tingkat keyakinan selanjutnya yaitu 'Ainul yaqin dan Haqqul yaqin, maka ilmu dan pengetahuan yang lebih dahsyat lagi akan muncul dan terbit dalam jiwa dan hatinya."
Salah satu maqam akhlaq adalah makam Yaqin. Yaitu manusia untuk mencapai kesempurnaan diharuskan untuk mencapai peringkat dimana dia tidak ada lagi keraguan, wahm (angan-angan) dan Khayal dalam meyakini hukum-hukum dan akidah-akidah Islam.
Orang-orang, khususnya kaum penganut mazhab Islam Syiah dalam memperoleh tingkatan-tingkatan keyakinan itu menggunakan menggunakan metode dalil-dalil burhan (argumen), al-Qur'an dan sunnah. Salah seorang tokoh menukilkan perkataan dari anak almarhum sayyid Ali Aghai Qadhi bahwasanya ayahnya berkata:
meskipun keraguan dan kebimbangan dalam agama ada sampai tiba ajal di tenggorokan dan kalau tidak, setelah kematian, segala sesuatunya nanti akan nampak dan keyakinan yang sebenarnya pun akan tercapai. Sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Qur'an: Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu Amat tajam. Q.S. al-Qaf : 22.
Jika setiap manusia betul-betul menjaga hukum-hukum Allah, yaitu melaksanakan yang wajib dan menjauhi segala yang dilarangnya serta keyakinannya terhadap Mabda' dan Ma'ad dansebagainyamencapai pada maqam Yaqin, maka dia akan memperoleh sebuah kondisi dan pengalaman spiritual yang hal-hal itu tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata dan dialog.
Ada sekelompok manusia yang terbebas dari kurungan badanya dan memperoleh karunia penglihatan Ibrahim As, manusia-manusia langitan ini, menyaksikan dengan jelas bahwa mereka mampu melihat dan mendengar dengan mata batinnya kondisi penghuni kubur.
Ada sebuah riwayat dari Rasulullah Saw: bahwa beliau masuk mesjid pada waktu subuh, di dalam mesjid beliau menyaksikan seorang pemuda kurus namun penuh cahaya di wajahnya duduk di salah satu sudut mesjid. Rasulullah bertanya: Bagaimana kondisi anda pada subuh ini? Pemuda itu menjawab: Saya pada subuh ini dalam kondisi yakin kepada Allah Swt.
Bertanya Rasulullah tentang kondisi Zaid
Bagaimana pagi subuh ini kau lalui wahai sahabat sejati
Berkata Aku hamba yang yakin
Bertanya mana bukti keyakinan yang menakjubkan itu??
Berkata aku menyaksikan makhluk-makhluk penghuni langit
Dan aku melihat dan menyaksikan Arasy dan para penghuninya.
Kalau seseorang telah menemukan keyakinan maka tak akan pernah dia menampakkan ketakwaannya, karena segala sesuatu itu tidak semuanya bisa diungkapkan di dunia ini.
"Setiap orang yang mendapatkan karunia dan tarbiyah, rahasia-rahasia Ilahi akan dicamkannya dan mulutnya terjahit"
Mereka berkewajiban untuk memperkenalkan akan dunia gaib itu kepada masyarakat, segala sesuatu yang ada di alam malak, malakuti, mempunyai lahir dan batin. Tabarakallazi biyadihilmulku wa huwa 'ala kulli syain qadîr (al-Mulk: 1), Fasubhanallazi biyadihi malakutu kulli syain (Yasin: 83) kedua ayat ini adalah dalil akan adanya alam malakut dan batin.
Di alam ini terdapat berita-berita yang tidak pernah berhenti siang malam, yang mana kita tak bisa mendengar dan menyaksikannya karena kita buta. Mereka yang bisa melihat dan mendengar, siang malam tak pernah tidur mendengarkan ucapan-ucapan tasbihnya seluruh makhluk yang ada di alam ini.
Makan dan minum telah menjauh dari tingkat cinta
Saat itulah kau akan sampai pada sahabat yang mana tak ada tidur dan makan lagi
Manusia dalam kondisi ini, merasakan nikmatnya berwudu, atau pada bulan ramadhan dikarenakan sedikit makan maka dia merasakan nikmatnya saat-saat mendekati waktu berbuka dimana hal itu bukanlah perumpamaan kenikmatan dunia. Allah Swt mengaruniakan nikmat ini kepada orang-orang mukmin supaya mereka semakin yakin kepada-Nya seperti seorang ibu yang meletakkan tangannya yang berisi manisan di mulut bayi.
Semoga membantu bagi saudara-saudara muslim sekalian dan Insya’ Allah bermafaat.
=============================
Bagi pembaca Jangan lupa untuk clickPilih [ I approve ]
![]()
Share This Thread