Page 8 of 9 FirstFirst ... 456789 LastLast
Results 106 to 120 of 125
http://idgs.in/203030
  1. #106
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    Chapter 15 up!! A flashback chapter!


    Spoiler untuk Chapter 15 :

    Chapter 15
    Project ESPER


    “BLAR!!” serangan bola api dari Sirius kembali menghantam Oceanus yang kemudian terpental dan menghantam tembok. Sirius dan Oceanus tampak masih bertarung di lantai 61 Sybill Tower setelah Agenor pergi melewati mereka; dengan kejaran Lamia tentunya, pergi menuju lantai 68.

    “Wah,wah,wah.. tampaknya kekuatanmu melemah setelah kau kehilangan ke-immortal-anmu ya?”

    “!!?”
    “Bagaimana kau bisa mengetahuinya?!”
    Tanya Oceanus terkejut pada pertanyaan yang dilontarkan Sirius; yang berwujud wanita dewasa.

    “Hoo.. ternyata kau sudah lupa pada siapa ‘kami’ sebenarnya ya?”
    Jawab Sirius yang berwujud Cillia.

    “Jadi.. begitu ya.. ternyata salah satu tubuh lainmu menyaksikan kejadian itu...”

    “Begitulah... sekarang.. bersiaplah untuk mati..”
    Ujar Sirius dengan tenang

    Secara tiba-tiba Sirius melompat dan berlari menerjang Oceanus dengan kepalan tangan yang berselimutkan api biru, dengan mata yang memancarkan hawa pembunuh. Secara reflek Oceanus menghindari serangan itu dengan menghindar melangkah mundur, tetapi..

    Sebuah formasi sihir tiba-tiba muncul di tanah, dan membuat suatu invisible dome yang seakan ingin menelan Oceanus bulat-bulat. Gerakan Oceanus yang lebih cepat dari terbentuknya invisible dome membuat separuh badannya lolos dari perangkap, tetapi setengahnya lagi berada di dalamnya.

    Dan dalam sekejap tubuh Oceanus yang berada di dalam invisble dome terhisap ke pusat formasi sihir, seperti terhisap oleh sebuah tornado tak terlihat. Dan setelah itu invisible dome itu pun menghilang, menyisakan setengah tubuh Oceanus yang gagal terjebak di dalamnya.

    “Cih, gagal..”
    Keluh Cillia.

    Sementara Oceanus sedang memperbaiki tubuhnya kembali dengan menyerap uap air yang berada di sekelilingnya dan membentuk kembali tubuhnya yang hilang tersedot oleh teknik Cillia.

    “Jadi.. apakah ini yang pantas kau lakukan.. pada seseorang yang telah menyelamatkanmu, bahkan pernah menjadi ayah mu?”

    “Menyelamatkan?? Menjadi Ayahku?? Hahaha, jangan membuatku tertawa Air kotor, kau pikir aku tak tahu semua yang telah kau lakukan? Pada semua yang terlibat dengan Project ESPER? Termasuk Ayah kandungku?? Cobalah kau ingat lagi”

    Oceanus menatap Sirius dengan penuh rasa ingin membunuh dari balik masker gas nya, ia kembali mengingat kejadian di masa lalu.



    Rumah Sakit ASASIN, 56 tahun yang lalu..



    Cronos datang dengan gembira, mengira bahwa teman baiknya telah terbuka hatinya dan memaafkannya maupun Rheia; walaupun Rheia tidak datang karena terlalu sibuk mengurus seseorang bernama Philip, ia datang bersama pimpinan dari Project ESPER, Professor DR Krueger.


    “Selamat siang, saya Profesor Krueger.”
    Ujar Prof.Krueger memperkenalkan dirinya pada Calon Test Subject nya yang terbaring di depannya dengan perban di sekujur tubuhnya, yang hanya menjawab salamnya dengan kebisuan dan tatapan mata yang menyebalkan.

    “Ah, Oceanus, ini Prof.Krueger, ia merupakan pimpinan dari Project ESPER yang kemarin aku katakan-“

    “Benarkah itu?”
    Sela Oceanus sambil menatap Prof.Krueger

    “... Betul.. dan kudengar kau berminat menjadi sukarelawan kami...”

    “Nah, jadi aku hari ini membawa Prof.Krueger ke sini untuk bertanya padamu apakah kau benar-benar ingin menjadi sukarelawan, karena menurut Prof.Krueger menjadi sukarelawan Project ESPER tidak begitu ‘menyenangkan’-“

    “Cukup basa-basinya, apa kau pikir keadaanku sekarang ‘menyenangkan’? Profesor, secepatnya kita jalankan proyekmu, aku sudah muak berada dalam keadaan ini..”
    Lagi-lagi Oceanus menyela Cronos.

    “... Baiklah.. minggu depan aku akan menghubungimu lagi untuk penjemputan ke Lab..”

    Setelah itu, Cronos bersama Prof.Krueger meninggalkan ruangan Oceanus..

    Diluar..

    “Aku tidak suka anak itu..”
    Ujar Prof.Krueger pada Cronos

    “Ah.. maafkan kelakuannnya, mungkin dia seperti itu karena sedang memikul derita yang besar.. dan.. dia menjadi seperti itu bukan karena kesalahannya..”
    Jawab Cronos dengan suara yang semakin mengecil, merasa bahwa sahabat baiknya menjadi seperti itu karena kesalahannya.


    Seminggu berlalu dengan cepat, Prof.Krueger menjemput Oceanus dari Rumah Sakit ASASIN, dan memindahkannya menuju Lab Rahasia pemerintah, di suatu tempat yang tak diketahui.

    Berada di dalam laboraturium itu bagaikan berada pada sebuah pesawat luar angkasa alien, dengan koridor yang putih bersih yang tampak terbuat dari metal, tanpa jendela sama sekali, dan tanpa ornamen. Oceanus ditempatkan di sebuah ruangan cukup besar yang putih bersih dengan pencahayaan yang sangat baik. Ruang itu tampak sangat kosong, hanya terisi oleh sebuah ranjang yang akan menjadi tempat tidurnya.

    “Besok kita akan memulai fase pertama dari proyek ini, jadi beristirahatlah dengan baik..”
    Ujar Prof.Krueger sambil meninggalkan ruangan Oceanus.

    Oceanus sangat gembira pada saat itu, hanya tinggal selangkah lagi menuju akhir dari penderitaannya saat ini dan tentunya.. menuju balas dendamnya..

    Project ESPER mulai berjalan, Oceanus ditempatkan diatas semacam meja operasi, dan seperti operasi medis lainnya, ia diberi obat bius hingga tertidur, dan hanya Tuhan serta para Profesor yang menusuk dan merobek tubuhnya yang tahu apa yang terjadi setelahnya.

    Setelah mimpi yang cukup panjang, Oceanus mulai melihat cahaya dari balik kelopak matanya yang tertutup, dan saat ia terbangun.

    “Ah, rupanya kau sudah terbangun.. bagaimana perasaanmu?”

    Wajah Prof.Krueger tiba-tiba berada di depannya.

    Oceanus yang tidak merasakan sakit lagi di sekujur tubuhnya merasa gembira

    “Hebat! Aku tidak merasakan sakit lagi di seluruh tubuhku!”

    “Hmm, berita yang bagus..”
    Ujar Prof.Krueger sambil menulis sesuatu di kertas diatas papan-jalannya.

    Tetapi ada hal aneh yang juga Oceanus rasakan, saat ia ingin menengok ke kanan dan ke kiri, ia tak bisa melakukannya, dan bahkan ia tak dapat merasakan tubuhnya dari kepala ke bawah.

    “Profesor, mengapa aku tak bisa bergerak?”
    Tanyanya.

    “Oh, itu karena kau masih berada pada fase 1, tunggu saja hingga fase 3 kau akan kembali seperti sedia kala, bahkan lebih dari itu..”

    Oceanus yang mempercayai kata-kata Prof.Krueger kembali tenang, dan ia semakin menantikan selesainya proyek ini.

    Kembali, 2 hari kemudian mereka melanjutkan proyek terkutuk itu, fase 2 dari Project ESPER dilakukan, dan selesai dalam waktu operasi selama 93 jam.

    Secara tiba-tiba Oceanus tersadar dari tidurnya, dan seakan seperti tak memiliki kelopak mata ia langsung melihat ruangan putih tempat ia menetap disana, dengan beberapa Profesor berada di sekitarnya.

    “Oh, sepertinya ia sudah bangun..”
    Ujar salah seorang dari mereka.

    “Hei, ada apa ini, aku merasa aneh..”
    Ujar Oceanus

    “Cobalah kau melihat sekelilingmu..”
    Perintah Prof.Krueger

    Penasaran pada perintahnya yang aneh, Oceanus mengikutinya, ia melihat ke sekililingnya, diatas kepalanya terdapat kabel-kabel aneh yang menempel padanya, dan tersambung ke sebuah mesin aneh yang mengeluarkan suaranya saat ia berbicara.. dan anehnya lagi.. kini ia dapat melihat 360 derajat baik vertikal maupun horizontal. ‘Hal aneh apa lagi yang telah mereka lakukan padaku’ pikirnya.

    “Kemana tubuhku?”

    “Nanti kami akan memberikannya padamu.. dan ingat janji kami bahwa kami akan memberikan kekuatan untukmu? Ini adalah salah satunya, kini kau dapat melihat ke segala arah..”

    “Benar.. tapi ingatlah.. aku tak suka pembohong Professor...”

    “Hahaha... begitupun aku nak..”
    Ujar Prof.Krueger sambil keluar dari ruangan itu dan mempersiapkan fase 3, fase terakhir dari Project ESPER.

    Ia membawa Oceanus keluar ke sebuah ruangan dengan tabung-tabung aneh dan mesin-mesin elektronik aneh bersatu dan saling terhubung oleh kabel dan pipa, persis seperti berada dalam lab dari film Frankenstein, hanya saja minus sambaran-sambaran listrik. Dan tentunya ruangan yang putih bersih...

    Kemudian ia diletakkan pada suatu mesin, dan diatas kepalanya ditempelkan semacam kabel yang terbuat dari platina atau emas, lalu ia diangkat, dan dimasukkan ke dalam tabung penuh air, seakan-akan yang tersisa darinya tinggal kepalanya dan ia bahkan tak merasa sesak di dalam air.

    Lampu ruangan itu dipadamkan perlahan-lahan, menjadikan ruangan gelap gulita, dengan lampu instrumen mesin-mesin aneh bersinar bagaikan bintang, hanya saja tidak berada di langit.

    Kemudian mulai terjadi hal aneh. Oceanus merasakan sesuatu merasuki kepalanya, dan menyiksanya dengan sakit kepala yang sangat parah, bersamaan dengan mengalirnya transmisi gambar-gambar simbol aneh menuju kepalanya. Siksaan itu berlangsung selama 3 jam hingga akhirnya mereka benar-benar berhenti.

    Tabung dibuka, dan semua kabel yang menempel di kepala Oceanus dilepaskan, dan anehnya..

    “Coba kau gapai tanganmu dan keluarlah dari tabung itu dengan usahamu sendiri”

    Benar, kini Oceanus dapat mendengar di dalam air, dan saat ia menggapai mulut tabung, ia mengangkat dirinya sendiri dengan tangannya yang tiba-tiba muncul entah darimana, dan berhasil keluar dari tabung dengan sukses.

    Oceanus memperhatikan tubuh barunya, kedua tangannya, kedua kakinya, semuanya lengkap seperti sedia kala, seakan tubuhnya tumbuh kembali.

    “Profesor.. apakah.. aku telah berhasil??!”

    Pertanyaan Oceanus di respon dengan pandangan aneh yang Prof.Krueger berikan, tetapi kemudian ia seperti memaksakan dirinya untuk tersenyum dan bertepuk tangan.

    “Plok plok plok... selamat nak.. kau telah berhasil melalui fase 3 dari Project ESPER”
    Ujarnya yang kemudian membuat Oceanus melupakan keanehan reaksi dari Prof.Krueger sebelumnya. Kini ia sangat senang telah berhasil melalui semua siksaan yang pernah ia jalani.

    “Nah sekarang, cobalah kau rasakan kedua tangan dan kakimu.. sentuhlah..”
    Ujar Prog.Krueger

    Segera, Oceanus menyentuh tangan dan kakinya. Persis, bahkan sama persis dengan kulitnya dulu, dengan warna, karakteristik, dan tekstur yang sama dengan kulitnya dulu. Menurutnya ia kini telah sempurna.

    “Hebat Profesor, ini seperti sihir tingkat tinggi! Tak terbayang ini adalah hasil dari teknologi manusia!”

    Prof.Krueger tersenyum dan tertawa sedikit, seolah kata-kata Oceanus merupakan pujian untuknya.
    “Tentu , dan bukan hanya itu saja.. kini kau dapat membuat bagian tubuhmu menjadi apapun yang kau inginkan, cobalah kau konsentrasi dan bayangkan tanganmu menjadi... sebuah pedang misalnya?”

    “Hmmm baiklah.. kucoba..”

    Dan dalam sekejap, tangan kanan Oceanus berubah menjadi sebuah pedang, yang persis dengan yang ia bayangkan dalam benaknya.

    “!!”
    “Menakjubkan!”
    Ujar Oceanus terkejut diiringi dengan tawa Prof.Krueger.

    “Tapi.. ada satu hal yang mengganjal pikiranku sejak tadi..”
    Kata Oceanus tiba-tiba

    “Hmmm? Apa itu?”
    Tanya Prof.Krueger seolah-olah tak mengetahui apapun.

    “Rasanya tubuhku menjadi lebih pendek dari seharusnya..?”
    Jelas Oceanus kemudian memandang Prof.Krueger dan membandingkan tinggi tubuhnya dengannya.

    “Haha.. kau tak perlu memikirkan itu... kehilangan 10-20 cm dengan bayaran semua kekuatan barumu dan akhir dari penderitaanmu sangatlah.. ‘pas’ mungkin? bukankah begitu?”

    “Mungkin anda memang benar.... aku tak peduli bila aku kehilangan beberapa cm tinggi tubuhku.. tapi.. bisakah anda berikan aku pakaian, aku tak suka menjadi pusat perhatian seperti seorang eksibisionis gila..”

    Dengan tawa yang menggelegak, Prof.Krueger berkata
    “Hahahaha, dengan kekuatanmu yang sekarang aku bahkan tak perlu memberimu pakaian, cobalah kau buat sendiri pakaianmu!”

    “Hmm.. patut dicoba...”

    Dan Voila, seperti sihir tiba-tiba saja Oceanus kini memakai pakaian lengkap.

    “Hebat, setelah beberapa tes tertulis selama seminggu kau akan kami pulangkan.. dan selamat menjalani hidupmu sebagai seseorang yang baru..”

    Oceanus tersenyum, senyum licik, dan dalam hatinya ia sudah berapi-api ingin melaksanakan semua rencana yang telah dibuatnya. Rencana yang melibatkan dendam seseorang yang ditinggalkan sahabatnya.

    Seminggu kemudian, ia diperbolehkan meninggalkan fasilitas penelitian, dan dengan mobil ia diantar ke rumahnya.

    Dan hal pertama yang akan Oceanus lakukan pada malam pertamanya dengan tubuh barunya adalah... pergi ke bar kesukaannya.. dan.. merasakan bir kesukaannya setelah sekian lama.

    Bar itu terletak tak jauh dari rumahnya, hanya beberapa ratus meter dan ia tiba di depan “Black Crows”. Saat ia masuk ke bar itu, ia mencium aroma yang sudah lama tidak ia hirup.. membangkitkan seluruh inderanya bagaikan hidup kembali. Dan di ujung sana terlihat Eddie, sang bartender yang cukup akrab dengannya. Dan saat ia mengangkat tangannya hendak menyapa Eddie..

    “MONSTER!!!!!!!!!!!!!”

    Salah seorang dari pengunjung bar berteriak padanya, diikuti dengan histeria massal dan berhamburannya orang-orang keluar dari bar itu; dalam kepanikan. Dalam kebingungan, Oceanus terus berjalan menuju Eddie, ia hendak bertanya kenapa mereka begitu ketakutan sambil memesan bir nya. Tetapi.. apa yang Oceanus dapatkan?

    Eddie terlihat panik dan juga ketakutan, ia mengambil shotgun yang tersembunyi di balik meja bartender dan mengancam Oceanus.

    “MUNDUR KAU MONSTER! JANGAN DEKATI AKU!! PERGI DARI SINI ATAU AKU TEMBAK KAU!!”

    “Hei, tenang, tenang Eddie, ini aku-“

    “DOAR!!”

    “DOAR!! DOAR!!”

    “DOAR!! DOAR!! DOAR!! DOAR!!”

    “DOAR!!”

    8 tembakan meluncur dari mulut shotgun yang Eddie pegang hingga kehabisan peluru, tetapi ia tak percaya pada apa yang ia lihat, sebuah horor yang akan terus menghantui hidupnya.

    “Mo-Mo-MONSTER!!”

    Eddie berlari keluar dari ‘Black Crow’, sama seperti pengunjung bar lainnya. Disaat yang sama, Oceanus juga merasa bingung, heran, dan kecewa, mengapa orang-orang takut padanya, dan mengapa ia tak merasakan apapun saat peluru-peluru panas menembus tubuhnya. Ia sempat berpikir, apakah kini ia bukan manusia lagi? Apakah kini ia seorang MONSTER? Sama seperti yang selama ini pernah ia benci dan bunuh? Tetapi, saat ia melihat kedua tangan dan kakinya, ia masih berbentuk manusia, ia bukan monster! Tetapi bekas tembakan Eddie tak berbekas sama sekali di badannya.
    Kemudian ia ingat sesuatu, sejak Project ESPER dimulai, ia sama sekali belum melihat wajahnya, dan di fasilitas tidak ada cermin sama sekali, seolah ia dilarang melihat wajahnya sendiri. Panik, ia berlari menuju kamar mandi, dan saat ia melihat wajahnya yang terpantul dari cermin.

    Harapannya hilang.

    Wajahnya yang menjadi daya tariknya, kebanggaannya, ketampanannya sejak ratusan tahun. Hilang. Hilang begitu saja. Kini ia hanya melihat sesosok manusia pendek yang tak memiliki wajah di kepalanya, bahkan sehelai rambutpun.

    Dengan rasa kesal ia membenturkan kepalanya berkali-kali ke tembok dan cermin, berharap semua ini adalah mimpi dan ia akan tersadar setelah itu. Tetapi.. tidak.. ini bukanlah mimpi. Kedua kali ia melihat wajahnya di cermin terdapat sobekan pada kulit; tanpa darah. Dengan nafsu ia mengoyak-ngoyak kulit wajahnya sendiri, dan ia dihadapkan pada kenyataan yang pahit. Dibalik kulit polos yang menutup kepalanya.. hanya terdapat.. sebuah bola kristal.. yang didalamnya terdapat otak dan cairan. Hanya itu.

    Sekali lagi, dendam merasuki Oceanus, ia merasa bahwa ini semua adalah salah Prof.Krueger dan semua orang yang terlibat dalam Project ESPER. Kemudian menggandakan dendamnya pada Cronos menjadi 2 kali lipat karena menjadikannya seperti sekarang ini.
    Ia berniat menuntut balas pada Prof.Krueger dan semua orang di fasilitas. Ia keluar dari bar dan merampas mobil yang dilihatnya (tentu pembunuhan terjadi) kemudian melaju dengan penuh rasa dendam menuju fasilitas. Beruntung karena kelalaian pihak keamanan fasilitas dan Prof.Krueger, ia dapat mengingat jalan menuju fasilitas. Mereka lupa bahwa penutup mata tak dapat menghalangi pandangan 360 derajat Oceanus. Kesalahan yang akan mereka sesali.. di neraka nanti.

    Sesampainya di fasilitas, Oceanus langsung menerjang pintu gerbang tanpa basa-basi, dan membunuh siapapun yang berani menghalanginya ataupun tidak. Ia memasuki fasilitas sambil membunuh semua yang bergerak, hingga pada akhirnya ia sampai pada ruangan Prof.Krueger.

    “Kau!! Kau!! Mengapa kau lakukan ini?! Kami sudah menyelamatkanmu dari penderitaan, bahkan membuatmu semakin kuat dan memberimu tubuh baru!!!”
    Ujar Prof.Krueger ketakutan

    “Persetan denganmu, Kembalikan WAJAHKU!!”
    Teriak Oceanus sambil menghujamkan serangan Icicle Cannon pertamanya pada mahluk hidup. Dan langsung menewaskan Prof.Krueger; yang kini kehilangan kepalanya.

    Tersadar dari emosi yang menguasainya, ia melihat kekacauan yang dibuatnya akan tercium oleh pemerintah, khususnya ASASIN, yang pasti akan mengejar dan memburunya yang akan berakibat menjadi penghalang dalam menjalani rencananya. Mendapat ide setelah melihat tangannya yang kini ia tahu hanya terdiri dari air yang mengalami perubahan bentuk dan sifat, yang ia pikir dapat setidaknya menjadikan kejadian ini seperti sebuah misteri.
    Ya, ia mencincang, tidak, bahkan lebih keji dari itu. Ia mencincang tubuh korban-korbannya hingga menjadi tidak lebih dari gumpalan darah. Kemudian membuangnya ke saluran pembuangan WC, seolah-oleh mereka adalah sampah. Setelah itu membersihkan semua noda darah, dan membakar baju-baju yang tersisa, setelah itu ia meninggalkan fasilitas dengan pintu gerbang yang rusak dan tanpa kerusakan apapun selain itu. Dan orang-orang yang ia buat ‘menghilang’ begitu saja.
    Sebelum ia meninggalkan fasilitas itu, ia mendapatkan ide untuk menyembunyikan wujudnya yang mengerikan. Ia melihat Long Coat kulit dan topi fedora seperti yang dikenakan agen pemerintah yang baru saja ia bunuh sebagai pakaiannya, dan topeng gas seperti yang dikenakan salah seorang ilmuwan yang juga baru saja ia bunuh, untuk menutupi wajahnya.
    Kemudian kembali menuju kantor Biro Pengontrol Lingkungan, dan bergabung dengan ASASIN, sekali lagi. Meninggalkan kasus hilangnya semua orang di fasilitas menjadi sebuah misteri yang tak terpecahkan.




    The Ending
    Last edited by the_omicron; 15-08-09 at 21:06.


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  2. Hot Ad
  3. #107

    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Gabrielizm.co.cc
    Posts
    1,290
    Points
    567.70
    Thanks: 134 / 67 / 52

    Default

    Kyaaaaaaaa~ keren2.. kesian juga si oceanus.. >.<
    tapi keren juga kalo si oceanus dijadiin superhero/villain..
    water bender lbih tpatnya.. kwwkkw keren abis coy!

  4. #108
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    waw...

    Water Element mmg keren...
    Gemini, The Two-Facets Personality

  5. #109
    d_uzz's Avatar
    Join Date
    Jul 2007
    Location
    UnderGround..
    Posts
    1,115
    Points
    1,337.70
    Thanks: 31 / 11 / 11

    Default

    ....

    btw kapan selesainya?
    OYE!

  6. #110
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    UH...
    mantaB gan....!
    Sekian Lama menanti2 akHIrnya skrng updatenya ga lama
    ehehe
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  7. #111
    SenichiSaga's Avatar
    Join Date
    Oct 2008
    Location
    Jakarta, Indonesia
    Posts
    983
    Points
    1,090.50
    Thanks: 2 / 0 / 0

    Default

    itu chapter 15 masih ada lanjutannya ya?

    oceanusnya belom kalah tuh, terus sirius juga masih nisterius
    arcnya selene udah abis kah ?~

    gimana did ?

  8. #112
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    chapter 15 masi ada lanjutannya, ini cuma flashback doang buat masa lalu Oceanus.
    abis ini chapter 16 ending, tapi masi dalam pembuatan

    panjang bgt se


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  9. #113
    arcueid22's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    84
    Points
    95.20
    Thanks: 1 / 1 / 1

    Default

    smangat bung micron !
    Rage Mode..

  10. #114
    Jkt-kOpaJa608's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Hutan Pinus
    Posts
    8,041
    Points
    6,804.01
    Thanks: 48 / 241 / 137

    Default

    Ayo bang kumis Semoga selena cepet selesai smile:

  11. #115
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    di tunggu chapter selanjuTnya...!
    jadi gag sabar...
    hhe
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  12. #116
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    Finally, The Ending...

    Spoiler untuk Chapter 16 :

    Chapter 16
    Paths


    “Sebelum aku mengakhiri kehidupan immortalmu.. apakah ada yang ingin kau katakan, Tuan ‘Ayahku’?”

    Oceanus tak memberikan jawaban pada pertanyaan Sirius yang bersiap menyerangnya,tetapi hanya terdengar sedikit tawa licik dari balik topengnya gas nya itu.

    “Hahaha... ya ya.. baiklah.. sampaikan saja salamku pada Mnemosy- ah tidak, maksudku kakakku..”

    Kemudian ia melambai kepada Sirius dengan menunjuk ke arah jendela, dengan kedua jari tangannya.

    “Kau?!!”

    Bagaikan semburan air dari hidran bertekanan tinggi, Oceanus melompat menuju jendela dan memecahkannya, kemudian dengan sengaja menjatuhkan dirinya, yang ia tahu takkan terkejar oleh Sirius; atau siapapun juga.

    Sirius mengejarnya ke pinggir jendela untuk melihatnya, hanya untuk mengetahui ternyata Oceanus melakukan itu untuk melarikan diri, menerjunkan dirinya ke Sungai Octiro. Yang mengalir tepat di sebelah Sybill Tower.

    “Brengsek! Manusia air itu!!”
    Kesal Sirius sambil memukulkan kepalan tangannya ke frame jendela.

    **

    LunaMaria menemukan dirinya, melayang-layang dalam kegelapan, sesaat setelah ia membuka matanya.

    “Aku.. sudah.. mati?”

    Tanpa mendapatkan jawaban, atau mendengar suara apapun, kini ia yakin, bahwa.. ia telah mati.

    Hingga ia melihat suatu cahaya di ujung sana, dan ia merasa bagaikan mengalir menuju sumber cahaya itu. Aliran itu membawanya menuju sebuah tempat yang asing, suatu tempat yang tak pernah LunaMaria bayangkan.
    Air membentang dari ujung ke ujung, di bawah langit kelabu yang penuh dengan awan, tetapi cahaya-cahaya tampak menembus lapisan awan itu. Seakan memberi makna yang dalam akan adanya harapan dalam kebimbangan.

    Dan tibalah saat itu, sebuah gerbang muncul entah darimana sekitar 20 langkah darinya. Seiring dengan terbukanya gerbang itu, sebuah sosok yang tampak seperti seorang pria tua dengan kumis dan jenggot panjang berwarna coklat dan mengenakan pakaian dari kain-kain berwarna hijau yang lembut keluar dari sana. Mendekat kepadanya.

    LunaMaria bertanya-tanya pada dirinya, apakah sosok yang ia lihat saat ini adalah malaikat? Iblis? Manusia? Monster? Ataukah Dewa? Yang sudah jelas ia sendiri tak tahu jawabannya.

    Sebelum LunaMaria sempat bertanya siapakah dia, ia berbicara terlebih dahulu.

    “Terimakasih gadis kecil.., engkau telah membawanya kembali pulang..”
    Ujarnya.

    Untuk alasan yang tidak LunaMaria ketahui sosok itu berterima kasih padanya, hanya menambah kebingungannya.

    Muncul entah darimana, di sebelahnya tiba-tiba berdiri seorang gadis. Dengan rambut perak yang indah, mata merah yang cantik, dan wajah yang.. mirip dengannya? Bahkan pakaian yang sama dengannya. Berdiri menatap sosok pria tua yang berada di depan mereka.

    Gadis itu menengok padanya, kemudian, memberikan senyuman yang ramah. Pelan-pelan ia mulai berkata..

    “Terimakasih LunaMaria.. karena telah menyadarkanku dari kebodohan selama ini.. dendamku.. hanyalah sebuah reaksi dari ketidakmampuanku untuk mengetahui semua kebohongan Chaos.. terimakasih telah membawaku kembali ke sini, kembali kepada Ayahku..”

    “Chaos..? kebohongan..? jangan-jangan kau.. SELENE?! KAU KAH DEWI SELENE YANG BERSEMAYAM DALAM TUBUHKU SELAMA INI?! YANG MEMBUNUH SEMUA ORANG YANG KUSAYANGI? YANG MEMBUNUH KEDUA ORANG TUAKU, DAN NENEKKU?!”
    Antara sedih, marah, dan terharu LunaMaria mengatakannya. Sedih, karena dengan bertemu seorang Dewi berarti ia kini benar-benar telah mati. Marah karena sosok pembunuh dan perusak kehidupannya akhirnya muncul di hadapannya. Terharu karena akhirnya ia kini telah bebas dari penderitaannya selama ini.

    Gadis itu menjawabnya dengan anggukan bersama ekspresi wajah yang sedih.

    LunaMaria tak tahu apa yang harus ia lakukan melihat jawaban ‘Ya’ darinya.

    “Kenapa.. kenapa kau membunuh semua orang yang kusayangi?”
    Tanyanya dengan suara yang bergetar.

    “Saat itu.. aku dibutakan oleh dendam.. dendam itu membuatku membenci dunia dan seisinya.. saat itu.. bagiku manusia hanyalah sampah yang harus dihancurkan....”

    “Kau.. kau....”
    Kemarahan mulai menyelimuti hati LunaMaria, hingga..

    “Dan.. keadaanku saat itu.. persis seperti dirimu.. yang membenci diriku dan semua monster.. membantainya seakan mereka adalah sampah..”

    Kemarahan LunaMaria mendadak hilang, berganti menjadi perasaan malu akan diri sendiri. Ia melontarkan sebuah pertanyaan lagi untuk mengalihkan perasaannya.

    “Kalau begitu.. bisakah aku mengetahui bagaimana akhirnya kau bisa mengetahui.. bahwa dendam butamu itu tanpa arti, singkatnya, bagaimana kau bisa mengetahui bahwa kau hanya terjatuh ke dalam tipuan Chaos?”

    “LunaMaria.. aku melihat yang kau lihat, aku mendengar yang kau dengar, dan aku merasakan apa yang kau rasakan. Aku tahu bagaimana sedihnya hatimu saat kehilangan yang kau sayangi.. tapi ternyata aku terbutakan oleh dendam.. hingga tak mau mengerti perasaan itu hingga kenyataan bahwa semua ini adalah tipuan Chaos; saat kau membaca diari nenekmu yang menyertakan kepingan dari Book Of The Moon.. tentang semua kebohongan ini..”

    “Maafkanlah aku.. LunaMaria...”

    LunaMaria menundukkan wajahnya, ia merasa malu sekaligus sedih. Malu karena ia bahkan tidak cukup baik untuk dapat dimintai maaf, dan sedih karena ia dan Selene mengalami nasib yang tak jauh berbeda. Dikuasai oleh dendam, dibutakan olehnya dan berubah menjadi apa yang ia sebut ‘Monster’.

    LunaMaria menganggukkan kepalanya, tanda bahwa ia telah tulus memaafkan apa yang telah merenggut segalanya darinya.

    Sesaat kemudian..

    “LunaMaria.. lihatlah...”
    Ujar Gadis itu, menunjuk ke suatu arah.

    “!!”

    “Tampaknya Ayahku membawa hadiah untukmu...”

    Tak dapat mempercayai apa yang ia lihat, LunaMaria mengusap matanya sekali lagi dan melihat apa yang ia lihat dengan lebih seksama. Ia melihat kedua Orang Tuanya dan Neneknya berada di sana. Sementara tak jauh dari sana terlihat David!! Dan benar-benar David!! Hingga membuat LunaMaria sangat terkejut.

    “Sampai jumpa.. LunaMaria...”
    Gadis itu, Selene, memberikan sebuah senyuman yang manis kepada LunaMaria, kemudian berjalan ke sisi ayahnya. Dimana ayahnya menerimanya dengan menggapai tangannya.

    “Ayo kita pulang.. Ayah..”
    Ujar Selene pada Ayahnya

    “Tunggu sebentar putriku, aku belum memberikan ungkapan terima kasihku pada gadis itu..”

    “Baiklah.. Ayah..”

    Kini sosok pria tua itu kembali menatap LunaMaria, dengan suara yang berwibawa tetapi memberikan ketenangan, ia berkata

    “Gadis kecilku.., LunaMaria.. aku Sang Dewa Bumi, Gaia. Akan memberikanmu ungkapan terima kasihku atas jasamu, dan ini merupakan suatu pilihan, yang keduanya akan memberimu kebahagiaan.., tetapi pilihlah salah satunya dengan bijak, pikirkan kebenaran yang kau inginkan, apakah kau akan memilih bersama dengan keluargamu selamanya, ataukah bersama dengan orang yang mencintaimu dan kembali ke dunia yang penuh kepahitan..”

    LunaMaria, terkejut dan terharu bahwa pada akhirnya setelah semua penderitaannya ia mendapatkan balasan yang setimpal, dari Dewa sendiri. Tetapi ia hanya dapat memilih salah satu dari dua hal yang sangat penting dan tak mau ia tinggalkan. Kini ia dihadapkan kembali kepada dua pilihan sulit. Seperti sesaat sebelum ia berada di tempat ini.

    LunaMaria memejamkan matanya dan memikirkan jawaban atas pilihan yang diberikan oleh Sang Dewa. Ia menelusuri pikirannya satu demi satu, waktu demi waktu. Mulai dari saat ia kecil, hingga sesaat sebelum ia menuju tempat ini. Memandangi Ibunya, Ayahnya, Neneknya, dan.. David. Kemudian pada akhirnya, ia sampai kepada suatu keputusan terbesar yang pernah ia lakukan.



    Spoiler untuk Together :


    “Aku.. ingin kembali.. bersama David.. orang yang kucintai...”
    Jawab LunaMaria dengan tegas, sementara di dalam hatinya..
    “Maafkan aku Ibu, Ayah, Nenek.. bukan karena aku tidak mencintai kalian semua.. tetapi.. karena berkat pengorbanan kalianlah.. aku dapat bertemu dirinya... maafkan aku atas keegoisanku..”

    “Sebuah pilihan adalah sebuah jalan hidup. Engkau yang memilih jalanmu sendiri dan tidak menyesalinyalah yang telah memilih jalan yang terbaik untuk dirimu. Kuberikan padamu apa yang engkau pinta, selamat menjalani apa yang kau inginkan..”
    Ujar Sang Dewa pada LunaMaria.

    Perlahan-lahan tempat itu menjadi semakin gelap. Sosok Ibu,Ayah,dan Neneknya begitupun dengan David mulai menghilang. Sang Dewa berjalan kembali memasuki gerbang yang terbuka, bersama dengan Selene, sebelum ia mengucapkan kata-kata terakhirnya..

    “Sampai jumpa.. LunaMaria...”

    Gerbang itu tertutup. Kegelapan dan kesunyian kembali tiba, membungkus LunaMaria dalam dunia yang serba hitam. Hingga..

    “Piip”

    Sebuah suara terdengar..

    “Piip.. piip”

    Suara itu kembali terdengar, suara nada tinggi yang berbunyi dengan ritme yang teratur.

    “piip.. piip.. piip”

    Suara itu terdengar lagi, kali ini diiringi dengan bau yang LunaMaria kenal. Ya, salah satu tempat yang paling ia benci, karena setiap ia berada di sana berarti suatu kejadian menyedihkan telah terjadi. Takut akan terulang lagi, dalam kepanikan LunaMaria membuka matanya.

    Terlihat plafon dan sebuah lampu neon yang terang diatas pandangannya.

    Perlahan-lahan LunaMaria merasakan kelembutan tempat ia berada, kehangatannya.. tak salah lagi.. ia tahu kini ia berada di sebuah kamar di rumah sakit. Ia melirik ke sebelah ranjangnya, terlihat tali infus, sebuah alat monitor detak jantung, dan.. Head General??!

    Dengan senyum yang seakan menyiratkan kelegaan dan keharuan dari hatinya, Head General berbicara padanya.

    “Ah.. akhirnya.. kau siuman...”

    Tak pernah melihat wajah Head General yang seperti ini membuat LunaMaria cukup heran. Sebelumnya wajah Head General bagaikan wajah mahluk tanpa perasaan, selalu kaku dan dingin seperti gunung es.

    “Head.. General.. bagaimana aku??”

    “Sirius...”
    Ujarnya.

    “Sirius?”

    “Sirius lah yang menyelamatkan kalian.. ia menyaksikan semuanya.. kemudian ia berhasil menyelamatkan nyawa kalian..”

    “Se-semuanya? Jadi ritual Selene pun?”

    Head General menganggukkan kepalanya.

    “Jadi apakah.. Sekarang aku???”

    Kembali Head General menganggukkan kepalanya.
    “Kau telah berhasil..”
    ia kemudian memberikannya sebuah cermin.

    LunaMaria sangat terharu melihat sosok dibalik cermin itu. Ia sangat terharu hingga tak sadar air mata kegembiraan menetes dari kelopak matanya.

    Kini ia berambut coklat dan bermata biru. Seperti seharusnya saat ia terlahir.

    “Aku.. aku...”

    LunaMaria menangis dalam keharuan, sementara Head General memeluknya.

    “Kau.. terlalu mirip dengan Cillia..”
    Ujar Head General dengan suara yang gemetar seakan menahan tangis.

    Tiba-tiba dalam pikiran LunaMaria terlihat sekelebatan wajah David, yang kemudian mengingatkannya kepadanya.

    “Lalu.. David.., bagaimana dengan David?”
    Tanya LunaMaria cemas.

    Tatapan Head General tiba-tiba berubah menjadi kosong dan Head General mulai berbicara pelan-pelan..
    “Agenor... dia....”

    “Membuat susah Head General saja, setelah siuman langsung berlari ke sini hingga infusnya copot begitu saja... sudah tahu pasiennya masih belum boleh dikunjungi.. ya ampun...”

    LunaMaria tercengang melihat Cillia yang tiba-tiba masuk sambil mengomel.

    “Ah, jadi David..?”
    Tanya LunaMaria pada Head General

    “Ya.. begitulah.. dia sudah siuman 6 jam yang lalu.. beruntung dia memiliki kemampuan regenerasi yang cepat.. yah.. karena pertolongan Sirius yang cepat juga sih.. kini ia dipaksa dokter untuk beristirahat dengan tenang di kamarnya sampai sembuh.. fiuh..”
    Jawabnya.

    “Jadi.. dia.... syukurlah... syukurlah...”
    LunaMaria terharu dan lega mendengarnya. Ia berhasil melepaskan kutukan dari dirinya tanpa perlu mencabut nyawa orang yang dicintainya.

    “Ah.. aku keluar dulu mencari udara segar..”
    Ujar Head General tiba-tiba, kemudian ia keluar dari ruangan. Sekejap hanya tinggal mereka berdua, LunaMaria dan Cillia yang berada di dalam.

    “Hmm.. bagaimana kondisimu? Sudah lebih baik?”
    Tanya Cillia memecah keheningan diantara mereka berdua.

    “...Ya...”
    Jawab LunaMaria singkat.

    “Jadi.. apa kau masih marah padaku? Tentang insiden di Everwood High?”

    LunaMaria tidak memberikan jawaban atas pertanyaan langsung dari Cillia itu.

    Cillia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya sambil menghela nafas..
    “Huff... baiklah.. jika kau sebegitu bencinya kepadaku.. mulai saat ini aku akan meninggalkan kalian berdua, dan tak akan pernah muncul lagi di hadapan kalian..”
    Ujarnya.

    “... Tidak...”
    “Aku hanya tidak mengerti.. mengapa.. seseorang yang sudah kupercayai dan kuanggap sebagai sahabat.. tega melakukan itu.. seperti bukan dirinya yang kukenal...”

    “Aku... meminta maaf sekali lagi atas yang telah kulakukan.. tapi aku mohon.. jangan salahkan Cillia.. ia tidak ikut bertanggung jawab atas keputusan yang kulakukan..”

    “A-apa maksudmu? Jadi kau bukan Cillia?”
    Tanya LunaMaria bingung pada permintaan maaf yang aneh dari Cillia.

    “Antara ya dan tidak.. Cillia adalah diriku.. tetapi.. juga bukan diriku...”

    “Aku semakin tidak mengerti, sebenarnya apa yang ingin kau coba sampaikan?”
    LunaMaria semakin bingung kepada kata demi kata Cillia yang semakin tak masuk akal.

    “Klek”

    Head General kembali memasuki ruangan, dan menutup kembali pintunya.

    “Kupikir jam berkunjung sudah habis.. kini adalah waktunya pasien beristirahat.. Sirius..?”
    Pandang Head General.

    “Baiklah.. percakapan ini kita akhiri dulu sampai disini.. jika kau sudah sembuh, aku akan memberi tahukan semuanya.. sampai jumpa..”

    “Cklek”

    Cillia meninggalkan ruangan terlebih dahulu.

    “Baiklah.. sampai bertemu lagi.. LunaMaria..”

    “Klak”

    Pintu tertutup. Mereka berdua telah meninggalkan ruangan. LunaMaria masih tidak mengerti arti dari kata-kata Cillia barusan. Tetapi ia hanya bisa menunggu menanti jawaban darinya, seperti yang Cillia janjikan padanya.

    **

    Dua minggu telah berlalu, LunaMaria dan David sudah diizinkan pulang oleh Dokter mereka. Dan tentu saja, LunaMaria dan David sudah bertemu kembali sejak minggu pertama. Apalagi dengan sifat David yang kadang tidak sabaran dan nekat. Sirius, Iacchus, Aether, dan Head General datang menjemput mereka di lobby rumah sakit ASASIN.

    “HEEI!!! Agenor!!”
    Ujar Iacchus keras, menyapa David.

    “Orang bodoh memang tak bisa mengontrol suaranya..”
    Sindir Cillia.

    “HEI!! Siapa yang kau maksud bodoh!?”

    “Tentu saja yang merasa bodoh..”

    “KAUUUU!!!!”

    “Ehem..”
    Suara batuk dari Head General membuat Iachhus terdiam, sementara Cillia melirik Iacchus dengan wajah penuh senyum kemenangan. Aether hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

    “Kita berjumpa lagi Agenor, hei kau tahu aku belum berterima kasih padamu waktu itu!”
    Ujar Agenor lagi. Sementara Cillia memperkenalkan Aether kepada LunaMaria.

    “Ah.. ya.. tidak kupikirkan kok, hanya begitu saja..”
    Jawab David tenang.

    “Dasar si sombong brengsek! Kau bilang nyawaku ‘begitu saja’!”
    Setelah itu, ia melirik pada LunaMaria yang baru pertama kali dilihatnya.
    “Ngomong-ngomong.. hei.. gadis itu siapa?? Pacarmu??”

    Wajah David memerah mendengarnya, dengan terbata-bata ia berkata
    “Ti-ti-tidak, ah, bukan, ah, be-belum, bukan bukan.. bukan begitu..!”

    “Hooo.. jadi bukan ya... kalau begitu.. aku ada kesempatan dong hmm..”
    Ujar Iacchus sambil menunjukkan senyum yang memuakkan. Dan tiba-tiba..

    “PLAK!!”
    “Aduh!!”

    Sebuah tamparan keras dari Agenor mendarat di punggung Iacchus, membuatnya berteriak kesakitan hingga menarik perhatian LunaMaria. Dan tanpa sengaja mereka berdua bertatapan. Kemudian..

    “Ah.. namaku LunaMaria.. salam kenal..”
    LunaMaria berusaha menyodorkan tangannya.

    “A... namaku...”

    “Namanya Iacchus, dan jangan sentuh manusia kotor itu..”
    Ujar Cillia sambil menahan lengan LunaMaria.

    “S-sialan! Siapa yang kotor!? Setidaknya biarkan aku memperkenalkan diriku sendiri!”
    Amuk Iacchus.
    “Tapi... sepertinya semakin lama diperhatikan sepertinya aku kenal wajahnya.. hmm coba kuingat-ingat..”

    “Uh.. mungkin kau mengenal... nenekku..”

    “AH YA!! ITU DIA!! SI NENEK KERAS KEPALA RHEIA!!”

    “Dasar bodoh”
    Cillia memukul kepala Iacchus.

    “Jadi.. kau mengenal nenekku?”
    Tanya LunaMaria.

    “Hahaha, bukan hanya aku.. Aether, dan juga hampir semua anggota ASASIN mengenalnya! Lagipula dia pernah menjadi ketua unit kami selama 2 tahun, hingga akhirnya ia menjadi anggota Special Utility Unit Nyx.. jadi dia nenekmu?”

    “Ya.. begitulah...”

    “Dan... saat ia meninggal.. rasanya aku tak percaya.. seorang yang begitu.. ‘kuat’... bisa... ah, sudahlah, aku hanya bisa mengucapkan turut bersedih kepadamu walau mungkin jauh terlambat.. kami selalu mendoakan kebahagiaan untuknya di alam sana, bukan begitu Aether?”
    Aether menjawabnya dengan sebuah senyuman dan anggukan.

    “Terimakasih.. kalian berdua..”
    Ucap LunaMaria terharu.

    “Ehem, Sirius, sepertinya waktu semakin berjalan.. kalau kau ingin melakukan itu cepatlah, Erika sudah menunggu..”
    Ujar Head General tiba-tiba.

    “Ah baiklah.. nah, David, LunaMaria, mari kita pergi..”

    “Baiklah.., sampai bertemu lagi, Aether, Iacchus, senang bertemu kalian..”

    “Ya.. aku juga, sampai bertemu lagi Iacchus, Aether..”
    Salam David pada mereka berdua.

    “Ya, kami juga, sampai bertemu lagi!”
    Balas Iacchus dan Aether.

    “Jadi.. itukah target kita waktu itu, Aether?”
    “Sepertinya ya.. “
    “Hmmm..”
    Iacchus bergumam dengan memberikan senyuman yang misterius.


    Mereka berempat, LunaMaria, David, Cillia, dan Head General berjalan memasuki sebuah ruangan tak jauh dari lobby, di dalamnya terlihat Erika sedang menunggu.

    “Ah, akhirnya kalian datang juga! Selamat siang Agenor! Apa kabar?!”
    Sapa Erica dengan riang.

    “Selamat siang juga Nona Erica, aku baik saja..”
    Balas David dengan senyuman yang sama ramahnya.

    “Hah? Siapa gadis itu rasanya aku pernah melihatnya?”
    Tanya Erica tak mengenali LunaMaria dengan warna rambut dan mata yang berubah.

    “Eh... Ini aku.. LunaMaria..”

    “Ya ampun!! Aku hampir tak mengenalimu lagi dengan penampilanmu yang sekarang! Kau mengecat rambutmu dan memakai contact lens ya? Atau menggunakan semacam sihir?”

    “Er.. tidak.. sebetulnya ini warna rambut dan mataku yang asli...”

    “Hah? Jadi sejak kecil itu kau mengecat rambut dan memakai contact lens?”
    Tanya Erica bingung sementara LunaMaria tampak sulit menjelaskan.

    “Anggap saja sejak dulu ia menggunakan sihir yang mengubah warna rambutnya, kini ia meninggalkannya dan kembali seperti semula..”
    Jelas Head General ya kemudian dijawab dengan ‘hooo’ oleh Erica.

    “Nah, sekarang, bisakah antarkan kami menuju Level-A-98S ?”
    Pinta Head General pada Erica

    “Oke, tapi bisakah anda berikan passform padaku sebagai tanda bukti?”

    “Ya, tentu saja..”
    Jawab Head General.

    Ia kemudian membuat suatu formasi sihir yang sangat rumit pada lantai ruangan. Menyala keemasan dengan pola lingkaran yang begitu rumit sekaligus indah.

    “Baiklah, kini aku bisa arahkan teleport ke tempat itu”
    Ujar Erica.

    LunaMaria kagum pada tingkat kerumitan formasi sihir itu, dan ia menjadi penasaran mengapa pengamanan yang sebegitu sulitnya dibuat untuk melindungi tempat yang akan mereka kunjungi. Ia bertanya-tanya sebenarnya tempat apakah Level-A-98S itu.

    “Sebenarnya, apa itu Level-A-98S?”
    Tanya LunaMaria penasaran.

    “Level-A-98S.. adalah.. tempat tinggal Sirius.. anggap saja begitu..”
    Jawab Head General sekenanya, yang tidak dibantah oleh Cillia.

    Beberapa menit kemudian..

    “Nah, kita sudah sampai.. silakan buka pintunya untuk menuju tempat yang kalian tuju”
    Ujar Erica.

    “Mari”
    Ajak Head General dan Sirius pada LunaMaria dan Agenor. Mereka bertiga membuka pintu dan dihadapkan pada sebuah ruangan lain. Ruangan itu berdinding putih bersih dengan bahan seperti metal. Dengan pintu baja yang tampak tebal berada di depan mereka.

    Sebuah kamera pengawas tiba-tiba muncul dari dinding yang terbuka, bersamaan dengan dinding sinar merah yang bergerak melewati mereka bagaikan pemindai. Tak lama kemudian, pintu baja itu pun terbuka perlahan-lahan.

    “Maafkan atas kelancanganku.. aku agak paranoid pada manusia”
    Ujar Cillia meminta maaf.

    Dan.. tentu saja David dan LunaMaria tak mengerti apa yang ia maksud.

    Sungguh membuat terkejut siapapun yang melihatnya. Dibalik pintu baja itu terdapat ruangan bagaikan laboraturium masa depan. Dengan alat-alat elektronik yang terlihat canggih serta puluhan lengan robotik mengelilingi sebuah tabung misterius besar di tengah-tengah ruangan yang tertutup oleh tirai baja. Yang ditempeli oleh kabel-kabel besar di ujung-ujungnya. Kemudian layar monitor super besar berada tepat di seberang ruangan itu.

    “Te-tempat apa ini?”
    Tanya David takjub.

    “Sudah Head General bilang, ini adalah tempat tinggalku..”

    Secara tiba-tiba suara yang mirip suara Cillia berbunyi dari speaker di ruangan itu. Padahal Cillia tidak menggerakkan mulutnya sedikitpun.

    Perlahan-lahan tirai baja yang menutupi tabung itu terbuka. Dibalik tabung kaca itu, terlihat suatu bentuk kehidupan yang membuat siapapun yang melihatnya tak tahu harus berkata apa. Di dalam tabung kaca setinggi 4 meter yang berisi air, melayang-layang lah, sebuah bentuk kehidupan berbentuk otak yang sangat besar. Dengan kabel-kabel menggantung padanya.

    David, dan LunaMaria tak tahu harus berkata apa. Melihat mahluk aneh yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Melayang-layang di dalam tabung penuh air, bagaikan menatap mereka.

    “Itu adalah aku”
    Aku Cillia tiba-tiba.

    “Itu.. adalah.. kau??”
    Tanya LunaMaria

    “Ya LunaMaria.. aku.. bukanlah manusia...”

    “Apa kau sebenarnya?”
    Kali ini giliran David bertanya

    “Dulu.. aku adalah seorang gadis biasa.. tetapi... karena menderita suatu penyakit yang tak dapat diobati.. aku merelakan diri menjadi test-subject suatu proyek.. suatu proyek ilmiah yang bagaikan fiksi yang dibiayai oleh pemerintah, yang mereka bilang dapat menolongku.”

    “.. dan.. setelah aku tersadar.. aku sudah terpisah dari tubuhku.. hanya menjadi sebuah otak yang melayang-layang di sebuah tabung kecil..”

    “Kemudian.. setelah melalui banyak hal.. aku menjadi wadah bagi otak manusia-manusia yang sudah tak memiliki nyawa, aku bergabung dengan mereka.. hingga seperti inilah bentukku sekarang..”

    ...

    “Lalu? Bagaimana dengan Cillia? Bukankah itu juga dirimu seperti yang kau katakan?”
    Tanya LunaMaria lagi.

    “Betul.. dan nama asli gadis itu bukanlah Cillia, tetapi Alicia.. dan ia adalah salah satu dari diriku. Cobalah lihat ke monitor”
    Kemudian ia menyalakan monitor besar di belakangnya, yang menunjukkan gambar seperti kamera CCTV yang terbagi sangat banyak.

    “Itu semua.. adalah pengelihatan dari seluruh tubuhku.. hingga saat ini aku memiliki 276 tubuh, termasuk Alicia..”

    “.. aku berbagi segalanya dengan mereka.. perasaan mereka, ingatan mereka, kemampuan mereka, suara, sifat, rasa sakit, semuanya.. tetapi, mereka juga memiliki perasaan dan kesadaran mereka sendiri, karena pada dasarnya mereka tetaplah manusia, hanya saja otaknya berada bersamaku..”
    Jelasnya.

    “Aku.. aku tetap tidak mengerti...”
    Bingung LunaMaria

    “Jika kalian masih belum mengerti, begini, bayangkan saja aku adalah sebuah superkomputer, yang mengendalikan beratus-ratus robot ber-AI secara individu dalam waktu yang bersamaan.. begitulah kira-kira contoh yang paling mendekati keberadaanku..”

    “Sirius bukanlah kode nama seorang anggota ASASIN, tetapi sebuah kode nama dari suatu sistem, yaitu Intelligent Sirius Information System (ISIS) yang bertugas dibawah nama Special Utility Unit Uranus dan dibawah yurisdiksi ASASIN. Sekarang kalian mengerti kan mengapa ia dapat bekerja 100 kali lebih cepat dari anggota lainnya dan mengapa ia tidak pernah memiliki partner?”
    Tambah Head General.

    ...

    “Kami sudah mengerti.. tapi yang belum kumengerti adalah, apa tujuanmu membawa kami kesini dan memperlihatkan semua rahasia ini?”
    Tanya David.

    “....”

    “... Apakah.. kalian menganggap Alicia sebagai seorang ‘sahabat’ ?”
    Tanya Sirius.

    “Tentu saja...”
    Jawab LunaMaria

    “Ya...”
    Jawab David.

    “Dan apakah kalian menyayanginya sebagai seorang sahabat, selalu ingin bersama dengannya, serta melindunginya?”
    Tanyanya Lagi.

    “... Ya! Aku selalu merasakan itu!”
    “Aku Juga... walaupun ada suatu saat.. dimana ia tampak terlalu.. dingin.. seperti insiden itu..”
    Jawab mereka berdua.

    “Sebelumnya aku memohon maaf, Alicia bukanlah gadis yang seperti itu, ia tak mungkin melakukan hal itu walaupun dipaksa. Aku lah yang mengambil alih kontrol dirinya saat itu. Jika ingin membenci, bencilah diriku..”

    ...

    “Dan lagi.. tujuanku membawa kalian kesini adalah.. bahwa aku.. ingin ‘memberikan’ Alicia sepenuhnya pada kalian..”


    “!!? Apa maksudmu? Bukankah kalian adalah satu?”
    Tanya LunaMaria terkejut dan heran.

    “Dalam hatinya.. Alicia sangat ingin bersama kalian... ia sangat menyayangi kalian berdua... sebagai ‘sahabat’ pertamanya yang dapat menerimanya apa adanya.. ia sangat ingin menjadi dirinya sendiri dan pergi sekolah, pulang, dan bermain dengan kalian.. maukah kalian.. menerimanya?”

    “Jadi.. itukah perasaannya sebenarnya.. itukah yang ia rasakan selama ini?? Aku.. aku.. aku senang sekali.. aku senang sekali mengetahuinya..”
    Ujar LunaMaria dengan suara yang lirih dan lengan yang mengusap air mata harunya.
    “Tentu.. tentu saja.. aku menerimanya..”

    “Terimakasih.. LunaMaria..”
    Ujar suara Cillia, tetapi kali ini berasal dari bibir Cillia sendiri.

    Lengan-lengan robot mulai bergerak, salah satu lengan itu membawa tirai yang menggantung, kemudian menutupi tubuh Cillia. Lengan-lengan lainnya memasuki kelambu itu, terlihat sebuah siluet yang cukup ‘mengerikan’. Rambut panjang Cillia ditarik ke atas, kemudian tengkoraknya dipotong hingga kepalanya terbuka. Kemudian sebuah lengan robot lainnya tampak seperti menarik suatu alat dari dalam tengkorak Cillia, lalu sebuah lengan robot dengan pipa di ujungnya mengarahkan ujung pipanya ke dalam tengkorak Cillia.
    Bersamaan dengan itu, sebuah pipa tampak turun dari atas tabung, menusuk mahluk otak itu;Sirius, kemudian menyedot bagian tubuhnya dan mengalirkannya ke dalam kepala Cillia. Tempurung kepala Cillia ditempelkan kembali ke kepalanya, dan sebuah lengan robotik seperti mengelas tempurungnya hingga menyatu kembali dengan kuat dan tak menyisakan bekas.
    Kemudian tubuh Cillia yang kini lemas diangkat oleh lengan-lengan robotik lainnya menuju LunaMaria dan David, bersamaan dengan diangkatnya tirai kelambu. Dengan sigap David menerima Cillia dan menggendongnya.

    “Alicia akan pulih dan tersadar setelah seminggu, aku mohon, jagalah baik-baik Alicia....”
    Pinta Sirius.

    “Pasti”
    Jawab LunaMaria yang disertai sebuah anggukan.

    “Selamat tinggal.. dan.. terima kasih atas semuanya..”

    Lengan-lengan robotik kembali ke tempatnya masing-masing, monitor besar itu mati, dan tirai besi mulai kembali menutupi tabung.

    Head General, LunaMaria, dan David yang menggendong Alicia berjalan keluar ruangan, menuju ruangan tempat mereka datang, mereka kembali pulang. Meninggalkan Level-A-98S. Tempat Sirius berada.

    “Head General, bagaimana nanti dengan tempat tinggal, biaya hidup, dan sekolah Ci- maksudku, Alicia?”
    Tanya LunaMaria

    “Mungkin ia akan kuberikan tempat tinggal di apartemen tempat Operation Moonwatch, apartemen yang ia tinggali bersama dengan Cronos dan Agenor sewaktu mengawasimu dulu.. lagipula ia mengenalmu sewaktu ia tinggal disana bukan? Mungkin untuk sekolah kalian bisa masuk Ravenwing High? Dan tentu saja, Alicia akan mendapat tunjangan dari ASASIN..”
    Jelas Head General yang kemudian melegakan hati LunaMaria.

    Dalam hatinya LunaMaria mensyukuri segalanya telah berakhir dengan baik. Kini ia dapat menjalani hidupnya dengan normal.. setidaknya begitulah menurutnya.
    “Syukurlah.. pada akhirnya.. semua berakhir dengan bahagia.. syukurlah...”
    Ujarnya dalam hatinya.


    **


    6 Bulan telah berlalu sejak LunaMaria keluar dari rumah sakit. Kini ia, bersama dengan Alicia, dan David melanjutkan sekolah mereka di Ravenwing High, seperti yang dianjurkan oleh High General. David telah mengundurkan diri dari ASASIN 2 minggu setelah ia keluar dari rumah sakit (Yang tentunya karena Head General terlalu baik, ia tidak menghapus ingatannya akan ASASIN). Nampaknya ia juga ingin mengakhiri kehidupannya yang tidak normal dan penuh bahaya. Ia ingin tertawa dan hidup bahagia sebagai seorang remaja biasa, yang nampaknya akan sulit ia dapatkan. Berdasarkan kata-kata dari Head General saat ia mengajukan pengunduran dirinya :

    “Bagi seorang yang pernah bermandikan darah mahluk dari Erebus, sulit baginya untuk meninggalkan tanggung jawabnya. Karena seumur hidupnya ia akan menjadi magnet bagi mahluk-mahluk itu.”

    Tetapi ia tetap bersikukuh untuk meninggalkan ASASIN, demi menghindari bahaya apapun yang dapat melibatkan orang-orang yang ia kenal, khususnya orang tuanya. Karena dari mereka bertiga, hanya David lah yang bukan yatim piatu. Banyak orang yang harus ia lindungi. Orang tuanya, sahabat-sahabatnya, dan terutama orang yang dicintainya. LunaMaria.


    Kini, LunaMaria, David, dan Alicia baru saja pulang dari bioskop, layaknya remaja normal, hari ini malam minggu dan mereka pergi berjalan-jalan bersama sahabat-sahabatnya.

    Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Untuk kota yang baru saja pulih dari serangan supranatural, paranoia akan monster masih melekat di benak seluruh penduduk kota yang selamat. Malam hari sudah menjadi momok yang menyeramkan, sehingga mereka melarang anggota keluarga mereka untuk sebisa mungkin tidak keluar di malam hari. Menjadikan malam hari di New Hampshire sunyi dan sepi. Terutama di daerah residensial.

    Ketiganya turun dari bus di halte daerah mereka, kemudian berjalan kaki untuk pulang ke rumah masing-masing. Setiap hari mereka biasa berjalan kaki menuju halte kemudian menumpang bus sekitar 10 menit menuju Ravenwing High yang berada cukup jauh.

    “Fuuh filmnya jelek sekali.. aku menyesal membuang-buang uang untuk menontonnya haah..”
    Ujar Alicia kecewa.

    “Tidak juga, menurutku cukup lumayan untuk sebuah prequel, akting karakter utamanya juga cukup kuat..”
    Sahut David menanggapi kekecewaan Alicia.

    “Hah? Memangnya kau tahu apa tentang film?”
    Tanya Alicia meremehkan.

    “Ugh.. kata-katamu benar-benar mengesalkan.. lagipula itu berlaku juga untukmu!”
    Ujar David kesal.

    “Apa katamu?!”
    Tanya Alicia.

    “Sudah-sudah.. Alicia hanya bercanda kok, iya kan..?”
    Ujar LunaMaria menengahi mereka dengan senyum di wajahnya.

    Mereka berdua terdiam sejenak sambil memandang senyuman LunaMaria. Kemudian..

    “Ya... baiklah.. anggap saja seperti itu jika LunaMaria bilang begitu..”
    Ujar Alicia sambil memeluk LunaMaria. Seperti seorang adik memeluk kakaknya.

    “Huh.. baiklah-baiklah.. aku terima ‘canda’ mu itu..”
    Balas David.


    Tiba-tiba, mereka merasakan hawa jahat dari balik punggung mereka. Tak jauh di belakang mereka, terdengar langkah kaki dan suara geraman. Mereka menoleh, dan melihat bayangan suatu mahluk besar, dengan mata merah menyala di kegelapan, menatap mereka dengan pandangan memburu.

    “Ya ampun... lagi-lagi...”
    Keluh David menutup setengah wajahnya.

    “Ugh.. ini sudah yang kelima kalinya bulan ini...”
    Keluh LunaMaria.

    “Tapi sepertinya.. ada satu orang yang senang...”
    Lirik David pada Alicia.

    “Tentu saja! Makanya aku selalu membawa kamera video ku di dalam tas ku!”
    Ujarnya riang sambil memperlihatkan kamera video yang dibawanya.
    “Yak, baiklah, kita mulai!!

    David mengeluarkan sabitnya, sementara LunaMaria memanggil 4 Moon Sabrenya.

    “Satu..., Dua..., Tiga!!”

    David dan LunaMaria pun berlari menuju mahluk itu. Sekali lagi menjalankan apa yang mungkin sudah menjadi takdir mereka, sebagai seorang Exorcist.




    Spoiler untuk Forever :


    “Aku.. ingin kembali.. bersama keluargaku.. mereka.. aku sudah merindukannya sejak mereka pergi..”
    Jawab LunaMaria lirih. Sementara di dalam hatinya..
    “Maafkan aku David.. aku akan selalu.. mencintaimu..”

    “Sebuah pilihan adalah sebuah jalan hidup. Engkau yang memilih jalanmu sendiri dan tidak menyesalinyalah yang telah memilih jalan yang terbaik untuk dirimu. Kuberikan padamu apa yang engkau pinta, selamat menjalani apa yang kau inginkan..”
    Ujar Sang Dewa pada LunaMaria.

    Perlahan-lahan tempat itu menjadi semakin gelap. Sosok Ibu,Ayah,dan Neneknya begitupun dengan David mulai menghilang. Sang Dewa berjalan kembali memasuki gerbang yang terbuka, bersama dengan Selene, sebelum ia mengucapkan kata-kata terakhirnya..

    “Sampai jumpa.. LunaMaria...”

    Gerbang itu tertutup. Kegelapan dan kesunyian kembali tiba, membungkus LunaMaria dalam dunia yang serba hitam. Hingga..

    LunaMaria tiba di sebuah tempat yang amat indah. Rumput yang hijau terbentang luas, dengan bunga-bunga yang bermekaran berwarna-warni. Semilir angin hangat meniup rambut LunaMaria. Dari jauh terlihat sosok 3 orang berjalan menuju arahnya. Meski dari kejauhan, ia dapat mengenal dengan jelas ketiga orang itu. Dengan senyuman yang memancarkan kebahagiaan, Ayah, Ibu, dan Nenek LunaMaria menuju kepadanya.

    “Ayah, Ibu, Nenek, akhirnya kita bisa bersama lagi..”
    Ujar LunaMaria sambil berlari menyusuri padang rumput yang indah menuju ketiganya.

    **

    Terdengar ketukan di balik pintu ruang kantor Head General.

    “Ya, silakan masuk..”

    Gagang pintu berputar, pintu terbuka. Seseorang kemudian melangkah memasuki ruangan.

    “Dari pantulan kaca ini, aku melihat wajah seseorang yang membawa berita buruk.. tapi aku sudah siap menerima berita apapun itu.. katakan padaku.. Sirius..”

    “... Tidak hanya satu, tetapi dua...”

    “Hahaha... sudah kuduga.. ini adalah keadaan terburuk di ASASIN semenjak 62 tahun yang lalu...”

    “Pertama.. aku gagal menangkap Oceanus...”

    “Dan yang kedua....”
    Sirius tampak tak dapat melanjutkan laporannya.

    “Katakan saja.. kau tahu tak ada alasan untuk tidak mengatakannya”

    “LunaMaria.. dan Agenor.. mereka tewas..”

    Suatu kejutan terasa pedih di hati Head General saat mendengarnya. Walaupun begitu ia masih dapat menguasai dirinya.

    “Begitu ya....”

    “Maafkan aku tak dapat menolong mereka.”
    Ujar Sirius

    Head General membisu selama beberapa menit.

    “... Lalu, bagaimana dengan portal di tengah kota?”

    “Masih terbuka dan semakin besar”

    “... Baiklah.. aku akan selesaikan sendiri semua ini.. tolong kau beritahukan kepada Jenderal O’hara dan tiap Utility Unit untuk mengevakuasikan seluruh anggotanya dalam radius 10km dari Zona X.”

    “Siap..”

    Sirius meninggalkan ruangan Head General dengan membawa perintah untuk mengevakuasi seluruh anggota ASASIN dan personil militer untuk meninggalkan Zona X, zona pusat dari portal menuju Erebus yang terbentang diatas New Hampshire.

    “Aku tak mengerti mengapa sejarah sering sekali terulang, dan selalu membutuhkan pengorbanan untuk menyelesaikan hal-hal yang tampak tidak dapat kita hentikan bahkan dengan seluruh kekuatan manusia. Pada akhirnya.. aku harus melakukan ini..”
    Ujar Head General. Dengan sebuah foto yang bergambar 2 remaja laki-laki, seorang remaja perempuan dan seorang perempuan muda, dengan latar belakang sebuah pantai yang indah.
    “Sampai jumpa.. Marlin, Cillia..”
    Tambahnya kemudian menaruh foto itu dengan sisi bergambar berada di bawah. Meninggalkan ruangannya yang kini gelap setelah lampu dipadamkan.

    --

    Beberapa jam kemudian, New Hampshire.

    Head General berjalan keluar dari gedung Biro Pengontrol Lingkungan, yang kemudian segera menuju kamp komando yang berada di halaman gedung. Menemui komandan-komandan dari pihak Militer. Segera setelah memasuki camp, semua orang tampak terkejut melihat seorang anak kecil berjalan masuk. Tak menyangka anak kecil itu adalah Immortal Head General Mnemosyne.

    “Hei, anak kecil, apa yang kau lakukan disini?! Pergilah!”
    Seorang dengan lencana bintang 3 yang melekat di dadanya mengusirnya.

    “Jenderal, aku tak punya waktu untuk menjelaskan semua ini, tetapi aku adalah Head General Mnemosyne, pemimpin dari ASASIN. Selain itu aku bukan anak kecil. Ada pertanyaan lain?”
    Jawaban yang tegas dan jelas, diiringi dengan aura karisma yang begitu hebat serta pandangan yang mengerikan membuat sang Jenderal tak dapat menyangkalnya.

    “Ba-baiklah.. silakan duduk..”
    Ujarnya.

    “Terimakasih”
    Jawab Head General.

    “Jenderal O’hara, apakah anda sudah mengevakuasi seluruh personil anda seperti yang sudah saya sampaikan melalui anggota saya?”

    “Sudah, tentu saja. Dan saya telah melakukan seperti yang anda katakan, mengevakuasi seluruh anggota saya 10km dari zona X. Tapi yang saya tak mengerti adalah, mengapa anda ingin mengevakuasikan seluruh kekuatan kita sementara kami semua sudah berhasil menekan monster-monster itu ke zona X. Kemenangan sudah di depan mata Head General Mnemosyne”

    “Pendapat anda sangat masuk diakal Jenderal, saya hargai itu. Saya berterimakasih kepada anda telah berhasil menekan monster-monster itu ke Zona X dan akan mempermudah pekerjaan saya. Meski begitu, kita masih jauh dari kemenangan, selama portal raksasa itu belum tertutup dan menghilang dari dunia ini.”

    “Lalu, bagaimana kami dapat menutup lubang terkutuk itu dari atas kotaku? Bahkan tanpa pasukan sama sekali?!”

    “Saya sendiri yang akan menyelesaikan semua ini.”
    Ujar Head General, dengan tatapan tanpa emosi dan mata yang memancarkan kesungguhan.

    Jenderal O’hara terdiam selama beberapa detik, kemudian ia bertanya

    “Bagaimana caranya?”

    “Hal itu tidak dapat saya katakan, karena selain terdengar konyol, juga.. ah sudahlah, terimakasih atas kerjasamanya Jenderal. Semoga anda selalu bahagia.”

    Head General meninggalkan Kamp Komando dan berjalan kembali memasuki gedung Biro Pengontrol Lingkungan.

    “Ah, Head General!”
    Tampak Iacchus mendapati Head General berjalan di dalam lobby, sejak tadi ia bertanya-tanya mengapa seluruh anggota ASASIN dipanggil kembali dari zona X setelah ia, Aether, Agenor, dan Sirius berusaha sekuat tenaga menuju pusat zona X.
    “Mengapa anda melakukan ini!? Setelah semua jerih payah kami anda menarik kami begitu saja?! Mengapa!!?”
    Aether tampak berusaha menenangkan Iacchus yang terbakar emosi. Iacchus merasa seakan Head General tidak menghargai usaha mereka sama sekali.

    Tetapi Head General terlihat tetap tenang menanggapinya, bahkan seakan tanpa emosi mengatakan
    “Agenor dan target kalian sudah tewas, tak ada gunanya lagi kalian berada disana”
    Dan terus berjalan menuju ruangan teleport. Dengan Erica menunggu di dalamnya.

    “Jangan bercanda... Agenor.. tewas...”
    “BRENGSEK!”
    Iacchus berteriak dan memukul lantai. Sementara Aether hanya membisu dengan wajah yang sedih.

    “Erica, setelah sampai disana.. jangan tunggu aku dan segeralah kembali..”
    Pinta Head General di dalam ruangan teleport.

    “Hah?? Tapi..”

    “Ini adalah perintah, sebaiknya kau mengerti..”

    “Baiklah..”

    Tak lama kemudian, Erica menggunakan kemampuan teleportnya.

    “Kita sudah sampai.. dibalik pintu itu adalah atap dari Sybill Tower yang tepat berada di bawah pusat Portal Erebus..”

    “Aku pergi dulu Erica, terimakasih atas teleportmu..”

    “Itu sudah menjadi tugasku”
    “Head General... setelah pergi aku akan menunggu panggilan darimu untuk menjemputmu..”

    Head General hanya memberikan sebuah senyuman yang misterius pada Erica, entah senyuman itu berarti ia akan baik-baik saja atau itu adalah senyum perpisahan. Head General keluar dari ruangan itu, dan kini ia berada pada atap Sybill Tower yang setengahnya telah runtuh setelah pertarungan Selene dan Lamia.

    Head General memandang pusat dari gerbang menuju Erebus yang tepat berada di atasnya. Hanya kegelapan yang terpancar dari dalam lubang itu. Diiringi dengan hujan mahluk-mahluk mengerikan dari dasar neraka.

    Menyadari kehadiran seorang manusia, monster-monster mengerikan itu, mulai dari yang paling besar hingga yang paling kecil beterbangan mengelilingi atap Sybill Tower. Berniat memangsa Head General.

    “Hmph..”
    Sebuah senyuman kecil terlihat dari bibir Head General. Bersamaan dengan itu monster-monster itu mulai menyerangnya.

    Sebuah formasi sihir terbentuk di bawah kaki Head General, kemudian tubuhnya mengeluarkan cahaya keemasan yang tampak agung, menyilaukan pandangan monster-monster itu. Dan tak lama.


    Halaman gedung Biro Pengontrol Lingkungan. Pos Komando darurat Militer.

    Semua orang terpukau dan terkagum-kagum pada apa yang terjadi di atas Sybill Tower. Sinar keemasan yang sangat terang terpancar dari atas sana, sinarnya membuat seluruh kota bagaikan berada di sore hari. Kemudian..
    “Ma-mahluk apa itu?”
    Tanya seorang prajurit terpukau melihat keagungan mahluk yang dilihatnya.

    “Itu.. adalah... Phoenix...”
    Jawab seorang anggota ASASIN.

    Sosok seekor burung raksasa yang berbalutkan api suci dan cahaya emas yang agung terbang menuju lubang hitam gerbang menuju Erebus. Membakar mahluk terkutuk apapun yang dilewatinya, dengan agung ia terbang memasuki kegelapan.

    Sebuah energi yang sangat besar menghisap apapun dalam jarak 10km dari pusat gerbang. Seluruh mahluk-mahluk terkutuk yang berada di dalamnya terhisap kembali ke dalam Erebus membawa serta bangunan-bangunan beton yang berdiri dengan angkuh di New Hampshire, seiring mengecilnya gerbang terkutuk itu hingga tak bersisa. Gerbang itu lenyap sama sekali dari dunia ini. Meninggalkan lingkaran tanah yang kosong dengan diameter 10km di pusat kota.

    Sorak sorai kegembiraan terdengar di mana-mana. Merayakan kemenangan manusia atas Iblis dan Monster. Semua orang tampak gembira setelah mengetahui gerbang itu menghilang selamanya. Mereka saling berpelukan dan mengepalkan tangannya serta mengacungkannya ke langit. Tidak sedikit pula yang melompat riang gembira, yang menangis haru, dan saling bersalaman.

    Tetapi tidak bagi orang-orang yang telah kehilangan kerabatnya dalam ‘perang’ itu. Mereka tampak pasrah dan termenung mengingat mereka tak akan dapat bertemu lagi hingga ajal mempertemukan kembali. Bunga-bunga cahaya turun dari langit dalam berbagai macam warna, seakan Tuhan ikut menghibur kesedihan bisu mereka dengan menurunkan hujan salju yang bercahaya. Menari begitu indah dalam kegelapan malam dan membuat damai siapapun yang melihatnya.

    Diiringi oleh turunnya cahaya-cahaya indah, Erica menitikkan air matanya karena Head General tak kunjung memanggilnya, Iacchus termenung mengingat ia tak akan bisa lagi membalas budi pada seseorang yang telah menyelamatkan nyawanya dan Sirius kembali pada tugasnya yang belum ia tuntaskan, mencari dan menghabisi Oceanus.

    Semua yang bermula pasti akan berakhir. Itu adalah hukum yang telah ditetapkan pada dunia ini. Meski untuk mendapatkan akhir yang baik kadang membutuhkan pengorbanan. ‘Perang’ ini telah menyadarkan manusia bahwa mereka tidak sendiri di dunia ini, ada mahluk lain yang suatu saat dapat menggulingkan mereka dari gelar raja dunia. ‘Perang’ ini telah mengajarkan banyak hal pada siapapun, mulai dari keluarga, persahabatan, kesetiaan, cinta, bahkan dendam dan pembalasan. Dan juga.. pengorbanan.

    Semoga para pejuang yang telah berkorban mendapat tempat yang terbaik di alam sana dan untuk yang ditinggalkan tetap tegar dalam menjalani kehidupannya.

    “Selamat tinggal, Semoga kau berbahagia di alam sana.., LunaMaria..”
    Menaruh sebuket bunga, Sirius mengucapkan salam terakhirnya di depan makam LunaMaria, yang berada di apitan makam ibu dan ayahnya. Dan berjalan menuju matahari yang mulai tenggelam.





    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  13. #117
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    2 jenis ending? so nice... smile:

    note: sometimes happy ending looks so bored for me smile:
    Gemini, The Two-Facets Personality

  14. #118

    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Gabrielizm.co.cc
    Posts
    1,290
    Points
    567.70
    Thanks: 134 / 67 / 52

    Default

    engga2 .. gw kurang ngerti ini..
    ending nya 2 kah?
    LunaMaria mati sama happy ending ?
    walah2..

  15. #119
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    Quote Originally Posted by mattr3x View Post
    engga2 .. gw kurang ngerti ini..
    ending nya 2 kah?
    LunaMaria mati sama happy ending ?
    walah2..
    endingnya ada 2, pilih aja sendiri

    btw sekalian dong kesan pesan kritik sarannya atas serial ini masa udah tamat ga ada yg komen


    eniwei,

    manakah yang anda pilih

    Prequel or Sequel?

    tuliskan ya jawabannya , soalnya bimbang mo bikin sequel dolo ato prequel dolo


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  16. #120

    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Gabrielizm.co.cc
    Posts
    1,290
    Points
    567.70
    Thanks: 134 / 67 / 52

    Default

    Sequel maksudnya? critain lunamaria yang happy ending ?
    gw nilai berapa ya.. 8/10

Page 8 of 9 FirstFirst ... 456789 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •