Chapter 12
Destruction
Selene, merasakan kehadiran Daedalus yang tengah bersembunyi dibalik pintu gudang. Kemudian ia menggunakan psikokinesisnya dan menghempaskan serta menghancurkan pintu gudang hingga meninggalkan lubang berbentuk lingkaran dengan diameter 5 meter. Daedalus terpental oleh serangan itu.
Daedalus bangkit dari reruntuhan pintu besi yang menimpanya, ia masih merasa pusing akibat serangan tadi. Selene melangkah dengan elegan menuju Daedalus, dengan aura jahat yang sangat kuat terpancar dari tubuhnya.
Daedalus yang merasakan aura jahat yang melangkah mendekatinya. Ia melihat ke dalam gudang tersebut, dan menyaksikan sosok Dewi bersayap hitam yang perlahan-lahan terlihat disinari rembulan.. mendatanginya. Menatap wajah sang Dewi yang sangat dingin dan sorot mata yang kejam, Daedalus merasakan rasa takut yang amat sangat di sekujur tubuhnya. Ia mengepakkan sayap besarnya dan mulai terbang untuk meninggalkan tempat itu sejauh-jauhnya.
Meski Daedalus telah terbang dan meninggalkan tempat itu, Selene tidak mengejarnya. Ia hanya diam dan memandang Daedalus yang tengah terbang, kemudian..
Ia menggerakkan tangannya seperti mematahkan sayap Daedalus dengan jarinya, dan ternyata sayap Daedalus yang dituju juga patah. Daedalus yang merasakan sayapnya patah berteriak kesakitan, tetapi Selene malah mematahkan sayap lainnya hingga Daedalus terjatuh.
Tidak berhenti sampai situ saja, ia menarik Daedalus yang tengah terjatuh dari kejauhan dengan Psikokinesisnya, dan ia menjatuhkan Daedalus di depan kakinya yang mendarat dengan keras.
”Ukh... sial.... sayapku..”
Rintih Daedalus kesakitan.
Selene tiba-tiba mensummon 4 Moon Sabre, dan dengannya ia menusuk kedua telapak tangan dan kaki Daedalus hingga menembus ke tanah. Dengan tanpa belas kasihan ia menusukkan Aitken ke perut Daedalus yang kemudian berteriak kesakitan. Setelah melihat Aitken menyerap cukup banyak darah hingga membuat kulit Daedalus menjadi pucat pasi, Selene menggorok leher Daedalus dengan ujung rapiernya, Vaporum.. yang mencabut nyawa Daedalus.
Oceanus yang melihat kekejaman Selene menjadi terpukau, ia sangat kagum pada apa yang telah Sang Dewi lakukan.
“Betapa agungnya Sang Dewi… dengan indah ia mengakhiri hidup dari mahluk hina itu.. sungguh mengagumkan…”
Ujarnya pelan.
Oceanus kemudian berjalan ke sebelah Selene, sambil menatap gedung-gedung pencakar langit yang terlihat berkelap kelip dengan lampu-lampunya di balik gudang-gudang tua itu.
“Sang Dewi.. aku memanggilmu untuk mempersembakan dunia ini untuk kau hancurkan.. dengan para mahluk hina bernama manusia yang berada di dalamnya.. maka..-“
Belum sempat Oceanus menyelesaikan kalimatnya, Selene yang mengarahkan Vaporum padanya kemudian menarik Oceanus dengan Psikokinesisnya.
Tertarik dengan cepat menuju rapier di tangan Selene, Oceanus tertusuk hingga menembus dadanya, sementara Selene mencabut Aitken dari mayat Daedalus dan menebas leher Oceanus hingga terpisah dari badannya dan terpental.
Setelah itu, ia mendorong sisa badan Oceanus yang masih tertusuk oleh Vaporum dengan Psikokinesisnya, menghempaskannya hingga membentur tembok gudang dan terjatuh. Kemudian ia terbang dengan sayap hitam besarnya menuju pusat kota New Hampshire.
Tubuh Oceanus yang terhempas tadi perlahan-lahan meleleh menjadi air, sementara Oceanus mengumpulkan embun-embun di sekitarnya dan membuat kembali tubuhnya dibawah kepalanya. Kemudian ia tertawa seperti orang *******...
“Haha.. HAHAHAHA... akhirnya.. hari penyucian akan dimulai!! Semua keindahan akan dapat aku saksikan! Dendam! Penderitaan! Kesedihan! Hahahahahaha!! Sungguh membuatku gembira hahahaha!!”
Selene terbang ke atas pusat kota, kemudian ia mendarat di atap gedung tertinggi di New Hampshire. Dengan berlatarkan rembulan dan kerlap kerlip cahaya lampu kota, Selene tampak membaca mantera-mantera dalam bahasa yang tak dapat dikenali.
Beberapa saat kemudian, sebuah simbol sihir besar muncul dan melayang di angkasa. Berwarna merah menyala, dari tengah simbol itu perlahan-lahan muncul Black Hole yang semakin lama semakin membesar.
Sementara itu dibawah, warga kota penasaran pada sebuah lubang hitam yang berada di atas kota mereka, mereka berkumpul untuk melihatnya lebih dekat dari bawahnya. Lubang di langit itu mulai berputar, dan dari dalamnya menyambar-nyambar petir berwarna hitam. Kemudian..
Seekor mahluk dengan tempurung berduri, berkepala naga dan sangat besar terjatuh dari lubang itu. Semua orang yang berada di bawahnya panik, mereka berlarian dalam kepanikan menghindari jatuhnya mahluk itu. Tetapi terlambat bagi sebagian orang..
”JDUM!!”
Mahluk mengerikan sebesar pesawat komersial itu jatuh menyentuh tanah. Menghancurkan apapun yang berada di bawahnya. Mahluk itu, Tarasque, kemudian mengeluarkan semburan api biru dari mulutnya dan menghantam serta membumi hanguskan segala yang berada di depannya, termasuk kerumunan orang-orang yang terpana padanya hingga mereka gosong menjadi abu.
Keadaan menjadi kacau, semua orang di kota panik, mereka berlarian, terjadi kekacauan sistem transportasi hingga membuat kendaraan saling menabrak.
Dan tidak hanya itu saja, seakan belum cukup kacau, dari lubang hitam itu keluarlah mahluk-mahluk lainnya, mulai dari mahluk berbentuk naga raksasa, Wyvern, Hydra, sekumpulan mahluk terbang menyerupai kelelawar dan burung. Dengan jumlah yang sangat besar, mereka memporak-porandakan pusat kota New Hampshire dan membantai semua manusia yang mereka lihat.
Sementara itu di kantor Head General..
Head General tampak sedang membaca suatu kitab kuno, dengan Cillia duduk di depannya.
Dengan tiba-tiba pintu terbuka, seorang pria datang dengan wajah yang sama paniknya dengan Daedalus beberapa saat yang lalu.
“Head General, ini sangat parah!!”
“A-ada apa lagi ini?! Berita buruk lagi?!”
Tanya Head General menutup buku yang dibacanya.
“Ada laporan dari seluruh Utility Unit yang sedang bertugas, kota sedang dalam keadaan darurat, monster dengan jumlah yang sangat besar muncul dari sebuah lubang hitam yang berada di atas kota! Dan kini mereka meminta bantuan dari anda Head General!!”
Tuturnya.
“Apakah mereka melihat mahluk berbentuk seorang gadis dengan rambut putih dan sayap hitam ?”
Tanya Head General lagi..
“Ah, ya Head General! Penampakan mahluk seperti itu dilaporkan Utility Unit Perses di atas Sybill Tower sebelum kami kehilangan kontak dengan mereka..”
”Ukh.. kita kehilangan satu Utility Unit lagi... baiklah.. kirim semua Utility Unit yang kita miliki kesana.. LAKSANAKAN!!”
Ujarnya tiba-tiba mengeraskan suaranya, Head General tampak kesal setelah kehilangan satu Utility Unit lagi.
“Sudah terlambat.. Sang Dewi sudah bangkit... dan ia kini membawa semua monster-monster itu dari Erebus.. kini kita hanya dapat berusaha sekuat tenaga dan berharap pada keajaiban..”
Tutur Head General dengan suara yang pelan sambil berjalan menuju kursinya.
“Bodoh.. bodoh sekali kau LunaMaria.. terjebak ke dalam perangkap Oceanus.. ia tak tahu aku telah memindahkan Agenor...”
Ujar Cillia.
”Oceanus brengsek.. apa yang sebenarnya ia pikirkan? Meski ia adikku.. seseorang harus mengeleminasinya segera.. demi keamanan dunia ini..”
Ujar Head General tampak bimbang, sementara sebuah senyuman terlihat di bibir Cillia.
Sementara itu, semua Utility Unit sedang dikirim menuju New Hampshire yang tengah porak poranda diserang oleh mahluk-mahluk Erebus. Polisi dan Tentara bekerja sama dengan ASASIN untuk membasmi monster-monster yang memporak-porandakan kota, mereka mengerahkan segala yang mereka miliki untuk membalas serangan monster-monster. Mulai dari tank hingga pesawat tempur mereka kirim, bahkan prajurit dengan eksoskeleton prototype juga tentara turunkan.
“Kriiing.. Kriiing”
Telepon hitam yang berada di meja Head General berbunyi.
“Trek”
“Halo..”
“...”
“Baik Pak Menteri..”
“Baik..”
”Ya.. saya tahu caranya Pak Menteri..”
”Baiklah... akan segera saya laksanakan..”
”Baik.. terimakasih..”
”Trek”
Head General menutup telepon itu, wajahnya tampak sedih setelah menerima telepon dari Menteri Pertahanan.. kemudian dengan pelan ia berucap..
”Maafkan aku Cillia (Rheia).. aku terpaksa melakukan ini pada cucumu...”
Ia menatap Cillia, kemudian dengan suara yang lantang ia berkata
”Sirius! Aku tugaskan kau untuk memimpin sebuah tim dibawah Special Utility Unit Uranus! Kau boleh membawa siapapun dan berapa orangpun! Misimu adalah, Mengeleminasi Selene, Segera Laksanakan!!”
Cillia berdiri dan memberi hormat pada Head General..
”Laksanakan Head General..”
Ujarnya kemudian berjalan keluar dari ruang kantor Head General Mnemosyne.
Sirius dengan otoritas yang diberikan oleh Head General mendatangi Iacchus dan Aether dari Special Utility Unit Phoenix yang terlihat sedang berbelanja aksesoris di pedagang kaki lima.
Iacchus, seorang anak muda berumur 19 tahunan, dengan rambut spike pirang, mata oranye dan jaket kulit yang bergambar seekor Phoenix di punggungnya. Ia selalu membawa trisula berbilah oranye nya yang ia beri nama Combustor.
Sementara Aether adalah adik sepupu Iacchus, dan tampaknya ia berumur sama dengan sepupunya. Penampilan Aether terlihat normal dengan rok dan sweater wool berwarna coklat, bando oranye, serta syal panjang berwarna merah yang di ujungnya terdapat lambang Phoenix. Rambut pirang panjang dan mata oranye nya membuatnya terlihat sangat cantik dan feminin.
Cillia menepuk bahu Iacchus yang tengah jongkok dan memilih aksesoris yang akan ia beli.
“Hei Iacchus..”
Tetapi Iacchus tidak peduli, ia malah mengambil salah satu aksesoris kalung yang berbentuk tengkorak naga dan menawar harganya.
“Aether.. bisa kau bantu aku? Ada perintah dari Head General..”
Ujar Cillia pada Aether yang tengah berdiri menunggu sepupunya berbelanja.
“Ah, Sirius.. baiklah..”
“Ctek”
Dengan sentikan jarinya, angin yang lembut mendorong wajah Iacchus menghadap Cillia.
“Loh, Sirius? Wajahmu tampak serius ada apa?”
Tanya Iacchus.
“Ada tugas dari Head General..-“
Belum sempat menyelesaikan penjelasannya, Iacchus sudah berpaling kembali
“Aku beli yang ini pak..”
”. . .”
”Maaf ya Sirius, ia memang selalu seperti ini jika berbelanja..”
Ujar Aether memberikan sebuah senyuman.
Segera setelah Iacchus menyelesaikan urusan belanjanya, mereka bertiga berkumpul.
”Lihat, kalung tengkorak naga ini keren kan? Kan?”
Tanya Iacchus membanggakan kalung yang baru dibelinya, Cillia tidak menanggapinya.
”Ya.. kupikir sangat cocok untukmu Iacchus..”
Puji Aether.
”Sudah sudah, aku ingin menjelaskan sesuatu..
Aku dibawah otoritas Head General merekrut kalian ke dalam tim ku dibawah nama Special Utility Unit Uranus.”
“Loh loh loh, apa-apaan ini rekrut rekrut.. kalau kerjasama antar SUU sih aku masih bisa menerima.. tapi..-”
”Aku sangat serius Iacchus! lagipula ini hanya sementara...”
Sesaat Cillia membentak Iacchus yang mengeluh, lalu ia kembali memelankan intonasinya.
Iacchus mendekati Cillia dengan tatapan marah, ia tampak tidak suka dibentak.
“Apa-apaan ini.. apa kau tahu kau berbicara dengan siapa?”
Tanyanya menantang.
“Sudah, sudah, karena ini perintah Head General, kupikir kita harus menerimanya.. bagaimana Iacchus?”
Ujar Aether menenangkan Iacchus.
“Cih, baiklah jika kau bilang begitu Aether.... biar kutunjukkan pada orang ini kemampuanku nanti”
Setelah Aether dan Iacchus setuju menerima ajakan Cillia, (meski Iacchus tampak terpaksa menerimanya) mereka berjalan menuju suatu tempat..
“Sekarang kita kemana ?”
Tanya Iacchus
“Rumah sakit, masih ada seorang lagi anggota di tim ku..”
Jawab Cillia.
“Cih, ‘tim mu’ heh?”
Pikir Iacchus kesal.
Cillia, Iacchus, dan Aether berjalan memasuki rumah sakit, mereka berjalan di koridor putih menuju kamar Agenor alias David.
Pintu terbuka, Cillia, Iacchus dan Aether melihat Agenor tengah terbaring diatas ranjang. Mengetahui ada seseorang yang datang, Agenor terbangun..
“Ah.. siapa?”
“Ini aku, Sirius bersama Iacchus dan Aether.”
“Uh huh.. lalu ada apa?”
“Dengan dibawah otoritas dari Head General, aku kesini untuk merekrutmu ke dalam tim ku”
Ujar Cillia dengan tegas.
“Nah, ini dia mulai lagi ‘otoritas’ nya”
Bisik Iacchus pada Aether yang membuat Aether tertawa kecil.
Agenor tampak bingung dengan maksud dari kata-kata Sirius
”Tim? Apa maksudmu?”
”Pada saat ini New Hampshire berada dalam keadaan darurat.. ratusan monster muncul secara tiba-tiba dari sebuah lubang hitam di atas kota dan menghancurkan segalanya, kini Head General menugaskan ku untuk membuat sebuah tim infiltrator..”
Agenor tampak masih tidak mengerti maksud dari perekrutan yang dimaksud Cillia.
”Ah, sudahlah, jika ia tidak mau lupakan saja.. lagipula apa kau gila mengajak orang yang sedang sakit.. membuang waktuku saja..”
Celetuk Iacchus.
Cillia melirik dengan kesal Iacchus yang berjalan keluar ruangan karena merasa waktunya terbuang percuma. Sementara Aether ikut keluar mengikutinya.
”Tak usah pedulikan dia, jadi kau mau atau tidak?”
Tanya Cillia tegas.
Agenor tampak masih memikirkan jawaban yang akan ia berikan, lalu..
”Ceritakan padaku selengkapnya, lalu aku mungkin akan menerimanya...”
Cillia menghela nafasnya
”Huuuf.. singkat saja, LunaMaria terjebak oleh Oceanus, ia ditangkap sementara Oceanus membuat jalan menuju Erebus, yaitu lubang hitam itu. Yang kini mengeluarkan monster yang menghancurkan seisi kota..”
Agenor tampak terkejut mendengar penjelasan Cillia yang mengatakan LunaMaria tertangkap oleh Oceanus, dan tanpa ragu lagi ia menyetujuinya, tanpa mengetahui Cillia membohonginya.
”A-apa? Oceanus menangkapnya?!”
”Baiklah, aku ikut!”
Ujarnya seraya bangkit dari duduknya.
Lalu, mereka tanpa basa basi lagi segera menuju teleporter dan tiba di depan gedung ECB. Lokasi di depan gedung ECB telah berubah menjadi kamp komando gabungan ASASIN dan pihak Militer, sementara di kejauhan terlihat kota yang terbakar dengan mahluk-mahluk berukuran besar terbang diatasnya. Pemandangan yang sungguh mengerikan.
Tiba-tiba terdengar teriakan..
“WYVEEEEEERN, arah jam 3 di udara!!”
Terlihat seekor Wyvern, mahluk berbentuk ular raksasa berkaki yang tangannya berupa sayap mirip kelelawar, terbang mendatangi mereka. Dan kemudian terdengar dentuman meriam besar serta tembakan dari unit anti-udara.
“DUM!! DUAR DUAR DUAR DUAR!!”
Hujan peluru dari senjata anti-udara merontokkan sayap Wyvern itu, sementara proyektil meriam besar menghantam kepalanya dan menjatuhkannya.
“Kirim tim alpha dan eksekusi mahluk itu!”
Perintah seorang pria yang tampaknya pemimpin dari kamp komando.
”Woah.. mereka menjatuhkan monster level B itu dengan mudah..”
Kagum Iacchus.
Cillia beserta tim barunya mendatangi pria pemimpin kamp komando yang tampak sibuk menjelaskan rencana pertahanan kepada prajuritnya.
”Maaf, apakah anda otoritas disini?”
Tanya Cillia
”Ya, apa kalian dari ASASIN?”
Tanya nya sambil memperhatikan mereka.
Cillia menyodorkan tangannya yang kemudian diterima oleh pria itu, mereka bersalaman.
“Namaku Sirius, Special Utility Unit Uranus”
“Letnan Jenderal Mark Eisenhower.”
“Lalu, apa yang kalian perlukan dari kami? Apakah ada yang bisa kami bantu?”
Tanya Letjen Mark.
”Bisakah kami melihat peta status New Hampshire saat ini?”
”Ah, tentu, silakan menuju tenda itu..”
Ujar Letjen menunjukkan sebuah tenda yang di dalamnya terdapat meja dengan peta yang penuh coretan.
Di depan peta itu mereka berbicara..
“Bisakah anda berikan status dari Sybill Tower? Kami akan menuju kesana..”
Tanya Cillia.
”Hmm.. Sybill Tower.. itu berada tepat di pusat perimeter... mungkin agak mustahil menuju kesana dengan keadaan seperti ini...”
”Tidak apa, kami akan mencoba peluang sekecil apapun..”
Ujar Cillia percaya diri.
”Baiklah jika kau bilang begitu gadis pemberani, mari kita lihat data-data yang kudapat dari Combined Air Recon..”
Letjen Mark membuka laptopnya.
”Ugh.. tampaknya kalian akan melalui rute yang cukup sulit.. rute mana yang ingin kalian ambil?”
Tanyanya.
”Apa saja rute yang kami miliki?”
Tanya Cillia balik.
”Rute utara, melalui jalan 6 jalur Remmington Venue, disana terdapat Black Dog dengan jumlah besar, 2 ekor Wyvern, dan kira-kira 15-17 Wyrm kecil, dan seekor Apophis..”
”Woah, segerombolan C+, 2 ekor B+, belasan B dan 1 ekor A? Wow..”
Kagum Iacchus
”Rute selatan, melalui Sarcena Street, terdapat seekor Tarasque dan Baalberith beserta puluhan Beholder..”
”Gila, seekor level A, seekor level S dan puluhan level B? woah..”
Kagum Iacchus lagi..
“Rute barat.. melalui taman kota.. disitu mereka berkumpul setelah turun dari lubang hitam.. tidak aman sama sekali.. terlalu banyak monster dan selalu berganti.. sementara rute timur terlalu jauh dan berbahaya..”
”Ugh.. benar-benar tidak ada rute yang aman ya?”
Celoteh Iacchus tak berhenti yang membuat Cillia merasa terganggu.
”Bisakah kau hentikan ocehanmu Iacchus?”
Ujar Cillia. Iacchus tampak kesal kepadanya
“Cih, jangan terus-terusan mengurusi mulutku kepala hitam”
Ejek Iacchus yang hanya dibalas dengan tatapan kesal dari Cillia.
“Jadi bagaimana menurut kalian?”
Tanya Letjen Mark
”Hmm.. supporting unit apa saja yang militer miliki?”
Tanya Cillia
“Kami masih memiliki artileri kelas berat, 3 buah A-10, dan 3 unit tim lengkap.. dan tentu saja kami akan memberi kalian tim pemandu..”
Cillia tampak berpikir keras mempertimbangkan rute mana yang harus mereka lalui, hingga Aether mencetuskan sebuah ide..
“Um.. boleh aku memberi saran? Bagaimana jika kita melewati rute utara secara cepat sementara artileri membuka jalan, dan A-10 menghabisi wyrm dan wyvern?”
“Sangat cerdas, dengan begitu mereka tak akan menyadari kalian telah melewati mereka!”
Kagum Letjen Mark pada rencana yang diberikan Aether.
Cillia tampak menyetujui rencana Aether, ia melihat rencana itu cukup sederhana tapi efektif.
”Baiklah, kita gunakan rencana dari Aether.. terimakasih atas bantuannya Letnan Jenderal..”
”Tentu saja, ASASIN telah banyak menolong kami.. temuilah tim Zeta di pintu utara, mereka akan membimbing kalian ke sana.. semoga berhasil..”
”Terima kasih, ayo, kita harus bergegas sekarang..”
Perintah Cillia pada timnya, sementara Iacchus masih terlihat jengkel pada Cillia yang menurutnya sok berkuasa. Mereka kemudian menuju pintu utara untuk menemui Tim Zeta yang akan memandu mereka menuju Sybill Tower.
Di pintu utara, mereka menemui 5 orang prajurit dengan seragam tempur urban lengkap dan membawa senapan serbu G36C yang dilengkapi dengan peluncur granat. Cillia bersama timnya mendekati mereka untuk bertanya.
“Maaf, apakah anda sekalian adalah Tim Zeta?”
Tanya Cillia
Prajurit-prajurit itu hanya menengok, kemudian salah seorang dari mereka berbicara
“Hmm.. mungkin.. memangnya ada apa?”
“Kami diperintahkan Letjen Mark untuk menjemput Tim Zeta sebagai pemandu kami.. kupikir anda sudah mendapat pemberitahuan dari Letjen Mark?”
Prajurit itu mengerenyitkan dahinya
“Hmmm? Pemandu? Maaf tapi kami tak melayani jasa pemanduan.. HAHAHAHA”
Prajurit itu meledek Cillia, sementara di belakangnya Iacchus menahan tawanya.
“Maaf pak, tapi anda salah menempatkan waktu untuk bercanda..”
Ujar Cillia tegas. Tetapi, prajurit itu malah tertawa terbahak-bahak
“HUAHAHAHAHA… yang salah itu kamu! Ini pos timur laut! Dan kami tim Bravo!!
Tim Zeta ada disana HUAHAHAHAHAH”
Ujarnya tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk ke arah pos lainnya, sementara teman-temannya ikut tertawa terbahak-bahak, begitu juga dengan Iacchus yang tak dapat lagi menahan tawanya. Aether terdengar cekikikan, bahkan Agenor yang sedih pun tak dapat menyembunyikan keinginannya untuk tertawa. Wajah Cillia menjadi merah karena sangat malu. Ia berjalan dengan cepat meninggalkan mereka.
“Huauhauhauhauhau , akhirnya kena juga kau Sirius!!”
Tawa Iacchus girang.
Dan setelah mengalami hal yang memalukan itu, Cillia menyuruh Aether untuk bertanya kepada Tim Zeta, ia tampak tak ingin dipermalukan lagi. Kapten Falcon, pemimpin Tim Zeta menawarkan SUUU apakah mereka ingin menggunakan kendaraan ataukah tidak, tetapi karena mereka akan melewati rute dengan setenang mungkin, mereka menolaknya. Meski tentu saja lebih cepat jika menggunakan kendaraan.
Tim Zeta beserta Uranus meninggalkan kamp komando, mereka berjalan menuju rute utara untuk mendekati Sybill Tower, pusat dari segala kekacauan ini.
Melewati jalan raya yang penuh reruntuhan bangunan, suara tembakan dan ledakan dimana-mana, bangunan yang terbakar, mayat manusia dan monster yang berada di mana-mana, suasana di New Hampshire saat itu bagaikan tengah dilanda perang besar.
Iacchus merasakan sesuatu akan menyerang mereka dari belakang, dan pada saat menengok ke belakang.. terdapat segerombolan Fae tengah terbang dan akan menyerang mereka. Kerlap kerlip sinar merah bagaikan tetesan darah di kegelapan malam, mereka adalah mahluk yang menyerang secara bergerombol.
”FAE!!! Arah jam 6!!”
Teriak Iacchus hingga kedua kelompok pun menengok ke belakang.
”Tenang, biar kami yang urus..”
Ujar Kapten Falcon tenang.
Seorang dari Tim Zeta, Marco yang menggunakan minigun-nya dan menyerang, dengan Kapten Falcon menembakkan pelontar granat di moncong G36C nya ke arah para Fae itu. Fae-Fae itu berjatuhan oleh gempuran peluru dari minigun Marco, sementara sisanya hancur meledak berkeping-keping oleh lontaran granat Kapten Falcon.
Iacchus, Aether, dan Agenor tercengang kepada efisiensi senjata militer modern yang sama dibandingkan dengan efisiensi kerja mereka menggunakan kekuatan spesial dan sihir. Tampaknya teknologi telah mencapai level yang sama dengan mereka yang terpilih. Sementara Cillia tampak tak terkejut sama sekali, seolah ia tahu segalanya.
”Wow.. aku juga ingin menghabisi para Fae itu dengan Combustor..”
Gumam Iacchus.
Aether merasakan hawa jahat diatas mereka, dan ternyata seekor wyvern tengah meluncurkan bola api tepat ke arah mereka. Aether melakukan aksi cepatnya. Dengan alunan lembut tangannya, terbentuk angin sepoi-sepoi yang secara misterius merubah jalur bola api itu dari menuju mereka. Sementara Iacchus yang dari tadi bersemangat karena melihat aksi dari Tim Zeta tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia mengarahkan Combustor ke arah Wyvern itu dan meluncurkan bola api berwarna biru yang besarnya sama dengan bola api dari Wyvern.
“Sekarang makanlah jurusmu sendiri mahluk jelek! Fiero Spheria!!”
Serunya.
Bola api yang diluncurkan Iacchus menghantam seluruh bagian kepala Wyvern, membuat kepalanya menjadi abu. Kehilangan kepalanya Wyvern itu tewas dan jatuh ke arah Iacchus dkk yang berada di bawahnya.
”Ah Sial! Aku lupa dia tepat diatas kita!”
“Ck, bodoh sekali..”
Ujar Cillia jengkel. Ia kemudian meletakkan telapak tangannya diatas tanah, dan merapalkan mantera
” Deus lux lucis , tribuo mihi vestri bona..”
Seketika dari telapak tangan Cillia muncul simbol sihir berwarna emas yang merambat di tanah, kemudian menghasilkan semacam kubah pelindung di atas mereka.
Tubuh Wyvern yang terjatuh membentur kubah pelindung dan jatuh di samping mereka. Kali ini giliran Tim Zeta yang tercengang melihat aksi dari SUUU.
“Wow.. kalian boleh juga nak..”
Ujar Kapten Falcon kagum.
“Ahahaha.. tidak juga Kapten...”
Iacchus tampak tersipu malu mendengar pujian Kapten Falcon.
”Menjijikkan..”
Celoteh Cillia merasa mual melihat Iacchus yang tersipu.
”Bah, urus dirimu sendiri!”
Seru Iacchus yang tak ditanggapi oleh Cillia. Tim Zeta tertawa melihat tingkah mereka berdua.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan.
Mereka akhirnya tiba di jalan 4 jalur yang sangat luas dan panjang, Remmington Venue.
Mereka bersembunyi di balik reruntuhan bangunan sambil mengamati keadaan di depan mereka. Dengan binocularnya, Kapten Falcon melihat ke arah depan mereka.
”Bagaimana Kapten?”
Tanya Cillia.
”Tidak bagus, terlalu sepi, aku hanya melihat satu Wyvern dan beberapa ekor Wyvern kecil, selain itu tidak ada apa-apa..”
Terangnya.
”Ah, bukannya ini malah bagus, mari kita lewati sekarang juga.. biar kubantai Wyvern dan Wyrm-Wyrm itu.. hehehe”
Dengan ceroboh Iacchus berlari menuju Wyvern dan Wyrm sekitar 200 meter di depan mereka.
“Bodoh!! Apa yang dia lakukan?!”
Seru Cillia dengan berbisik.
Dan.. setelah sekitar 100 meter Iacchus berlari.., segerombolan besar Black Dog muncul dari dalam bangunan yang ditinggalkan di sekeliling Iacchus, begitu juga dengan belasan Wyrm yang terbang keluar dari jendela gedung-gedung. Iacchus terjebak dalam kepungan mereka, belum lagi Wyvern itu tersadar Iacchus ada disana.
”Ups...”
”Agenor! Cepat bawa dia kesini dan kembali dengan menggunakan Phasing, Aether! Lindungi Agenor selagi ia menuju kesana!”
Ujar Cillia cepat dan tegas.
Agenor pun segera berlari menuju Iacchus.
”Marco! Berikan Supporting Fire kepada anak itu! Queen! Hubungi pusat komando dan minta serangan artileri serta kirimkan A-10! Jack, Kiel, kalian habisi setiap monster yang mengarah kesini!”
Seru Kapten Falcon memberi komando
”Siap Kapten!!”
Ujar anggota Tim Zeta.
”Iacchus! Pertahankan dirimu sementara Agenor menjemputmu!!”
Teriak Cillia.
”Oke oke, Majulah kalian mahluk jahanam!!”.
Agenor berlari menuju Iacchus tanpa ragu. Di kanan nya terdapat muntahan beratus peluru panas dari minigun Marco yang melindunginya dari serangan Black Dog dan Wyrm yang menyerangnya. Di kirinya terdapat angin lembut Leve Viento dari Aether yang menghempaskan setiap monster yang menyerang Agenor, memuluskan jalan Agenor.
Iacchus menggunakan Circulo de Fuego. Ia memutar-mutarkan Trisula berkepala dua nya (Combustor) sambil meluncurkan bola api biru kecil dari ujung-ujung Combustor bagaikan tarian hujan api. Jurus Iacchus menghantam setiap monster yang berani mendekatinya, membakar mereka dengan api biru yang langsung menembus tubuh mereka bila tersentuh olehnya.
“Kapten! Dalam 10 detik serangan artileri akan datang!!”
Seru Queen. Sang Radiomen.
Mendengarnya, Kapten Falcon menengok kepada Cillia
”Hei, siapa namamu tadi nak?”
“Sirius..”
“Baiklah Sirius, 2 orang itu harus segera keluar dari perimeter dan kembali kesini dalam 10 detik, atau mereka akan hancur terkena artileri..”
Tanpa kekhawatiran, Cillia malah berkata
“Tenanglah Kapten.. mereka bukan orang yang akan mati begitu saja..”
Dan tersenyum penuh percaya diri.
Agenor berhasil mencapai Iacchus dengan selamat
“Ah, Agenor sekara- WuaH!”
Agenor menarik kerah belakang jaket Iacchus dan menyeretnya kembali, bersamaan dengan berubahnya ia ke Phase Mode.
“Dasar *****, merepotkan saja..”
Keluh Agenor.
Tak lama, mulai terdengar desingan-desingan peluru artileri yang berkekuatan tinggi.
”Siuuuuung”
”INCOMIIIIIIIING!!!!!”
Teriak Kapten Falcon.
Aether, Kapten Falco, dan seluruh Tim Zeta bersembunyi di balik reruntuhan, sementara Cillia menggunakan barrier pelindung di depannya agar dapat terus mengawasi Agenor dan Iacchus yang tengah berlari kembali.
Ledakan demi ledakan dari peluru artileri yang jatuh di Remmington Venue menghancurkan gerombolan Black Dog dan Wyrm, bahkan Wyvern besar pun terjatuh setelah terkena peluru artileri. Sementara Agenor dan Iacchus berlari tak tersentuh diantara ledakan demi ledakan. Iacchus yang ketakutan menutup kedua telinga dan matanya, ia tak pernah membayangkan dirinya akan berada didalam neraka artileri.
Agenor dan Iacchus tiba bersamaan dengan berhentinya ledakan. Serangan artileri telah selesai. Debu-debu yang beterbangan menghalangi pandangan dan menyelimuti serta membuat batuk-batuk siapapun yang menghisapnya.
Agenor menjadi tuli sesaat, pandangannya juga berbayang karena ia tak melindungi mata dan telinganya dari cahaya dan suara ledakan yang dahsyat.
”Uhuk uhuk uhuk.. bagaimana keadaan kalian nak? Apa kalian baik-baik saja?”
Tanya Kapten Falcon pada Agenor dan Iacchus.
”Aku baik-baik saja Kapten.. hanya saja sekarang pendengaranku sedikit terganggu..”
Jelas Agenor.
”Hahaha.. itu biasa terjadi jika kita berjalan melewati ledakan artileri, anak muda.. Hahaha”
Tawa Kapten Falcon.
”Lalu bagaimana denganmu jabrik?”
Tanyanya pada Iacchus..
”Er.. yah... tampaknya aku baik-baik saja..”
”Lain kali jangan bertindak seenaknya jabrik, lihat, teman-temanmu khawatir padamu..”
Ujar Kapten Falcon menasihati Iacchus. Cillia dan Aether mendekati Iacchus, kemudian..
”Da-”
”Dasar Bodoh! Bodoh! Bodoh!! Kau pikir apa yang kau lakukan!? Kalau tadi hanya ada aku kau bisa mati tahu!!”
Potong Aether sebelum Cillia sempat memarahi Iacchus.
“Dasar *****.. kau mau mati ya?”
Tanya Cillia yang dijawab oleh diamnya Iacchus dengan wajah merasa bersalah.
“Baiklah baiklah.. aku mengaku salah kali ini.. maafkan aku..”.
Setelah debu-debu yang menyelimuti Remmington Venue turun.. Lubang-lubang di jalanan hasil dari serangan artileri terlihat, bersama dengan potongan dan pecahan tubuh dari monster-monster yang terhantam ledakan.
“Woah.. hebat..”
Kagum Iacchus.
Setelah Kapten Falco memastikan perimeter telah bersih melalui binocular nya, mereka berjalan menyusuri Remmington Venue yang sangat berbeda dari beberapa jam yang lalu. Remmington Venue yang seharusnya menjadi pusat dari kegiatan perkantoran kelas atas New Hampshire kini hancur dan kosong.
“Semua ini benar-benar mengerikan Kapten.., tadi pagi aku baru saja lewat sini.. semua masih normal, banyak orang-orang berjas dan berdasi berjalan di trotoar.. taksi dan mobil di kemacetan.. kini semuanya menjadi seperti ini hanya dalam beberapa jam saja..”
Ujar Marco menceritakan keadaan Remmington Venue beberapa jam yang lalu.
”Begitulah Marco.. kita tak pernah tahu apa yang akan terjad-”
”DUAR!! ZLEB”
”Aaaaaaaaaaaaaaa”
Belum sempat Kapten Falcon menyelesaikan kalimatnya, Seekor ular yang sangat besar, dengan tubuh setebal bus sekolah, dengan kepala bermahkota sirip bagaikan ular kobra.. mendadak keluar dari dalam gedung dan menyambar Queen.
”Queen!!!”
Teriak Kapten Falcon.
”I-itu.. Apophis..”
Ujar Iacchus terbata-bata.
Share This Thread