“Aku.. ingin kembali.. bersama David.. orang yang kucintai...”
Jawab LunaMaria dengan tegas, sementara di dalam hatinya..
“Maafkan aku Ibu, Ayah, Nenek.. bukan karena aku tidak mencintai kalian semua.. tetapi.. karena berkat pengorbanan kalianlah.. aku dapat bertemu dirinya... maafkan aku atas keegoisanku..”
“Sebuah pilihan adalah sebuah jalan hidup. Engkau yang memilih jalanmu sendiri dan tidak menyesalinyalah yang telah memilih jalan yang terbaik untuk dirimu. Kuberikan padamu apa yang engkau pinta, selamat menjalani apa yang kau inginkan..”
Ujar Sang Dewa pada LunaMaria.
Perlahan-lahan tempat itu menjadi semakin gelap. Sosok Ibu,Ayah,dan Neneknya begitupun dengan David mulai menghilang. Sang Dewa berjalan kembali memasuki gerbang yang terbuka, bersama dengan Selene, sebelum ia mengucapkan kata-kata terakhirnya..
“Sampai jumpa.. LunaMaria...”
Gerbang itu tertutup. Kegelapan dan kesunyian kembali tiba, membungkus LunaMaria dalam dunia yang serba hitam. Hingga..
“Piip”
Sebuah suara terdengar..
“Piip.. piip”
Suara itu kembali terdengar, suara nada tinggi yang berbunyi dengan ritme yang teratur.
“piip.. piip.. piip”
Suara itu terdengar lagi, kali ini diiringi dengan bau yang LunaMaria kenal. Ya, salah satu tempat yang paling ia benci, karena setiap ia berada di sana berarti suatu kejadian menyedihkan telah terjadi. Takut akan terulang lagi, dalam kepanikan LunaMaria membuka matanya.
Terlihat plafon dan sebuah lampu neon yang terang diatas pandangannya.
Perlahan-lahan LunaMaria merasakan kelembutan tempat ia berada, kehangatannya.. tak salah lagi.. ia tahu kini ia berada di sebuah kamar di rumah sakit. Ia melirik ke sebelah ranjangnya, terlihat tali infus, sebuah alat monitor detak jantung, dan.. Head General??!
Dengan senyum yang seakan menyiratkan kelegaan dan keharuan dari hatinya, Head General berbicara padanya.
“Ah.. akhirnya.. kau siuman...”
Tak pernah melihat wajah Head General yang seperti ini membuat LunaMaria cukup heran. Sebelumnya wajah Head General bagaikan wajah mahluk tanpa perasaan, selalu kaku dan dingin seperti gunung es.
“Head.. General.. bagaimana aku??”
“Sirius...”
Ujarnya.
“Sirius?”
“Sirius lah yang menyelamatkan kalian.. ia menyaksikan semuanya.. kemudian ia berhasil menyelamatkan nyawa kalian..”
“Se-semuanya? Jadi ritual Selene pun?”
Head General menganggukkan kepalanya.
“Jadi apakah.. Sekarang aku???”
Kembali Head General menganggukkan kepalanya.
“Kau telah berhasil..”
ia kemudian memberikannya sebuah cermin.
LunaMaria sangat terharu melihat sosok dibalik cermin itu. Ia sangat terharu hingga tak sadar air mata kegembiraan menetes dari kelopak matanya.
Kini ia berambut coklat dan bermata biru. Seperti seharusnya saat ia terlahir.
“Aku.. aku...”
LunaMaria menangis dalam keharuan, sementara Head General memeluknya.
“Kau.. terlalu mirip dengan Cillia..”
Ujar Head General dengan suara yang gemetar seakan menahan tangis.
Tiba-tiba dalam pikiran LunaMaria terlihat sekelebatan wajah David, yang kemudian mengingatkannya kepadanya.
“Lalu.. David.., bagaimana dengan David?”
Tanya LunaMaria cemas.
Tatapan Head General tiba-tiba berubah menjadi kosong dan Head General mulai berbicara pelan-pelan..
“Agenor... dia....”
“Membuat susah Head General saja, setelah siuman langsung berlari ke sini hingga infusnya copot begitu saja... sudah tahu pasiennya masih belum boleh dikunjungi.. ya ampun...”
LunaMaria tercengang melihat Cillia yang tiba-tiba masuk sambil mengomel.
“Ah, jadi David..?”
Tanya LunaMaria pada Head General
“Ya.. begitulah.. dia sudah siuman 6 jam yang lalu.. beruntung dia memiliki kemampuan regenerasi yang cepat.. yah.. karena pertolongan Sirius yang cepat juga sih.. kini ia dipaksa dokter untuk beristirahat dengan tenang di kamarnya sampai sembuh.. fiuh..”
Jawabnya.
“Jadi.. dia.... syukurlah... syukurlah...”
LunaMaria terharu dan lega mendengarnya. Ia berhasil melepaskan kutukan dari dirinya tanpa perlu mencabut nyawa orang yang dicintainya.
“Ah.. aku keluar dulu mencari udara segar..”
Ujar Head General tiba-tiba, kemudian ia keluar dari ruangan. Sekejap hanya tinggal mereka berdua, LunaMaria dan Cillia yang berada di dalam.
“Hmm.. bagaimana kondisimu? Sudah lebih baik?”
Tanya Cillia memecah keheningan diantara mereka berdua.
“...Ya...”
Jawab LunaMaria singkat.
“Jadi.. apa kau masih marah padaku? Tentang insiden di Everwood High?”
LunaMaria tidak memberikan jawaban atas pertanyaan langsung dari Cillia itu.
Cillia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya sambil menghela nafas..
“Huff... baiklah.. jika kau sebegitu bencinya kepadaku.. mulai saat ini aku akan meninggalkan kalian berdua, dan tak akan pernah muncul lagi di hadapan kalian..”
Ujarnya.
“... Tidak...”
“Aku hanya tidak mengerti.. mengapa.. seseorang yang sudah kupercayai dan kuanggap sebagai sahabat.. tega melakukan itu.. seperti bukan dirinya yang kukenal...”
“Aku... meminta maaf sekali lagi atas yang telah kulakukan.. tapi aku mohon.. jangan salahkan Cillia.. ia tidak ikut bertanggung jawab atas keputusan yang kulakukan..”
“A-apa maksudmu? Jadi kau bukan Cillia?”
Tanya LunaMaria bingung pada permintaan maaf yang aneh dari Cillia.
“Antara ya dan tidak.. Cillia adalah diriku.. tetapi.. juga bukan diriku...”
“Aku semakin tidak mengerti, sebenarnya apa yang ingin kau coba sampaikan?”
LunaMaria semakin bingung kepada kata demi kata Cillia yang semakin tak masuk akal.
“Klek”
Head General kembali memasuki ruangan, dan menutup kembali pintunya.
“Kupikir jam berkunjung sudah habis.. kini adalah waktunya pasien beristirahat.. Sirius..?”
Pandang Head General.
“Baiklah.. percakapan ini kita akhiri dulu sampai disini.. jika kau sudah sembuh, aku akan memberi tahukan semuanya.. sampai jumpa..”
“Cklek”
Cillia meninggalkan ruangan terlebih dahulu.
“Baiklah.. sampai bertemu lagi.. LunaMaria..”
“Klak”
Pintu tertutup. Mereka berdua telah meninggalkan ruangan. LunaMaria masih tidak mengerti arti dari kata-kata Cillia barusan. Tetapi ia hanya bisa menunggu menanti jawaban darinya, seperti yang Cillia janjikan padanya.
**
Dua minggu telah berlalu, LunaMaria dan David sudah diizinkan pulang oleh Dokter mereka. Dan tentu saja, LunaMaria dan David sudah bertemu kembali sejak minggu pertama. Apalagi dengan sifat David yang kadang tidak sabaran dan nekat. Sirius, Iacchus, Aether, dan Head General datang menjemput mereka di lobby rumah sakit ASASIN.
“HEEI!!! Agenor!!”
Ujar Iacchus keras, menyapa David.
“Orang bodoh memang tak bisa mengontrol suaranya..”
Sindir Cillia.
“HEI!! Siapa yang kau maksud bodoh!?”
“Tentu saja yang merasa bodoh..”
“KAUUUU!!!!”
“Ehem..”
Suara batuk dari Head General membuat Iachhus terdiam, sementara Cillia melirik Iacchus dengan wajah penuh senyum kemenangan. Aether hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
“Kita berjumpa lagi Agenor, hei kau tahu aku belum berterima kasih padamu waktu itu!”
Ujar Agenor lagi. Sementara Cillia memperkenalkan Aether kepada LunaMaria.
“Ah.. ya.. tidak kupikirkan kok, hanya begitu saja..”
Jawab David tenang.
“Dasar si sombong brengsek! Kau bilang nyawaku ‘begitu saja’!”
Setelah itu, ia melirik pada LunaMaria yang baru pertama kali dilihatnya.
“Ngomong-ngomong.. hei.. gadis itu siapa?? Pacarmu??”
Wajah David memerah mendengarnya, dengan terbata-bata ia berkata
“Ti-ti-tidak, ah, bukan, ah, be-belum, bukan bukan.. bukan begitu..!”
“Hooo.. jadi bukan ya... kalau begitu.. aku ada kesempatan dong hmm..”
Ujar Iacchus sambil menunjukkan senyum yang memuakkan. Dan tiba-tiba..
“PLAK!!”
“Aduh!!”
Sebuah tamparan keras dari Agenor mendarat di punggung Iacchus, membuatnya berteriak kesakitan hingga menarik perhatian LunaMaria. Dan tanpa sengaja mereka berdua bertatapan. Kemudian..
“Ah.. namaku LunaMaria.. salam kenal..”
LunaMaria berusaha menyodorkan tangannya.
“A... namaku...”
“Namanya Iacchus, dan jangan sentuh manusia kotor itu..”
Ujar Cillia sambil menahan lengan LunaMaria.
“S-sialan! Siapa yang kotor!? Setidaknya biarkan aku memperkenalkan diriku sendiri!”
Amuk Iacchus.
“Tapi... sepertinya semakin lama diperhatikan sepertinya aku kenal wajahnya.. hmm coba kuingat-ingat..”
“Uh.. mungkin kau mengenal... nenekku..”
“AH YA!! ITU DIA!! SI NENEK KERAS KEPALA RHEIA!!”
“Dasar bodoh”
Cillia memukul kepala Iacchus.
“Jadi.. kau mengenal nenekku?”
Tanya LunaMaria.
“Hahaha, bukan hanya aku.. Aether, dan juga hampir semua anggota ASASIN mengenalnya! Lagipula dia pernah menjadi ketua unit kami selama 2 tahun, hingga akhirnya ia menjadi anggota Special Utility Unit Nyx.. jadi dia nenekmu?”
“Ya.. begitulah...”
“Dan... saat ia meninggal.. rasanya aku tak percaya.. seorang yang begitu.. ‘kuat’... bisa... ah, sudahlah, aku hanya bisa mengucapkan turut bersedih kepadamu walau mungkin jauh terlambat.. kami selalu mendoakan kebahagiaan untuknya di alam sana, bukan begitu Aether?”
Aether menjawabnya dengan sebuah senyuman dan anggukan.
“Terimakasih.. kalian berdua..”
Ucap LunaMaria terharu.
“Ehem, Sirius, sepertinya waktu semakin berjalan.. kalau kau ingin melakukan itu cepatlah, Erika sudah menunggu..”
Ujar Head General tiba-tiba.
“Ah baiklah.. nah, David, LunaMaria, mari kita pergi..”
“Baiklah.., sampai bertemu lagi, Aether, Iacchus, senang bertemu kalian..”
“Ya.. aku juga, sampai bertemu lagi Iacchus, Aether..”
Salam David pada mereka berdua.
“Ya, kami juga, sampai bertemu lagi!”
Balas Iacchus dan Aether.
“Jadi.. itukah target kita waktu itu, Aether?”
“Sepertinya ya.. “
“Hmmm..”
Iacchus bergumam dengan memberikan senyuman yang misterius.
Mereka berempat, LunaMaria, David, Cillia, dan Head General berjalan memasuki sebuah ruangan tak jauh dari lobby, di dalamnya terlihat Erika sedang menunggu.
“Ah, akhirnya kalian datang juga! Selamat siang Agenor! Apa kabar?!”
Sapa Erica dengan riang.
“Selamat siang juga Nona Erica, aku baik saja..”
Balas David dengan senyuman yang sama ramahnya.
“Hah? Siapa gadis itu rasanya aku pernah melihatnya?”
Tanya Erica tak mengenali LunaMaria dengan warna rambut dan mata yang berubah.
“Eh... Ini aku.. LunaMaria..”
“Ya ampun!! Aku hampir tak mengenalimu lagi dengan penampilanmu yang sekarang! Kau mengecat rambutmu dan memakai contact lens ya? Atau menggunakan semacam sihir?”
“Er.. tidak.. sebetulnya ini warna rambut dan mataku yang asli...”
“Hah? Jadi sejak kecil itu kau mengecat rambut dan memakai contact lens?”
Tanya Erica bingung sementara LunaMaria tampak sulit menjelaskan.
“Anggap saja sejak dulu ia menggunakan sihir yang mengubah warna rambutnya, kini ia meninggalkannya dan kembali seperti semula..”
Jelas Head General ya kemudian dijawab dengan ‘hooo’ oleh Erica.
“Nah, sekarang, bisakah antarkan kami menuju Level-A-98S ?”
Pinta Head General pada Erica
“Oke, tapi bisakah anda berikan passform padaku sebagai tanda bukti?”
“Ya, tentu saja..”
Jawab Head General.
Ia kemudian membuat suatu formasi sihir yang sangat rumit pada lantai ruangan. Menyala keemasan dengan pola lingkaran yang begitu rumit sekaligus indah.
“Baiklah, kini aku bisa arahkan teleport ke tempat itu”
Ujar Erica.
LunaMaria kagum pada tingkat kerumitan formasi sihir itu, dan ia menjadi penasaran mengapa pengamanan yang sebegitu sulitnya dibuat untuk melindungi tempat yang akan mereka kunjungi. Ia bertanya-tanya sebenarnya tempat apakah Level-A-98S itu.
“Sebenarnya, apa itu Level-A-98S?”
Tanya LunaMaria penasaran.
“Level-A-98S.. adalah.. tempat tinggal Sirius.. anggap saja begitu..”
Jawab Head General sekenanya, yang tidak dibantah oleh Cillia.
Beberapa menit kemudian..
“Nah, kita sudah sampai.. silakan buka pintunya untuk menuju tempat yang kalian tuju”
Ujar Erica.
“Mari”
Ajak Head General dan Sirius pada LunaMaria dan Agenor. Mereka bertiga membuka pintu dan dihadapkan pada sebuah ruangan lain. Ruangan itu berdinding putih bersih dengan bahan seperti metal. Dengan pintu baja yang tampak tebal berada di depan mereka.
Sebuah kamera pengawas tiba-tiba muncul dari dinding yang terbuka, bersamaan dengan dinding sinar merah yang bergerak melewati mereka bagaikan pemindai. Tak lama kemudian, pintu baja itu pun terbuka perlahan-lahan.
“Maafkan atas kelancanganku.. aku agak paranoid pada manusia”
Ujar Cillia meminta maaf.
Dan.. tentu saja David dan LunaMaria tak mengerti apa yang ia maksud.
Sungguh membuat terkejut siapapun yang melihatnya. Dibalik pintu baja itu terdapat ruangan bagaikan laboraturium masa depan. Dengan alat-alat elektronik yang terlihat canggih serta puluhan lengan robotik mengelilingi sebuah tabung misterius besar di tengah-tengah ruangan yang tertutup oleh tirai baja. Yang ditempeli oleh kabel-kabel besar di ujung-ujungnya. Kemudian layar monitor super besar berada tepat di seberang ruangan itu.
“Te-tempat apa ini?”
Tanya David takjub.
“Sudah Head General bilang, ini adalah tempat tinggalku..”
Secara tiba-tiba suara yang mirip suara Cillia berbunyi dari speaker di ruangan itu. Padahal Cillia tidak menggerakkan mulutnya sedikitpun.
Perlahan-lahan tirai baja yang menutupi tabung itu terbuka. Dibalik tabung kaca itu, terlihat suatu bentuk kehidupan yang membuat siapapun yang melihatnya tak tahu harus berkata apa. Di dalam tabung kaca setinggi 4 meter yang berisi air, melayang-layang lah, sebuah bentuk kehidupan berbentuk otak yang sangat besar. Dengan kabel-kabel menggantung padanya.
David, dan LunaMaria tak tahu harus berkata apa. Melihat mahluk aneh yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Melayang-layang di dalam tabung penuh air, bagaikan menatap mereka.
“Itu adalah aku”
Aku Cillia tiba-tiba.
“Itu.. adalah.. kau??”
Tanya LunaMaria
“Ya LunaMaria.. aku.. bukanlah manusia...”
“Apa kau sebenarnya?”
Kali ini giliran David bertanya
“Dulu.. aku adalah seorang gadis biasa.. tetapi... karena menderita suatu penyakit yang tak dapat diobati.. aku merelakan diri menjadi test-subject suatu proyek.. suatu proyek ilmiah yang bagaikan fiksi yang dibiayai oleh pemerintah, yang mereka bilang dapat menolongku.”
“.. dan.. setelah aku tersadar.. aku sudah terpisah dari tubuhku.. hanya menjadi sebuah otak yang melayang-layang di sebuah tabung kecil..”
“Kemudian.. setelah melalui banyak hal.. aku menjadi wadah bagi otak manusia-manusia yang sudah tak memiliki nyawa, aku bergabung dengan mereka.. hingga seperti inilah bentukku sekarang..”
...
“Lalu? Bagaimana dengan Cillia? Bukankah itu juga dirimu seperti yang kau katakan?”
Tanya LunaMaria lagi.
“Betul.. dan nama asli gadis itu bukanlah Cillia, tetapi Alicia.. dan ia adalah salah satu dari diriku. Cobalah lihat ke monitor”
Kemudian ia menyalakan monitor besar di belakangnya, yang menunjukkan gambar seperti kamera CCTV yang terbagi sangat banyak.
“Itu semua.. adalah pengelihatan dari seluruh tubuhku.. hingga saat ini aku memiliki 276 tubuh, termasuk Alicia..”
“.. aku berbagi segalanya dengan mereka.. perasaan mereka, ingatan mereka, kemampuan mereka, suara, sifat, rasa sakit, semuanya.. tetapi, mereka juga memiliki perasaan dan kesadaran mereka sendiri, karena pada dasarnya mereka tetaplah manusia, hanya saja otaknya berada bersamaku..”
Jelasnya.
“Aku.. aku tetap tidak mengerti...”
Bingung LunaMaria
“Jika kalian masih belum mengerti, begini, bayangkan saja aku adalah sebuah superkomputer, yang mengendalikan beratus-ratus robot ber-AI secara individu dalam waktu yang bersamaan.. begitulah kira-kira contoh yang paling mendekati keberadaanku..”
“Sirius bukanlah kode nama seorang anggota ASASIN, tetapi sebuah kode nama dari suatu sistem, yaitu Intelligent Sirius Information System (ISIS) yang bertugas dibawah nama Special Utility Unit Uranus dan dibawah yurisdiksi ASASIN. Sekarang kalian mengerti kan mengapa ia dapat bekerja 100 kali lebih cepat dari anggota lainnya dan mengapa ia tidak pernah memiliki partner?”
Tambah Head General.
...
“Kami sudah mengerti.. tapi yang belum kumengerti adalah, apa tujuanmu membawa kami kesini dan memperlihatkan semua rahasia ini?”
Tanya David.
“....”
“... Apakah.. kalian menganggap Alicia sebagai seorang ‘sahabat’ ?”
Tanya Sirius.
“Tentu saja...”
Jawab LunaMaria
“Ya...”
Jawab David.
“Dan apakah kalian menyayanginya sebagai seorang sahabat, selalu ingin bersama dengannya, serta melindunginya?”
Tanyanya Lagi.
“... Ya! Aku selalu merasakan itu!”
“Aku Juga... walaupun ada suatu saat.. dimana ia tampak terlalu.. dingin.. seperti insiden itu..”
Jawab mereka berdua.
“Sebelumnya aku memohon maaf, Alicia bukanlah gadis yang seperti itu, ia tak mungkin melakukan hal itu walaupun dipaksa. Aku lah yang mengambil alih kontrol dirinya saat itu. Jika ingin membenci, bencilah diriku..”
...
“Dan lagi.. tujuanku membawa kalian kesini adalah.. bahwa aku.. ingin ‘memberikan’ Alicia sepenuhnya pada kalian..”
“!!? Apa maksudmu? Bukankah kalian adalah satu?”
Tanya LunaMaria terkejut dan heran.
“Dalam hatinya.. Alicia sangat ingin bersama kalian... ia sangat menyayangi kalian berdua... sebagai ‘sahabat’ pertamanya yang dapat menerimanya apa adanya.. ia sangat ingin menjadi dirinya sendiri dan pergi sekolah, pulang, dan bermain dengan kalian.. maukah kalian.. menerimanya?”
“Jadi.. itukah perasaannya sebenarnya.. itukah yang ia rasakan selama ini?? Aku.. aku.. aku senang sekali.. aku senang sekali mengetahuinya..”
Ujar LunaMaria dengan suara yang lirih dan lengan yang mengusap air mata harunya.
“Tentu.. tentu saja.. aku menerimanya..”
“Terimakasih.. LunaMaria..”
Ujar suara Cillia, tetapi kali ini berasal dari bibir Cillia sendiri.
Lengan-lengan robot mulai bergerak, salah satu lengan itu membawa tirai yang menggantung, kemudian menutupi tubuh Cillia. Lengan-lengan lainnya memasuki kelambu itu, terlihat sebuah siluet yang cukup ‘mengerikan’. Rambut panjang Cillia ditarik ke atas, kemudian tengkoraknya dipotong hingga kepalanya terbuka. Kemudian sebuah lengan robot lainnya tampak seperti menarik suatu alat dari dalam tengkorak Cillia, lalu sebuah lengan robot dengan pipa di ujungnya mengarahkan ujung pipanya ke dalam tengkorak Cillia.
Bersamaan dengan itu, sebuah pipa tampak turun dari atas tabung, menusuk mahluk otak itu;Sirius, kemudian menyedot bagian tubuhnya dan mengalirkannya ke dalam kepala Cillia. Tempurung kepala Cillia ditempelkan kembali ke kepalanya, dan sebuah lengan robotik seperti mengelas tempurungnya hingga menyatu kembali dengan kuat dan tak menyisakan bekas.
Kemudian tubuh Cillia yang kini lemas diangkat oleh lengan-lengan robotik lainnya menuju LunaMaria dan David, bersamaan dengan diangkatnya tirai kelambu. Dengan sigap David menerima Cillia dan menggendongnya.
“Alicia akan pulih dan tersadar setelah seminggu, aku mohon, jagalah baik-baik Alicia....”
Pinta Sirius.
“Pasti”
Jawab LunaMaria yang disertai sebuah anggukan.
“Selamat tinggal.. dan.. terima kasih atas semuanya..”
Lengan-lengan robotik kembali ke tempatnya masing-masing, monitor besar itu mati, dan tirai besi mulai kembali menutupi tabung.
Head General, LunaMaria, dan David yang menggendong Alicia berjalan keluar ruangan, menuju ruangan tempat mereka datang, mereka kembali pulang. Meninggalkan Level-A-98S. Tempat Sirius berada.
“Head General, bagaimana nanti dengan tempat tinggal, biaya hidup, dan sekolah Ci- maksudku, Alicia?”
Tanya LunaMaria
“Mungkin ia akan kuberikan tempat tinggal di apartemen tempat Operation Moonwatch, apartemen yang ia tinggali bersama dengan Cronos dan Agenor sewaktu mengawasimu dulu.. lagipula ia mengenalmu sewaktu ia tinggal disana bukan? Mungkin untuk sekolah kalian bisa masuk Ravenwing High? Dan tentu saja, Alicia akan mendapat tunjangan dari ASASIN..”
Jelas Head General yang kemudian melegakan hati LunaMaria.
Dalam hatinya LunaMaria mensyukuri segalanya telah berakhir dengan baik. Kini ia dapat menjalani hidupnya dengan normal.. setidaknya begitulah menurutnya.
“Syukurlah.. pada akhirnya.. semua berakhir dengan bahagia.. syukurlah...”
Ujarnya dalam hatinya.
**
6 Bulan telah berlalu sejak LunaMaria keluar dari rumah sakit. Kini ia, bersama dengan Alicia, dan David melanjutkan sekolah mereka di Ravenwing High, seperti yang dianjurkan oleh High General. David telah mengundurkan diri dari ASASIN 2 minggu setelah ia keluar dari rumah sakit (Yang tentunya karena Head General terlalu baik, ia tidak menghapus ingatannya akan ASASIN). Nampaknya ia juga ingin mengakhiri kehidupannya yang tidak normal dan penuh bahaya. Ia ingin tertawa dan hidup bahagia sebagai seorang remaja biasa, yang nampaknya akan sulit ia dapatkan. Berdasarkan kata-kata dari Head General saat ia mengajukan pengunduran dirinya :
“Bagi seorang yang pernah bermandikan darah mahluk dari Erebus, sulit baginya untuk meninggalkan tanggung jawabnya. Karena seumur hidupnya ia akan menjadi magnet bagi mahluk-mahluk itu.”
Tetapi ia tetap bersikukuh untuk meninggalkan ASASIN, demi menghindari bahaya apapun yang dapat melibatkan orang-orang yang ia kenal, khususnya orang tuanya. Karena dari mereka bertiga, hanya David lah yang bukan yatim piatu. Banyak orang yang harus ia lindungi. Orang tuanya, sahabat-sahabatnya, dan terutama orang yang dicintainya. LunaMaria.
Kini, LunaMaria, David, dan Alicia baru saja pulang dari bioskop, layaknya remaja normal, hari ini malam minggu dan mereka pergi berjalan-jalan bersama sahabat-sahabatnya.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Untuk kota yang baru saja pulih dari serangan supranatural, paranoia akan monster masih melekat di benak seluruh penduduk kota yang selamat. Malam hari sudah menjadi momok yang menyeramkan, sehingga mereka melarang anggota keluarga mereka untuk sebisa mungkin tidak keluar di malam hari. Menjadikan malam hari di New Hampshire sunyi dan sepi. Terutama di daerah residensial.
Ketiganya turun dari bus di halte daerah mereka, kemudian berjalan kaki untuk pulang ke rumah masing-masing. Setiap hari mereka biasa berjalan kaki menuju halte kemudian menumpang bus sekitar 10 menit menuju Ravenwing High yang berada cukup jauh.
“Fuuh filmnya jelek sekali.. aku menyesal membuang-buang uang untuk menontonnya haah..”
Ujar Alicia kecewa.
“Tidak juga, menurutku cukup lumayan untuk sebuah prequel, akting karakter utamanya juga cukup kuat..”
Sahut David menanggapi kekecewaan Alicia.
“Hah? Memangnya kau tahu apa tentang film?”
Tanya Alicia meremehkan.
“Ugh.. kata-katamu benar-benar mengesalkan.. lagipula itu berlaku juga untukmu!”
Ujar David kesal.
“Apa katamu?!”
Tanya Alicia.
“Sudah-sudah.. Alicia hanya bercanda kok, iya kan..?”
Ujar LunaMaria menengahi mereka dengan senyum di wajahnya.
Mereka berdua terdiam sejenak sambil memandang senyuman LunaMaria. Kemudian..
“Ya... baiklah.. anggap saja seperti itu jika LunaMaria bilang begitu..”
Ujar Alicia sambil memeluk LunaMaria. Seperti seorang adik memeluk kakaknya.
“Huh.. baiklah-baiklah.. aku terima ‘canda’ mu itu..”
Balas David.
Tiba-tiba, mereka merasakan hawa jahat dari balik punggung mereka. Tak jauh di belakang mereka, terdengar langkah kaki dan suara geraman. Mereka menoleh, dan melihat bayangan suatu mahluk besar, dengan mata merah menyala di kegelapan, menatap mereka dengan pandangan memburu.
“Ya ampun... lagi-lagi...”
Keluh David menutup setengah wajahnya.
“Ugh.. ini sudah yang kelima kalinya bulan ini...”
Keluh LunaMaria.
“Tapi sepertinya.. ada satu orang yang senang...”
Lirik David pada Alicia.
“Tentu saja! Makanya aku selalu membawa kamera video ku di dalam tas ku!”
Ujarnya riang sambil memperlihatkan kamera video yang dibawanya.
“Yak, baiklah, kita mulai!!
David mengeluarkan sabitnya, sementara LunaMaria memanggil 4 Moon Sabrenya.
“Satu..., Dua..., Tiga!!”
David dan LunaMaria pun berlari menuju mahluk itu. Sekali lagi menjalankan apa yang mungkin sudah menjadi takdir mereka, sebagai seorang Exorcist.
Share This Thread