Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 19
http://idgs.in/227217
  1. #1
    TeraPatrick's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Location
    JO2 Studio
    Posts
    335
    Points
    313.23
    Thanks: 19 / 45 / 21

    Default Warcraft Side Story

    Sekedar tuangan dari 2 hobi yang berbeda, maen WOW sama nulis. semoga berkenan, dan mohon kritik dan saran yang membangun.

    Chapter I Bibit Kebencian

    Pagi yang cukup indah secara keseluruhan, kecuali kepulan asap di arah pantai pulau Theramore. Seorang remaja baru beranjak dari tidurnya kini hanya terpaku di tempat dia berdiri. Pantai kini dipenuhi aliran darah merah dan hitam, darah manusia dan orc, kini menimbulkan warna yang mengerikan sekaligus membuat perutnya bergejolak tak karuan.

    "Nak...kabarkan ke ayahmu...kita diserang. Berita ini harus sampai ke Admiral Proudmoore." kata seorang tentara penjaga pantai Theramore yang sedang menemui ajalnya.
    Nampak jelas bekas torehan kapak yang dalam di punggungnya. Tanpa pikir panjang remaja ini segera berlari menuju salah satu barak tentara di tengah pulau. Dengan kaki tak beralaskan apapun dia berlari secepat dia mampu. Rasa panas dan menusuk mulai terasa di dadanya. Sepanjang dia berlari, suara daging tertebas dan dentangan logam dari suara senjata beradu semakin jelas terdengar. Entah apa yg terjadi di sekitarnya hanya berlari yang dia tahu untuk dilakukan saat ini.

    Sebuah barak mulai terlihat dari tempatnya berlari sekarang. Saat hatinya mulai lega menemukan barak ayahnya, kakinya menginjak sesuatu yang licin, basah, dan berbau amis. Kontan tubuhnya terjerembab di tanah kering berdebu. Sambil terbatuk-batuk dia berusaha berdiri untuk melanjutkan larinya menuju barak ayahnya. Sesaat dia baru bisa berdiri di atas lututnya, seorang orc sudah berdiri di depannya dengan kapak yang kelewat besar untuk ukuran manusia. Hal yang memenuhi pikirannya adalah dia harus lari, menghindar dari kematian di depannya. Tapi tubuhnya membeku, semua organ tubuhnya berhenti saat itu juga. Orc di depannya mulai mengangkat kapak besarnya siap menebas remaja manusia. Remaja ini entah dengan sadar atau tidak menutup matanya, siap menuju ajalnya, siap mendengar daging yang tersobek, daging miliknya. Entah kenapa suara itu tak kunjung datang, digantikan suara anak panah menembus tubuh. Orc yang tadinya berdiri perkasa di depannya kini tergeletak di tanah tak bernyawa. Sebuah anak panah tertancap di belakang leher orc itu.

    "Lari nak! Cari ayahmu! Kami harus menahan para Horde di sini. Waktu kita tak banyak, kau harus-" belum sampai selesai kalimat keluar dari mulut pemanah Elf itu, sebuah tombak bermotifkan tribal khas klan Darkspear menembus dada Elf itu. Tak ada jerit kesakitan yang terdengar, Elf yang menyelamatkan nyawanya kini terkapar di depannya. Troll pemilik tombak pembunuh ini, tertawa licik beberapa meter darinya. Dengan perlahan troll ini berjalan menujunya, atau terlihat perlahan pada kenyataannya. Tampaknya ancaman maut belum pergi sepenuhnya dari remaja ini. Dengan mata pembunuh, sang troll mencabut tombaknya dari mayat Elf. Tidak seperti sebelumnya, pikiran remaja yang terancam nyawanya ini jernih. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Tangannya mulai mengambil segenggam pasir dan menunggu saat yang tepat. Troll pembunuh ini mulai mengarahkan tombak kepadanya. Dan saat tombak mulai dihujamkan, segenggam pasir mengenai kedua mata troll ini. Dengan tersenggal-senggal remaja ini berlari menjauhi maut. Ternyata kebutaan yang dialami troll tadi tak berlangsung lama. Troll ini mulai melanjutkan mengejar buruannya.
    "Ayah! Ayah! Kita diserang!" teriak remaja ini dengan troll mengejar di belakangnya.
    "Hati-hati nak! Dibelakangmu!" teriak sang ayah.
    "Berikan aku sesuatu, Yah!" teriak putus asa dari remaja ini.
    Ada sesuatu yang berkilau dan panjang terlempar di udara. Itu sebuah pedang, pedang ayahnya. Layaknya seperti dalam adegan lambat, dia menangkap pedang itu. Troll yang mengejarnya sudah siap menancapkan tombak di punggungnya. Dengan refleks alami yang dapat dikatakan warisan ayahnya, remaja ini berbalik dan langsung mengincar leher troll di belakangnya. Udara di sekitarnya mendadak sangat hening. Tubuh dan kepala troll yang terpisah kini tergeletak di kakinya. Ada tangan besar dan hangat menepuk pundaknya.
    "Kerja bagus nak." ujar sang ayah.
    "Ayah, kita sedang diserang. Horde sudah memenuhi pantai sekarang. Aku tak tahu Ibu di mana. Aku..aku.." kalimat bertubi-tubi keluar dari mulut remaja ini.
    "Tenang nak! Semua akan baik-baik saja. Ayah sudah menyuruh orang memberi kabar ke markas besar. Admiral Proudmoore harusnya sudah mengetahui tentang hal ini."
    "Kapten Bravehand, semua persiapan selesai dilakukan. Balista sudah di posisinya dan pasukan sudah siap mati mempertahankan pulau ini," kata seorang Letnan
    memberi laporan. Balista adalah senjata artileri yang mirip busur lengkap dengan anak panahnya tapi dengan ukuran yang luar biasa besar.
    "Bagus. Terima kasih, Letnan. Nak, sekarang temui Ibumu di perlindungan bawah tanah. Jaina Proudmoore telah berjanji kepada kita, perlindungan bawah tanah
    tidak akan tersentuh peperangan ini." kata Kapten Bravehand kepada anaknya.
    "Tapi, Yah! Berikan aku senjata, aku ingin berperang. Aku juga ingin melindungi tempat ini" berontak sang anak.
    "Kau masih terlalu muda nak," tegas sang ayah.
    "Aku 16 tahun, bagimu terlalu muda?!" teriak remaja frustasi ini.
    "16 tahun belum cukup untuk mengayun pedang,"
    "Tapi aku baru saja membunuh seorang troll, dan aku akan-"
    "Cukup! Jangan membantah ayahmu lagi, nak! Pergi ke perlindungan, jaga ibumu untuk Ayah. Ini, bawalah pedangku, lindungi ibumu."
    "Tapi, yah. Aku-"
    "Dengar nak. Kau adalah segalanya bagiku. Aku tak akan memaafkan diriku jika terjadi sesuatu yang buruk padamu. Dengan apa yang kau lakukan tadi, jujur, ayah sangat terkesan. Tapi ini belum saatnya kau mengangkat pedang. Saatnya akan datang, ayah berjanji. Kau akan menjadi orang besar nak, ayah yakin itu. Sekarang pergilah, lindungi ibumu dan orang-orang di perlindungan. Ayah bergantung padamu."
    Tanpa berkata-kata lagi, Bravehand muda ini berlari menuju perlindungan. Setelah beberapa saat dia berlari, terdengar teriakan ayahnya memberi komando pada
    pasukannya.

    Butuh beberapa menit untuk mencapai perlindungan bawah tanah. Sesampainya di tempat yang seharusnya ada tempat perlindungan, Bravehand muda ini mencari pintu masuk ke tempat perlindungan. Tapi tak ada semacam pintu terlihat. Dia terus mencari ke segala arah, tak ada yang dia temukan. Rasa putus asa mulai merasuk. Apakah tempat perlindungan sudah hancur? Pikirnya kacau. Keputusasaan ini berakhir sampai dia menemukan sebuah pintu tingkap. Saat dia ingin membuka pintu itu, sebilah pisau terhunus di lehernya,
    "Siapa kau?" tanya si pemegang pisau.
    "Aku Iris Bravehand, anak dari Emer Bravehand" jawab Iris dalam tanya.
    "Oh ternyata kau. Beruntung aku tidak langsung membunuhmu tadi. Aku Harold Fleshshatter. Aku diutus SI:7 untuk melindungi tempat ini." jelas Harold.
    "Di mana Ibuku? Di mana yang lain?" tanya Iris.
    "Mereka aman di lubang yang lain"
    Harold sedikit lebih tua dari ayahnya. Tampak bekas-bekas luka pertarungan di wajah dan beberapa bagian tubuhnya. Dia memakai setelan kulit ketat dengan warna merah bermotifkan tetesan darah dan taring yang cukup fantastis. Dengan hanya bersenjatakan sepasang pisau di kiri dan kanan pinggangnya Iris cukup heran bagaimana orang ini bertarung hanya dengan pisau dan tanpa berbaju logam.
    "SI:7 sudah mengetahui rencana penyerangan ini jauh-jauh hari. Aku dan beberapa agen SI:7 diutus untuk memberi perlindungan bagi warga sipil sebelum pasukan utama kami datang."
    "Jadi kapan pasukan kalian datang?"
    "Entahlah, butuh waktu lama untuk melewati Maelstorm di lautan sana."
    Pembicaraan ini terpotong dengan suara berisik di semak-semak. Muncul 2 orc dari semak-semak. Ini bukan pertanda yanng baik, tempat perlindungan terancam
    kerahasiaannya. Tapi Iris terlihat bergairah. Dia ingin segera mengayunkan pedang milik ayahnya yang dia genggam.
    "Masuk ke dalam, Iris. Biar aku yang tangani" perintah Harold.
    "Tapi, aku-"
    "Ini bukan tugasmu. Kau warga sipil, paling tidak sekarang. Aku mendapat perintah untuk melindungi warga sipil."

    Iris menuruti saja perintah Harold, tak ada gunanya dia membantah. Dia hanya akan menjadi beban bagi Harold. Di dalam tak ada siapa-siapa. Lubang ini kosong, Iris menunggu dalam hening dan gelap. Dari luar terdengar jelas 2 orc sedang berbicara bahasa Orcish. Iris mengintip dari lubang kecil di pintu lubang untuk melihat apa yang dilakukan 2 orc itu. Entah kenapa bahaya tak ada habisnya, salah satu orc berhasil menemukan pintu lubang tempat dia bersembunyi dan memutuskan untuk membukanya. Iris mundur dari pintu tempat dia mengintip. Pintu gagal dibuka dalam usaha pertama, dan orc itu memutuskan untuk merusak saja pintu itu. Di mana Harold? Apakah aku harus menghadapi orc-orc ini sendirian? Pikir putus asa Iris.

    Dalam sesaat terdengar salah satu orc berteriak kesakitan. Iris kembali maju untuk mengintip dan melihat apa yang sedang terjadi di luar. Ternyata Harold berhasil menjatuhkan salah satu orc itu, dan tampaknya berhasil membunuhnya. Terlihat darah mengalir dari leher orc yang terkapar. Tapi dimana Harold? Dan dimana orc lainnya? Yang terdengar hanya teriakan, dentangan logam dan sobekan daging. Iris dilanda kebingungan tentang apa yang terjadi. Setelah beberapa menit suasana mendadak hening. Apakah sudah berakhir? Tiba-tiba pintu terbuka, dan Harold didepan pintu itu. Harold menang, pikir Iris. Tapi kenyataan tidak sefantastis itu. Ada yang tidak lazim pada tubuh Harold. Harold kehilangan lengan kirinya. Darah segar masih menetes dari bekas luka terpotong di lengannya.
    "Harold! Kau terluka." Iris menyerbu keluar.
    "Hanya lengan kiri, bukan masalah besar. Tolong ambilkan botol di saku kiriku. Tuangkan isinya ke lukaku." pinta Harold sambil terengah.
    Tanpa membantah Iris mengambil botol itu dan menuangkan isinya ke luka Harold. Pendarahan hebat yang dialami Harold segera saja berhenti.
    "Untung saja aku membawanya. Botol itu aku dapat dari para pengungsi Dalaran. Mereka pembuat ramuan yang hebat, heh."
    Iris tak bisa berkata-kata lagi. Pikirannya penuh tanya, kebingungan melanda hatinya. Bukankah kita sudah tidak berperang dengan orc? Tapi kenapa orc menyerang ke pulau ini? Apa yang orc cari di sini? Pikirannya yang penuh dibuyarkan dengan suara derap kuda. Datang seorang Runner membawa pesan. Runner adalah penyampai pesan dalam peperangan. Mereka dapat memacu kuda lebih cepat dari siapapun.
    "Kita kalah, Admiral Proudmoore tewas di tangan orc. Tampaknya orc hanya mengincar Admiral. Mereka sedang mundur ke pantai." kata seorang Runner memberi kabar.
    "Tampaknya semua telah berakhir, Iris. Mari kita cari ibumu." kata Harold sambil mengejan menahan sakit di lengannya.

    Tak ada sepatah katapun yang keluar dari Iris. Dia hanya mengikuti Harold ke lubang persembunyian tempat ibunya. Sepanjang perjalanan memang tampak pertempuran sudah usai. Tak ada suara bising, tak ada teriakan kesakitan, tak ada suara logam beradu, semua hening, kini hanya terdengar suara kicau burung dan sayup-sayup orang berbicara. Langit mulai memerah, senja mulai datang.
    "Oh tidak!" kata Harold tiba-tiba.
    Perkataan Harold membuyarkan lamunan Iris. Tampaknya sesuatu yang buruk telah terjadi. Benar saja tampak asap tebal dari ujung jalan setapak yang mereka tempuh. Iris dan Harold mulai mempercepat langkah mereka. Setelah mereka sampai di lokasi persembunyian yang dituju, pemandangan mengerikan menyambut mereka. Genangan darah dimana-mana, belasan orang tergeletak tak bernyawa. Penjaga yang seharusnya melindungi tempat itu tergeletak tak
    berkepala. Pikiran-pikiran mengerikan langsung memenuhi kepalanya. Tak ada tanda-tanda keberadaan ibunya.
    "Tampaknya orc menemukan tempat ini." Harold berkata penuh simpati.
    "Hai Iris! Mau kemana kau?!" teriak Harold kepada Iris yang sedang berlari menjauh.
    "Aku harus mencari ayahku. Dia harus tahu bahwa tempat perlindungan ibuku diserang. Dan mungkin dia tahu dimana Ibuku berada." jawab Iris sambil berlari.
    Rasa putus asa kembali memenuhi diri Iris. Dia merasa gagal, dia tak bisa melaksanakan perintah ayahnya. Dia tak bisa melindungi siapapun, bahkan ibunya sendiri.

    Setelah beberapa menit berlari, panas dan sesak memenuhi dadanya. Dia sudah sampai di barak tempat terakhir dia bertemu ayahnya. Hal terakhir yang ingin dia lihat kini di depan matanya. Udara disekitarnya mendadak hilang, dia tidak bisa bernapas. Sesak setelah berlari kini terasa lebih hebat memenuhi dadanya. Perasaan lega karena pertempuran sudah berakhir kini tak ada artinya lagi. Kedua orangtuanya tergelatak di tanah bersimbah darah. Dengan perlahan Iris mendatangi tubuh kedua orangtuanya. Timbul percikan harapan kecil di hatinya bahwa kedua orangtuanya masih bernafas. Harapan itu segera musnah ketika dia tahu tak ada tanda-tanda kehidupan di tubuh kedua orangtuanya.
    "Oh Iris. Aku turut menyesal. Ibumu tiba-tiba saja datang dan melindungi ayahmu dari anak panah yang datang dari belakang ayahmu. Dan ayahmu tewas kemudian
    dalam usahanya melindungi ibumu." kata seorang Letnan penuh simpati.
    Iris hanya terdiam menatap tubuh kedua orangtuanya yang tak bernyawa. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan. Di tangannya masih tergenggam pedang ayahnya.
    Hanya pedang ini yang tersisa. Pedang yang seharusnya melindungi ibunya, kini hanya tergenggam tak terayun di tangannya. Rasa penyesalan yang besar menyerang dirinya. Seharusnya dia tetap di barak untuk melindungi ayah dan ibunya. Tapi kini tak ada yang bisa dia lakukan.
    "Sudahlah Iris, semua belum berakhir. Lanjutkan hidupmu, jalanmu masih panjang" kata Harold yang baru saja menyusul dari belakang sambil memberi tepukan di bahu Iris untuk menenangkannya.
    Iris tak menjawab apa-apa. Pikirannya dipenuhi keinginan memusnahkan orc beserta Hordenya dari Azeroth. Tapi kini tak ada yang bisa dia lakukan. Tak ada untuk sekarang.
    "Aaaarrrrghhhhhhh....." Iris menjerit penuh kebencian, kesedihan, keputusasaan. Jeritan Iris Bravehand memenuhi udara pulau Theramore senja itu.

  2. Hot Ad
  3. #2
    [FB]-Nuyi's Avatar
    Join Date
    Apr 2009
    Posts
    566
    Points
    150.23
    Thanks: 4 / 26 / 18

    Default

    baco dolo gan

    bagus2

    mayan keren sihh

    ga ada masalah percintaannya membuat menarik ini bagi gw

    tapi ini baru chapter 1 ya??

    di tunggu dehh chapter 2 nya

  4. #3
    RealLove_2007's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Dimana-mana yang jelas gue ada
    Posts
    379
    Points
    476.30
    Thanks: 3 / 7 / 7

    Default

    Coba gua ikutan ya :P

    ini cuma ada di pikiran gua aja jadi gpp ya klo cuma khayalan >_<

    Another story of Forgotten : Rise of Vlad Tepes, The Revenger

    Suatu masa dimana ada seorang anak kecil yang bernama "Sanguini" yang artinya adalah darah. Dia adalah seorang Blood Elf kecil yg berusia 10 tahun.Dia dijadikan budak oleh sekelompok bandit yg disebut "Defias". Sehari-harinya gadis kecil itu cuma bisa melakukan apa yang mereka suruh sambil dirantai lehernya agar tidak kabur. Suatu hari Sanguini disuruh menjarah berbagai perlengkapan emas yang ada di dekat Kuburan di Eastern Plaguelands. Gadis kecil itupun dipaksa untuk menjelajahi crypt yang penuh dengan undead-undead ganas oleh para defias itu. Saat itu gadis kecil itu menemukan sebuah peti yang mengkilap yang berwarna hitam.
    Lalu ada tulisan di petinya :

    "Here We Put a Eternal Rest to A Fallen Hero beneath this coffin. A Person who awaken him shall become his master"

    Gadis kecil itupun ketakutan karena aura yang berasal dari peti itu, saat mau kabur dia ketahuan oleh para defias dan mereka melukai gadis kecil itu hingga darah keluar dari tangannya dan muncrat ke peti tersebut. Namun, pada saat yang sama, asap keluar dari peti itu dan muncullah seorang yang berjubah hitam dan dalam sekejap menghabisi semua defias itu dengan mudah. Saat itu gadis itu bertanya :

    "Apakah tuan akan membunuhku juga ?" Isak gadis itu
    "Kenapa harus demikian gadis kecil ? Kau adalah Masterku.Aku adalah pelayanmu yang setia" Ucap parau pria itu.
    "Apakah tuan seorang undead ?"
    "Bisa dibilang begitu. Namun teman-teman baikku yang berasal dari tempat yang jauh membuatku menjadi abadi. Namun aku hanya bisa bangkit jika ada yg memberikan darahnya untukku.Disebut juga ini segel untuk mecegahku menjadi brutal."
    "Aku belum pernah mendengar apapun tentang tuan. Siapakah tuan sebenarnya ?"
    "Ah yah, namaku adalah Vlad Tepes.Sang pembalas dendam. Mulai saat ini aku akan selalu melayani dan menjaga anda. Tetapi kita harus keluar dari sini bukan ?"

    Lalu Vlad tepes dan Gadis kecil itu keluar dari Cypt itu dan mulai berpetualang bersama2 sejak hari itu....
    Rumor mengatakan bahwa Vlad Tepes mengantar anak kecil tu kembali ke Silvermoon City dan menjadi anggota horde.............

    ( PS : Ini khayalan semata saja koq :P )

  5. #4
    banyakbacot's Avatar
    Join Date
    Oct 2008
    Location
    Ketuban
    Posts
    726
    Points
    1,142.31
    Thanks: 40 / 17 / 10

    Default

    WoW Great Imagination....
    80% player horde lebih cocok masuk ignore list drpd friend list

  6. #5
    cicakmerah's Avatar
    Join Date
    Jul 2008
    Location
    2 gang dari mesjid
    Posts
    801
    Points
    919.10
    Thanks: 3 / 0 / 0

    Default

    pertema gw kira ni bocah anaknya admiral proumore AKA daelin proudmore...bukannya dia dah mati ya..ternyata bukan...jaina tu bukan admiral deh..lebih pantas jadi arcmage proudmore.

  7. #6

    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Azeroth of AMPM
    Posts
    78
    Points
    95.10
    Thanks: 17 / 2 / 2

    Default

    Kenapa g d creative corner aja ?
    d sana kan khusus buat menuangkan imajinasi..

  8. #7

    Join Date
    Sep 2008
    Posts
    19
    Points
    23.10
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    wah nice gan keren ceritanya ditunggu cerita2 berikutnya, menarik nih..

  9. #8
    [FB]-Nuyi's Avatar
    Join Date
    Apr 2009
    Posts
    566
    Points
    150.23
    Thanks: 4 / 26 / 18

    Default

    Quote Originally Posted by Reish View Post
    Kenapa g d creative corner aja ?
    d sana kan khusus buat menuangkan imajinasi..
    kek nya dia post disini ada alasan dehh

    1. jarang disana yg suka world of warcraft
    2. biar semua forumer WOW bisa liat semua

    CMIIWW

  10. #9
    deadguy's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Goa Selarong
    Posts
    948
    Points
    1,231.60
    Thanks: 21 / 35 / 12

    Default

    copy paste aja ke sana , biar sekalian promosi wow

  11. #10
    dnd_polos's Avatar
    Join Date
    Jul 2009
    Posts
    467
    Points
    577.40
    Thanks: 31 / 10 / 6

    Default

    wah klo kek gini seh meningan move d thread menulis aja ..

    just my opinion ..

    gw sering baca d thread itu kok ..

    lucu2 n bagus2

  12. #11

    Join Date
    Apr 2009
    Location
    medan
    Posts
    39
    Points
    45.90
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    nice....nice....

    daripada karya kita tak tersalurkan, ini salah satu cara untuk mengetahui apakah karya2 yang kita diciptakan dapat apresiasi dari pembaca atau tidak.

    one again

    nice...nice

  13. #12
    tukul-arwana's Avatar
    Join Date
    May 2007
    Location
    Makassar
    Posts
    414
    Points
    485.40
    Thanks: 98 / 17 / 8

    Default

    keren2x semua tulisan dan idenya.

  14. #13
    tukul-arwana's Avatar
    Join Date
    May 2007
    Location
    Makassar
    Posts
    414
    Points
    485.40
    Thanks: 98 / 17 / 8

    Default

    keren2x semua tulisan dan idenya.

  15. #14
    odinblackaxe's Avatar
    Join Date
    Apr 2009
    Posts
    931
    Points
    1,038.80
    Thanks: 8 / 19 / 17

    Default

    Wogh dobel kill................ nice ide.. klo bisa buat sticky dah

  16. #15
    God_Gambler's Avatar
    Join Date
    Apr 2009
    Location
    Dimana-mana hatiku senang
    Posts
    65
    Points
    75.00
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    menyalalah api cinta

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •