Page 4 of 10 FirstFirst 12345678 ... LastLast
Results 46 to 60 of 150
http://idgs.in/22416
  1. #46
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Lightbulb Manusia Bukan Penyebab Global Warming

    Terkait ....


    Para ilmuwan belum dapat membuktikan bahwa kegiatan manusia adalah penyebab pemanasan global, kata sekelompok anggota parlemen Australia, Senin (13/8).

    Pemanasan adalah akibat dari fenomena alam dan juga terjadi di planet lain seperti Mars, Jupiter, Pluto dan Neptunus, ungkap mereka pada bab tersendiri dalam laporan parlemen mengenai perubahan iklim.

    "Adalah sifat yang wajar jika planet-planet yang memiliki lapisan cair, mengalami iklim yang bervariasi. Karena itu, setiap saat, kita bisa memperkirakan sekitar setengah planet-planet menjadi makin panas. Ini tidak ada hubungannya dengan kegiatan manusia," tulis mereka.

    Iklim yang berubah juga terjadi di planet lain termasuk bulan terbesar di planet Neptunus, Triton, dan hal itu menyanggah pandangan yang menyakini pemanasan Bumi disebabkan gas rumahkaca akibat kegiatan manusia, kata mereka.

    Mereka yang menyakini perubahan iklim, termasuk raja media Rupert Murdoch, kata mereka, seringkali memiliki pandangan mengenai lingkungan hidup tanpa pengetahuan.

    "Ini menunjukkan masalah yang lebih umum lagi yaitu kebanyakan pernyataan di masyarakat, yang mempromosikan bahwa pemanasan adalah akibat kegiatan manusia, berdasarkan ketidaktahuan," tulis mereka.

    Keempat anggota parlemen itu adalah anggota pemerintahan koalisi John Howard, dua di antaranya adalah mantan menteri.

    "Howard menjaga jarak dari mereka dengan mengatakan "Tidak, saya tidak sependapat dengan pandangan itu," katanya ketika ditanya mengenai pernyataan mereka tentang Rupert Murdoch.

    Howard, sebelumnya adalah seorang yang skeptis terhadap pemanasan global, sampai dia menerima sebagian besar pendapat ilmiah yang mengemukakan bahwa emisi gas rumahkaca adalah penyebab pemanasan Bumi.

    Empat orang itu adalah mantan menteri, Jackie Kelly dan Danna Vale, mantan ilmuwan peneliti Dennis Jensen dan seorang anggota parlemen dari Northern Territory, David Tollner.


    referensi : http://www.gatra.com/

  2. Hot Ad
  3. #47
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Exclamation Global Warming, Topan Badai Akan Sering Terjadi

    WASHINGTON - Musim hujan nanti, angin topan dan badai akan lebih sering terjadi sebagai dampak yang ditimbulkan akibat iklim bumi yang semakin panas. Pernyataan ini berdasarkan studi yang dilakukan para ilmuwan NASA.

    Para ilmuwan di Institut Goddard NASA, institut yang bertugas untuk mempelajari seluk beluk angkasa raya, telah menemukan dampak dini yang terjadi karena perubahan iklim yang tidak menentu. Model perubahan iklim seperti ini dapat menyebabkan angin bertiup lebih kencang dari biasanya saat musim hujan nanti seiring dengan memanasnya atmosfir bumi.

    Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggunakan bantuan komputer yang akan mengevaluasi kondisi cuaca yang berpotensi menimbulkan angin topan. Cuaca dalam komputer tersebut ditingkatkan secara bertahap sebanyak 5 derajat farenheit (dua derajat selsius) sehingga lebih panas dari cuaca sebelumnya.

    "Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa intensitas angin topan dan badai lebih sering terjadi seiring dengan meningkatnya panas," ujar salah satu ilmuwan, seperti dikutip Yahoo News, Jumat (31/8/2007).


    referensi : http://www.okezone.com/

  4. #48
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    yg aneh kok pake bukti, dah jelas yg bikin global warning aktifitas manusia yang merusak lingkungan, emangnya siklus global warning ada apa? aya2 wae

  5. #49
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Arrow Indonesia Gagas "Forestry Eight" Terkait Pemanasan Global

    Pemerintah Indonesia sedang mematangkan gagasan pembentukan Forum Delapan Negara yang Memiliki Hutan Hujan Tropis (Forestry Eight), sebagai salah satu upaya mengatasi pemanasan global.

    "Indonesia sebagai penggagas Forestry Eight akan melakukan inisiatif pertemuan pada 24 September 2007, bersamaan dengan penyelenggaraan sidang tahunan Majelis Umum PBB di New York," kata Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal, sebelum mengukuti rapat tertutup soal Forestry Eight, di Istana Tampaksiring, Bali, Jumat.

    Rapat tertutup dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dihadiri Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Menhut MS Kaban, Mensesneg Hatta Rajasa, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang juga mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Emil Salim.

    Menurut Dino, gagasan Indonesia membentuk Forestry Eight dengan mengikutsertakan Brazil, Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Gabon, Kamerun, dan Kosta Rika, adalah karena selama ini belum ada gerakan diplomatik yang menghubungkan negara-negara yang memiliki hutan hujan tropis.

    Negara-negara yang memiliki hutan hujan tropis berada di antara 10 derajat Lintang Utara dan 10 derajat Lintang Selatan dari garis khatulistiwa.

    "Saat ini baru delapan negara yang menyatakan ikut bergabung, namun kita tetap menunggu jika ada negara yang secara fisik memiliki hujan hutan tropis untuk bergabung," ujarnya.

    Ia menjelaskan inisiatif Presiden Yudhoyono melakukan pertemuan di New York, menjelang menjelang pertemuan atau KTT Forestry Eight pada Desember 2007 di Bali, bersamaan dengan penyelenggaraan pertemuan tingkat dunia tentang "Millenium Global Devepeloment Goals" dengan isu utama "Global Climate Change".

    Indonesia saat ini tercatat menjadi negara ketiga terbesar setelah Brazil dan China sebagai penyebab emisi dari hutan, antara lain akibat kebakaran hutan dan praktik pembalakan liar atau " illegal logging".

    Forestry Eight yang disebutkan Dino, mencakup 80 persen negara yang memiliki hutan hujan tropis.

    "Sejauh ini baru Malaysia yang telah menyatakan menyambut baik atas pembentukan forum tersebut," katanya.

    Dijelaskan, 25 persen dari seluruh emisi global berasal dari masalah-masalah kehutanan, sedangkan 75 persen berasal dari emisi yang ditimbulkan industri, pertambangan dan energi, serta limbah rumah tangga.

    Dino juga menjelaskan pembentukan forum Forestry Eight ini diharapkan dapat memperjelas pengaturan masalah pemakaian energi oleh industri-industri di seluruh negara.

    Selama ini "Protocol Kyoto" cenderung hanya menekankan mengatasi emisi di sektor industri tanpa terlalu memperhatikan masalah-masalah di sektor kehutanan.


    referensi : http://www.antara.co.id/

  6. #50
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Lightbulb Hemat Penggunaan Energi

    Cara terbaik Atasi Global Warming
    SERPONG-Efek pemanasan global (global warming) sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan manusia. Selain disumbang oleh rumah kaca, global warming juga disokong oleh penggunaan energi secara besar-besaran.

    "Kita tidak bisa terhindar dari pemanasan globa yang saat ini sedang terjadi. Paling mungkin dilakukan meminimaslisir keadaan itu dengan menghemat energi," ujar Menko Kesra Abu Rizal Bakrie ketika memberi sambutan dalam seminar bertajuk Kawasan hemat energi di Puspiptek, Setu, Tangerang, kemarin.

    Bakrie mengharap pada semua peserta untuk ikut membantu pemerintah dalam mengatasi global warming. Sebab, persoalan itu, sudah menjadi perhatian semua pihak. Masyarakat juga tidak boleh antipati terhadap persoalan itu. "Saya rasa ini menjadi tanggungjawab bersama untuk menghadapinya," tambah Ical sapaan akrab Abu Rizal Bakrie.



    Sementara itu, Dr Tri Harso Karyono, arsitek peneliti di Balai Besar Teknologi Energi (B2TE), mengatakan, untuk menghemat energi itu sangat mudah. Caranya dengan menghemat energi dan memperbanyak hutan-hutan sebagai daerah resapan air dan udara.

    "Setiap rumah juga bisa dibuat taman-taman supaya udara sejuk. Itu akan mengurangi dan mengimbangi pembuangan gas dari rumah tangga selain pancaran sinar matahari," ungkapnya.

    Di bagian lain Djauhari Tatang perwakilan Summarecon Mal Serpong (SMS) yang menjadi pembicara dalam kesempatan itu, menuturkan pihaknya memanfaatkan tenaga gas genset dalam menghemat energi. Selain itu untuk memperkuat suplay energi dimanfaatkan juga sumber panas matahari.

    "Dengan cara ini maka kami lebih praktis dalam menghemat energi. Apalagi kami tidak menggunakan energi listrik," jelasnya.



    referensi : http://www.indopos.co.id/

  7. #51
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Arrow Pemanasan Global Tingkatkan Kasus Flu Burung

    Pemanasan global mengakibatkan meningkatnya kasus flu burung (Avian Influenza/AI) karena meningkatnya suhu udara mendorong peningkatan penguapan sehingga kondisi udara lebih lembab, sementara virus AI sangat menyukai kondisi lembab dan dingin.

    Oleh karena itu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) akan mengupayakan agar efek pemanasan global terhadap peningkatan kasus AI ini bisa dimasukkan dalam pembahasan sidang UN Forum on Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali, Desember mendatang.

    Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMG, Prof Mezak A Ratag mengatakan di Bogor, Senin, masalah tersebut --efek pemanasan global terhadap peningkatan kasus AI-- memang belum dikaji oleh Panel Antar-pemerintah untuk Perubahan Cuaca (Intergovernmental Panel on Climate Change). "Masalah ini belum masuk 'assessment' perubahan iklim UNFCCC," katanya.

    BMG, kata dia, akan melakukan pemetaan iklim (mikro klimat) di tingkat sub kabupaten sehingga bisa digunakan sebagai sistem peringatan dini bagi penyebaran virus flu burung. "Kalau tadinya BMG hanya fokus (pemetaan iklim) untuk masalah pangan, sekarang juga ke masalah penyebaran penyakit," katanya.

    Sementara itu, peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB), Agik Suprayogi mengatakan, angka kejadian AI di daerah tropis tinggi karena wilayah ini kelembabannya juga tinggi. "Ada hubungan antara karakter klimat (mikro klimat) dengan kasus kejadian AI," katanya. Riset yang dilakukannya sejak 2003 tersebut mengambil sampel Bogor dan masih harus dipertajam lagi untuk skala nasional.

    Menurut hasil riset Agik, Bogor merupakan salah satu daerah potensial terjadi wabah flu burung karena karakter klimat di Bogor cenderung mengarah ke temperatur hangat, curah hujan tinggi dan sangat lembab. Kemungkinan kondisi ini sangat disenangi oleh virus flu burung. Pada Desember 2004 sampai Februari 2005 terjadi wabah flu burung di Bogor karena bulan-bulan tersebut merupakan bulan yang lembab dengan temperatur udara rendah.

    Dengan adanya gambaran mengenai hubungan antara perubahan cuaca dan kejadian penyakit, maka dapat diperoleh metode untuk sistem peringatan dini bagi masyarakat. "Seperti juga halnya untuk demam berdarah, masyarakat sudah tahu pada waktu-waktu kapan saja kita mesti ekstra hati-hati mengantisipasi penyebaran penyakit," katanya.


    referensi : http://www.republika.co.id/

  8. #52
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Lightbulb Prihatin Global Warming, Ubah Gaya Hidup

    SEOUL - Pemenang penghargaan nobel asal Bangladesh Muhammad Yunus mengaku prihatin dengan dampak pemanasan global (global warming) yang makin terasa. Dia menyarankan warga dunia untuk mengubah gaya hidup, yang menurut mereka memberikan kontribusi besar terhadap situasi itu.

    Perubahan yang dia sarankan adalah kepedulian konsumen tersebut pada setiap produk yang dikonsumsikan. Untuk itu, menurut dia, perlu kategorisasi tingkat keramahan suatu produk terhadap lingkungan.

    Itu ditunjukkan dalam warna labelnya. Yaitu, merah, kuning, atau hijau. "Warna hijau menunjukkan bahwa produk tersebut terbuat dari bahan-bahan yang bisa diperbaharui," terang pria kelahiran India Britania tersebut saat berpidato dalam simposium perubahan iklim di Seoul, Korea Selatan (Korsel), kemarin (13/9).

    Keprihatinan lelaki berusia 67 tahun itu tidak terlepas dari makin gawatnya dampak pemanasan global terhadap kehidupan masyarakat di banyak negara. "Bagi sebagian besar penduduk dunia, masalah tersebut mungkin masih menjadi kekhawatiran. Tapi, bagi kami, itu sudah menyangkut hidup dan mati," papar pendiri Grameen Bank tersebut.

    Menurut dia, tidak kurang dari 40 persen wilayah Bangladesh berada pada daratan yang tingginya kurang dari satu meter di atas permukaan laut. "Padahal, permukaan air laut meningkat sekitar tiga milimeter tiap tahunnya," kata Yunus. Artinya, sekitar 150 juta penduduk negeri Asia Selatan tersebut harus siap jika sewaktu-waktu air laut meluap dan menenggelamkan tempat tinggal mereka.

    Penerima Nobel Perdamaian 2006 itu juga melaporkan bahwa frekuensi dan intensitas banjir di Bangladesh semakin meningkat tiap tahun. Karena itu, menurut dia, perubahan gaya hidup sudah harus dilakukan mulai sekarang. "Kita bisa memulainya dengan satu komitmen. Yakni, masing-masing generasi akan meninggalkan dunia ini dalam keadaan jauh lebih baik daripada saat kita menemukannya. Bisakah kesimpulan yang sederhana ini kita sepakati secara global?" ujarnya.


    referensi : http://www.indopos.co.id/

  9. #53

    Join Date
    Sep 2007
    Location
    Dream World
    Posts
    2,320
    Points
    1,803.50
    Thanks: 2 / 5 / 5

    Default

    Wah2, makin kacau aja dah..
    di Jakarta gmn yah, mau ubah gaya hidup de..
    ga pake motor 2 tak lg de

  10. #54
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Lightbulb Stop Bahan Pelubang Ozon

    MONTREAL - Upaya penyelamatan lapisan ozon terus dilakukan. Yang terkini, 190 negara meneken perjanjian pengurangan penggunaan bahan kimia yang berefek pada berlubangnya ozon dan memperburuk pemanasan global.

    Negara-negara tersebut sepakat bahwa dalam jangka 10 tahun, tidak ada lagi yang menggunakan hidroklorofluorokarbon (HCFC). Negara maju diperbolehkan menggunakan HCFC hingga 2020, sedangkan negara berkembang memiliki tenggat waktu sampai 2030. Itu berarti sepuluh tahun lebih cepat daripada perjanjian sebelumnya, protokol Montreal.

    Ketua program lingkungan PBB Achim Steiner menyambut baik persetujuan untuk lebih mempercepat larangan penggunaan senyawa kimia berbahaya hidroklorofluorokarbon (HCFC). Hal itu dianggap sebagai "isyarat penting" dalam usaha memperlambat perubahan iklim. Dalam kesempatan tersebut, Steiner juga menyambut baik kerelaan Tiongkok untuk turut serta dalam perjanjian itu. "Hal ini mungkin terobosan terpenting dalam proses negosiasi lingkungan internasional selama paling tidak lima atau enam tahun," ujar Steiner, Sabtu (22/9).

    Menteri Lingkungan Kanada John Baird menjuluki kesuksesan pertemuan 190 negara dan European Union selama seminggu itu sebagai sebuah langkah besar dalam memerangi global warming. "Perjanjian untuk mempercepat pembersihan HCFC segera dibukukan, seperti kisah kesuksesan dari protokol Montreal," ujarnya.


    referensi : http://www.indopos.co.id/

  11. #55
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    mau semua negara dunia ribut2 gini pecuma tanpa tindakan yang pasti

  12. #56
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Suhu Pulau Jawa Meningkat Ekstrim
    TEGAL - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Meteorologi Tegal, Jawa Tengah, mencatat terjadinya peningkatan suhu secara ekstrim di sejumlah kota besar di Pulau Jawa beberapa hari terakhir.

    Hasil pantauan BMG, suhu mencapai 35,6 derajat celcius. Peningkatan ini dikatagorikan BMG termasuk ekstrim, karena dalam 10 tahun terakhir suhu maksimum hanya mencapai 34,8 derajat celcius.

    Kepala BMG Tegal Agus Hadi Utomo kepada sejumlah wartawan menjelaskan, peningkatan suhu mulai terdeteksi hari Senin 24 September lalu. Namun, saat itu, suhu tertinggi terpantau 34,4 derajat celcius belum termasuk katagori ekstrim. Selasa kemarin suhu meningkat hingga kategori ekstrim.

    "Hari ini suhu udara di Kota Tegal jam 13.00 WIB mencapai 35,4 derajat Celcius dengan kelembaban 36 persen. Ini sudah ekstrim. 10 tahun terakhir suhu maksimum hanya 34,8 derajat celcius," jelas Agus, Rabu (26/9/2007).

    Dia mengatakan, untuk wilayah Pulau Jawa, suhu maksimal secara rata-rata di atas 35 derajat Celcius.

    "Kota-kota besar seperti Jakarta bahkan akan lebih tinggi.
    Semarang pada jam yang sama suhu sudah mencapai 35,6 derajat Celcius dengan kelembaban 32 persen jauh lebih panas dan kering. Apalagi saat ini sedang musim badai utara," terangnya.

    BMG memprediksi hingga Oktober mendatang suhu akan semakin meningkat. Pasalnya, saat itu matahari berada persis di atas Pulau Jawa. Menurut Agus peningkatan suhu secara ekstrim terjadi akibat pemanasan global (global warming).

    Dia mengingatkan agar masyarakat lebih waspada karena dengan kelembaban hanya 36 persen kebakaran akan mudah terjadi.
    http://www.okezone.com/index.php?opt...49742&itemid=2

  13. #57
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Exclamation Pemanasan Global Lebih Serius dari "Fundamentalisme Islam"

    Brisbane (ANTARA News) - Survei terbaru Pusat Studi-Studi Amerika Serikat (USSC) Universitas Sydney yang dipublikasi, Rabu, mendapati 76 persen responden melihat pemanasan global sebagai masalah yang lebih serius daripada apa yang disebut fundamentalisme Islam.

    Terhadap isu pemanasan global itu, sebanyak 69 persen dari 1.213 orang warga Australia yang ikut dalam survei tersebut menginginkan AS dan negaranya menentukan target pengurangan emisi.

    Seterusnya, lebih dari dua pertiga orang responden survei yang dilakukan para peneliti Universitas Sydney pada Juli 2007 itu melihat Presiden AS, George W.Bush, sebagai masalah citra yang serius akibat kebijakan-kebijakan luar negerinya.

    Namun, lebih dari separuhnya yang diwawancarai tetap memandang AS sebagai negara yang disukai.

    Hasil survei itu mengindikasikan pandangan warga Australia pada isu-isu pertahanan, luar negeri, ekonomi dan perdagangan, termasuk AS sebagai mitra pertahanan, citra AS dan Presiden Bush, perang Irak dan Afghanistan, perubahan iklim, perdagangan dan investasi AS, serta praktik bisnis AS dan ketenagakerjaan.

    Terhadap beberapa isu ini, para responden survei yang antara lain melibatkan Prof.Murray Goot itu juga dimintai pandangannya tentang negara-negara seperti Inggris, Jepang, China, Indonesia, dan Korea Utara.

    Hasil survei itu mendapati sebanyak 92 persen responden mengharapkan AS tetap menjadi mitra pertahanan utama Australia, dan 79 persen responden menganggap aliansi kedua negara "sangat penting" guna melindungi Australia.

    Sebanyak 74 persen responden juga mengungkapkan keyakinannya bahwa AS akan membantu Australia jika negara lain menyerangnya.

    Pejabat Ketua USSC Universitas Sydney, Prof.Alan Dupont, mengatakan, temuan survei ini menunjukkan pandangan warga Australia tentang AS yang jauh lebih kompleks dan bernuansa dibandingkan hasil-hasil jajak pendapat sebelumnya akibat metode riset dan kedalaman pertanyaan yang diajukan.

    "Orang-orang Australia jelas dapat membedakan antara kebijakan luar negeri AS dari pemerintahan tertentu dan nilai strategis aliansi AS yang masih mendapat dukungan besar kendati meluasnya penolakan terhadap konflik Irak," katanya.


    referensi : http://www.antara.co.id/

  14. #58
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Greenpeace: RI harus Menghentikan Penghancuran Hutan Hujan Tropiknya
    Gerakan suaka-alam "Greenpeace" mengatakan Indonesia harus menghentikan penghancuran hutan hujan tropis dan jangan lagi menghancurkan hutan gambut di Indonesia menjadi lahan pertanian.

    Imbauan ini disampaikan menjelang KTT Perubahan Iklim PBB Desember mendatang di Bali yang diharapkan akan diikuti para wakil hampir 190 negara, untuk membahas kesepakatan baru dalam menghadapi penghangatan suhu bumi.

    Kesepakatan yang telah berlaku selama ini, yang dikenal dengan nama Protokol Kyoto, akan habis masa berlakunya dalam tahun 2012.

    Gerakan suaka-alam Greenpeace cabang Asia Tenggara mengatakan, di Indonesia-lah terjadi penggundulan hutan yang terpesat antara tahun 2000-2005.

    Dikatakan, pemerintah Indonesia harus bertindak sebelum KTT di Bali itu untuk menghentikan penghancuran hutan gambut menjadi lahan pertanian dan memastikan diambilnya langkah-langkah tepat untuk mencegah dan memadamkan kebakaran hutan.

    Gerakan suaka-alam Greenpeace telah mengerahkan puluhan pegiatnya ke Sumatera untuk mengumpulkan bukti-bukti bahwa pengrusakan hutan terus terjadi di pulau itu.
    http://www.radioaustralia.net.au/ind...s/s2055444.htm

  15. #59
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Arrow Bumi Semakin Lembab - Akibatkan Meningkatnya Banjir dan Badai

    LONDON - Gas rumah kaca ternyata membuat bumi semakin lembab. Hal ini disinyalir dapat menimbulkan gelombang badai yang semakin kuat, cuaca yang semakin panas dan hujan yang semakin sering pada wilayah tropis.

    Temuan ini dipublikasikan Journal Nature melalui Reuters, Senin (15/10/2007). Hal ini mengungkapkan betapa keterlibatan manusia sangat kentara dalam menimbulkan gas rumah kaca yang akhirnya mengakibatkan tingkat kelembaban yang tinggi secara global. Inilah yang akhirnya menyebabkan perubahan cuaca yang cukup signifikan pada tahun-tahun belakangan ini.

    Gas emisi manusia seperti Methanol dan karbondioksida yang menimbulkan panas pada atmosfir merupakan kesalahan terbesar manusia yang akhirnya menimbulkan perubahan cuaca. Bahkan para ilmuwan memprediksi bahwa temperatur global akan meningkat 2 sampai 6 derajat celsius pada akhir abad ini, yang akhirnya menyebabkan banjir, kekeringan dan badai yang menyeramkan.

    "Kami telah memprediksi sejak sekian lama bahwa kelembaban akan meningkat seiring dengan meningkatnya gas rumah kaca," ujar Nathan Gillet, Peneliti cuaca dari Universitas East Anglia.

    Temuan ini cukup berharga untuk menjadi perhatian bagi negara-negara tropik yang rentan dengan banjir dan badai.


    referensi : http://www.okezone.com/

  16. #60
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Exclamation Menghitung Daya Tahan Kutub Utara Hadapi Global Warming

    Diprediksi Habis 16-100 Tahun Lagi
    Bagi Pen Hadow, Kutub Utara terlalu menarik untuk hanya dikunjungi satu kali. Petualang Inggris yang pada 2003 sukses mencatatkan diri sebagai orang pertama yang mencapai Artik melalui ekspedisi solo itu bakal kembali tahun depan. Tidak hanya berpetualang, dia akan mengukur ketebalan lapisan es di kutub.

    Pada petualangan kedua ke Kutub Utara, Hadow didampingi dua rekannya, termasuk seorang ilmuwan perempuan. Pria berjuluk "Polar Pen" itu akan kembali bertolak ke Kutub Utara pada pertengahan Februari nanti.

    Dalam petualangan keduanya yang bertajuk Vanco Arctic Survey (VAS) tersebut, Hadow mengusung misi pembuktian pemanasan global (global warming). "Diharapkan, hasil misi VAS nanti mampu memberikan prediksi yang lebih tepat mengenai daya tahan lapisan es Artik sebelum mencair ke lautan karena tergerus pemanasan global," paparnya.

    Hadow, Ann Daniels, dan Martin Hartley akan memulai petualangan mereka dari Point Barrow, Negara Bagian Alaska, Amerika Serikat. Setelah menempuh perjalanan 2.000-2.200 kilometer, ketiganya diperkirakan tiba di Kutub Utara pertengahan Juni 2008.

    Itu berarti, mereka harus menghabiskan sedikitnya 120 hari di tengah hawa dingin Kutub Utara yang bisa mencapai minus 50 derajat Celsius. Menggendong peralatan riset yang beratnya mencapai 85 kilogram, ketiganya ditargetkan bisa menempuh jarak sekitar 18 kilometer per hari.

    Mereka juga dijadwalkan merenangi lautan es dengan suhu udara sekitar minus 1,8 derajat Celsius. "Olahraga air" itu, setidaknya, harus mereka jalani seratus jam selama misi berlangsung. Perjuangan yang tidak mudah memang.

    Namun, demi kepentingan umat manusia, tiga petualang itu optimistis misinya akan sukses. "Ini akan menjadi misi pertama, mengukur ketebalan lapisan es dan salju Kutub Utara dengan menapaki tiap kilometer permukaan Artik," ujar Joao Rodrigues dari Cambridge University.

    Untuk mendukung akurasi pengukuran tersebut, peralatan Hadow dan dua rekannya akan diperbarui tiap dua pekan. Sebuah radar yang ditanamkan dalam lapisan es Artik diprogram untuk melakukan pengukuran tiap ketebalan 20 sentimeter.

    Sementara itu, inti es akan dibor tiap 20 kilometer perjalanan guna mengukur kepadatannya. Berdasar perhitungan terbaru, diperkirakan bahwa lapisan es Artik akan mencair dalam jangka waktu 16-100 tahun. Tiap tahun, sekitar delapan persen lapisan tersebut mencair dan mampu meningkatkan permukaan air laut kurang lebih 10-20 sentimeter.

    Menurut Hadow, lapisan es Kutub Utara memang hanya mewakili tiga persen wilayah bumi. Namun, kawasan tersebut juga merefleksikan sekitar 80 persen energi matahari yang menembus atmosfer bumi. "Peningkatan permukaan air laut mulai 20-80 sentimeter berpotensi membanjiri sekitar 300 juta jiwa tiap tahun," tambah Hadow dalam pernyataan tertulis yang dirilis kemarin.

    Tahun ini, pencairan es Kutub Utara tercatat 39 persen di bawah minimum. Dengan demikian, Artik bakal bebas es sekitar 25 tahun lagi.


    referensi : http://www.indopos.co.id/

Page 4 of 10 FirstFirst 12345678 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •