Page 5 of 10 FirstFirst 123456789 ... LastLast
Results 61 to 75 of 150
http://idgs.in/22416
  1. #61
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Lubang Ozon Menyusut 30%

    JAKARTA--MEDIA: Lubang di lapisan ozon Bumi 30% lebih kecil daripada ukuran yang terdeteksi tahun lalu, demikian laporan terbaru yang dibuat berdasarkan hasil pantauan satelit milik Badan Luar Angkasa Eropa Envisat.

    Massa lapisan ozon berkurang 0,3% tiap tahunnya, sementara ketebalannya selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun.

    Bagian yang paling besar penurunannya ada di bagian utara Antartika, yang kerap disebut dengan ‘lubang’, dan biasanya puncak ukuran lubang ini terjadi pada September dan Oktober lalu kembali ke ukuran awal di pergantian tahun.

    Para peneliti hingga saat ini tidak begitu yakin bahwa mengecilnya lubang ozon berarti kondisi lapisan penghalau radiasi matahari telah membaik.

    "Walaupun lubang mengecil dari kondisi normal, kami belum bisa menyimpulkan bahwa lapisan ozon sudah pulih," kata Ronald van der A, peneliti senior di Institut Meteorologi Belanda, seperti dikutip dari LiveScience, Jumat.

    Pada 2007, lapisan ozon di atas Antartika susut 30,5 juta ton, lebih rendah dibandingkan dengan data tahun sebelumnya yang mencapai 44,1 juta ton.

    Van der A mengatakan, berbagai perubahan suhu dan kondisi atmosferik menyebabkan ozon terus berkurang, dan tidak ada tanda-tanda bakal pulih dalam periode waktu yang lama.

    "Tahun ini lubang ozon tidak terlalu tepat berada di pusat Kutub Selatan, sehingga ia bisa berkombinasi dengan udara yang lebih hangat," katanya.

    Berdasarkan sifat fisiknya, ozon akan habis di suhu yang lebih rendah daripada -78 derajat Celcius, maka udara yang hangat akan melindungi lapisan tipis ozon yang berada sekitar 25 km di atas kepala kita.

    Sejak tahun 1985 berbagai zat yang merusak ozon, seperti CFCs, telah dilarang penggunaannya.

    Ozon berfungsi sangat penting bagi proses menghalau radiasi sinar matahari yang dapat menimbulkan kanker kulit dan katarak, serta mengancam kehidupan bawah air laut. (Ant/OL-03)

  2. Hot Ad
  3. #62
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Angin di Kutub Utara Memanas, akibatnya es Jutub Ters Mencair
    TEMPO Interaktif, Seattle:Peneliti menemukan arus angin di Kutub Utara terus menghangat. Akibatnya es terus mencair, suhu udara menghangat dan satwa liar sekarat. Selain itu semak-semak mulai tumbuh di area tundra dan kawanan karibu di Kanada dan sebagian Alaska semakin sedikit.

    "Ini hal yang tidak biasa dan sepertinya merupakan pertanda pemanasan global," kata juru bicara Badan Kelautan dan Atmosferik Nasional (National Oceanography and Atmospheric Administration-NOAA), James Overland pada wartawan di Seattle, Amerika Serikat, Rabu waktu setempat.

    Laporan NOAA menekankan bahwa keadaan di Arktik akan mempengaruhi seluruh planet. Laporan ini juga menunjukkan di musim dingin dan musim semi 2007, temperatur di Kutub Utara dan Samudra Arktik tidak banyak berubah. Hal ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya di mana perubahan musim berpengaruh pada suhu.

    Peneliti telah memperkirakan kutub bumi akan mengalami dampak awal pemanasan global. Laporan Badan Amerika Serikat untuk Arktik 2006 lalu telah menyediakan pedoman penelusuran perubahan di bumi akibat pemanasan global.
    http://www.tempointeraktif.com/hg/lu...109708,id.html

  4. #63
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Indonesia Jadi Juru Damai Lingkungan Global

    Jakarta (ANTARA News) - Indonesia, yang akan menjadi tuan rumah pertemuan rutin Kerangka Kerja Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) di Nusa Dua, Bali, Desember 2007, sebenarnya bisa memainkan peran sebagai juru damai dalam masalah lingkungan global.

    "Indonesia bisa menjadi semacam juru damai untuk mengatasi isu-isu yang masih kontroversial dengan menunjukkan bahwa kita memiliki kemampuan untuk itu," kata pakar dan pengamat lingkungan, Dr Hira Jhamtani di Jakarta, Kamis.

    Menurut penulis buku "Globalisasi dan Monopoli Pengetahuan itu, hal tersebut bisa diterapkan antara lain bila pemerintah menunjuk orang-orang yang tepat dan memahami secara menyeluruh mengenai permasalahan lingkungan dalam UNFCCC.

    Untuk itu, Hira berharap agar delegasi dari Indonesia benar-benar mempersiapkan diri apalagi waktu menuju pertemuan tersebut hanya tinggal sekitar satu bulan.

    Hal yang bisa diposisikan oleh Indonesia sebagai juru damai, ujar dia, antara lain dengan menegaskan kepada negara maju untuk menurunkan tingkat emisi mereka sendiri sebelum membicarakan tentang pemberian dana kepada negara lain yang memiliki tingkat emisi yang nihil atau rendah.

    Hira, yang juga aktifis "Third World Network" itu mengaku telah menuturkan hal itu kepada sejumlah perwakilan pemerintah dalam beberapa forum tidak resmi. Namun, hingga kini masih belum ada tanggapan yang memuaskan.

    Sebelumnya, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Chalid Muhammad, mengharapkan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat memimpin negara-negara di kawasan Selatan untuk bekerja sama dalam menghadapi berbagai permasalahan lingkungan hidup.

    "Presiden sebenarnya dapat membentuk persatuan dari negara-negara berkembang di Selatan agar dapat menekan negara-negara Utara yang maju untuk memotong emisi karbonnya," katanya.

    Menurut dia, hal itu bisa dilakukan antara lain bila Indonesia menunjukkan komitmennya yang kuat untuk menyelamatkan hutan yang terletak di dalam wilayahnya.

    Chalid juga mengatakan, selain dengan komitmen, kemungkinan Indonesia untuk memimpin negara Selatan akan jauh lebih besar bila diplomasi Indonesia dengan negara lain dikembangkan secara baik dan benar.(*)

    Copyright © 2007 ANTARA

    http://www.antara.co.id/arc/2007/11/...kungan-global/

  5. #64
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Default Perdebatan isu pemanasan global

    Para ilmuan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim.

    Hal yang patut dicatat di sini adalah ternyata tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global.

    Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar telah meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi, tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan di masa depan.

    Bagaimana menurut anda ?

  6. #65
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Quote Originally Posted by Trademaks View Post
    Para ilmuan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim.

    Hal yang patut dicatat di sini adalah ternyata tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global.

    Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar telah meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi, tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan di masa depan.

    Bagaimana menurut anda ?
    ya jelas salah manusia, yang polusi itu udah ga enak diliat, apalagi efeknya

  7. #66
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Dampak Pemanasan Global di Indonesia
    Sejumlah Kota Besar Bakal Terendam

    [BOGOR] Dampak terjadinya pemanasan global bagi Indonesia seharusnya diwaspadai dan diantisipasi, sebab sebanyak 12 pulau kecil dan sejumlah kota besar di antaranya Jakarta, Semarang (Jawa Tengah), termasuk jalur pantura (pantai utara), Merauke (Papua), Pulau Sumatera bagian timur, sebagian Kalimantan Timur dan Selatan terancam terendam air laut yang pasang.

    Peringatan itu disampaikan empat peneliti dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yakni, Dr Ing Khafid (ahli Surveyor Pemetaan), Dewayany Sutrisno Phd (pakar pengelolaan pesisir dan kelautan), Dr Ing Fahmi Amhar (Kepala Balai Penelitian Geomatika), Dr Ir Antonius Bambang Sujarnako (peneliti Geografi) di di Bogor, Selasa (6/11).

    Menurut Khafid, menyebutkan, ancaman serius terendamnya beberapa kota besar dan belasan pulau kecil itu berdasarkan penelitian, akibat pemanasan global dunia dan mencairnya iceland di kawasan kutub. Kondisi itu akan mengakibatkan sekitar 30 persen daerah pantai akan tergenang air laut pasang, sehingga mulai dari sekarang harus diantisipasi.

    Dampak mencairnya iceland di kutub ini pun menyebabkan kenaikan tinggi air laut dapat mencapai antara 5 sampai 7 meter. Ke 12 pulau kecil terdepan dari 92 pulau di wilayah Indonesia yang terancam hilang terendam pasangnya air laut itu teridentifikasi meliputi Pulau Rondo, Pulau Berhala, Pulau Sekatung, Pulau Sebatik, Pulau Maratua, Pulau Fani, Pulau Mapia, Pulau Enu, Pulau Asutubun, Pulau Dana, Pulau Raijua dan Pulau Mangudu.

    "Karena itu Indonesia harus mulai mencatat data-data kenaikan permukaan air laut sejak sekarang. Sebab saat ini Indonesia sangat blank tentang data kenaikan air laut per tahunnya ", ujar Khafid seusai mengikuti Forum Riset Geomarin yang diselenggarakan oleh Bakosurtanal dan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB serta Masyarakat Penginderaan Jauh Indonesia (Mapin).

    Pertemuan dalam forum riset geomarin itu pun diagendakan membuat rekomendasi kepada Bappenas untuk kawasan yang rawan dan perlu diantisipasi sebagai dampak pemanasan global dunia.

    Kota-kota atau daerah yang bakal terendam pasangnya air laut sebagai dampak pemansan global itu, lanjut Khafid, mengingat letak daerah perkotaan tersebut sangat landai dengan asumsi ketinggian ombak lautan sekitar satu meter. Dampak pemanasan global juga akan terjadi hal serupa di kawasan Banglades, juga termasuk negeri Belanda yang memiliki tanggul cukup kokoh saat ini pun diliputi kekhawatiran pasangnya air laut.

    Pemanasan global yang terjadi saat ini, menurut Khafid, berkaitan dengan suhu atau temperatur di mana terjadi perubahan suhu dunia yang sangat signifikan dari tahun ke tahunnya. Berdasarkan data terkumpul sejak tahun 1860 sampai tahun 1950-an tercatat suhu bumi mengalami naik dan turun mengikuti musim dan jika di buat grafiknya ada kecenderungan suhu bumi naik 0,75 persen.

    Yang menjadi masalah dan mengkhawatirkan bagi penduduk dunia saat ini, memasuki era perindustrian terjadi kenaikan suhu bumi di abad 21 ini sangat mencolok, yakni suhu bumi rata-rata naik 1 sampai 4 derajat Celcius atau setara 0,55 derajat Celcius per 10 tahunnya.

    Contoh Belanda

    Untuk jangka panjang, Indonesia memang patut mencontoh negeri Belanda dengan membangun tanggul di tepi pantai khususnya bagi daerah yang landai dan terancam terendam air laut. Saat ini Indonesia sebagai negeri kepulauan yang memiliki batas-batas sebanyak 183 titik, diprediksikan juga akan ada terjadi perubahan dengan adanya perubahan iklim sebagai dampak pemanasan global tersebut.

    Hasil pendataan Bakosurtanal tentang pulau yang ada di Indonesia yang dulunya tercatat sebanyak 17.500 pulau besar dan kecil, saat ini terdata hanya kurang dari 10.000 pulau yang tersebar di wilayah Indonesia. Hal ini diperkirakan terjadi karena kurangnya akurasi perhitungan dengan menggunakan peta lama, atau memang banyak pulau yang hilang.
    http://www.suarapembaruan.com/News/2...esra/kes01.htm

    siap2 pindah ibukota neh

  8. #67
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Global Warning: Akhir Dari Segala Batas

    Kehidupan mempunyai batas begitu juga organisme. Kini, batas sudah tidak ada lagi dengan rasa ketidakpuasan manusia yang tak mengenal batas-batas. Abad ini merupakan kemunduran peradaban manusia bukan kemajuan peradaban manusia. Banyak para ahli mengatakan bahwa sains adalah penyelamat manusia abad modern. Betapa hebatnya, ketika manusia menciptakan, mesin uap, kapal, kereta api, lampu gas, computer, fotografi, AC, lampu gas, pesawat dan berbagai produk yang mengagumkan semua orang di dunia termasuk penulis.

    Dan ini merupakan peradaban kemajuan manusia. Di sinilah muncul bahwa manusia adalah mahluk sempurna, luar biasa. Marxisme juga menyatakan sains sebagai penyelamat kehidupan. Dan manusia, pada akhirnya menjadi penguasa segala bidang, baik dari social, ilmu pengetahuan, sampai-sampai menjajah bulan. Sadar tidak sadar pada saat bersamaan manusia menjadi tuan penguasa alam, penguasa dirinya sendiri-bebas. Mengutip Toffler bahwa “Tujuan akhir kemenangan sains subyeksi proses evolusi itu sendiri untuk manusia yang sadar”.

    Kekuasaan diatas kekuasaan kekuatan rasionalitas manusia tidak bisa dipungkiri lagi. Dan, kekuasaan dan kekuatan merupakan tujuan utama manusia tanpa harus memikirkan dampak dari kehidupan ekologis. Namun, bukan pesimis sains sudah terbukti tidak lagi mengenal batas kemanusian dan ekosistim kehidupan. Ternyata sains di abad globalisasi ini berbeda dengan tujuan yang diharapkan. Ilmuwan tetap mengatakan dengan kredo humanistik bahwa pekerjaannya demi kebaikan manusia sebagai alat untuk menyelamatkannya.

    Terbukti, riset untuk sains memerlukan uang yang banyak. Dan, ironisnya ilmuwan tahu bahwa proyeknya harus dijual belikan. Dewasa ini sains sepenuhnya dikuasai oleh militer dan sistim ekonomi kapitalis global. Bisnis tetap bisnis, sains tidak bisa menghidupi dirinya sendiri dan akhirnya membunuh kehidupan ekologis.

    Mengutip Robert Musil, matematika, Ibu sains alam eksak, nenek ilmu mesin juga ibu jauh sains yang memiliki semangat darinya, pada akhirnya,melahirkan gas beracun dan pesawat tempur. Dan, tujuannya, penulis menyimpulkan bahwa sains adalah mesin pembunuh biosfer kehidupan manusia.

    Dari sainslah lahir sistim ekonomi global dan memicu pemanasan global yang membahayakan umat manusia dan kehidupannya. Salah satu ilmuwan abad ini Fritjop Capra dalam penelitiannya bahwa ilmu pengetahuan telah terjebak dalam jalur yang salah dengan menempatkan ilmu fisika sebagai panutan. Menurutnya, dunia sains sudah waktunya mengganti kiblat dari ilmu fisika—ilmu benda-benda mati—menuju ilmu biologi—ilmu tentang benda-benda hidup. Karena secara hirarkis mahluk hidup memiliki kompleksitas lebih tinggi ketimbang benda-benda mati.

    Bahaya dari global warning penulis pernah menyampaikannya dalam tulisan yang berjudul Hancurnya Bumi:Ujung dari Global warning. Namun, bahaya kini sudah tidak dipedulikan manusia. Oleh, karena itu manusia merupakan pencipta sistim dan menciptakan bentuk-bentuk baru demi keuntungan ekonomi domain tanpa harus memikirkan bahaya. Pada akhirnya sistim pasarlah yang berbicara. Yang lemah bakal ditindas secara ekonomi. Dalam teori Chaos bahwa pasar merupakan sistim yang hidup dan terus bergerak. Teori usang Adam Smith pun ditinggalkan dengan mengemukakan bahwa dipasarlah proses demokrasi sepenuhnya berjalan dan hak asasi terjunjung.

    Terbukti, mereka negara-negara besar (AS, Inggris, Australia, Israel) ribut perang ingin menguasai sumber daya alam di negara-negara lemah dan harus membunuh ribuan juta manusia. Indonesia satu-satunya negara yang taken for granted terhadap invansi mereka meski harus menjual sumber daya alam dan binatang langkanya termasuk manusianya yang berada diambang kemiskinan. Data World Bank tahun 2006 mengemukakan angka kemiskinan di Indonesia mencapai 37-39 juta jiwa dan jumlah pengangguran 10-12 juta jiwa diantara 100 juta angkatan kerja jiwa.

    Ekspoitasi alam terus berlanjut meskipun peraturan lingkungan hidup terbaru muncul dalam masyarakat Internasional, produk ramah lingkungan, dan banyaknya perjuangan organisasi pencinta lingkungan dunia, namun deforestasi hutan, kepunahan satwa liar dalam jutaan tahun tak pernah berhenti. Pada Juli 2000, para Ilmuwan yang mencapai kutub Utara diatas kapal pemecah es Rusia Yamal berhadapan dengan suatu pemandangan yang aneh dan mengerikan suatu permukaan air terbuka luas, selebar satu mil, sebagai pengganti es tebal berabad-abad menutupi Samudra Artik (New York Times, (19/08), Tahun 2000). Terbukti, apakah bisa sains dan sistim ekonomi kapitalis globalisasi mempunyai solusi untuk mengatur iklim global terkendali lagi, membuat terumbu karang terbaru, membikin ozone buatan yang bisa melindungi kehidupan mendatang dari pemanasan global.

    Adanya bencana artificial manusia bukan murni alam merupakan bukti dari pemanasan global yang dibuat manusia abad ini. Para Ilmuwan yang bertanggungjawab atas riset mereka tidak hanya secara intelektual namun juga secara moral. Sains juga menciptakan produk-produk baru seperti apa yang diungkapkan Jean Baudrillad bahwa di bagian lain dari Samudera Atlantik, kodok-kodok dan tikus tanpa kepala sedang dikloning di laboratorium-laboratorium pribadi, yang dilakukan sebagai persiapan untuk pengkloningan tubuh-tubuh manusia tanpa kepala yang nantinya akan dipergunakan sebagau sumber-sumber donasi organ tubuh.

    Belum lagi, akibat dari sains melahirkan spesies baru yakni terjadi pada kasus Henrietta Lacks, sel-sel tumor yang diambil sebagai sampel dari tubuhnya yang kemudian dikembangbiakan di sebuah laboratorium akan terus berlanjut berkembang biak tanpa batas. Bahkan, sel-sel tersebut membentuk spesemen luar biasa dan mematikan sehingga menyebar ke seluruh dunia dan bahkan bisa hidup di luar angkasa, yaitu di permukaan Satelit AS Discoverer 17. Secara tidak sadar, kita dibunuh oleh perbuatan kita sendiri sebagai manusia. Manusia itu memang tidak pilih-pilih kasih; dia sendiri dengan senang hati akan bersedia menjadi kelinci percobaan seperti halnya makhluk-makhluk yang lain, baik yang hidup maupun yang mati.

    Manusia dengan penuh semangat bermain-main dengan masa depannya sendiri sebagai sebuah spesies persis sebagaimana dia bermain-main dengan masa depan dari semua makhluk yang lain. Dalam upaya pencariannya yang membuta untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih besar lagi, manusia telah memprogram kehancurannya sendiri dengan keganasan yang sama kejamnya dengan caranya menghancurkan segala hal yang lain. Anda hampir-hampir tak bisa menuduh manusia itu sebagai bersifat egosentris. Manusia mengorbankan dirinya seperti juga mengorbankan segenap spesies lainnya dalam sebuah takdir yang asing dan bersifat coba-coba.

    Percobaannya yang mengeluarkan Budget (anggaran nasional) banyak menelurkan bencana – bencana efek pengaruh global warning. Lantas, ujungnya bisa saja jaman es abad lalu kembali lagi yang menghancurkan kehidupan dinosaurus. Bukan berarti penulis pesimis, dan ini bisa saja mungkin terjadi bahwa dunia peradaban modern berjalan mundur bukan maju seperti perhitungan peledakan *** menuju titik awal yakni 0 artinya, menuju kehancuran. Selain itu, Penyakit era globalisasi pun semakin kompleks, mulai dari penyakit jiwa ( Schizoprhenia), AIDS, SARS belum lagi kanker kulit akibat dari radiasi matahari tidak bisa disembuhkan oleh para ahli-ahli di bidangnya tersebut.

    Global warning merupakan pintu akhir dari segala batas menuju kepunahan spesies manusia dan organisme lainnya. Oleh karena itu, meski dunia terlambat menanggapinya, bencana-bencana tidak bisa dicegah dengan alat secanggih apapun yang siap menghancurkan ekosistim kehidupan bumi. Meskipun, bakal ada revolusi secara radikal, namun penulis tanpa harus menjadi pesimis memprediksi bahwa ini adalah proses involusi manusia dan mahluk hidup lainnya, seperti ilmu gravitasi yang ditemukan Ensteins bahwa benda jatuh kebawah, namun dewasa ini benda kembali pada asalnya, bukan lagi jatuh ke bawah.

    http://beritahabitat.net/2007/08/22/...-segala-batas/

  9. #68
    Trademaks's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Indonesia
    Posts
    1,946
    Points
    3,106.70
    Thanks: 3 / 3 / 3

    Exclamation Road to Bali , Bumi Makin Panas



    Tanpa bermaksud apriori, Pertemuan Para Pihak/Conference of Parties/COP Ke-13 bagi peratifikasi Protokol Kyoto (tanpa Amerika) maupun peserta konvensi (dengan Amerika) tentang perubahan iklim untuk penurunan dan stabiliasi emisi gas rumah kaca akan sulit dicapai. Argumennya, sekalipun mengikat secara hukum (legally binding), karena sifatnya voluntary basis dan saling menguntungkan, maka sangat sulit menagih komitmen kewajibannya para pihak. Tanpa sanksi yang jelas dan tegas bagi peratifikasi Protokol Kyoto maupun konvensi memosisikan penurunan emisi melalui joint implementation scheme, clean development mechanim, emission trading, dan mekanisme lainnya hanya menjadi wacana.

    Penolakan emiter terbesar Amerika Serikat dengan 36,1% total emisi dunia pada 1990 untuk meratifikasi Protokol Kyoto tanpa redistribusi ke negara ANNEX 1 menyebabkan target penurunan emisi yang menjadi tanggung jawab negeri adidaya itu tidak terjadi. Posisi emisi gas rumah kaca pada saat ini, yang mencapai 20% di atas emisi tahun 1990, menyebabkan stabilisasi gas rumah kaca ke masa dasar menjadi sangat berat.

    Bahkan boleh dikata tidak mungkin dilakukan, karena membutuhkan investasi teknologi dan biaya sangat besar. Tidak tercapainya stabilisasi gas rumah kaca pada periode komitmen pertama (2008-2012) menyebabkan kenaikan suhu permukaan bumi 2 derajat celsius dipercepat. Akibatnya, bumi pun makin panas, dan bencana lingkungan tinggal menunggu eksplosinya.

    Pembangunan yang tidak sensitif terhadap climate change dengan lebih mengutamakan pertumbuhan sesaat yang tidak berkesinambungan menyebabkan reduksi emisi dan stabilisasi gas rumah kaca tak dapat dilakukan. Pilihan membangun jalan tol sebagai moda transportasi utama yang memerlukan pembebasan tanah sangat mahal, merusak lingkungan, mengalihfungsikan lahan sawah, boros bahan bakar minyak dibandingkan dengan moda transportasi kereta api --yang murah, efisien, dan ramah lingkungan karena jalurnya sudah tersedia-- merupakan teladan rendahnya sensitivitas dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

    Lambatnya implementasi program penanaman tanah kosong untuk hutan (afforestation), penghutanan kembali (reforestation), dan pengurangan emisi kegiatan deforestasi menyebabkan sumber emisi terus bertambah tanpa diikuti peningkatan wadah penyerap yang signifikan. Kebijakan subsidi terhadap energi yang tidak ramah lingkungan, seperti batu bara, tanpa memperhitungkan kebersihan dan keberlanjutan energi menyebabkan energi terbarukan tidak mendapat tempat yang proporsional untuk berkembang, sehingga peningkatan emisi dan pemanasan atmosfer semakin tidak terkendali.

    Belum tersedianya mekanisme pendanaan yang jelas dan harga karbon yang rendah menyebabkan perdagangan karbon dan mekanisme pembangunan bersih belum dapat diimplementasikan secara optimal. Negara pemilik hutan tropis sebagai penambat karbon menginginkan harga yang proporsional dengan pengorbanan yang dilakukan. Pada saat ini, harga 1 ton CO2 berkisar US$ 5. Padahal, menurut kalkulasi, harga wajarnya US$ 10-US$ 20. Sehingga antara calon penambat karbon dan pembeli certified emission reduction (CER) saling menunggu untuk mendapatkan harga terbaik.

    Posisi wait and see ini terjadi karena CER merupakan surat berharga yang dapat diperdagangkan, sehingga terbuka peluang untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan mekanisme pasar. Karena itu, diperlukan kebijakan tegas dan transparan dalam penurunan dan stabiliasi emisi lintas sektor, lintas provinsi, kabupaten/kota yang konsisten pada saat memulai pemilihan moda transportasi, penggunaan bahan bakar, dan penghapusan subsidi energi fosil agar adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dapat dipercepat.

    Kegagalan penurunan emisi gas rumah kaca peratifikasi Kyoto Protokol dan strategi pembangunan yang tidak sensitive climate change memosisikan bumi terus memanas. Akibat lain, antisipasi perubahan iklim pun berada di simpang jalan. Negara-negara kepulauan (island countries) maupun negara-negara lintang rendah (khatulistiwa) merupakan korban/victim pertamanya. Indonesia adalah contoh kongkret dampak buruk itu.

    Peningkatan suhu permukaan bumi dan laut yang ekstrem akibat pemanasan global akan menenggelamkan pulau-pulau kecil Indonesia yang jumlahnya ribuan, menaikkan intensitas dan besaran gelombang, mengacaukan musim, menurunkan produksi ikan, sehingga sangat mengganggu sistem dan kemampuan produksi pangan nasional.

    Abrasi pantai, ancaman pada permukiman pesisir, tingginya banjir, dan kekeringan merupakan dampak pemanasan global dengan petani dan rakyat miskin sebagai korban. Ketidakadilan asasi ekonomi dan lingkungan ini, apa pun alasannya, harus dihentikan secepatnya, karena negara-negara korban pemanasan global terampas hak hidup dan kehidupannya. Negara GG 77 plus **** dan negara negara non-ANNEX 1 harus melakukan tekanan politik serta menagih komitmen negara emiter ANNEX 1 agar secepatnya mengimplementasikan komitmen dan kewajibannya dalam menurunkan emisi.

    COP Ke-13 di Bali, yang direncanakan berlangsung pada 3-14 Desember 2007, harus mampu menghasilkan: (1) peta dan skema baru penurunan emisi dengan mengintegrasikan kepentingan Amerika Serikat serta (2) jenis dan mekanisme pendanaan yang transparan. Pengenaan pajak emisi (emission tax) terhadap produsen mesin pengguna bahan bakar fosil dan penghasil bahan bakar fosil untuk pendanaan mekanisme pembangunan bersih dan subsidi langsung korban pemanasan global perlu diintroduksi. Komitmen Amerika untuk mendukung Indonesia sebagai pelaksana COP Ke-13 dapat dimanfaatkan untuk mendorong kesepakatan penurunan emisi agar hajat besar dengan dana APBN Rp 114 milyar itu dapat memberi manfaat langsung bagi pemilik kedaulatan negeri.

    referensi : http://www.gatra.com/artikel.php?id=109551


    sependapat dengan pemberitaan ini ?

  10. #69
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Bali Terancam Tenggelam
    Gagah Wijoseno - detikcom

    Nusa Dua - Perubahan iklim mengancam keelokan wisata pantai di Bali. Hal ini disebabkan pulau yang berjuluk 1.000 pura itu rawan atas perubahan iklim yang meningkatkan kenaikan permukaan laut.

    "Kecenderungan tenggelam ada di sebagian Afrika dan Asia adalah tempat yang paling beresiko saat ini," kata Direktur Program Perubahan Iklim Global Hans Verolme dalam keterangan persnya di Nusa Dua, Bali, Selasa (4/12/2007).

    Ancaman lain dari perubahan iklim adalah curah hujan yang sangat tinggi. Hans mencontohkan kasus banjir di Bangladesh beberapa waktu lalu yang menewaskan lebih dari 3.000 orang.

    Ancaman perubahan iklim tidak hanya dirasakan negara-negara tertentu saja. Tetapi, efek jangka pendeknya terutama akan muncul di negara-negara dunia ketiga.

    "Efek perubahan iklim akan dirasakan oleh orang-orang di seluruh dunia, namun negara-negara berkembang menghadapi faktor resiko yang lebih besar," tambah Hans.

    Untuk itu, WWF mendesak pemerintah negara-negara maju untuk meningkatkan dana adaptasi bagi negara-negara berkembang. Dalam skala yang lebih besar, dunia juga harus mengurangi emisi CO2 sampai 80 persen pada tahun 2050. (gah/ana)

    Source : http://www.detiknews.com/index.php/d...490/idkanal/10

    ====================

    ini bener2 masalah yg sangat serius!@

  11. #70
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Global rallies focus on climate


    Organisers said 10,000 protesters marched through central London

    Mass demonstrations have taken place across the UK and worldwide to coincide with UN climate change talks in Bali.

    Marches were held in 50 cities globally, including London, Cardiff, Glasgow and Belfast.

    In London protesters delivered a letter to Downing St calling for climate change measures to be a priority.

    The rallies come midway through the summit, which is considering how to cut greenhouse gas emissions after current Kyoto Protocol targets expire in 2012.

    Thousands of delegates from almost 200 nations are attending the two-week UN Framework Convention on Climate Change on the Indonesian island of Bali.

    They are seeking progress towards a "Kyoto II" deal - a new global climate treaty. Talks will also focus on how to help poor nations cope in a warming world.

    Organisers said 10,000 turned out for the London march and rally outside the US embassy.

    The letter delivered to Prime Minister Gordon Brown said: "We feel that dealing with this threat should be the number one priority of the British government, a priority for all areas of policy and across all departments of government."

    The letter also urged the government "to secure an equitable emissions treaty that is effective in preventing the catastrophic destabilisation of global climate and which minimises dangerous climate change."

    Friends of the Earth director Tony Juniper said: "It is essential our politicians show the leadership required and ensure that the climate talks in Bali speed the world towards a low-carbon future and ensure the long-term security of generations to come."

    He called for a strong climate change law that cuts UK emissions by 3% a year and includes emissions from international aviation and shipping, as well as annual milestones.

    Milestones


    Indonesian Environment Minister Rachmat Witoelar, who is president of the conference, said he hoped the United States, which did not sign the 1997 Kyoto accord, would be brought on board.

    Australia's Trade Minister, Simon Crean, has warned that both rich and poor nations must commit to slashing greenhouse gas emissions.

    He said Australia would not sign any binding commitments until it has the results next year of a climate change report commissioned by new Prime Minister Kevin Rudd.


    The London event was one of 50 worldwide

    Mr Rudd signed papers leading to the ratification of the Kyoto Protocol as soon as he took office, reversing the policy of the previous conservative government.

    The US opposes Kyoto because it does not include major polluters like China and India.

    It is expected to resist pressure to agree binding emission targets, despite hopes among developing countries that emission cuts of 25-40% by 2020 for industrialised countries would be included in a final agreement when the conference ends.

    The figures were agreed upon earlier this year by industrialised nations that signed the Kyoto Protocol.

    It commits three dozen industrialised countries to cut their greenhouse gases an average of 5% below 1990 levels between next year and 2012, when it expires.

    http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/7134060.stm

  12. #71
    krusszz's Avatar
    Join Date
    Dec 2006
    Location
    somewhere over the rainbow
    Posts
    3,255
    Points
    3,695.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    dgr2 negara penghasil carbon n negara dengan efek rumah kaca tertinggi itu amerika ya ? benerkah ?

  13. #72
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    sama aj as, china, india itu penghsil besar

  14. #73
    Nining_Meida's Avatar
    Join Date
    Dec 2007
    Location
    Es Lilin Mah, Ceuceu
    Posts
    435
    Points
    527.80
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Sekjen PBB Dukung AS, Peserta Terbelah

    NUSA DUA - Hari pertama pertemuan tingkat tinggi (high level meeting) negara anggota UNFCCC (Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim) kemarin (12/12) langsung diwarnai pertentangan antardelegasi negara utama. Pertentangan itu dipicu perubahan mendadak sikap Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Ban Ki-moon atas target pengurangan emisi karbon.

    Pada acara pembukaan pertemuan tingkat tinggi di BICC (Bali International Convention Center) itu, Ban Ki-moon menegaskan bahwa satu-satunya jalan yang wajib dilakukan secara multilateral di Bali adalah menurunkan emisi karbon penyebab pemanasan bumi dan perubahan iklim. Namun, saat jumpa pers selang beberapa jam setelah pembukaan, diplomat senior asal Korea Selatan tersebut mengoreksi pernyataannya.

    Dia menyebut, target pengurangan emisi karbon dari 25 persen sampai 40 persen hingga 2020 pada konferensi di Bali terlalu ambisius. "Yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan traktat baru (pengganti Protokol Kyoto, Red) pada 2009. Untuk target pengurangan emisi, kita mungkin perlu realistis dan mengakui bahwa target itu terdengar terlalu ambisius," ujarnya.

    Melunaknya sikap Sekjen PBB itu memunculkan kecurigaan adanya lobi kuat Amerika Serikat, yang selama ini paling getol menentang adanya aturan mengikat soal pengurangan emisi gas. Sikap AS tersebut didukung penuh Jepang dan Kanada. Menteri lingkungan Kanada menegaskan, perjuangan menyelamatkan bumi dari perubahan iklim juga harus menjadi tanggung jawab negara berkembang, bukan hanya negara maju.

    Arah konferensi yang semakin disetir AS itu membuat gusar delegasi Tiongkok. "Target pengurangan emisi oleh negara maju sampai 40 persen adalah bukti komitmen mereka terhadap upaya melawan perubahan iklim. Jika ini saja ditolak, apa lagi yang bisa kita harapkan?" ujar seorang anggota delegasi Tiongkok yang menolak disebut identitasnya. Sikap Tiongkok itu mewakili negara-negara berkembang serta didukung Rusia dan India.

    Menanggapi tudingan bahwa AS mengendalikan konferensi PBB di Bali, Ketua Delegasi Amerika Serikat Harlan Watson menyatakan, pemerintahnya sebenarnya sangat ingin bekerja sama dengan semua negara untuk menanggulangi dampak perubahan iklim. "Tapi, kami ingin negara lain menghormati pilihan kami," ujarnya di ruang Auditorium BICC, Nusa Dua, Bali.

    Ketika ditanya desakan negara berkembang yang diwakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Australia Kevin Rudd soal target emisi karbon, Deputi Sekretaris Negara Bidang Demokrasi dan Hubungan Internasional AS Paula Dobriansky menegaskan bahwa AS tetap tidak akan mengikutinya. "Dalam konferensi ini, kami telah mendengarkan pendapat beberapa negara tentang bagaimana mengurangi emisi karbon, tapi kami sependapat dengan negara lain yang tidak setuju ada target mengikat untuk mengupayakannya," kata wanita yang duduk di sebelah Watson itu.

    Sebelumnya pada pembukaan pertemuan, enam kepala negara kompak menekan negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat, untuk bertanggung jawab terhadap perubahan iklim yang sekarang terjadi. Enam kepala negara itu adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Perdana Menteri Australia Kevin Rudd, presiden Papua Nugini, presiden Republik Maladewa, PM Singapura, dan presiden Negara Kepulauan Vala.

    Setelah Ban Ki-moon memberikan pesan-pesan singkat, Presiden SBY memaparkan pendapatnya. Dalam pidatonya, SBY mendesak agar negara-negara maju memberikan kontribusi lebih besar pada usaha pencegahan perubahan iklim. "Mereka harus benar-benar menurunkan emisinya dan secara intensif membagi teknologi ramah lingkungan dengan negara berkembang," ujarnya dengan nada meninggi.

    Tak cuma itu, nada SBY semakin tinggi ketika menyebut Amerika Serikat, satu-satunya negara maju anggota Annex I yang tak mau terikat dalam program penurunan emisi di Protokol Kyoto. "Kita harus memastikan AS, salah satu negara yang berkekuatan ekonomi paling besar sekaligus penyumbang emisi karbon terbesar, untuk segera menandatangani Protokol Kyoto," pintanya kepada semua peserta sidang.

    Sebab, lanjut dia, upaya pengurangan emisi tidak akan pernah berhasil jika Amerika Serikat tidak mau ikut dalam komitmen mengikat tersebut. Kritik SBY itu kontan disambut tepuk tangan sebagian besar delegasi yang memenuhi ruang sidang utama BICC di Hotel Westin Nusa Dua tersebut.
    http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail&id=9691

    ---------------

    Sekjen PBB sepertinya sudah sangat gila, menentang rencana untuk menyelamatkan dunia ini dari bencana yang menghampiri. Solusinya padahal jelas, emisi karbon itu harus di kurangi bersama seluruh warga Bumi, baik dengan mengurangi konsumsi energi atau menemukan teknologi ramah lingkungan. Bahkan, negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok juga harus dikurangi, dan mencegah pembalakan liar di negara seperti Indonesia dan Brazil dengan sosialisasi, dan perberatan hukuman. Saya sebelumnya berharap pada konferensi ini, mengingat Adelin Lis saja bebas, ternyata, konferensi yang berbiaya besar ini, tidak ada hasilnya!!

    ~NM~

  15. #74

    Join Date
    Dec 2007
    Posts
    11
    Points
    12.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    saya sudah siap menghadapi kiamat, saudara saudaraku yang kucinta

  16. #75
    denie_gaara's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    La RakuuN Piece Piazza, BECA Centrum fe Desijn
    Posts
    209
    Points
    234.40
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    waaaaaaaaaaaaaaaa,.........
    bulu kuduk gw jadi berdiri nih >.<
    aduh kiamat dah didepan mata kek na
    tapi gw belum siap hiks >.<

Page 5 of 10 FirstFirst 123456789 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •