Results 1 to 8 of 8
http://idgs.in/227623
  1. #1
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default [Cerpen]The Spirit of A Dreamcather


    Author : The_Omicron
    Site : www.the-omicron.co.cc
    Genre : Drama, Romance

    The Spirit of A Dreamcatcher is under copyright law © 2009 the-omicron.co.cc



    ________

    www.the-omicron.co.cc presents...


    The Spirit of A Dreamcatcher

    _______




    Pelatihku memanggilku yang sedang duduk termenung di ruang ganti, ia bilang sudah waktunya aku bertanding. Ya, aku adalah seorang Pelari. Tepatnya seorang atlit remaja yang tengah berusaha mengharumkan nama sekolahnya dengan menjuarai olimpiade antar sekolah, di bidang yang ia tekuni.

    Kulangkahkan kakiku menuju panggung pertarungan ini. Sebuah lapangan sepakbola yang besar dengan trek lari di sekelilingnya. Dengan beratus mata memandang pertarungan kami dari atas tribun-tribun di sekeliling kami. Bersorak, bersorai mendukung penuh rekan satu sekolah mereka atau keluarga mereka.

    Kulirikkan sedikit pandanganku ke arah tribun, berharap jika Tuhan mengabulkan permintaanku agar dapat bertemu dengannya lagi. Berharap ia menonton pertandinganku seperti janjinya dulu. Tetapi, tampaknya Tuhan belum mengabulkan permintaanku. Sama sekali aku tidak melihat kehadirannya.

    Kuberhentikan kakiku tepat di belakang garis putih. Kemudian aku menundukkan badanku dalam posisi bersiap. Menunggu letusan pistol dari wasit pertandingan ini. Kemudian aku berdoa sekali lagi, dan saat aku melirikkan kembali pandanganku ke arah tribun. Aku melihatnya! Aku melihat gadis itu! Aku melihat Erika di sana!

    **

    Satu tahun yang lalu.


    Kelas 2-4. Itu adalah kelasku. Sebuah kelas yang berada di lantai 2 sekolah ini dengan jendela yang langsung menghadap lapangan sekolah. Aku duduk di barisan paling belakang dan dekat dengan jendela. Bukan karena aku seorang pemalas yang menginginkan tidur siang tanpa harus diketahui Pak Guru, tetapi karena tubuhku yang paling tinggi di kelas lah yang membuat Pak Guru menempatkanku di sini, agar tidak menjadi menara penghalang pengelihatan teman-teman sekelasku.

    Sejujurnya aku lebih suka duduk di barisan depan, karena menurutku duduk di barisan terdepan dapat memberikan semangat untuk terus menjadi yang terdepan tanpa harus mengalihkan perhatianku dari apa yang aku fokuskan. Tapi, bukan hanya itu alasanku. Aku sebenarnya sangat menginginkan berada di dekatnya, kemudian aku dapat terus melihat wajah manis yang berada di balik kacamatanya itu. Lalu kami dapat memulai hubungan kami bermula dari seorang ‘Teman Bangku Tetangga’. Sayangnya, nasib berkata lain untukku.

    Tetapi aku juga mensyukuri tempatku berada sekarang. Karena dengan berada di sini, aku mendapatkan dua jenis pemandangan. Jika aku menengok ke kiri, aku akan disuguhkan dengan luasnya lapangan sekolah kami. Tempatku berlatih lari setiap 2 kali seminggu, sementara jika aku melihat ke arah depan. Aku dapat melihat wajah Erica dengan pandangan yang begitu tegas dan serius menuju papan tulis. Tipe gadis idamanku.

    Dengan memandanginya, Pak Guru jadi menganggapku sebagai seorang muridnya yang rajin. Karena pandanganku selalu tertuju ke arah papan tulis. Hal itu menjadi sebuah keuntungan juga sebuah kerugian bagiku. Untung karena pandangan Pak Guru padaku yang baik. Rugi karena sedikit saja nilaiku jatuh ia akan komplain.

    Kadangkala, kami tak sengaja saling bertatapan pandangan mata. Seolah ia merasakan ada seseorang yang terus memperhatikannya dari belakang. Mungkin aku dianggapnya seperti stalker. Yah, tak dapat dipungkiri lagi. Aku sudah menyukainya sejak kelas 1 dulu. Tetapi hingga saat ini aku hanya bisa memandangnya dari jauh. Bagiku ia bagaikan sebuah lukisan indah yang berada di dalam bingkai kaca. Sangat dekat tapi tak dapat terjangkau oleh kedua tanganku.

    Hingga suatu saat di hari yang cerah..

    Hari ini adalah hari yang istimewa bagiku, karena hari ini untuk pertama kalinya Erica menanggalkan kacamatanya dan menggunakan contact lens. Perubahannya cukup drastis, kini wajahnya yang tidak tertutup bingkai kacamata menjadi lebih manis. Jauh dari kesan serius dan dingin bila ia menggunakan kacamatanya.

    Sedikit-sedikit aku mendengar pertanyaan dari teman-teman yang menghujaninya dengan berbagai pertanyaan, baik karena kagum padanya atau sekedar bertanya mengapa ia melepas kacamatanya. Dan ia mengatakan bahwa hari ini ia menggunakan contact lens karena kacamatanya patah dan pecah setelah terinjak oleh Ayahnya. Katanya ia ‘terpaksa’ menggunakan contact lens milik ibunya karena ia tidak mau menggunakan kaca mata ibunya yang dapat membuatnya tampak seperti nenek-nenek.

    Tetapi bagiku Erica tetaplah Erica. Pandangan mata yang lurus dan tajam ketika memperhatikan papan tulis itu tetap sama seperti ketika ia menggunakan kacamata. Hanya saja ia tampak lebih manis dari sebelumnya. Kini ia tampak lebih bersinar.

    Kemudian saat aku hendak melangkah pulang sekolah, secara tiba-tiba seorang gadis yang tak kukenal memanggilku dari arah belakangku.

    Awalnya aku merasa malas untuk meladeni orang yang tak kukenal, tetapi, setelah aku melihat wajahnya yang seperti akan menangis, ditambah kaki dan tangannya yang gemetar. Aku tahu ia mengerahkan seluruh keberaniannya untuk memanggilku. Jadi, aku turuti keinginannya, yang kurasa aku tahu ini akan menuju ke arah mana.

    Kemudian secara tiba-tiba, aku mendapat pernyataan cinta dari gadis yang bahkan tak kuketahui namanya. Dengan suaranya yang bergetar, ia mengatakan bahwa ia menyukaiku, ia telah menyukaiku sejak dulu, dan ia ingin aku menjadi pacarnya, dan ia menjadi pacarku.

    Tetapi, bagaimana bisa aku menerima seorang gadis yang bahkan tak kukenal namanya untuk menjadi pacarku? Apalagi di dalam hatiku telah terisi oleh seseorang. Tetapi bila melihat dari keadaannya yang mirip denganku, aku jadi bersimpati kepadanya. Bahkan ia jauh lebih baik dariku yang meski gemetar ia tetap menyampaikan perasaannya kepadaku. ‘Seorang gadis yang pemberani dan jujur’ kataku.

    Tetap saja, aku tak dapat menerima permintaannya. Di dalam hatiku telah menetap seorang gadis lain. Aku tak dapat menerimanya untuk menjadi pacarku. Tetapi untuk menghormati usaha dan perasaannya aku akan memberikan penolakan terbaik yang bisa aku lakukan.

    Aku katakan padanya:

    “Maafkan aku, jika saja kita sudah saling mengenal sebelumnya, mungkin kita akan dapat bersama setelah ini. Jadi, bagaimana jika kita saling mengenal terlebih dahulu mulai dari sekarang?”

    Kuberikan tanganku untuk bersalaman dengannya. Dengan tangan kecilnya yang masih gemetar menyambut salamku. Matanya tampak berkaca-kaca, kesedihan tak dapat terbendung keluar dari matanya sebagai air mata. Ia berterima kasih padaku sambil mengusap matanya dan berusaha tetap tegar dan tetap tersenyum. Ia pergi dengan membawa senyuman yang menyembunyikan rasa kecewanya dari hadapanku.

    Hingga tiba-tiba.

    “Wah.. tampaknya kau cukup terkenal ya hingga cewek-cewek kelas 1 menyatakan cintanya kepadamu?”

    Sebuah suara yang familiar tiba-tiba terdengar bertanya padaku. Dan begitu aku menoleh, benar, itu adalah Erica! Aku tak menyangka pada akhirnya aku dapat berbicara dengannya. Bahkan ia memulainya terlebih dahulu.

    “Ah, tidak juga.. kurasa aku tidak sehebat itu, hanya kebetulan saja..”

    Kuberikan jawaban yang jujur dan singkat dari dalam lubuk hatiku.

    “Ah sudahlah, jangan merendah, kau ini cukup terkenal diantara anak kelas 1, dan bukankah sudah 3 orang yang menyatakan cintanya padamu? Kupikir sisa penggemarmu akan melakukan hal sama satu demi satu.. hati-hati ya jangan sampai bertemu yang stalker, hahaha”

    Setelah mengatakan itu ia pergi begitu saja, meninggalkanku dan melangkah keluar. Sebelumnya aku memberanikan diri berkata padanya sambil tersenyum:

    “Hei, kupikir tanpa kacamata kau terlihat lebih manis!”

    Tetapi ia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman yang memiliki arti misterius. Kemudian menoleh kembali menatap lurus ke depan dan berjalan meninggalkanku.

    Aku terkesima padanya, aku lega akhirnya aku berhasil mengumpulkan segenap keberanianku untuk memujinya. Tetapi, HAH?! Aku baru tersadar maksud dari kata-katanya sebelumnya. Ia bilang ia tahu bahwa sudah 3 orang yang menyatakan cintanya kepadaku. Aku saja bahkan sudah lupa, tetapi bagaimana ia tahu?! Apakah itu artinya ia memperhatikanku? Ataukah aku saja yang terlalu besar kepala? Ataukah ternyata maksud kata-katanya adalah sindiran yang berada di akhir kalimat? Karena aku tampak bagai stalker baginya? Entahlah, semakin aku bertanya-tanya semakin aku bingung. Lebih baik aku tidak usah terlalu memikirkannya.

    Dan setelah itu, ia membuatku semakin besar kepala. Sejak saat itu ia tak lagi menggunakan kacamatanya tetapi terus menggunakan contact lens nya. Seolah pujian dariku lah yang membuatnya melakukan itu. Tetapi ketika teman-teman bertanya mengapa ia meninggalkan kacamata ciri khasnya, ia bilang bahwa ia hanya ingin berganti suasana. Membuat aku yang mendengarnya sedikit lega namun juga sedikit kecewa.

    Kemudian, pada hari ini, dimulailah awal dari hubungan kami. Tepatnya pada saat istirahat siang.

    Saat bel berbunyi, ia berjalan menuju ke arahku. Membuat jantungku berdegup kencang. Dalam hatiku berkecamuk berbagai macam keinginan. Antara aku ingin ia berjalan kepadaku dan berbicara denganku, atau aku tak ingin ia berbicara kepadaku karena aku tak tahu apa yang harus kujawab padanya. Dan ternyata

    “Hei, aku dengar bulan depan akan ada olimpiade antar sekolah? Apa kau ikut? Aku punya pamfletnya”

    Ia berbicara padaku dengan senyuman yang manis. Tangan lembutnya memberikanku sebuah pamflet yang berisi tentang olimpiade antar sekolah yang dimulai bulan depan. Dan sudah tentu aku akan berlaga di dalamnya. Sebagai seorang sprinter tercepat di sekolah ini.

    “A-a-a-a ya, tentu saja aku akan ikut! Memangnya ada apa?”

    Bagaikan mesin mobil yang macet, aku menjawab dengan terbata-bata. Meski begitu ia tetap menanggapiku dengan keramahannya.

    Kami menjadi berbicara banyak dari mulai ia suka pada olahraga , atau ia berjanji akan menyaksikan pertandinganku. Setelah itu, hingga ia bertanya padaku apa impanku sebagai seorang atlit. Kemudian tanpa kusadari aku berkata:

    “Mungkin.. impianku sebagai seorang atlit... adalah mendapatkan medali emas pada pertandingan, kemudian mengalungkannya pada orang yang kusukai”

    Dan aku mengakhirinya dengan gelak tawa. Tetapi ia tidak ikut tertawa. Ia mendengarkanku dengan serius dan memberikanku tatapan mata yang tajam dan tegas itu. Hingga aku menjadi salah tingkah sendiri karenanya. Beberapa saat kemudian ia menjawab

    “Wah, sepertinya sangat romantis.. aku pasti akan selalu mendukungmu!”

    Ujarnya dengan senyuman misterius yang sama seperti dulu.

    Hari demi hari terus bergulir. Berkat percakapan itu kami menjadi semakin dekat. Kami menjadi lebih sering mengobrol bersama dan bertukar pikiran. Kadang-kadang aku memintanya menjelaskan kembali kepadaku pelajaran yang tak kumengerti.

    Hingga 3 hari sebelum olimpiade berlangsung, pada siang hari Jum’at. Waktu istirahat siang.

    Seperti biasa, kami kembali mengobrol bersama sambil melihat ke arah lapangan di balik jendela. Hingga sampai pada saat kami mencapai titik dimana kami berdua diam. Angin hangat semilir bertiup melalui jendela sementara awan putih di langit yang biru berjalan perlahan di angkasa. Memecah kesunyian Ia mengatakan:

    “Andy, kupikir aku...”

    Pandangan matanya yang tajam dan tegas menyelami hatiku melalui mataku. Mata indah itu menatap mataku dengan dalam seolah ia dapat melihat ke dalam lubuk hatiku, dan ia tampak ingin mengatakan sesuatu yang tak dapat ia sampaikan.

    Padahal ia belum menyelesaikan kalimatnya, aku sudah berpikir kemana-mana. Berpikir apakah ia akan berkata “Andy, kupikir aku menyukaimu” atau “Andy, kupikir aku selama ini menyukaimu” dan sebagainya. Membuatku terjerat dalam kesalahpahaman yang kubuat dalam pikiranku sendiri.

    “Andy, kupikir aku lapar, jadi aku ke kantin dulu ya?”

    Mulutku menganga lebar, merasa bodoh telah salah tingkah sendiri. Ternyata ia hanya ingin mengatakan bahwa ia lapar dan ingin ke kantin. Aku malu sendiri pada diriku telah besar kepala hingga berpikir yang tidak-tidak. Meski begitu aku sedikit kecewa karena ia ternyata tidak mengatakan yang kupikirkan. Dengan bodohnya pertanyaan dalam pikiranku tergelincir keluar melalui mulut bodohku.

    “Hahaha, aku sudah kaget saja, kupikir kau akan bilang menyukaiku..”

    Aku menutup mulutku sendiri dengan tanganku. Aku sudah mengatakan hal yang memalukan padanya. Tetapi reaksinya adalah.

    “Bagaimana.. bila tadi aku mengatakan itu?”

    Tanyanya dengan memberikanku senyuman misterius itu lagi. Kembali, ia membuatku salah tingkah, bahkan hingga wajahku memerah karena malu. Aku bingung harus memberikan jawaban apa padanya.

    “Baiklah, aku ke kantin dulu ya, kau mau ikut?”

    Seolah mengerti telah membuatku sangat kebingungan, ia bangkit dari duduknya dan berkata ia ingin pergi ke kantin.

    “Terimakasih, tapi aku rasa tidak..”

    Kebingungan dan rasa malu itu telah membuatku lupa akan laparku.

    Dan.., hal yang tak kusangka, terjadi setelah waktunya pulang sekolah. Tidak seperti biasanya, ia menungguku di depan pintu kelas. Ia bilang ia masih ingin mengobrol denganku sambil keluar sekolah. Hingga obrolan kami sampai pada topik yang sama seperti tadi siang.

    “Hei hei, aku ingat, kurasa aku belum mendengar jawabanmu tadi siang!”

    Jantungku berdebar dengan keras. Aku tak menyangka ia akan membawa kembali pertanyaan itu. Aku belum menyiapkan jawaban apapun. Aku hanya bisa terdiam dan membisu.

    “Andy, mungkin menurutmu ini aneh, tapi... kupikir aku benar-benar menyukaimu..”

    Seakan tersambar petir, aku kaget setengah hidup. Tak menyangka bahwa ia akan benar-benar mengatakan itu. Tapi apakah ia hanya menggodaku?

    “Sebenarnya... aku.. sejak kelas 1 sudah menyukaimu.. sejak melihat sosokmu yang berlari dengan sekuat tenaga di lapangan.. aku merasakan suatu debaran di hatiku.. jadi.. bisakah kita.. aku.. menjadi pacarmu?”

    Gembira setengah hidup, aku tak menyangka, ternyata perasaanku padanya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Kini ia bahkan mengatakan agar aku menjadi pacarnya. Tetapi tidak! Sejak menyukainya, aku memiliki mimpi untuk menyatakan perasaanku saat memberikan medali emas kepada Erica, aku tak ingin mimpi itu hancur begitu saja. Aku ingin awal hubungan kami menjadi momen yang tak terlupakan bagi kami berdua.

    “Erica.. mungkin aku tak dapat memberikan jawabannya sekarang.. karena ada hal yang terlebih dahulu harus kudapatkan. Tetapi aku berjanji aku akan memberikan jawaban yang terbaik. Maukah kau menunggu.. hingga saat itu tiba?”

    Ia hanya menganggukkan kepalanya. Wajahnya tampak menahan rasa kecewa. Dan setelah itupun ia pulang dengan wajah yang tertunduk lesu.

    Setelah itu aku berjanji pada diriku sendiri akan menampilkan performa terbaikku, memenangkan medali emas kemudian menyatakan perasaanku kepadanya. Akupun berlatih lebih keras untuk hari itu. Yaitu hari Minggu. 2 hari yang akan datang.

    Hari itu datang. Aku melangkahkan kakiku keatas panggung laga itu. Berharap dari suatu tempat di tribun itu ia melihatku memberikan penampilan terbaikku. Awalnya Aku yakin ia berada disana, karena ia telah berjanji akan menyaksikan pertandinganku. Tetapi tiap aku melirik ke arah tribun aku tak dapat menemukan sosoknya.

    Hal itu berakibat fatal. Aku terlambat start karena terlalu sibuk mencari sosoknya diantara kerumunan. Aku berusaha sekuat tenagaku untuk memenangkan pertandingan itu. Namun, ternyata nasib baik tidak berpihak padaku. Apapun yang sudah kulakukan tetap tak dapat membuatku menjadi juara. Aku hanya mendapatkan posisi ketiga pada pertandingan ini. Aku kecewa, sedih, malu pada diriku sendiri. Telah berjanji hal yang tak dapat kuberikan padanya. Kembali aku melihat kerumunan di atas tribun itu. Hingga akhirnya aku sadar bahwa ia sama sekali tidak berada di sana. Hatiku sedikit lega, karena ia tak perlu melihat kebodohanku. Walaupun begitu aku tetap kecewa kepada diriku sendiri.

    Nasib baik kembali menjauhiku, bahkan kini semakin jauh padaku. Esoknya ia tidak masuk sekolah, dan begitu aku tanya pada Pak Guru.. Hatiku bagai tersayat-sayat silet. Pak Guru bilang sejak hari Sabtu ia dan keluarganya pindah ke luar negeri. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Apakah aku harus menangis karena aku tak tahu kapan aku akan dapat bertemu dengannya lagi dan memenuhi janjiku padanya, ataukah aku harus lega karena ia benar-benar tak berada di sana di saat kekalahanku? Entahlah, tetapi seperti terpukul aku menjadi kehilangan semangat berlari.

    Hingga.. sekali lagi seorang anak kelas 1 menyatakan perasaannya padaku. Dan hal itu membuatku tersadar, bahwa untuk meraih cinta kita harus berusaha sekuat tenaga. Begitu juga dengan impian. Dengan berlandaskan hal itu, aku kembali bangkit dari kesedihanku dan berlatih dengan keras sekali lagi. Hingga tiba saatnya aku dapat mengalungkan medali emas yang kudapatkan dengan seluruh jerih payahku padanya.

    Satu tahun pun berlalu, sekali lagi aku mengikuti olimpiade antar sekolah untuk meraih impianku. Kini aku lebih percaya diri dengan kemampuanku. Karena aku telah berlatih sekuat tenagaku dengan seluruh kemampuan yang aku miliki.

    Aku selalu berharap ia berada di salah satu tribun itu dan memberikan semangat kepadaku seperti teman-teman sekolahku. Tetapi aku tahu itu hanyalah harapan kosong. Hingga dari sudut mataku aku melihat sosok gadis berpandangan tegas dan tajam dengan kulit yang putih bersih, wajah yang manis dan rambut hitam pendek yang indah berada di sana menatap sosokku.

    Kini setelah ia berada di sana, menyaksikanku meraih impianku, aku akan memberikan padanya seluruh kemampuanku. Aku berkonsentrasi pada pertandingan. Suara pistol meletus di udara, dan aku berlari melintasi trek dengan seluruh kekuatanku untuk meraih cinta dan impianku.


















    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  2. Hot Ad
  3. #2
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    wahh.. jadi cerpen romantic teenagers smile:


    kira2 lomba lari nya menang gak ya...
    Gemini, The Two-Facets Personality

  4. #3
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    lomba larinya, hmmm

    tp kok sepi bener komennya


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  5. #4
    Dnd_Polong's Avatar
    Join Date
    Aug 2009
    Posts
    162
    Points
    199.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    wah LANJOTANNYA mANA ..

    bikin penasaran wae ..

  6. #5

    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Gabrielizm.co.cc
    Posts
    1,290
    Points
    567.70
    Thanks: 134 / 67 / 52

    Default

    Endingnya imba.. no comment deh.. two thumbs up..

  7. #6
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    Quote Originally Posted by Dnd_Polong View Post
    wah LANJOTANNYA mANA ..

    bikin penasaran wae ..
    edan! ini cerpen gan!!


    @atas

    ini kan cutted version dari yg real endingnya


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  8. #7
    Dnd_Polong's Avatar
    Join Date
    Aug 2009
    Posts
    162
    Points
    199.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default



    abiz gw penasaran ..


  9. #8
    Luckybringer's Avatar
    Join Date
    Sep 2009
    Posts
    1,419
    Points
    247.50
    Thanks: 38 / 18 / 14

    Default

    Kritik dari gw gpp kan??

    Oi" Kok gw liat dari semua cerpen kk dida...

    ada 1 tahun yang lalu segala c??

    menurut gw itu gak perlu.. soal nya ini cuma cerpen kan??

    IMO

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •