Habibie Ingin Bangkitkan Industri Pesawat Terbang Indonesia
JAKARTA – Impian Mantan Presiden B.J. Habibie untuk menghidupkan lagi industri pesawat terbang Indonesia mendekati kenyataan. Impian itu kemarin disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mendapatkan respon positif.
Habibie kemarin secara khusus menemui SBY di Istana Negara. Mantan Direktur Utama IPTN itu terlebih dahulu melakukan pertemuan empat mata selama satu jam dengan SBY di ruang tamu Istana Negara.
Setelah itu pertemuan dilanjutkan dengan menghadirkan Dirut PT. PAL Indonesia Adwin Suryohadiprodjo, Dirut PT. PINDAD Budi Santoso, dan Dirut PT. Dirgantara Indonesia Rudi M.Mokobombang. Ikut juga Menteri Luar negeri Hassan Wirajuda, Menkominfo Mohammad Nuh, Mensesneg Hatta Radjasa, Menristek Kusmayanto Kadiman, Menteri BUMN Sofyan Djalil, dan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto.
Dalam pertemuan tersebut, Habibie menyampaikan harapannya tentang pengembangan industri strategis nasional. Utamanya pesawat terbang. Sebagai pendiri IPTN, Habibie menyayangkan jika industri tersebut tidak lagi berkembang dan menghadapi ajal.
Sayang Habibie maupun SBY tidak mau menyampaikan langsung pembicaraan mereka kepada wartawan. Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa menjelaskan Habibie memberikan masukan-masukan kepada SBY. Presiden ketiga RI itu bercerita mulai dari sejarah pengembangan industri strategis di Indonesia.
’’Tadi Pak Habibie menyebut katakanlah redesain terhadap N-250 yang lebih ekonomis dan irit bahan baker,’’ kata Hatta.
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia). Pesawat ini dulu dikenal dengan nama Gatotkaca. N-250 merupakan andalan PT DI dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang.
Pesawat N-250 pernah menjadi bintang pameran Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Sejak 1997 pesawat ini dihentikan produksinya akibat krisis ekonomi 1997. Habibie pernah menyampaikan keinginannya meneruskan program N-250, dengan syarat disetujui SBY.
Pertimbangan Habibie, pasar N-250 sangat menggiurkan karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi. Sebab perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan bangkrut.
Menurut Hatta, SBY menyambut baik gagasan tersebut. Hanya saja, program itu nanti tidak membebani APBN. ’’Itu hanya akan ditawarkan kepada mitra yang berminat melakukan kerja sama untuk mengembangkan N-250,’’ kata Hatta.
Meski sangat antusias, Habibie sudah menegaskan tidak akan ikut campur secara teknis. Menurut Hatta, Habibie mengatakan sebagai mantan presiden dan senior, serta sebagai orang tua, tentu masih berkeinginan untuk memberikan masukan kepada bangsa dan negara. ’’Tapi beliau menyatakan tidak ikut campur di dalam pengambilan keputusan, dan sebagainya,’’ papar Hatta.
Semua keputusan atas gagasan tersebut, kata Hatta, diserahkan kepada Presiden SBY. ’’Jadi hanya memberikan saran dan masukan, tidak dalam konteks masuk kembali dalam industri strategis itu,’’ ungkapnya.
Hatta menjelaskan pola kemitraan dipilih karena APBN sangat terbatas dan tidak memungkinkan untuk menyunikkan dana ke program tersebut nantinya. ’’Program itu nanti harus bergulir sendiri dengan pola business-to-business. Saya kira sudah memiliki kemampuan sendiri untuk mengembangkan itu,’’ kata Mantan Menteri Perhubungan itu.
Selain soal N-250, Habibie dan SBY juga membicarakan pentingnya konsolidasi industri perkapalan. Mulai dari PT PAL, PT IKI, PT Kodja, perlu dikonsolidasikan agar fokus. ’’Industri maritim Indonesia yang tidak hanya mampu mengembangkan industri-industri untuk kepentingan pertahanan, tapi juga kapal-kapal tanker, pelayaran, niaga, dan kargo,’’ jelas Hatta.
Pertemuan Habibie dan SBY berakhir pukul 12.00. Keduanya mengikuti salat jumat di Masjid Baiturrahmi, di komplek Istana Kepresidenan. SBY dan Habibie naik golf car yang disetir sendiri oleh SBY. Usai salat jumat Habibie langsung meninggalkan istana.(tom)
sumber: http://www.depdagri.go.id/konten.php...berita&id=1794
================================================== ======
DI to take over from Spanish aircraft plant
Business News - Thursday, September 04, 2008
The Jakarta Post, Jakarta
State-owned aircraft manufacturer PT Dirgantara Indonesia (DI) will begin producing the Spanish-designed Casa 212-400 light aircraft in early 2010.
DI president director Budi Santoso said Wednesday the company would start producing the aircraft after Spain-based EADS-Construcciones Aeron uticas S.A. (CASA) had completed the relocation of its Spanish production facilities to Indonesia.
"The relocation process will take a year. Therefore, the first aircraft will be produced by (the end of) 2009 or in early 2010," Budi said -- as quoted by Antara -- after signing a memorandum of understanding with the Indonesian Navy.
In 1999, CASA became a unit of aircraft and weapons giant the European Aeronautic Defense and Space Company EADS N.V. (EADS).
Budi said the partnership would revive old ties as EADS-CASA had helped establish DI.
"We have promised to build Cassa 212-400s at competitive prices so our planes will sell like hot cakes in the light turboprop carrier market," he said.
The Bandung-based DI will sell the aircraft equipped with an advanced fully integrated tactical navigation system for customers in Southeast Asia, including Indonesia.
The company will also manufacture components to be sold in South America.
Budi said Cassa aircraft were useful in countries that had similar topographies to Indonesia's, including Vietnam, Thailand and countries in Africa.
He also said the companies would offer a variant of the aircraft for use in beach patrol operations.
Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2...aft-plant.html
Abaikan Rusia, TNI-AL Pesan 3 Pesawat ke PTDI
Oleh endonesia
Jumat, 22-Agustus-2008, 08:24:46 Klik: 169 Kirim-kirim Print version
Surabaya, Kominfo Newsroom -– TNI AL berencana menggandeng PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk membuat tiga pesawat jenis Cassa, yaitu CN 235 dua buah dan satu pesawat Cassa 212 seri 400, sebagai langkah untuk menambah kekuatan udaranya.
''Karena perusahaan dari dalam negeri menyatakan mampu membuat, maka kita batalkan rencana mendatangkan pesawat dari Rusia,'' kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksdya TNI Tedjo Edhi Purdijatno SH, usai upacara serah terima jabatan (Sertijab), di Lapangan Kobangdikal Bumimoro Surabaya, Kamis (21/8).
Pembuatan tiga pesawat ini diharapkan selesai dalam kurun waktu 1-2 tahun, sehingga kekuatan patroli maritim TNI AL dapat semakin terpadu dan solid.
Menurut Kasal, kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, membuat kebutuhan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI AL cukup tinggi. Oleh karena itu pengadaan alutsista baru, atau peremajaan perlu dilakukan agar kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap terjaga.
''Dari latihan gabungan beberapa waktu lalu, kami bisa menyediakan 70% kekuatan persenjataan TNI AL, mudah-mudahan tahun depan kita bisa siap 100%,'' katanya.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas alutsista, saat ini TNI AL sedang melakukan pendataan untuk mengambil langkah apakah persenjataan yang ada bisa diperbaiki atau harus menambah alutsista baru.
''Kita akan uji semua alutsista yang ada, jika masih memungkinkan dilakukan peremajaan, ya dilakukan. Namun jika tidak bisa maka akan coba untuk mengajukan pengadaan alutsista baru,'' ujarnya.
Meski kebutuhan alutsista baru cukup tinggi, namun Kasal tidak berani menambah karena ini menyangkut anggaran. ''Pengadaan alutsista membutuhkan biaya besar, jadi tidak mungkin membuat alutsista baru dalam jumlah banyak,'' katanya.
Untuk menyiasati agar biaya pembuatan alutsista tidak membengkak, saat ini TNI AL terus mencoba teknologi pembuatan yang ada di Indonesia.
''Teknologi yang dimiliki beberapa perusahaan lokal cukup mumpuni untuk membuat sistem persenjataan sendiri, tetapi mungkin sekarang masih terbatas pada pembuatan kapal dan pesawat terbang,'' tuturnya.
Ia berharap, ke depan Indonesia dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan pesenjataan tanpa tergantung pihak luar atau negara asing. (www.d-infokom-jatim.go.id/jul /toeb)
http://www.endonesia.com/mod.php?mod...=43&artid=1907
PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace) WINS !
State-owned airplane producer PT Dirgantara Indonesia (DI) received the "Best Performance Supplier 2007" award from major Airbus aerostructure supplier Spirit AeroSystems Europe Ltd,UK. The award was intended to show appreciation for DI's leading-edge manufacturing ability and delivery system. PTDI's superiority in quality, cost, on time delivery, engineering management, and other factors surpassed other airplane companies from Malaysia, South Afrika, Romania, Poland, and some other countries. For this success, PTDI was granted as the sole supplier for all Airbus A-380 wing components, as well as components for Airbus A320 and A321.
S, whenever you are on board of Airbus planes, just remember that the hands of indonesians were contributed much in the manufacturing of the planes.
Giant of the sky - Airbus A380
In line with growing global demand for airplanes and the company's improving performance, orders for components come from foreign manufacturers including Airbus, Boeing, Bombardier, EADS, CASA and Eurocopter and are expected to grow significantly, Budi said without elaborating. New deals are being negotiated with Hawker and Eurocopter.
SuperPuma
The airline producer is also receiving local orders, including from the Indonesian government for three Superpuma air fighters.
CN235 Maritime Patrol Aircrafts
Aside from Superpuma, Dirgantara also produces the Maritime Patrol Aircraft (MPA), which is currently in high demand globally. Korea is interested in buying MPAs from Indonesia.
http://akhyari.blogspot.com/2008/09/pt-dirgantara-indonesia-indonesian.html
Maju Indonesiaku, miawww...
Share This Thread