Page 5 of 8 FirstFirst 12345678 LastLast
Results 61 to 75 of 112
http://idgs.in/239708
  1. #61

    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Gabrielizm.co.cc
    Posts
    1,290
    Points
    567.70
    Thanks: 134 / 67 / 52

    Default

    Mari berjalan menuju dapur dan mulai membantu mamanya menyiapkan makan malam. Tapi tak lama kemudian. Mamanya secara tiba-tiba berhenti memotong daging di yang sedang ia potong di atas papan talenan.

    “Dengar Luna, kupikir ini serius.. tidak, mungkin aka menjadi serius.. kamu harus segera berpatroli sekarang!”
    Typo ya did ?

    btw.. akhirnya Exodus dipegang Luna juga..

    kawokwoekaweokaeo tusuk gigi
    ngakak gw

  2. Hot Ad
  3. #62
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    Quote Originally Posted by mattr3x View Post
    Typo ya did ?

    btw.. akhirnya Exodus dipegang Luna juga..

    kawokwoekaweokaeo tusuk gigi
    ngakak gw
    kurang a

    ok fixed

    dan akhirnya tau kan napa Exodus dipegang Luna


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  4. #63
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default


    Spoiler untuk Chapter 7 :

    Chapter 7
    The Second Encounter


    Tampak Luna terjatuh dengan luka-luka di sekujur tubuhnya, sayap putih di punggungnya perlahan menghilang, dan matanya mulai kembali berubah biru dan merah. Ia terluka parah seakan telah melalui pertarungan yang sengit. Ia berada di tengah suatu taman yang telah hancur, akan tetapi tempat itu tampak familiar.

    Terdengar langkah kaki yang mendekat padanya

    “Si-siapa kau sebenarnya?!”

    Tampak sepasang kaki yang terbuat dari kumpulan akar berhenti tepat di depan Luna.

    “Aku?”
    Suara itu terdengar seperti suara anak perempuan, dan suara itu terdengar familiar.

    Sepasang sayap mengerikan yang terbuat dari kumpulan akar pohon membentang dengan megahnya. Aura mengerikan dan hawa jahat mulai terasa semakin tebal.

    Saat Luna mengangkat pandangannya, ia melihat sepasang mata yang merah menyala dari kegelapan diatas kedua kaki itu.

    “Aku adalah Wujud Kematian!”

    --

    “HUAAAH!!”

    Luna tampak bingung, ia melihat sekitarnya. Sinar matahari yang menembus jendela, suara kicauan burung. Ternyata, Luna hanya bermimpi. Walaupun begitu ia masih berdebar-debar karena mimpi itu terasa amatlah nyata.

    “Ada apa sih teriak-teriak sampai terbangun?!”
    Keluh Selene

    “Sial, tadi aku bermimpi buruk.. “

    “Hanya mimpi buruk saja sampai ribut begitu, payah”

    “Habisnya, mimpi itu terasa begitu nyata, monster akar berusaha membunuhku masa!”

    “Ala, paling itu gara-gara semalam kita melawan monster pohon.. sudahlah, karena sudah bangun, sekalian siap-siap sekolah saja sana!”

    “Ya ya ya”
    Jawab Luna malas-malasan tetapi tetap mengikuti perintah Selene dan berjalan keluar dari kamarnya.

    “Setelah kejadian tadi malam aku merasakan hal buruk akan terjadi.. semoga aku salah.. walaupun aku bermimpi hal yang sama seperti yang Luna katakan..”
    Ujar Selene dalam hatinya.


    **


    Malam sebelumnya..

    “Aku pergi dulu ya ma!”
    Ujar Luna pada ibunya
    “Kami pergi dulu ya! LunaMaria, aku pinjam anakmu dulu ya!”
    Tambah Tante Alicia.

    “Ya.. hati-hati ya!”
    Balas LunaMaria dan Maria sambil melambaikan tangannya seiring ditutupnya pintu depan.

    “Uuugh.. dingin.. mengapa aku harus memakai kostum konyol ini sih?”
    Tanya Luna setelah angin malam yang dingin menghembus lengannya yang terbuka.

    “Tentu saja supaya video yang kita buat menjadi lebih menarik!”
    Jawab Tante Alicia enteng.

    “ ‘Kita’? Sejak kapan aku setuju ikut..”
    Ujar Luna dalam hatinya.

    Walaupun begitu, ia tetap mengikuti tantenya. Dan sudah 3 jam mereka berkeliling tapi tak satupun monster menampakkan dirinya. Malam itu terasa amatlah sunyi, bahkan bulan dan bintang pun tidak nampak di langit. Kegelapan menjadi raja pada malam itu.

    “Aduh… tante sudah capek nih.. kok tidak ada monster yang muncul sih?”
    Keluh Tante Alicia

    “Ini aneh.. tidak biasanya malam sesunyi ini.. ada yang tidak beres..”

    “Betul.. sialnya aku tidak bisa merasakan hawa jahat, jadi aku tidak tahu apa yang tidak bere-“

    Sebelum Luna sempat menyelesaikan kalimatnya, ia merasakan sesuatu mendekati mereka..

    “Ti-tidak.. ini tidak mungkin.. seharusnya aku tidak dapat merasakannya..”
    “Hawa jahat apa ini?! Begitu besar dan mengerikan..”
    Tambah Selene

    “Aku tidak mengerti ada apa tapi entah mengapa aku merasa takut.. sebenarnya ada apa Luna?”
    Tanya Tante Alicia yang tampak mulai ketakutan.

    “Entahlah.. aku juga tidak mengerti..”
    Jawab Luna dengan keringat dingin yang mulai menetes.

    “Tap tap tap”
    Terdengar suara langkah kaki dari belakang mereka. Dan saat mereka menengok, suara langkah kaki itu kini sudah berada di depan. Setiap mereka menengok menuju arah suara langkah kaki itu, suara langkah kaki itu semakin berubah posisi. Suara tawa kecil anak perempuan pun mulai terdengar. Semakin dekat.. dekat.. dan..

    “Gruduk Gruduk Gruduk”
    Tanah di sekitar mereka mulai bergetar.. kemudian..

    “DUAR!!”
    “AWAS!!”
    “WHOAA!!”
    Secepat kilat Luna langsung melompat dan mendorong Tante Alicia dari terjangan suatu mahluk yang muncul dari dalam tanah.

    “Ma-mahluk apa itu?!”
    Tanya Tante Alicia terbata-bata

    “Entah.. Entahlah.. aku belum pernah melihat mahluk seperti ini..”
    Jawab Luna

    Mahluk besar itu berbentuk seperti ular naga yang tubuhnya terdiri dari jalinan akar pohon yang ukurannya sangat besar. Dari keempat matanya bersinar cahaya yang berwarna merah marun.

    Mahluk itu menatap mereka kemudian membuka lebar-lebar rahangnya yang terbagi menjadi 6 bagian, kemudian meraung kepada mereka.

    “Ah, sial.. Selene..”
    “Ya..”
    Sekejap sepasang sayap putih yang besar muncul dari punggung Luna, ia pun tanpa basa-basi segera menggendong Tantenya yang dari tadi menyorot dirinya dengan kamera. Walau terlihat ketakutan, Tante Alicia juga terlihat gembira. Benar-benar aneh.

    “Tante, pegangan yang erat!”
    “Ok!”
    Luna segera terbang dengan tantenya yang berpegangan di lengannya sambil tetap menggunakan kameranya untuk merekam semua kejadian yang berlangsung.

    “Kita harus membawa mahluk itu ke kaki bukit, terlalu berisiko jika bertarung disini, terlalu banyak nyawa yang harus kupertaruhkan jika bertarung di wilayah perumahan! Ayo Selene!”
    “Kuusahakan”

    “Seraaang!”
    “Heaaa!!”
    Luna meluncur menuju kepala mahluk itu, kemudian menendang kepalanya. Mahluk itu tampak sangat marah setelah menerima tendangan Luna. Segera Luna-pun terbang dengan cepat menuju kaki bukit.

    “Baiklah, dengan begini dia akan mengikuti kita!”
    Seru Luna seraya terbang dengan cepat.

    Setelah sampai di kaki bukit..

    “Nah, tante disini dulu ya”
    Ujar Luna sambil mendarat diatas sebuah pohon.
    “Ya ya, tapi jangan jauh-jauh ya! Nanti tidak terekam kamera!”
    “Ya, baiklah”

    Luna mendarat di atas sebuah tanah lapang. Baru saja ia mendarat getaran-getaran mulai terasa kembali di tanah. Monster itu kembali muncul, kali ini tepat dari bawah kaki Luna.

    “BRUAAK!”
    “Eits!”

    Luna berhasil menghindarinya, kemudian ia segera meluncurkan tinjunya dengan kekuatan penuh.

    “HEA!!”
    “BUAGH!!”

    Monster setinggi 4 lantai itu tumbang setelah menerima pukulan Luna dengan kekuatan penuh.

    “Apakah.. sudah selesai?!”

    Akan tetapi, lubang yang menganga setelah menerima pukulan Luna kembali tertutup dengan sulur-sulur yang terus tumbuh, dan menyelimuti seluruh tubuh mahluk itu. Menjadikannya berubah bentuk, kini dengan kulit yang terbuat dari sulur-sulur.

    “Ah.. sialan..”

    Monster itu berputar dengan cepat, membuat sulur-sulur yang menggantung di badannya bagaikan cambuk yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Luna melompat dan menunduk untuk menghindarinya. Akan tetapi, kecepatan dan jumlah dari sulur itu membuat Luna kewalahan hingga ia terpaksa menerima serangan itu. Ia terpental beberapa belas meter dari tempat ia berpijak.

    Lengan kiri yang Luna gunakan untuk menahan serangan cambuk sulur itu kini memerah dan terasa pedih.

    “Ugh.. sial.. lenganku..”
    Ujar Luna yang merasakan sakit di lengan kirinya.
    “Kamu tidak apa-apa?”
    Tanya Selene khawatir
    “Tidak.. aku akan mencoba menyerangnya sekali lagi.. bersiaplah..”

    “HEAAAAAA!!”

    Sayap putih Luna kembali berkembang, ia meluncur ke udara sambil menghindari serangan cambuk yang monster itu lancarkan kembali. Setelah cukup dekat dengan tubuh monster itu, ia memukul monster itu dengan bagian samping telapak tangannya, seperti seorang karateka yang membelah kayu. Kekuatan pukulan Luna yang begitu kuat berhasil merobek dan membelah tubuh mahluk itu menjadi 2. Luna mendarat dengan nafas yang tersengal-sengal.

    “Hah.. hah… bagaimana kali ini?”

    Monster itu tak lagi bergerak, juga tidak bertumbuh. Luna berjalan mendekati bagian kepala dari monster itu dan menyentuhnya dengan telapak tangannya.

    “Maafkan aku monster.. aku terpaksa melakukan ini.. seharusnya kau menyerah sa-“
    “AWAS LUNA!!”
    Sekejap Selene mengambil alih tubuh Luna dan menerbangkan dirinya ke belakang hingga Luna jatuh terjungkal-jungkal.
    “Aduh.. apa-apaan sih.. kan sudah kukatakan jangan ambil alih tubuhku sembarangan!”
    “Bodoh, lihat itu!”

    Ternyata mahluk mengeluarkan duri-duri yang terlihat beracun dari tubuhnya. Beruntung Selene berhasil menyelamatkan Luna.

    Semakin lama, duri-duri itu semakin membesar, dan membesar, hingga sekujur tubuhnya dipenuhi duri-duri yang berukuran sebesar cone lalu lintas. Mahluk itu kembali bangkit, dan rupanya tubuh mereka kembali bersatu melalui dalam tanah. Kepala mahluk itu menjadi berwarna merah seperti darah. Dengan rahangnya yang terbagi menjadi 6 bagian, ia kembali mengaum kepada Luna.

    “Dia.. dia.. seperti.. bunga mawar..”
    Ujar Luna terbata-bata.
    “Bunga mawar?”
    Tanya Selene.
    “Ya.. seekor bunga mawar yang saaangat besar..”
    Jawab Luna dengan senyuman percaya diri.

    “Lunaaaaaa apa perlu kutelepon ibumu??”
    Sahut Tante Alicia dari kejauhan
    “Tidak perlu Tanteeeeeeee, aku bisa menanganinya!”
    Jawab Luna menyahut kembali.

    “Nah, baiklah Selene, mari terbangkan aku ke kepalanya..”
    “Apa kamu gila?”
    “Tenanglah.. aku tahu apa yang aku lakukan.. kerjakan saja”
    Ujar Luna penuh percaya diri.
    “Huff.. baiklah jika itu yang kau inginkan..”

    Dengan sayap putih yang membentang dengan agung, Luna bermanuver melewati hujan duri yang diluncurkan oleh monster itu, kemudian melewati cambuk-cambuk sulur yang berayun dengan liarnya. Hingga pada akhirnya Luna berada di atas kepala mahluk tersebut.

    “Satu-satunya bagian tubuh dimana ia tidak memiliki duri adalah di kepalanya, Sekarang! Turunkan aku ke kepalanya!”
    Seru Luna.

    Selene pun segera mendaratkan Luna di atas kepala monster itu. Monster itu mengamuk dan menggeliat-geliat sambil terus mengaum dengan beringas. Luna tanpa keraguan memegang dan menggenggam salah satu rahang monster itu, walaupun duri-duri yang tajam seperti gigi di dalamnya membuat telapak tangan luna tertusuk dan mengeluarkan darah.

    “Hei, hei, apa yang kau lakukan?”
    Tanya Selene penuh kekhawatiran
    “Ia adalah bunga mawar, karena itu aku harus mencabut semua kelopaknya untuk mengalahkannya.. karena itu.. HEA!!!”
    Tanpa menghiraukan rasa sakit di tangannya, Luna menarik rahang monster itu dengan sekuat tenaga. Akan tetapi..

    “DEG!!”

    Suatu visi memasuki pikiran Luna. Suatu visi yang buram dan terus bergoyang-goyang. Kaki seseorang, Telapak tangan, rambut berwarna coklat gelap, mata berwarna coklat, sosok itu terlihat semakin jelas, dan terlihat seperti.. seorang anak perempuan. Seorang gadis kecil. Akan tetapi gelap dan buramnya visi itu membuat wajah sosok itu tidak terlihat. Hanya senyuman kecilnya yang terlihat dan tawa kecilnya yang terdengar. Sayup-sayup ia mengatakan..

    “Kita akan bertemu lagi”

    Visi itu kemudian menghilang dan Luna kembali tersadar. Bersamaan dengan itu rahang yang Luna tarik berhasil terlepas, membuat Luna terpental dan terjatuh ke tanah. Monster yang amat marah karena rahangnya terlepas itu kemudian menyerang Luna yang masih shock.

    “Luna, Luna! Sadarlah!”
    Ujar Selene
    “Lunaaaaaaaaaaa!!”
    Teriak Tante Alicia histeris.

    Mulut besar monster itu semakin mendekati Luna, sementara ia tak dapat berbuat apapun dan walaupun Selene mengambil alih tubuhnya, ia tak akan sempat menghindari serangan monster itu. Namun..

    “Ctak”
    Suara jentikan jari terdengar.

    Monster itu secara mendadak jatuh lemas dan berhenti tepat di depan Luna. Kemudian perlahan-lahan berubah menjadi abu.

    “Baiklah.. kupikir itu sudah cukup..”

    Dari puncak pohon di puncak bukit, seorang gadis kecil misterius yang menjentikkan jarinya, seorang gadis kecil misterius yang pernah Luna temui di taman, berdiri di atas puncak pohon sambil memperhatikan Luna. Senyuman kecil yang misterius kembali terlihat dari sisi bibir kecilnya.




    Spoiler untuk Chapter 8 :

    Chapter 8
    Exodus


    Luna berjalan memasuki sekolahnya, kali ini ia bersama dengan Maria karena ia kini tidak terlambat bangun. Namun, Ia terus memperhatikan telapak tangannya yang berbalut perban membungkus luka yang semalam ia dapatkan. Pandangan matanya melayang entah kemana, mungkin masih memikirkan visi yang ia lihat pada saat berusaha mencabut rahang monster naga kayu semalam.

    Ia menghela nafasnya.

    “Hah… dengan begini orang-orang akan semakin menjauhiku..”
    Keluhnya.

    “Aku pikir tidak begitu… ya kan?”
    Jawab Maria dengan senyuman di wajahnya.

    Saat mereka berjalan melalui koridor kelas, tiba-tiba dari belakang mereka..

    “Selamat pagi Maria!”
    Terdengar suara menyapa Maria. Yang ternyata adalah Laurie dan Riona.
    “Selamat pagi, Laurie, Riona”
    Balas Maria.

    Melihat Luna yang memperhatikan mereka berdua, Laurie dan Riona tersadar bahwa mereka belum menyapa Luna.

    “Ah maafkan kami! Selamat pagi… Kak Luna..”

    Maria menatap Luna yang terpaku karena tak percaya dengan apa yang ia dengar dengan senyuman gembira. Bagi Luna ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan salam selamat pagi dari seseorang di sekolah selain dari William.

    “Benarkan?”
    Ujar Maria.

    Perlahan-lahan senyuman muncul di wajah Luna, kemudian
    “Selamat pagi”
    Jawab Luna.

    “Baiklah Kak, kami akan pergi ke kelas kami.. sampai bertemu lagi”
    “Sampai bertemu lagi”
    “Sampai nanti Kak Luna!”
    Ujar Maria, Laurie, dan Riona seraya berjalan menuju kelas mereka.

    Senyuman Luna kini ditambah dengan senandung yang riang. Ia memasuki kelasnya dengan bersemangat.

    “Selamaat pagii semuaa~”

    Ia seakan tak peduli meski tidak ada seorang pun yang menjawabnya, kecuali William tentunya. Luna pun duduk di bangkunya.

    “Sepertinya hari ini kau tampak ceria, apa ada sesuatu yang bagus?”
    Tanya William.

    “Hmmm yaa~ kira-kira begitulah..”
    Jawab Luna masih terus bersenandung.

    “Syukurlah..”
    Gumam William dengan senyuman lembut.

    Bel tanda masuk telah berbunyi, Bu Guru memasuki kelas mereka bersama dengan seseorang. Seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang yang indah. Dengan mata berwarna gelap yang berkilau, serta tubuh yang langsing, tinggi, dan berkaki jenjang bak seorang model. Kacamata yang ia gunakan membuatnya memiliki aura kecerdasan yang dapat dirasakan siapapun yang melihat sosoknya. Mereka melangkah ke depan kelas yang menjadi ribut karena kedatangan wanita tersebut.

    “Hebat.. cantik sekali..”
    Gumam Luna.

    “Ehem ehem.. mohon tenang..”
    Dengan Bu Guru telah menenangkan mereka, ia mulai memperkenalkan siapa wanita itu.

    “Mulai hari ini, Ibu akan digantikan oleh orang yang berada di samping Ibu. Silakan Bu”
    Ucap Bu Guru mempersilakan wanita itu untuk memperkenalkan dirinya. Wanita itu mengangguk kemudian mulai memperkenalkan dirinya.

    “Selamat pagi, nama saya adalah Elisa Eisenhower, umur 26. Dan mulai hari ini saya akan menjadi pembimbing kalian dalam menimba ilmu. Salam kenal”
    Ujarnya diakhiri dengan senyuman lembut yang melegakan hati, bak senyuman malaikat.

    “Terima kasih Bu Elisa, Baiklah, apa ada pertanyaan?”
    Tanya Bu Guru. Yang kemudian langsung disambut oleh seorang murid laki-laki yang mengacungkan tangannya.

    “Saya Bu!!”

    “Ya, silakan”

    “Anu.. apakah.. ibu sudah punya pacar? Atau bahkan suami?”

    Wanita muda itu tertawa kecil mendengar pertanyaan tersebut, sementara Bu Guru malah bertampang kusut.

    “Ehem..”
    Bu Guru mendehem mendengar pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan akademis itu.
    “Jika kalian ada pertanyaan lebih baik kalian berikan pertanyaan yang bermutu seperti, beliau berasal dari universitas mana dan sebagainya..”

    “Tidak apa-apa Bu, biar saya jawab pertanyaan darinya..”

    “Baiklah Bu Elisa, jika itu keinginan Ibu”

    “Terima kasih… Siapa namamu?”

    “Er.. nama saya Raphael”

    “Baiklah Raphael, saya belum memiliki pacar ataupun suami hingga saat ini. Apa kamu berminat?”

    Wajah murid laki-laki yang tadi bertanya, Raphael, menjadi memerah mendengarnya. Ia mulai menjawab dengan suara pelan dan tertahan.
    “Ya.. tentu saja berminat untuk orang secantik ibu..”

    “HUUUUU”
    Seisi kelas langsung menyoraki Raphael yang terkesan gombal.

    “Baiklah Bu Elisa, saya tinggal dulu ya.. sampai nanti..”
    “Baik, terima kasih Bu”
    Bu Guru pun meninggalkan ruangan kelas.

    “Baiklah anak-anak.. karena sekarang saya sudah menjadi guru di kelas ini, saya akan tetapkan peraturan!”
    Ujarnya sambil menuliskan sesuatu di papan tulis.

    “Haaah? Baru saja sudah ada peraturan?!”
    Protes seisi kelas.

    “Tenang, tenang, hanya ada satu peraturan dan peraturan itu adalah….. ini!”
    Ia selesai menuliskan sesuatu di papan tulis, yang kemudian ia bacakan dengan lantang.
    “Jangan panggil saya dengan sebutan ‘Ibu’ , cukup Elisa saja, kalian mengerti?”

    Murid-murid yang tadinya tercengang serentak berkata

    “Kami mengerti Bu!”

    “Eits, baru saja diberi tahu sudah melanggar!”

    “Ah iya, maafkan kami.. Kami mengerti, Elisa!”
    Kemudian mereka semua tertawa bersama.

    “Hebat.. hebat.. hebat.. dia benar-benar hebat. HEBAT!!”
    Gumam Luna antusias.

    **

    Malamnya, di rumah.

    Tampak Luna sedang bercerita dengan penuh semangat kepada Maria di ruang keluarga.

    “Kau tahu Maria? Guru baru di kelasku sangat hebat! Ia tak hanya cantik, namun juga sangat baik! Cara mengajarnya juga sangat hebat! Aku saja bahkan sampai mengerti dengan cepat!”

    “Ah.. Bu Elisa ya? Aku dengar ia memiliki lebih dari 1 gelar sarjana lho! Dan semuanya lulus *** laude! Tak hanya cantik ia juga pintar”

    “Wow.. hebat sekali.. aku semakin mengaguminya.. ugh aku ingin menjadi seperti dirinya!”
    “Eh iya, Super Panda sudah mulai.. aku nonton dulu ya!”
    Ujar Luna

    “Baiklah.. aku membantu Mama menyiapkan makan malam dulu ya Kak!”

    Maria berjalan menuju dapur dan mulai membantu mamanya menyiapkan makan malam. Tapi tak lama kemudian. Mamanya secara tiba-tiba berhenti memotong daging di yang sedang ia potong di atas papan talenan.

    “Ada apa Ma?”
    Tanya Maria heran.

    “Ini.. hawa jahat yang.. sangat kuat..”
    “Hawa jahat ini.. apa-apaan ini..”
    Tambah Ayahnya yang ikut menunggu sambil membaca koran di meja makan.

    Secara tiba-tiba, hawa jahat yang kuat itupun menghilang secara misterius. LunaMaria meninggalkan pekerjaannya kemudian berjalan menuju Luna di ruang tengah.

    “Ahahaha Super Panda bodoh sekali! Hahaha”
    “Psyu”
    “-Ha?”

    Luna yang sedang tertawa terpingkal-pingkal terkejut mengapa TV yang sedang ia tonton Mamanya matikan.

    “Mamaaaaa aaaah! Kok dimatikan!? Dan kenapa berwajah seram begitu?”

    “Dengar Luna, kupikir ini serius.. tidak, mungkin aka menjadi serius.. kamu harus segera berpatroli sekarang!”

    “Hah? Kenapaaa? Sekarang kan masih jam 7! Belum waktunya aku patroli!”

    “Jangan membantah.. karena.. ada hawa jahat yang sangat kuat tiba-tiba muncul..”

    “Hawa jahat yang kuat?”
    Secara tiba-tiba Luna menjadi antusias

    “Ya.. sangat kuat.. lalu secara tiba-tiba menghilang..”

    Kilatan-kilatan ingatan tentang pertarungannya dengan monster naga kayu bertaut di dalam pikiran Luna. Ia tersenyum dan tampak bersemangat.

    “Oke.. baiklah Ma! Aku mengerti! Ayo kita berangkat Selene!”
    Ujarnya bersemangat sambil berlari menuju pintu dan mengenakan sepatunya.

    “Ah Luna!”

    “Ada apa Ma?”

    “Hati-hati.. dan.. jika ada sesuatu.. hubungi Mama!”

    “Baiklah Ma! Aku pergi dulu!”

    Luna berlari keluar rumahnya, hingga.. ia ingat bahwa ia tidak tahu dari arah mana hawa jahat itu berasal. Ia kembali ke dalam.

    “Ah.. Ma.. aku lupa bertanya darimana arahnya.. hehehe..”

    “Dasar anak ceroboh.. kira-kira sekitar 1 kilometer dari sini ke arah timur.. berarti.. mungkin di taman..”

    “Baiklah Ma, teeerimaa kasiih~!”
    Begitu keluar rumah Luna langsung membentangkan sayap putihnya dan terbang begitu saja tanpa menutup kembali pintu.

    “Dasar anak payah..”
    Keluh LunaMaria melihat tingkah anaknya itu.

    --

    “Hmmm. Kau lihat sesuatu Selene?”
    “Tidak”
    “Ya sudahlah kita mendarat saja dulu di taman..”

    Luna mendarat di taman. Akan tetapi ia tetap tidak menemukan apapun, siapapun. Hanya taman yang sunyi di malam hari.

    Hingga.. seseorang mulai hadir disana. Langkah kaki perlahan mendekati Luna, hingga sesosok manusia terlihat di bawah sinar lampu taman.

    “Akhirnya kau datang juga..”

    “Kau.. kan… yang waktu itu?!”

    “Benar.. namaku adalah Alexey.. Alexey Breeg.. dan aku disini menantangmu untuk bertarung denganku!”
    Ujarnya seraya mengambil pedang besar berwarna hitam yang dari tadi berada di punggungnya.

    “Tunggu-tunggu.. aku masih tak mengerti.. waktu itu.. kau datang bertamu ke rumahku.. lalu kau bilang sering melihatku di website Tante Alicia.. kemudian sekarang kau menyebar hawa jahat dan menantangku bertarung? Aku tak mengerti jalan pikiranmu?”
    Bingung Luna.

    “Tak perlu banyak bicara!”
    Alexey tanpa basa basi langsung mengayunkan pedangnya dan mencoba menebas Luna. Akan tetapi Luna berhasil menghindar dengan bersih.

    “Hei tunggu! Aku masih tak mengerti maksud semua ini?! Kenapa kau menyerangku?!”

    “Heh?! Masih berpura-pura tidak tahu?”
    Kembali Alexey menyerang dan kembali pula Luna menghindarinya.

    “Aku serius, aku tidak tahu ada masalah apa denganmu! Kenapa menyerangku?!”
    Tanya Luna lagi.

    Akan tetapi, kali ini Alexey tidak menjawab. Kulitnya secara mendadak menjadi berwarna hitam, sepasang tanduk muncul di kepalanya, dan sepasang sayap hitam yang besar muncul dari punggungnya, menembus baju yang ia kenakan. Sekarang ia menatap Luna dengan matanya yang merah menyala.

    “Kamulah yang membunuh Ayahku dan membantai seluruh klan-ku!!”

    Kecepatan serangannya mendadak lebih cepat berkali-kali lipat, hingga sabetan pedang besarnya nyaris menebas tubuh Luna.

    “Ya ampun.. aku tak tahu apa masalahmu.. tapi yang jelas.. setelah kau memulai semua ini.. aku tak akan menahan diri lagi… dan.. perlu kuberi tahu..”

    “ZRET!”
    Secara tiba-tiba Luna berada di belakang Alexey.
    “Kau lemah dan lamban!”

    Kedua bola mata Luna menjadi berwarna merah, tanda ia sudah mulai serius. Ia kemudian meluncurkan tinjunya, yang berhasil ditangkis menggunakan sisi pedang besar yang Alexey gunakan. Meski begitu kekuatan Luna membuat Alexey sampai terdorong beberapa meter ke belakang. Dan entah bagaimana Luna sudah berada di belakang Alexey lagi.

    “!?”

    “Perlu kukatakan.. hari ini aku sedang kesal karena tak bisa membalas dendam pada monster naga kayu jelek dan hina kemarin.. sekarang kau menyulut perkelahian denganku.. kau mendapatkannya”

    “DUAG!!”

    Pukulan Luna kali ini berhasil mengenai wajah Alexey dan membuatnya terpental berguling-guling. Akan tetapi ia bangkit kembali sambil mengoles darah di bibirnya.

    “Bagus.. namun perlu kuberitahu.. pedang ini… Exodus.. ADALAH PEDANG YANG MEMILIKI KEKUATAN IBLIS!!”

    Bersamaan dengan menyalanya mata pada hiasan tengkorak di ujung gagang pedang, kecepatan serangan Alexey naik secara drastis. Alexey menyerang Luna secara bertubi-tubi..

    “KAU LIHAT ITU?! KAU AKAN MATI DAN DARAHMU AKAN MENGALIR DI PEDANG DENGAN KEKUATAN IBLIS INI!! HAHAHAHA!”

    Namun.. bukannya ketakutan sebuah senyuman kecil yang tampak meremehkan muncul di bibir Luna.

    “Hmph..”

    “TAP!!”

    “!?!?!”

    “Tidak.. tidak mungkin..”

    Alexey tercengang melihat apa yang Luna lakukan. Luna menahan serangan sabetan pedang Alexey dengan tangan kosong. Bahkan hanya menggunakan satu tangan.

    “Jika pedangmu itu berkekuatan iblis.. maka diriku ini.. BERKEKUATAN DEWA!”
    Luna mengembangkan sayap putihnya yang bersinar, begitupun seluruh tubuhnya berbalut sinar putih yang lembut.

    “Alexey tampak ketakutan. Seluruh tubuhnya kini gemetar.

    Kemudian Luna memutar-mutar Alexey di udara dan melemparnya dari pedangnya.

    “Uaaagh!!”
    “GUBRAK”
    “Uhuk uhuk..”

    Luna berjalan menuju Alexey yang telah berubah kembali menjadi manusia sambil membawa pedang besarnya.

    “Jadi.. apa yang akan kulakukan sekarang?”
    Ujar Luna dengan pandangan paling mengerikan yang pernah Alexey lihat. Alexey yang gemetar berlutut pada Luna, ia bahkan membungkuk menyembahnya, meminta ampun padanya.

    “Aku minta maaf! Tolong ampuni aku! Aku belum mau mati! Ambil apapun yang kau inginkan, lakukan apapun! Tapi jangan bunuh aku!”

    Mendengarnya, Luna memutar-mutar pedang besar itu, kemudian menancapkannya di tanah.

    “Kalau begitu.. aku minta pedang ini..”

    Alexey tampak terkejut mendengarnya, wajahnya tampak tidak rela saat Luna meminta pedang itu.

    “Tapi.. pedang itu.. tapi.. tapi..”

    “Atau lebih baik kupenggal kepalamu dengan pedang ini agar terlihat lebih ironis?”
    Ancam Luna.

    “Ba-ba-ba-baiklah! Ambil saja! Aku tak membutuhkannya!”
    Jawab Alexey terbata-bata.

    “Kalau begitu, enyahlah dari sini, aku muak melihatmu!”

    “Si-sial!”
    Alexey pun bangkit dan berlari, akan tetapi, di tengah jalan sambil berlari ia menengok kepada Luna dan mengatakan

    “Awas kau! Akan kuadukan kepada kakakku!”
    Kemudian ia berlari hingga tak terlihat lagi.

    “Hmmm.. dasar lemah pengecut sampah.. tapi.. kok rasanya wajahnya familiar ya.. apa aku pernah mengenalnya?”

    “Daripada itu.. apa tidak apa-apa.. karena menurutku sekarang kamu seperti seorang perampok saat meminta pedang ini..”
    Ujar Selene

    “Ah, biar saja! Dia yang mulai ini! Sudah ah ayo kita pulang!”

    Luna pun terbang kembali ke rumahnya, sambil membawa Exodus yang kini berada di tangannya.

    “Oh ya.. apa tadi dia bilang nama pedang ini?”
    Tanya Luna
    “Exodus”
    Jawab Selene singkat.
    “Ah, jelek sekali.. aku lebih suka Excalibur, tapi… kok terkesan maskulin..”
    Keluh Luna

    “Excalibur.. Calibur… Cali.. Kelly!!”
    Gumam Luna
    “Kelly?”
    Tanya Selene
    “Ya, sekarang kuberi nama pedang ini, Kelly! Dengan begini aku tak perlu membawa tusuk gigi bernama Vaporum itu lagi deh!”

    “Terserah kamulah..”
    Ujar Selene jengkel.


    Kini Exodus, The Sword Of Revenge berada di tangan Luna. Akan tetapi.. sebuah benda terkutuk selamanya akan terkutuk. Begitupun dengan dendam.. yang tersimpan di dalam pedang itu. Mungkin Exodus akan membawa masalah pada Luna nantinya.. Mungkin..

    --

    “!!!”

    “Kau merasakannya Ma?”
    Tanya David, ayah Luna dan Maria
    “Tentu Pa.. hawa jahat itu lagi.. kali ini ia mendekat ke rumah kita! Kita harus bersiap-siap!”

    David segera mengeluarkan keempat sabitnya yang sudah lama tak ia keluarkan, dan LunaMaria menggenggam Aitken di tangannya, dengan keempat Moon Sabre melayang di sekitarnya. Ia menunggu hawa jahat itu tiba di depan pintu rumah mereka.

    Dan.. saat pintu perlahan terbuka..

    “Aku pulaaang!”

    David dan LunaMaria tak tahu harus bereaksi apa. Di depan mereka anak mereka membawa pedang hitam yang besar dan mengerikan tanpa tahu bahwa pedang itu mengeluarkan hawa jahat yang amat dahsyat. Mereka hanya bisa menganga melihatnya.

    “Eh? Lho? Ada apa ini sampai siap tempur segala?”
    Tanya Luna polos.
    “Ya ampuuun..”
    Keluh Selene.




    Spoiler untuk Chapter 9 :

    Chapter 9
    Disciple


    Segera setelah mendapatkan Exodus, Luna langsung meminta kepada Ayahnya agar diajarkan ilmu pedang besar seperti yang ia dulu janjikan padanya. Namun Ayahnya bilang ia tidak memiliki waktu untuk mengajarkan Luna. Alhasil Luna beralih merengek kepada Ibunya, dan membuatnya sangat jengkel.

    “Ugh.. lihat Pa.. gara-gara kamu sering menceritakan kisah pahlawan berpedang besar kepadanya sewaktu masih kecil, sekarang ia tumbuh menjadi gadis tomboi begitu!”
    Ujar LunaMaria pada David.

    “Enak saja, ini bukan sepenuhnya kesalahanku! Kamu juga memaksanya belajar fencing! Sekarang ia jadi menyukai kekerasan begitu!”
    Balas David

    “Mama mama! Kapan aku belajar menggunakan Kelly?!”
    Tanya Luna memperkeruh suasana.

    “Huaah...”
    LunaMaria dan David menghela nafasnya melihat anaknya terus merengek. Walaupun begitu keduanya tidak dapat mengajarkan Luna. Ibunya yang hanya menguasai fencing dan Ayahnya yang tidak memiliki waktu.

    “Sudah-sudah! Sana berangkat! Nanti kamu telat!”
    Seru LunaMaria jengkel.

    “Ya sudah! Jika tidak ada yang mau mengajarkan aku akan mencari guru sendiri!”
    “BLAM!”

    Luna yang kesal membanting pintu keluar. Ia berjalan dengan wajah cemberut. Bahkan ia sampai tidak memberi salam pagi seperti biasanya, walaupun begitu, William tetap memberi salam padanya.

    “Selamat pagi”

    “Selamat pagi”
    Jawab Luna dengan ketus.

    Mendengarnya, William memperhatikan wajah Luna yang tampak sedang tidak gembira.

    “Apa ada sesuatu yang bisa kulakukan?”
    Tanya William

    Luna menengok kepada William. Ia menatap mata William begitu lama hingga William menjadi salah tingkah.

    “Fuaah... Kau tidak mungkin bisa melakukannya..”
    Ujar Luna dengan nada kecewa.

    “Ha?”
    William terlihat bingung.

    Sebelum William sempat bertanya, Bu Guru Elisa sudah memasuki kelas bersamaan dengan berderingnya bel masuk. Hari ini adalah hari pertama absensi dilakukan oleh Bu Elisa, kemudian..

    “Luna Edwarton XV..”
    “...”
    “Luna Edwarton XV..”
    “...”

    Tetap tidak ada jawaban dari Luna, ternyata ia sedang tertidur di kelas. Padahal kelas baru saja dimulai.

    “Ehem.. coba kamu yang di sebelahnya, bangunkan dia”
    Ujar Bu Elisa dengan menunjuk William.

    “Sa-saya?”
    Jawab William menunjuk dirinya.

    “Ya, kamu, siapa lagi..”
    “Gluk”
    Seisi kelas tampak tegang dan menelan ludahnya saat William hendak membangunkan Luna.. kemudian..

    “Luna, Luna.. bangun.. pelajaran sudah dimulai..”
    Ujar William dengan menggoyang-goyangkan bahu Luna.

    Luna tetap tidak bereaksi, dan William memperkeras suaranya sambil terus menggoyangkan bahu Luna.

    “Luna, Lu-“

    Luna terbangun dan menengok kepada William dengan pandangan setengah tertidur dan wajah yang tampak kesal. Kedua matanya berubah menjadi merah seperti ketika ia berada dalam mode Selene. Seisi kelas terkejut melihat perubahan warna matanya. Tak terkecuali Bu Elisa yang tampak merasakan sesuatu.

    “Uh.. kupikir cukup William..”
    Ujar Bu Elisa. Kemudian berjalan menuju meja Luna sementara Luna kembali menundukkan kepalanya. Bu Elisa kemudian menaruh tangannya diatas bahu Luna, kemudian wajahnya mendekati Luna.

    “Luna.. jika kamu merasa tidak enak badan, lebih baik kamu ke UKS saja.. ya?”
    Tanya Bu Elisa.

    Segera Luna terbangun dan mengucek matanya yang kini telah kembali menjadi biru dan merah, membuat seisi kelas juga ikut mengucek matanya karena mereka yakin tadi kedua mata Luna berwarna merah.

    Luna pun segera meninggalkan kelas. Sebelumnya..

    “Aa.. Luna.. nanti jika pelajaran selesai temui Saya di Ruang Guru ya?”

    Luna hanya menjawabnya dengan anggukan.

    “Ada apa? Kamu tampak lemas?”
    Tanya Selene

    “Entahlah.. aku merasa mengantuk sekali..”
    Jawab Luna.

    --

    Pelajaran pun berakhir, Luna berjalan menuju ruang guru melalui lorong yang berbalut warna jingga dari matahari sore. Ia membuka pintu ruang guru.

    “Krek”

    “Selamat sore..”

    “Ah, Luna, sini, sini!”
    Ujar Bu Elisa melambaikan tangannya pada Luna.
    “Silakan duduk disini”
    Tambahnya menyuruh Luna duduk di kursi yang ada di hadapannya.

    “Baiklah.. Luna.. apa kamu tahu kenapa kamu Saya panggil?”
    Tanya Bu Elisa
    “Hmm.. karena tertidur di kelas?”
    Jawab Luna dengan pertanyaan lagi. Akan tetapi, Bu Elisa malah tertawa

    “Hahaha.. Luna.. Saya bukan Guru yang memanggil muridnya karena tertidur di kelas.. itu sudah kuno..”

    Sekejap seluruh Guru yang berada di sana memandang mereka dengan pandangan sinis.

    “Er.. maksudku.. tentu saja saya akan memanggil mereka jika keterlaluan..”
    “Sial.. aku terpaksa berpura-pura dihadapan mereka”
    Tambah Bu Elisa berbisik pada Luna, membuat raut wajahnya berubah lebih cerah.

    “Begini.. aku memanggilmu ke sini hanya ingin tahu.. mengapa kulihat kau tidak akrab dengan teman-temanmu di kelas? Apa pernah ada masalah?”

    “Hmmm... Bu- maksudku.. Elisa.. kupikir bukankah pertanyaan itu seharusnya Ib- kau berikan kepada mereka?”

    “Mungkin.. sebenarnya.. saya sudah menanyakannya.. saya hanya ingin mencocokkannya dengan jawabanmu.. jadi..apa jawabanmu?”
    Tanya Bu Elisa lagi.

    “Hmm.. baiklah.. mereka menjauhiku karena penampilan fisikku yang berbeda.. coba lihat mataku.. lihat rambutku.. dan.. karena kekuatanku yang diatas normal.. lihat saja sendiri..”
    Jawab Luna kemudian mengambil gunting di meja dan membengkokkannya dengan sebelah tangan.

    “Eh.. wow.. baiklah.. saya terkesan…”
    Ujar Bu Elisa terlihat sedikit takut
    “..Tapi.. sayang sekali Luna.. bukan itulah yang mereka katakan padaku..”

    “... Jadi? Atas alasan apa mereka menjauhiku?”

    “Luna.. mereka bukan menjauhimu karena penampilanmu.. mereka malah mengagumi matamu yang unik, begitu juga dengan rambutmu yang indah.. mereka merasa kau berada di level yang berbeda dengan mereka... dan lagi.. kau selalu menyendiri.. mereka takut mendekatimu..”

    “Ehem.. asal kau tahu.. setiap hari aku selalu mencoba menyapa mereka.. tapi tak ada seorangpun yang membalas sapaanku..”

    “.. mereka hanya takut salah menanggapimu..”

    “Jadi intinya mereka tetap menjauhiku karena takut akan kekuatanku kan?”

    “..Er.. Ya.. untuk bagian itu memang benar.. sejujurnya saya juga sedikit takut saat melihatmu begitu mudah membengkokkan gunting besi tadi, tapi setelah itu saya malah merasa kagum padamu.. jangan-jangan kau dapat berlari 100 meter dibawah 10 detik?”

    “Eh... ya...”
    Wajah Luna menjadi memerah mendengar pujian Bu Elisa, sementara Bu Elisa tertawa kecil melihatnya.

    “Baiklah Luna.. mulai besok kau harus berusaha mengobrol dengan teman-temanmu ya? Aku akan mencoba menyampaikan mereka agar jangan takut berbicara padamu.. Aku ingin Luna menjadi Alex Breeg yang baru..”

    Luna tercengang mendengar nama ‘Breeg’
    “Breeg?”

    “Ya.. kapten tim baseball sekolah kita ini, bukankah ia cukup terkenal di kalangan gadis?”

    “Ya, aku tahu itu.. aku baru ingat sekarang.. lalu, lalu, apakah ia memiliki saudara atau adik disini?”
    Tanya Luna mendadak antusias.

    “Entahlah.. Saya kan baru saja berada di sini kemarin.. memangnya ada apa?”

    “Tidak.. tidak ada apa-apa.. aku hanya merasa pernah mendengar nama Breeg di tempat lain..”

    “Baiklah.. kalau begitu.. kau boleh pergi..”

    “Baiklah Elisa, terimakasih..”
    Luna pun meninggalkan ruang guru, diiringi dengan senyuman di wajah Bu Elisa.

    --

    Malamnya..

    “Aku pergi dulu ma!”
    Ujar Luna kemudian berlalu dari rumahnya dengan membawa Kelly alias Exodus.

    “Ya.. hati-hati ya!”
    “Benar-benar deh anak itu..”
    Ujar LunaMaria berjalan kembali menuju dapur.. akan tetapi saat ia mencapai depan pintu dapur..

    Hawa jahat yang sangat kuat kembali terasa

    “Ini..”
    LunaMaria merasakan hawa jahat yang sangat kuat, seperti hawa jahat dari iblis.
    Ia terdiam sebentar, kemudian..
    “Ah ya, jangan-jangan itu cuma dari pedang aneh Luna.. sudahlah, tak perlu kupikirkan.. kurasa aku harus terbiasa dengan hawa jahat..”
    Tambahnya kemudian melanjutkan langkahnya ke arah dapur.

    Sementara itu Luna..

    “Hmmm.. pedang hitam ini sangat bagus.. dan lagi ada hiasan tengkoraknya.. tambah keren saja..”
    Ujar Luna sambil mengagumi Kelly yang ia acungkan ke udara.
    “Seleramu benar-benar aneh”
    Ledek Selene
    “Cih, kau kan tidak mengerti pedang..”
    Balas Luna
    “Enak saja, aku sudah mengenal pedang jauh sebelum kamu lahir!”
    “Ya ya ya.. terserahlah..”
    Balas Luna lagi.

    Saat mereka tengah mengobrol, dari sudut persimpangan muncul bayangan seseorang.

    “Hmm? Siapa itu?”

    Sosok itu muncul ke bawah sinar lampu jalan. Yang ternyata adalah Alexey..
    “Ini aku..”
    Jawabnya.

    “Ya ampun.. ada apa lagi? Kali ini kau membawa kakakmu?”
    Luna menghela nafasnya dan bertanya dengan nada mengejek.

    “Bagaimana kau tahu?”
    Ujarnya terkejut.

    Luna terdiam sesaat melihat kebodohan Alexey, kemudian berkata
    “Bukannya kemarin kau yang bilang sendiri.. ugh..”

    “Te-te-te-terserah! Yang jelas kakakku sudah menunggu di taman untuk mengklaim kembali pedang itu yang sudah kau ambil!”
    Ujar Alexey malu sambil berlari menuju arah taman.

    “Hei hei hei! Jika dia mau mengambil nya kembali kenapa bukan dia saja yang datang padaku?! Hei!”
    “Ah sialan.. Tunggu!”
    Keluh Luna terpaksa mengejar Alexey.

    Hingga saat ia mencapai taman.. Alexey telah menghilang..

    “Hah hah.. mana dia sekarang?”
    Ujar Luna mencari-cari Alexey.

    Tiba-tiba..

    “Hahaha.. sekarang kau akan mati! Kakakku telah datang!”
    Seru Alexey yang muncul tiba-tiba. Seorang lelaki kemudian berjalan dari kegelapan di belakang Alexey.. yang ternyata..

    “Kau.. ternyata.. kau benar-benar Alex Breeg?!”
    Luna tampak terkejut ternyata Alex Breeg adalah benar kakak dari Alexey Breeg. Akan tetapi Alex Breeg hanya diam dan menatap Luna dengan pandangan yang dingin dan mengerikan.

    “Alexey..”
    Panggilnya
    “Ya?”
    “Jadi dia orangnya?”
    “Betul! Dia orang yang membantai seluruh klan kita dan juga membunuh Ayah kita! Sekarang ia mengambil Exodus!”
    Seru Alexey memanas-manasi kakakknya.

    “Alexey…”
    Panggilnya lagi
    “Ya?”

    “DASAR BODOH!! MANA MUNGKIN ORANG YANG MELAKUKAN ITU SEKARANG LEBIH MUDA DARIKU?! LAGIPULA PENAMPILANNYA BERBEDA! APA KAU SUDAH GILA?!”
    Ujar Alex memarahi Alexey sambil memukul kepalanya.

    “Eh.. tapi?! Katamu orangnya bersayap putih besar seperti malaikat?! Lagipula dia juga sangat kuat! Apa aku salah?!”

    “Alexeeeeey.. jika dia adalah orangnya, masa aku tidak pernah menyadarinya?! Dia adalah adik kelasku!! Lagipula orangnya berambut pirang dan bermata biru!”
    Tambah Alex sekarang mencekik Alexey.
    “Aduh aduh mana aku tahu rupanya?! Aku kan waktu itu masih kecil! lepaskan aku!”
    Alex menengok kepada Luna yang terlihat heran dan bingung melihat keributan mereka.

    “Cih”
    Kemudian ia melempar Alexey dari tangannya dan berjalan menuju Luna. Luna segera bersiap-siap menyerang balik jika Alex menyerangnya.

    Akan tetapi..

    “Ah.. Luna ya? Maafkan atas kelancangan adikku padamu.. sebagai kakaknya aku meminta maaf!”
    Alex membungkukkan badannya dan meminta maaf kepada Luna.

    “A-a-a.. ya.. baiklah..”
    Ujar Luna terbata-bata.

    “Ah tapi… bolehkah kau kembalikan Exodus padaku? Kemarin si bodoh itu mencurinya dariku dan menggunakannya sembarangan.. hahaha”

    “Tidak mau”
    Jawab Luna tegas.
    “Hah?”
    “He?”
    Selene dan Alex bingung mendengar jawaban Luna.

    “Bodoh! Ia sudah meminta maaf begitu kau tidak mau mengembalikannya?! Apa yang kamu pikirkan Luna?!”
    Seru Selene, akan tetapi Luna hanya diam saja.

    “Tapi.. Exodus sangat berarti bagiku.. aku memerlukannya untuk membalas perbuatan mahluk setengah malaikat yang membunuh ayahku dan membantai seluruh klanku!”

    “Tiiiiiiidak”
    Jawab Luna tanpa basa basi.

    Awalnya Alex tampak marah menerimanya, matanya mulai menyala merah dan tampaknya ia bersiap menyerang.. akan tetapi melihat mata hiasan tengkorak Exodus menyala merah dan pedang itu mengeluarkan aura hitam yang sangat kuat, Alex kembali menarik kekuatannya dan tidak jadi menyerang.

    “Huh.. baiklah.. aku mengerti…”
    Ujar Alex
    “Hah mengerti apa?”
    Tanya Luna

    “Aku serahkan Exodus padamu..”

    “HE?!”
    “HAH?! TAPI KAK!?”
    Luna heran sementara Alexey bingung dan tidak setuju atas keputusan kakaknya.

    “DIAM ALEXEY! Dengar, Exodus sudah memilih dirinya. Aku tak bisa berbuat apa-apa atas keputusan Exodus sendiri!”
    Serunya pada Alexey.

    “Jadi.. Kelly menjadi milikku?”
    Tanya Luna

    “Ya.. mau bagaimana lagi.. apakah kau bisa menggunakannya?”

    “Er.. belum.. tak ada yang mau mengajariku..”

    “Haha.. kau tahu? Jika kau belum bisa mengendalikannya, Exodus akan menyerap seluruh energi kehidupanmu perlahan-lahan, lama-lama kau akan merasa lelah dan mengantuk kemudian dalam waktu tertentu akan mati lemas..”

    “Jadi?”

    “…”
    “.. Kau tidak takut ya… baiklah.. aku akan mengajarkanmu..”

    “Benarkah?!”
    Seru Luna antusias.

    “Ya.. dengan beberapa syarat..”
    Ujar Alex.

    Dengan ini, dimulailah latihan Luna untuk menggunakan Exodus dengan benar.. Mereka berjanji berlatih praktik dengan menggunakan Exodus untuk menghabisi monster setiap malam patroli. Dengan syarat yang Alex ajukan yaitu:

    - Membantunya membasmi monster.
    - Membantunya mencari dan menemukan pembunuh ayahnya.
    - Dan berhenti memanggil Exodus dengan sebutan ‘Kelly’, karena itu membuat Alex kesal.




    Spoiler untuk Chapter 10 :

    Chapter 10
    Turning Point


    Kini, Luna telah mendapatkan seseorang yang mau mengajarinya menggunakan Exodus. Dan ia tidak diperbolehkan menyentuh Exodus sebelum matahari terbenam oleh Alex, karena jika ia melakukannya, maka Exodus akan menyerap energi kehidupannya. Luna beruntung ia memiliki Selene di dalam dirinya, karena jika manusia biasa maka ia akan langsung mati lemas seperti keracunan CO2 karena kehilangan energi kehidupan.

    Hari ini adalah hari pertama dari pelatihan yang akan diberikan oleh Alex. Sebelum berangkat sekolah, Luna berpamitan terlebih dahulu kepada Exodus yang berada di sudut kamarnya.

    “Sampai nanti malam ya Kelly!”

    Ujarnya pada pedang itu.

    “Hmmph.. dasar *******..”
    Ledek Selene.

    “Aku berangkat Ma! Ayo Maria!”
    Seru Luna yang turun terburu-buru dari tangga karena Maria sudah menunggunya di depan rumah.

    “Ya~ hati-hati ya!”
    Jawab Ibunya.

    Hari ini juga merupakan pertama kalinya ia tidak terlambat bangun, dan juga merupakan pertama kalinya ia pergi ke sekolah bersama Maria. Meski kemarin ia juga melakukannya, tapi hal itu terjadi karena ia tak sengaja terbangun akibat mimpi buruk. Tidak seperti kali ini.

    “Huaa.. aku tak pernah menyadari udara pagi hari begitu segar.. juga langit yang biru sangat indah.. aku tak pernah memperhatikannya karena selalu terburu-buru!”
    Ujar Luna

    “Betulkah? Aku senang mendengarnya”
    Jawab Maria dengan senyuman di wajahnya, Luna pun ikut tersenyum kepada Maria. Kedua kakak-beradik itu berjalan menuju sekolahnya, di bawah langit yang biru. Selayaknya kakak-beradik biasa. Tak ada lagi rahasia untuk disembunyikan.

    --

    Sesampainya di sekolah..

    Semua orang tampak memperhatikan Luna, kemudian mereka berbisik-bisik. Luna mulai merasa tidak percaya diri kembali, akan tetapi Maria menyemangati kakaknya itu.

    “Tidak apa-apa.. percayalah mereka tidak berbicara buruk.. ya?”

    “Ya”
    Luna menjawab dengan senyuman yang kembali muncul setelah tadi sempat menghilang sesaat.

    “Baiklah, aku ke kelasku ya! Daag”
    “Daag Maria..”

    Luna dan Maria saling melambaikan tangan satu sama lainnya. Maria berjalan ke kelasnya, begitu juga dengan Luna.

    Luna berdiri di depan kelasnya, ia memikirkan apakah ia akan menyapa teman-temannya seperti yang selalu ia lakukan ataukah ia tidak perlu melakukannya lagi karena percuma. Luna kembali mengingat kata-kata Bu Elisa bahwa ia harus terus berusaha. Kemudian Luna pun mengumpulkan segenap keberaniannya dan membuka pintu kelas sambil menyapa mereka dengan riang.

    “Selamat pagi!”

    Akan tetapi.. tetap tidak ada jawaban.. mereka hanya terlihat agak terkejut melihat siapa yang datang.. hingga..

    “Selamat pagi!”
    Sapa William

    “Selamat pagi…”
    Sapa salah seorang temannya.

    “Se-selamat pagi Luna..”

    Satu persatu dari mereka pun mulai menjawab salam selamat pagi dari Luna. Luna tak percaya akan apa yang ia dengar.. ia gembira, terharu pada akhirnya mereka terbuka kepadanya.

    Luna memberikan senyuman terbaiknya kemudian berjalan menuju bangkunya.

    “Syukurlah ya?”
    Ujar William padanya
    “..Ya..”
    Jawab Luna dengan wajah yang tampak masih terharu.

    Sekelompok gadis mendatangi Luna, kemudian..

    “Ah.. Um… Luna.. kami dengar.. kau..”
    Ujar mereka terbata-bata
    “Ya?”
    Tanya Luna heran melihat mereka
    “.. seorang.. exorcist?”
    “!? Ba-bagaimana kalian tahu?”
    “Ya.. kami melihatnya di internet.. dan ternyata.. kaulah exorcist yang melindungi kota ini.. kami…”

    Luna terkejut mendengar bahwa mereka tahu ia adalah seorang exorcist, kini ia takut mereka akan kembali menjauhinya setelah mengetahui hal itu. Akan tetapi..

    “.. kami minta maaf atas segala perbuatan kami selama ini.. menjauhimu.. mengucilkanmu.. kami tak tahu kaulah yang bekerja keras melindungi kami dikala kami tertidur.. kami juga tak pernah memikirkan perasaanmu sampai kami diberi tahu oleh Elisa… kami.. minta maaf padamu.. maafkan kami!”
    Ujar mereka sambil membungkukkan badannya pada Luna.

    “Aku juga.. maafkan aku ya..”
    “Aku juga Luna..”
    Satu persatu dari mereka kemudian berkumpul di dekat Luna dan meminta maaf kepadanya.

    “Tentu saja kalian semua aku maafkan..”
    Luna tersenyum dan memaafkan mereka semua dengan tulus. Tapi ia tak kuasa lagi menahan air mata harunya
    “Ah, maaf aku ke toilet dulu ya!”
    Meski bel sudah berbunyi, Luna bergegas keluar dari kelas dan di pintu kelas ia menyenggol Bu Elisa yang hendak memasuki kelas.
    “Ah maaf”

    “Mereka sudah mengatakannya ya..”
    Ujar Bu Elisa sambil tersenyum lega
    “Baiklah anak-anak.. duduk di tempat masing-masing!”
    Serunya kemudian sambil memasuki kelas.

    --

    Di toilet.. Luna tampak sedang membasuh wajahnya setelah menitikkan beberapa air mata..

    “Fuh.. pada akhirnya mereka mengerti kebaikanmu..”
    Ujar Selene.
    “Terima kasih, Selene”
    Jawab Luna tersenyum
    “Ah, maksudku.. baguslah mereka mengerti perjuanganku!”
    Ralat Selene
    “Dasar Selene.. masih saja keras kepala..”
    Ujar Luna tanpa menghilangkan senyumannya. Ia kemudian berjalan kembali ke kelasnya..

    Lalu.. Luna bertemu Alex di koridor..

    “Ah…”
    “Eh..”
    “Temui aku di lapangan baseball sepulang sekolah, ada yang ingin kubicarakan..”
    Ujar Alex yang berlalu begitu saja setelah mengatakannya. Luna pun tak pusing-pusing memikirkannya dan berjalan kembali menuju kelasnya.

    **

    Sepulang sekolah..

    Bel tanda bahwa pelajaran selesai sudah berbunyi. Bu Elisa pun membubarkan kelas. Saat ia hendak berjalan kembali menuju ruang guru..

    “Ah, Bu- maksudku.. Elisa!”
    Luna berlari kecil mendekati Bu Elisa
    “Ada apa Luna?”
    “Ah.. aku.. tampaknya belum berterima kasih padamu.. terimakasih ya..”
    Ujar Luna malu-malu yang kemudian disambut oleh tawa kecil dan senyuman dari Bu Elisa.
    “Ah.. itu bukan apa-apa untuk murid kecilku yang manis ini..”
    Ujar Bu Elisa sambil mengelus-elus kepala Luna.
    “Itu saja kan? Sudah ya.. sampai jumpa..”
    Ia pun kembali berjalan ke ruang guru sambil melambaikan tangannya pada Luna.
    “Wah..”
    Luna terpukau dan mengelus kepalanya sendiri
    “Kau lihat itu Selene.. dia sangat hebat! Aku sangat mengaguminya.. dan tambah mengaguminya..”
    Ujar Luna dengan kekaguman yang tinggi pada Bu Elisa.
    “Ya.. tapi kurasa kau punya janji dengan si bocah iblis itu?”
    Selene memotong kekaguman Luna.
    “Ah kau benar..”

    Luna pun bergegas menuju lapangan baseball yang berada di belakang sekolah.. disana.. ia melihat lapangan luas yang bermandikan cahaya matahari sore.. dengan klub baseball yang sedang berlatih di sana. Luna berdiri di pinggir lapangan sambil mencari-cari dimana sosok Alex. Hingga..
    “Yo!”
    Alex datang dan mengetuk kepala Luna dari belakang.
    “Aduh.. apa-apaan sih?!”
    “Hehehe..”
    Tapi Alex malah tertawa

    “Katamu ada yang ingin kau bicarakan? Makanya aku datang kesini.. ada apa?”
    Tanya Luna sedikit kesal
    “Sudahlah.. ayo ikuti aku!”
    Ales berjalan menuju tengah lapangan, diikuti dengan Luna yang berjalan dengan ragu.

    “Hooooiii teman-teman.. semua berkumpul!”
    Sahut Alex memanggil seluruh anggota klub baseball untuk berkumpul di tengah lapangan.

    Setelah mereka semua berkumpul..

    “Begini.. aku ingin mengatakan kepada kalian.. bahwa hari ini.. KLUB BASEBALL MEMILIKI MANAJER BARU!”

    Semua anggota tampak terkejut mendengarnya, begitu juga dengan Luna.. ia tak menyangka Alex akan membuatnya menjadi manajer klub baseball. Ia mundur beberapa langkah hingga berada tepat di belakang Alex.

    “Lalu? Dimana manajernya?”
    Tanya salah seorang dari anggota klub.

    “Kau buta ya? Tentu saja di-“
    Saat Alex menengok ke arah Luna tadi berada, kini ia tak melihat siapapun. Kemudian ia tersenyum kecil dan..
    “Yak, ini dia!”
    Ia melangkah ke samping dan kini, terlihatlah Luna oleh seluruh anggota klub.

    “Ka-ka-kapten?! Apa kau yakin dengan ini?!”
    Ujar salah seorang dari mereka berbisik kepada Alex.
    “Tentu saja, apa aku pernah salah mengambil keputusan?”
    Jawab Alex tegas.
    “Ti-tidak sih.. hanya saja.. dia kan..”
    Gumam anggota tadi.

    “Baiklah, HEI MANAJER BARU! PERKENALKAN DIRIMU!”
    Seru Alex sok tegas. Akan tetapi Luna malah menjewer dan menariknya
    “Aduh aduh, apa-apaan ini?!”
    Alex mengaduh sekaligus bertanya-tanya mengapa Luna melakukannya.

    Luna kemudian melepaskan jewerannya, , kemudian berbicara dengan suara pelan
    “Apa-apaan ini? Apa aku pernah bilang ingin jadi manajer? Kau ******* ya?”
    “Dasar bodoh! Kau tidak mengerti ya?! Ini bagian dari latihan!”
    “Latihan? Apa hubungannya jadi manajer baseball dengan berlatih ilmu pedang?!”
    “Tentu saja ada! Kau pikir kenapa aku ikut klub baseball? Karena baseball-lah satu-satunya olahraga di sekolah ini yang berhubungan dengan ilmu pedang!”

    Luna menutup setengah wajahnya dengan telapak tangannya sambil menarik nafas.

    “Fuh.. lalu apa bisa kau jelaskan apa hubungannya?”
    “Tentu saja”
    Jawab Alex dengan penuh keyakinan.

    “Pertama, untuk menggunakan Exodus memerlukan kontrol lengan dan bahu yang baik. Kedua, latihan swing dan throw dapat melatih kontrol sekaligus memperkuat otot bahu dan lengan.
    Ketiga, latihan catch melatih konsentrasi dalam pertarungan.
    Keempat, cukup menyenangkan sih.. sampai-sampai tak sadar aku menjadi kapten klub ini.. hahahaha ha- Ugh..!”
    Luna menendang selangkangan Alex hingga ia menunduk kesakitan dan wajahnya terlihat pucat.
    “Ke-kenapa kau lakukan itu..?”
    Tanyanya dengan suara yang menderita.

    “Bodoh! Baiklah-baiklah aku terima alasanmu.. lagipula aku tak punya kegiatan sepulang sekolah..”

    “Oh, baguslah, mari kita perkenalkan dirimu!”
    “Wew!”
    Ujar Alex yang tiba-tiba berada di sebelah Luna hingga membuatnya kaget.

    “Selamat sore.. namaku Luna Edwarton XV, aku biasa dipanggil Luna.. salam kenal..”

    “Ah.. salam kenal juga”
    Ujar seluruh anggota klub baseball.

    “Baiklah, apa ada pertanyaan?!”
    Tanya Alex, hingga beberapa orang mengacungkan tangannya.

    “Baiklah Miles, apa pertanyaanmu?”

    “Ehem.. er.. Luna.. apakah rambutmu itu.. asli?”

    Luna kebingungan menjawabnya, akan tetapi menurutnya lebih baik berkata jujur.

    “Er.. ya.. begitulah..”

    “Hmmm.. lucu juga yah..”
    Ujar Miles sambil memegang-megang rambut Luna.
    “Er.. anu..”
    Luna tampak risih

    “Hei! Jangan pegang-pegang!”
    Alex memukul kepala Miles dan mendorongnya kembali ke kerumunan.
    “Sudah sana kembali! Baiklah kamu kacamata! Apa pertanyaanmu?!”

    “Namaku Luc”
    Ujarnya sambil membetulkan posisi kacamatanya dengan jari telunjuk

    “Tidak ada yang bertanya namamu… sudah cepat tanya”

    “Begini Luna.. dari dulu aku heran.. apakah.. matamu itu asli? Tidak menggunakan lens? Hmm?”

    “Er… ya.. tapi.. um.. anu..”
    Luna merasa risih pada Luc yang setelah bertanya memperhatikan bola matanya dan semakin mendekatinya hingga wajahnya begitu dekat dengan wajahnya. Kemudian..

    “Yak, sesi pertanyaan sudah selesai!”
    Alex menarik kerah baju Luc dari belakang dan membawanya kembali ke kerumunan.

    “Loh! Tapi aku belum!”
    “Aku juga!”
    Protes para anggota klub.

    “Tapi aku bilang sudah lho wahai para mahluk mesum...?”
    Ujar Alex dengan wajah yang mengerikan sambil mengayun-ayunkan tongkat baseball ke telapak tangannya.

    “Ah.. ya ya! Baiklah sudah! Mari kita berlatiiih!”
    Kerumunan itupun terlihat takut melihat kapten mereka yang mengeluarkan aura jahat dari punggungnya.

    “Fuh.. dasar mahluk-mahluk tak bisa diatur..”
    Keluh Alex.

    “Ah kapten!!”
    Panggil Miles lagi.

    “Ada apa lagi?!”

    “Aku tak pernah menyangka,ternyata jika dilihat dari dekat Luna manis juga! Hehehe”
    Ujarnya sambil tertawa menyeringai

    “Betul-betul, tidak seperti yang rumor bilang, tidak menakutkan sama sekali!”
    Setuju anggota lainnya.

    Wajah Luna memerah, ia menjadi malu mendengar pujian dari mereka semua, kemudian..

    “Bola matanya sangat menakjubkan”
    Ujar Luc dengan wajah serius hingga membuat semua membatu mendengarnya.

    “Ah!! Sudah! Cepat sana latihan!!”
    Seru Alex kesal.

    “Eh iya, lalu aku harus apa?”
    Tanya Luna.

    “Tidak ada, berlatih swing saja sana”
    Jawab Alex sambil memberikan bat yang Ia bawa.

    Latihan pun berjalan.. hingga..

    “Strike 3!!”
    “Bodoh! Kau melamun kemana sih!”
    Ujar Alex marah-marah pada batter yang dari tadi tampak melamun.

    “Tapi kapten.. itu..”
    Batter itu menunjuk kepada Luna yang tengah berlatih swing di pinggir lapangan. Kecepatan ayunannya sangat cepat hingga tak terlihat secara kasat mata.
    “Apa dia benar-benar perempuan..?”
    Tanya Batter tersebut.

    “Ahahaha.. tidak perlu dipikirkan, dia perempuan, hanya saja dia memang sedikit terlalu kuat.. haha berlatih saja, pura-pura tak lihat!”
    Ujar Alex kembali ke tengah lapangan. Meninggalkan Batter tersebut dalam kebingungan.

    Di tengah lapangan..

    “Hei kapten, aku heran.. selama ini banyak gadis-gadis yang melamar ingin menjadi manajer klub kita ini dan kau tolak mentah-mentah.. lalu kenapa tiba-tiba kau datang dan membawa Luna?”
    Tanya Miles heran

    “Ooh.. itu karena.. sini.. berikan bolamu..”
    Miles memberikan bola yang dipegangnya kepada Alex, kemudian..
    “Perhatikan”
    Alex kemudian melemparkan bola lambung ke arah Luna yang terlihat tengah serius berlatih swing. Kemudian..

    “Duk”

    Bola itu jatuh tepat di atas kepala Luna dan memantul di kepalanya. Luna jongkok sambil memegangi kepalanya yang sakit. Dengan pandangan kesal dan tampak ingin membalas, ia menatap Alex.

    “Apa?! Mau membalas Kapten Klub?! HAHAHAHA!!”
    Dengan melipat kedua tangannya Alex tertawa dan berlagak bak jagoan. Luna kemudian tampak menahan diri dan tidak jadi membalas Alex.

    “Bagaimana Miles, lucu kan? Hahahaha”
    Ujar Alex sambil mengacungkan jempolnya dan menyeringai.
    “Er… ya.. tampaknya aku mengerti.. hahaha..”
    Jawab Miles merasa kaptennya sudah tidak waras.

    “AWAS! BOLANYA KUKEMBALIKAN!!”
    “JDUAK!”
    Luna melempar kembali bola itu yang dengan sengaja ia lempar straight ke arah Alex, dan tepat mengenai kepalanya.
    “Huaah…”
    Alex pun terhuyung-huyung dan kehilangan kesadarannya.

    “Ka-kapten!”
    Ujar Miles panik sambil memapah Alex.

    “Er.. Selene.. apa aku terlalu keras melemparnya?”
    “Tentu saja.. bodoh..”
    Jawab Selene tanpa harapan.

    “GA-GAWAT! DENGAN BEGINI KITA KEKURANGAN PEMAIN!”
    Seru Miles kebingungan

    “Oh, tentu tidak Miles, kita masih memiliki seorang pemain cadangan..”
    Ujar Luc yang menengok ke arah Luna diiringi oleh Miles dan semua anggota klub.

    --

    “Home ruuuuuun!”

    “Home ruuuuuun!”

    “Home ruuuuuun!”

    Sorak sorai anggota klub pada akhirnya membangunkan Alex yang tak sadarkan diri di bangku pemain cadangan.. ia bangun kemudian bertanya kepada Miles yang tengah berada di pinggir lapangan.

    “Miles, ada apa ini?”

    “Hebat Kapten, Tampaknya Luna lebih berbakat darimu!”
    Ujar Miles menirukan Kaptennya dengan mengacungkan jempolnya dan menyeringai
    “Haah?”


    **

    Hari ini adalah hari pertama Luna memiliki kegiatan klub, hari ini merupakan hari pertama kalinya teman-teman sekelasnya membuka hatinya kepada dirinya, hari ini juga merupakan pertama kalinya ia segembira ini di sekolah, mungkinkah hari ini.. adalah hari pertama dari titik balik kehidupan Luna? Mungkin…


    --

    Dari jendela yang terbuka di lantai 3 salah satu ruangan gedung sekolah, dengan pandangan yang sedih William memperhatikan Luna yang tampak gembira dengan klub baseball. Ia kemudian menutup jendela dan melangkah menghilang dari pandangan.





    Spoiler untuk Chapter 11 :

    Chapter 11
    The Twisting Truth


    Hari Ke-4 Masa Pelatihan.

    “Selamat Pagiii!”
    Salam Luna kepada teman-teman sekelasnya yang kemudian dijawab oleh mereka semua dengan sapaan balik kepadanya. Sejak 3 hari yang lalu, pandangan seisi sekolah terhadap Luna telah berubah. Kini ia telah diterima oleh mereka semua, bahkan lebih dari itu. Menyadari bahwa Luna tidaklah menakutkan dan justru cenderung manis dan “unik” dengan warna rambut dan matanya, kini ia bahkan telah memiliki sebuah klub penggemar nya sendiri. Seperti adiknya, Maria. Hanya saja.. kenyataan bahwa mereka berdua bersaudara belumlah diketahui oleh teman-temannya. Hanya Laurie, Riona, dan Alexey yang mengetahuinya.

    Luna duduk di bangkunya yang berada di antara bangku William dan jendela.

    “Selamat pagi”
    Salam William dengan senyuman seperti biasanya.

    “Selamat pagi juga William..”
    Jawab Luna sambil bersenandung.

    “Theme Song Super Panda”
    Ujar William tiba-tiba, Luna menghentikan senandungnya dan menengok kepada William dengan penuh rasa ingin tahu.

    “Kau tahu Super Panda?”
    Tanya Luna

    “Haha.. siapa yang tidak tahu Super Panda..”
    Jawab William sedikit tertawa.

    “Aku suka..”
    Senyum Luna
    “Eh?”

    William tampak sedikit terkejut mendengarnya.

    “Ya.. aku suka Super Panda”
    “Ooh.. Super Panda..”
    Ujar William dengan sedikit kekecewaan terlihat di wajahnya, tampaknya ia mengharapkan maksud yang lain dari kata-kata Luna tadi.

    “Pada saat berwujud biasa, ia tidak bisa apa-apa.. akan tetapi…”

    “Ia bisa diandalkan saat ada bahaya dan dia berubah!”
    Ujar Luna dan William bersamaan, diiringi oleh tawa dari keduanya.

    Melihat Luna tertawa dan wajahnya yang begitu gembira, tampak sesuatu terlintas dari mata William. Ia tampak ingin mengutarakan sesuatu kepada Luna.

    “Luna..”
    Panggilnya

    “Ya? Ada apa?”

    “Luna.. aku..”
    “Kriiiing”
    “Yak yak yak, kumpulkan PR kalian!”
    “Ah, Elisa sudah datang”

    Kalimat William terpotong oleh dering bel dan datangnya Bu Elisa. Perhatian Luna pun teralihkan darinya.

    “Lanjutannya nanti saja ya!”
    “.. Tentu saja”
    Ujar Luna pada William yang memberi senyuman kepadanya. Akan tetapi pada saat Luna menoleh ke arah papan tulis, William menghela nafasnya dan raut wajahnya terlihat kecewa.

    --

    “Kriiing”
    Waktu istirahat siang telah tiba. Sebagian isi kelas tampak pergi ke kantin, sementara sebagian lagi tetap di kelas, baik untuk mengobrol ataupun memakan bekal masing-masing.

    “Ahooii Luna”
    Alex muncul dan memasuki kelas kemudian langsung berjalan menuju Luna. Seisi gadis di kelas tampak kagum melihat Alex sang idola sekolah.
    “Hehe.. aku datang menagih janjimu kemarin!”
    Ujarnya sambil menyeringai.

    “Aaah.. ya ya.. sial..”
    Keluh Luna sambil berdiri dari duduknya.
    “Kalau begitu, aku pergi dulu ya William.. sampai nanti”
    Lambai Luna pada William yang juga membalas lambaiannya dengan senyuman. Luna berjalan keluar bersama dengan Alex menuju kantin. Sementara William menatap langit di balik jendela dengan pandangan yang tampak sedih.

    --

    “Kriiing”
    Kali ini bel tanda bahwa pelajaran hari ini sudah berakhir berbunyi.
    Bu Elisa segera mengakhiri pelajaran hari ini yang kemudian disambut dengan wajah lega seisi kelas. Melihat kesempatan ini, William memanggil berusaha memanggil Luna.

    “Ah, Luna”

    Akan tetapi, tampaknya Luna tak mendengar panggilan William karena ributnya seisi kelas. Ia malah langsung berlari keluar ruangan. Walau begitu, William tidak menyerah dan ikut berlari mengejar Luna ke luar ruangan. William berhasil mengejar Luna dan memanggilnya dengan suara keras.

    “Lunaa !”

    Luna kini mendengarnya, ia menengok ke belakang dimana William memanggilnya. Akan tetapi..

    “Maaaaaf! Aku sedang buru-buru! Maaf ya!”
    Jawab Luna meminta maaf lalu kembali berlari ke koridor yang mengarah ke belakang sekolah.

    “Hah.. hah.. Klub Baseball ya…”
    Ujar William sambil terengah-engah karena tadi berlari mengejar Luna.
    “Baiklah.. aku akan menunggunya..”
    Tambahnya.

    --

    Sore hari pun tiba. Gerbang sekolah kini bermandikan sinar oranye dari matahari yang sebentar lagi terbenam. William tampak menunggu di balik gerbang sekolah. Berharap Luna melewatinya.

    Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Dan.. benar.. itu adalah Luna yang baru saja keluar dari gerbang sekolah. Ia melewati William yang berada di balik tembok sekolah tanpa menyadari William yang kini berwajah antusias berada di belakangnya dan hendak menyapanya.

    “Hari ini.. aku harus.. aku harus mengatakannya.. aku harus menyatakan peraanku kepada Luna.. sekarang, atau tidak sama sekali!”
    Tekad William dalam hatinya.

    Akan tetapi..

    “Tap”
    “Lu-“
    Luna menghentikan langkahnya sebelum William sempat memanggilnya. Dan lagi ia tampak tidak menyadari kehadiran William sebelum ia menengok ke belakang dan melihat William berada di belakangnya.

    “Ah William? Belum pulang?”
    Tanya Luna
    “Er.. ya.. aku baru saja selesai dari kegiatan klub..”
    “Wah.. jarang sekali ya kita bertemu disaat pulang begini.. hehe”
    Ujar Luna dengan tawa kecil.
    “Ah.. Luna.. tentang yang tadi pagi.. aku..”
    “Ah iya! Maaf aku lupa! Kau ingin mengatakan kelanjutan yang tadi pagi kan?”
    William menganggukkan kepalanya
    “Lalu.. apa yang ingin kau katakan?”
    Tanya Luna dengan senyuman yang berlatar belakang matahari sore.

    “Aku… aku…”
    “Ya?”
    “Aku… AKU-“

    “Dong.. dong.. dong.. dong.. dong.. dong..”
    Jam sekolah berbunyi 6 kali bersamaan dengan tenggelamnya matahari yang mengubah warna langit menjadi gelap. Bersamaan dengan tenggelamnya matahari, tenggelamlah segala keyakinan William untuk menyatakan perasaannya kepada Luna.

    “Aku… Aku hanya ingin mengajakmu pulang bersama.. maukah..?”
    Ujar William.
    Luna hanya terdiam mendengarnya. Akan tetapi ia kemudian tersenyum pada William.

    “Tentu saja! Aku belum pernah pulang sekolah beramai-ramai sebelumnya!”

    William tampak terkejut mendengar jawaban Luna.

    “Ramai.. ramai? Maksudnya?”

    “Ya.. aku, kau, dan Alex! Tentunya akan menyenangk- ah , itu dia!”
    Jawab Luna sambil menunjuk ke arah sekolah. William menengok dan melihat Alex sedang berjalan menuju mereka.
    “Ukh”
    William mengeratkan rahangnya, akan tetapi ia kembali tersenyum dan menengok kembali kepada Luna dan berkata
    “Ah, aku melupakan sesuatu! Kau pulang saja duluan ya Luna! Aku harus melakukan sesuatu terlebih dahulu! Sampai besok!”
    William kemudian berlari kembali ke arah sekolah dan melalui Alex yang berjalan menuju Luna dan menyapanya.

    William berlari hingga kembali berada di depan pintu gedung sekolah. Maria keluar dari gedung sekolah dengan kepala tertunduk lesu, melewati William yang tengah berdiri dan menundukkan kepalanya.

    “Kurasa aku terkena karma”
    Ujar William sambil menatap langit yang berwarna biru gelap seperti warna hatinya saat ini. Dengan senyuman kepedihan di sisi bibirnya.

    **

    Malam harinya..

    Terlihat Luna dengan Exodus di punggungnya sedang berpatroli bersama Alex yang membawa sebuah pedang besar berwarna merah marun juga dipunggungnya.

    “Fuah.. hari-hari seperti ini melelahkan… klub baseballmu itu membuat capek..”
    Keluh Luna
    “Ah, tapi kau menikmatinya juga bukan?”
    Tanya Alex dengan seringai.
    “Dengan anggota-anggota segila itu? Tidaak, tentu saja tidak..”
    “Haha, wajahmu kelihatan bohong begitu!”
    Seru Alex tertawa.

    Secara tiba-tiba, Alex merasakan hawa jahat muncul tak jauh dari mereka.

    “Ehm.. tampaknya muncul seekor monster..”
    “Hmmm.. mau taruhan seperti kemarin?”
    Tanya Luna
    “Hah?! Kemarin saja kau kalah jumlah membantai kumbang-kumbang busuk itu.. kali ini kau pasti kalah lagi!”
    Seru Alex dengan yakin
    “Cih, scarab-scarab itu lebih memilih mengejarmu kemarin, habisnya kau bau!”
    Ledek Luna
    “E-enak saja.. baiklah.. monster kali ini hanya ada 1, siapa yang lebih dulu membasminya yang menang.. MULAI!”

    Mereka berdua kemudian berlari menuju sumber hawa jahat itu berada.

    “Hei, aku heran.. kenapa bisa muncul scarab sebanyak itu kemarin? Aku merasa ada yang tidak beres..”
    Tanya Luna
    “Hmmm.. ya.. aku juga merasa begitu.. tampaknya ada yang dengan sengaja memanggil mereka..”
    “Belum pernah selama ini aku melihat kumpulan monster sebanyak kemarin.. tapi.. berkat itu aku jadi tahu ternyata baseball cukup berpengaruh ya.. hehe”
    Terlihat sesosok monster yang berwujud seperti cumi-cumi

    “Hehehe.. sudah kubilang bukan..”

    Alex mencabut pedangnya

    “Bahwa.. baseball itu..”

    Alex berlari menuju monster itu dan bersiap mengayunkan pedangnya, monster itu melihat Alex. Luna dapat melihat mata monster itu tidak tampak jahat, akan tetapi tampak memelas.

    “MENYENANGKAAAN!!”
    “TIDAAAAAAK!!”

    “Hah?!”

    “Trang!!”

    ..

    “Hei, hei.. apa-apaan kau Luna.. kenapa kau menghalangiku?”

    “Tunggu! Jangan bunuh dia, apa kau tidak dengar ia berbicara bahasa manusia?”

    “Cih, siapa yang peduli.. HEA HEA HEA!!”

    “Trang trang trang”
    Ayunan demi ayunan Alex ditangkis oleh Luna yang melindungi monster yang sedang meringkuk ketakutan dan menutupi wajah dan kepalanya dengan tentakel-tentakelnya.

    “Aaaaah! Brengsek! Biarkan aku menebasnya!”
    Seru Alex tampak liar.

    “Kubilang tunggu! Kita tanyakan dia dulu, jangan gunakan cara barbar!! Lagipula ia tampak tidak berbahaya!”

    “Tch..”
    Alex menarik kembali pedangnya
    “Ya sudah, kita gunakan caramu..”

    “Biar aku bicara dulu padanya..”
    Ujar Luna menaruh kembali Exodus di punggungnya. Dan berjalan mendekati monster itu. Ia kemudian menaruh tangannya diatas kepala monster setinggi 1 meter itu.
    “Tuan monster, apa kau bisa bicara?”

    Monster yang menggigil ketakutan itu perlahan-lahan mulai membuka tentakel nya dan menatap Luna. Ia kemudian menganggukkan kepalanya.

    “Nah.. jika kau mengerti… SEGERA KEMBALI KE ALAMMU ATAU KUBUNUH KAU!”

    Monster itu kembali menggigil ketakutan dan menangis mendengarnya.

    “… Bodoh…”
    Ujar Selene
    “Er.. itu sih sama-sama barbar..”
    Ujar Alex.

    “Hahahahaha… monster ini lucu sekali! Tenang tuan monster, aku hanya bercanda!”
    Ujar Luna tertawa terbahak-bahak.

    “..*******..”
    Keluh Selene
    “Ya ampun….”
    Keluh Alex.

    “Baiklah-baiklah.. tuan monster, boleh aku tahu siapa namamu?”
    Tanya Luna. Monster cumi-cumi itu berhenti menangis dan perlahan-lahan membuka wajahnya.

    “Na-namaku Xtroikol..”
    Jawabnya dengan suara pelan dan terbata-bata.

    “Er.. namamu kok sulit.. kupanggil Kol saja ya? Boleh?”
    Monster itu menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

    “Nah.. Kol.. aku ingin bertanya.. mengapa kau bisa ada disini? Hmm?”

    Mendengar pertanyaan Luna, mata Xtroikol malah berkaca-kaca dan ia mulai menangis.

    “Loh-loh, kok malah menangis? Ada apa?”
    Tanya Luna khawatir.

    **


    “Oh.. jadi beberapa bulan yang lalu seseorang dari dunia manusia men-summon kau dan istrimu? Tapi kalian di-summon di tempat yang berbeda? Begitu?”
    Tanya Luna memastikan

    “Ya… aku terpisah dengan istriku.. dan sampai sekarang.. aku masih mencarinya.. huaaa”
    Xtroikol menangis kembali.

    “Baiklah-baiklah.. jangan menangis.. kami akan membantu mencari istrimu, oke?”
    Ujar Luna menenangkan Xtroikol
    “Kami? Enak saja! Aku tidak mau!”
    Tolak Alex mentah-mentah yang kemudian membuat Xtroikol kembali menangis.

    “Ugh… kalau kau tidak mau silakan pergi!”
    Seru Luna
    “Baguslah.. aku pulang saja..”
    Alex melangkah pergi dari mereka.
    “Tapi jangan harap aku mau menepati perjanjian kita.. toh aku sudah bisa menguasai Kelly..”
    Alex menghentikan langkahnya.
    “Grr.. dasar pemeras.. baiklah-baiklah.. aku ikut!”

    “Baiklah Kol, mari kita mulai mencari istrimu!”

    Kemudian.. berangkatlah mereka mencari istri Kol dengan berkeliling kota dan mencari hawa jahat serta monster-monster yang ada. Namun mereka malah menemui monster-monster buas yang segera menjadi makanan dari Exodus. Pencarian mereka tidak menemui hasil.

    “Huah.. sudah ah! Aku lelah!”
    Ujar Alex sambil merebahkan tubuhnya di jalanan.

    “Hei, jangan tidur di jalanan!”
    “Dan.. Kol, tampaknya kita tidak menemukan istrimu.. memangnya rupanya seperti apa sih?”
    Tanya Luna.

    Xtroikol kemudian mencari-cari sesuatu dari dalam kerumunan tentakelnya, yang ternyata adalah sebuah foto yang diperlihatkan kepada Luna.

    “Haaah? Apa-apaan ini?”

    “Hah? Ada apa? Mana aku mau lihat!”
    Alex segera berdiri dan ikut melihat foto yang dipegang Luna.

    Foto itu bergambar mahluk manusia harimau yang tampak sangar dan angker. Sangat tidak cocok sama sekali menjadi istri dari Xtroikol yang kecil dan berbentuk cumi-cumi.

    “WAHAHAHAHA APAAN NIH?! ISTRI KAYAK BEGINI SAJA DICARI?! WUAHAHAHAH!”
    Alex tertawa terbahak-bahak terpingkal-pingkal, sementara Xtroikol marah dengan suara lucunya yang menambah bahan tertawaan Alex.
    “Jangan hina istriku!! Meski ia tidak bisa bicara bahasa manusia, tapi ia sangat baik!”

    Tiba-tiba, Luna mengingat sesuatu. Ia mengingat pernah menemui mahluk seperti di foto yang berada di tangannya itu. Dan tak lama.. ingatlah ia dengan jelas.

    “AAAH!!”
    Teriak Luna.

    “HHAHAHaha- heh? Ada apa?”
    Tanya Alex berhenti tertawa.

    “Aha-aha-ahahahha tampaknya.. aku pernah.. er.. bertemu istri Kol dan.. er… mengirimnya kembali ke dunianya… hahaha..”
    Luna tak dapat mengatakan bahwa ia telah menghajar istri Xtroikol hingga babak belur dan memaksanya pulang.

    “Jadi dia sudah pulang?”
    Tanya Xtroikol tampak gembira.

    “Er.. ya.. kira-kira begitu..”

    “Horee horee!”

    Xtroikol berputar-putar dan melompat-lompat dengan gembira, ia kemudian mengeluarkan benda lain dari kerumunan tentakelnya.

    “Er… Luna..”
    Ujar Selene tercengang

    Ternyata benda itu adalah telepon genggam, kemudian ia menekan tombol-tombolnya dan menelepon istrinya dengan gembira.

    Setelah ia selesai menelepon istrinya.. terdengar suara Luna dan Alex yang merenggangkan tangannya. Saat Xtroikol menengok, ia melihat Luna dan Alex tampak sangat marah padanya.

    “Ehm.. Kol.. kenapa.. KAU TIDAK GUNAKAN SAJA PONSEL ITU DARI TADI!!”
    Seru Alex dan Luna sambil meninju kepala Xtroikol.

    --

    “Baiklah.. sudah kubuka portalnya.. huh..”
    Ujar Luna setelah membuka portal hitam menuju dunia Xtroikol, sementara Alex sudah kembali pulang setelah puas menghajar Xtroikol.

    Xtroikol yang kini babak belur berjalan menuju portal itu. Akan tetapi di depan portal itu dia menghentikan langkahnya.

    “Aku.. mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian berdua.. andai saja.. semua manusia seperti kalian.. mungkin kita semua bisa hidup berdampingan..”
    Ujar Xtroikol.

    “Hah? Berdampingan? Maksudmu?”
    Tanya Luna.

    “Loh? Kau tidak tahu cerita ‘The Great Annihilation’ ?”
    Tanya Xtroikol balik dengan heran. Luna hanya memandang Xtroikol dengan wajah kebingungan.
    “Baiklah.. aku ceritakan..”


    Jauh pada zaman dahulu kala, bumi adalah tempat para monster hidup dengan damai dipimpin oleh Sang Phoenix dan adiknya, Yang Mulia Leviathan. Hingga suatu ketika, lahirlah manusia.. yang kemudian hidup berdampingan dengan para monster. Hingga suatu ketika, saat manusia mulai menyembah Sang Phoenix dan mengagungkannya. Sang Phoenix kemudian mengajarkan manusia seluruh sihir yang para monster miliki.

    Kemampuan intelejensi manusia yang berada diatas para monster membuat mereka memiliki kemampuan sihir yang jauh lebih kuat daripada monster, kekuatan tanpa kebijakan menggunakannya membuat manusia mulai merusak alam untuk memperbesar kerajaan mereka. Perang diantara mereka sendiri pun tak terelakkan, hingga akhirnya bersatu menjadi kekuatan yang sangat besar di bumi. Hingga para monster semakin tersingkir.

    Hingga suatu saat, tanpa sebab manusia mulai memusuhi para monster. Menganggap bahwa para monster adalah ancaman bagi mereka sekaligus penghalang untuk mencapai kemakmuran dari mengeruk kekayaan alam, manusia mendeklarasikan perang kepada para monster. Percaya bahwa semua monster adalah mahluk yang jahat, manusia tanpa rasa berdosa mulai membantai dan menghabisi tiap monster yang berada dalam pandangan mata mereka. Perang tak terelakkan, jutaan nyawa terenggut.

    Yang Mulia Leviathan bertanya kepada kakaknya, Sang Phoenix, bahwasanya mengapa ia tidak mencegah perbuatan manusia, sebagaimana manusia mengagung-agungkan Sang Phoenix. Akan tetapi Sang Phoenix menjawab

    “Adalah tugasku untuk melindungi manusia”

    Dan meninggalkan Yang Mulia Leviathan untuk tinggal bersama dengan manusia. Sebagai Dewa mereka.

    Para monster dengan kemampuan sihir yang inferior dan tidak memiliki pengalaman perang dengan cepat dapat dikalahkan oleh manusia. Jumlah mereka semakin lama semakin sedikit dan Yang Mulia Leviathan mulai khawatir bilamana para monster akan punah. Yang Mulia Leviathan pun segera menemui Sang Phoenix.

    Tanpa menghiraukan kehormatannya sebagai Raja, Yang Mulia Leviathan meminta kepada Sang Phoenix agar mengampuni rakyatnya. Hingga suatu persetujuan tercapai, para monster harus segera meninggalkan bumi dan pergi menuju dunia lain. Karena bumi kini adalah dunia manusia.

    Yang Mulia Leviathan menyetujui perjanjian itu asalkan ia tetap tinggal di bumi sebagai simbol bahwa para monster pernah berada di bumi. Sang Phoenix dan para pemimpin manusia mengizinkan Yang Mulia Leviathan tinggal, sementara seluruh monster yang ada dikirim ke dunia lain.

    Setelah semua monster terakhir terkirim, Yang Mulia Leviathan menyerang Sang Phoenix yang tidak menyangka akan diserang oleh Adiknya sendiri. Menewaskannya, dengan bayaran nyawanya sendiri. Akan tetapi, sebelum mati, Yang Mulia Leviathan menggunakan sihir terakhirnya dan membungkus bumi dalam balutan badai salju yang tak berhenti selama 70 tahun.

    Manusia yang kini tidak lagi memiliki sumber energi sihir tak terbatas dari Sang Phoenix tak dapat lagi menghentikan sihir Yang Mulia Leviathan. Perlahan-lahan manusia mulai berkurang, berkurang, berkurang, hingga badai salju berhenti dan sihir menjadi hal yang amat langka pada manusia. Hingga menjadi manusia zaman ini.


    “Nah begitulah, terima kasih wahai manusia, jasamu tak akan kulupakan.. sampai jumpa!”
    Xtroikol memasuki portal itu kemudian menghilang.

    Luna mengangkat dan menatap telapak tangannya dengan pandangan penuh kebimbangan.




    Spoiler untuk Chapter 12 :

    Chapter 12
    A Reason To Fight


    Bunyi bel terdengar berdering. Langit biru dan Matahari bersinar cerah. Menandakan itu adalah saatnya waktu istirahat siang di Everwoods High.

    “Yo Luna!”
    Seru Alex yang memasuki kelas Luna secara tiba-tiba. Akan tetapi, tidak ada jawaban seperti biasanya. Matanya mencari-cari sosok Luna di kelas itu, akan tetapi ia tidak ada disana.
    “Hei hei, kalian tahu Luna dimana?”
    Tanya Alex pada sekelompok gadis yang tengah menikmati bekalnya sambil mengobrol.

    “Ah-Er.. maaf Kak Alex, kami tidak tahu. Tapi ia tadi keluar kelas sendirian..”

    “Oh, baiklah, terimakasih ya!”
    Alex pun segera meninggalkan ruang kelas Luna.

    “Hmm.. aneh.. sudah beberapa hari ini dia seperti itu.. apa yang terjadi dengannya ya?”
    Pikir Alex sambil berjalan melewati koridor.

    --

    Sementara itu.. di bawah pohon besar di halaman belakang sekolah..

    Terlihat Luna merebahkan dirinya di atas rerumputan yang berada di bawah pohon tersebut sambil mengangkat tangannya dan memandanginya.

    Tiba-tiba..

    “Maaf, Dilarang menginjak rerumputan itu lho”
    Ujar seseorang. Luna segera bangun dan duduk melihat siapa yang berbicara. Dan ternyata, itu adalah Bu Elisa.
    “Ah aku-“
    “Tidak apa-apa, duduklah..”
    Ujar Bu Elisa yang melangkah ke arah Luna dan ikut duduk disampingnya.

    Angin sepoi-sepoi bertiup dengan lembut. Suara gesekan daun dibawah langit biru terasa amat menyejukkan. Bu Elisa menatap Luna dan mulai berbicara.

    “Menyejukkan ya?”
    Tanyanya, akan tetapi Luna tidak menjawabnya dan terus menundukkan kepalanya. Bu Elisa memperhatikan Luna dan mulai bertanya.

    “Luna.., apa yang terjadi? Jika kau memiliki masalah, kau bisa menceritakannya padaku.. mungkin aku dapat membantumu.. atau paling tidak… meringankan perasaanmu..”

    Luna mengangkat wajahnya, mendengar pertanyaan Bu Elisa, ia mulai mau berbicara.

    “Elisa.. jika saja..”
    “Ya?”
    “Jika saja.. ada sebuah rumah.. rumah yang sangat indah.. dan pada awalnya kau tinggal dengan seorang teman.. kau berbagi dengannya, makanan, minuman, dan tempat untuk tidur..”

    “Kemudian.. suatu saat kau mulai memiliki orang yang kau sayangi yang ikut tinggal disitu, begitu pula dengan temanmu.... namun.. semakin lama, semakin banyak orang yang kau sayangi yang ikut berada disitu.. dan lama kelamaan.. rumah itu mulai tidak cukup untuk kalian semua.. semua menjadi tidak cukup lagi untuk dibagi..”

    “Mhhhmm… lalu?”

    “Lalu.. sampailah pada titik dimana kau mengusir orang teman mu.. awalnya.. kalian bertengkar.. namun.. pada akhirnya.. temanmu mau pergi dengan membawa orang-orang yang ia sayangi.. pergi dari rumah itu.. hingga generasi terus berganti..”

    “Namun.. suatu saat.. salah satu orang yang temanmu sayangi.. datang kembali ke rumahmu dan ingin mengambil kembali rumah itu.. kini.. setelah kau dan temanmu tiada.. sebagai orang yang kau sayangi.. apa yang akan kau lakukan?”
    Tanya Luna menyelesaikan ceritanya.

    “Sudah jelas bukan?”
    Sebuah senyuman lembut terlihat di wajah Bu Elisa.
    “Hah?”
    “Tentu.. sudah jelas bukan? Aku akan mempertahankan rumah itu.., meski aku tahu pada awalnya ini adalah kesalahan orang yang menyayangiku.. namun.. kini ia telah tiada dan memberiku tempat untuk berteduh.. apakah aku akan melepaskannya begitu saja? Tidak. Kini rumah itu adalah rumah yang berharga bagiku.. dan tak ada siapapun yang boleh mengambilnya, termasuk mantan pemilik rumah itu..”

    “Elisa…”

    “Aku berjuang demi orang yang kusayangi, begitu juga dirinya.. jadi.. berikanlah perlawanan terbaikmu.. bukan hanya demi diriku, tapi juga demi orang yang aku sayangi..”

    Luna tersenyum mendengar jawaban Elisa.

    “Terima kasih.. Elisa..”

    Ia kemudian berdiri dari sana dan berjalan kembali ke arah sekolah..

    “Ah ya!”
    Luna tiba-tiba menengok
    “Kalau kau ketahuan berada di situ.. apa tidak akan menjadi masalah?”

    Tanya Luna kepada Bu Elisa yang duduk di rerumputan yang di sebelahnya berada papan bertuliskan ‘Dilarang Menginjak Rumput’.

    “Ah kau benar”
    Bu Elisa pun segera bergegas keluar dari area rumput itu.

    **

    Sore Hari..

    “Fuh… hari ini dia tidak datang juga… akibatnya anak-anak jadi tidak bersemangat latihan..”
    Keluh Alex melewati koridor yang bermandikan sinar oranye.

    Tiba-tiba..

    “Brug”

    Di persimpangan lorong, Alex bertabrakan dengan seseorang.

    “Ah, maaf”
    Ujar Alex yang kemudian menyadari ia pernah melihat orang yang ditabraknya, yang ternyata adalah William.
    “Loh, kalau tidak salah kau yang waktu itu bersama Luna kan?”
    Tanya Alex, akan tetapi William hanya diam saja.

    “Apa.. yang kau lakukan padanya?”
    Tanya William tiba-tiba

    “Haah? Lakukan apa? Pada siapa?”
    Tanya Alex bingung

    Namun, William malah mendorong Alex ke tembok dan menarik kerah bajunya.
    “Aku tanya apa yang kau lakukan padanya!? Mengapa setelah hari itu dia menjadi seperti itu?! Mengapa ia tidak lagi tertawa?! Mengapa ia tidak lagi tersenyum?! Apa yang kau lakukan pada Luna?!!”
    Teriak William pada Alex.

    Alex kemudian bergerak maju dan membuat William tak dapat menahan lajunya. William terdorong dan heran pada kekuatan Alex. Alex menggenggam lengan William dengan kuat.

    “Apa urusanmu?”
    Tanya Alex sambil terus maju mendorong William hingga ia yang malah terpojok ke jendela.
    “Kh.. karena aku..”

    “KARENA APA?!”
    Teriak Alex.

    “Karena aku menyukainya!”
    Seru William. Alex menghentikan langkahnya.
    “Kalau begitu, kenapa tidak kau lakukan sesuatu untuknya?”
    Jawab Alex kalem sambil menyingkirkan tangan William dari menggenggam kerah bajunya. Ia kemudian berjalan meninggalkan William yang berdiri terdiam.
    “Dan jangan salah sangka, aku tak punya perasaan lebih dari seorang teman kepadanya..”
    Ujar Alex berlalu.
    “Tapi suatu saat, mungkin perasaanku akan berubah..”
    Tambahnya.

    --

    Malam harinya.. di taman tempat Alex dan Luna biasa bertemu..

    Terdengar suara langkah kaki mendatangi Alex yang tengah duduk diatas seluncuran. Dan ternyata itu adalah Luna.. akan tetapi, Alex tidak berbicara sepatah katapun.. tidak seperti yang ia biasa lakukan jika Luna datang.

    Mereka berdua hanya terdiam selama bermenit-menit. Hingga Luna akhirnya mulai berbicara terlebih dahulu.

    “Hei Alex..”
    Panggil Luna, namun Alex hanya diam saja.

    “Apakah kau… pernah merasa apa yang kita lakukan ini salah?”
    Tanya Luna, sementara Alex hanya meliriknya dan tetap diam saja.

    “Apa kau tahu.. cerita ‘The Great Annihilation’ ?”

    Mendengarnya, Alex menancapkan pedang merah marunnya ke tanah. Ia mulai menjawab.

    “Jadi karena itu kau seperti ini.. biar kutebak, Kol yang menceritakannya padamu?”
    Tanya Alex balik.

    “Ya.. apakah itu benar?”

    “… itu memang benar..”

    “Jadi.. biarpun kau mengetahuinya, apakah kau tidak pernah merasa kita adalah pihak yang bersalah? Apakah kau tidak pernah merasa berdosa ketika membantai monster-monster itu? Biarpun kau tahu mereka juga memiliki seseorang yang mereka sayangi, seperti juga manusia?!”

    Alex meluncur turun dari seluncuran, ia kemudian berdiri.

    “Dengar, jangan kau pikir hanya kau saja yang tahu cerita itu.. aku tahu, banyak orang sepertiku yang tahu-“

    “Dan mengapa kalian tidak merasakan apapun?! Seolah kalian menikmatinya?! Manusia begitu egois..”

    Pandangan Alex berubah menjadi kesal mendengar pertanyaan Luna.

    “Menikmati? Aku menikmati ini? Jangan sok tahu! Sejujurnya, aku sudah muak dengan semua ini! Setiap malam terus melakukan pembantaian yang tak ada habis-habisnya.. AKU MUAK KAU TAHU?!”

    Luna tampak terkejut mendengar jawaban keras dari Alex.

    “Lantas.. mengapa kau masih terus melakukannya?”

    “Mengapa? Sudah jelas bukan?”

    “Aku bertarung demi adikku, bibiku, dan semua orang yang kusayangi.. demi mereka.. aku akan memberikan seluruh kemampuanku, menghadapi kenyataan meski itu memilukan.. kami semua dapat terus bertahan demi orang-orang yang kami sayangi”
    Ujar Alex dengan penuh keyakinan.
    “Namun.. perlu kau tahu.. tak semua monster itu jahat, dan tak semua manusia itu baik”

    “Lalu, apa alasanmu sendiri melakukan hal ini?”
    Tanya Alex

    “…”
    Luna terdiam, Alex terdiam.
    Hingga beberapa menit kemudian sebuah senyuman muncul kembali dari bibir Luna.
    “Sudah jelas bukan?”
    Jawabnya juga menirukan Alex, Alex pun tertawa kecil dan ikut tersenyum mendengarnya.
    “Hmph.. Baguslah..”

    “Baiklah, ayo kita taruhan lagi! Dan ngomong-ngomong... pernyataanmu tentang manusia dan monster bertentangan dengan kelakuanmu waktu itu tahu!”
    Seru Luna protes.

    “Hahaha.. mungkin waktu itu aku lupa.. hahaha..”

    “Dasar bodoh!”
    Ledek Luna.

    Alex mencabut pedangnya dari tanah kemudian berjalan melewati Luna dan mengelus kepalanya.
    “Jangan seperti itu lagi ya.. jika ada yang mengganjal hatimu.. katakan saja padak- ah maksudku pada seseorang.. jangan lagi membuat seseorang mengkhawatirkan dirimu”

    “Seseorang?”

    “Ah tidak, lupakan saja..”
    Ujarnya sambil berjalan.

    “Ah ya, aku kagum.. apa yang kau katakan tadi, persis sekali seperti yang Elisa katakan! Apa kau belajar darinya?”

    Alex berhenti berjalan. Ia tampak cukup terkejut mendengar apa yang Luna katakan. Sebuah senyuman dan seringai tiba-tiba muncul di wajahnya.

    “Hmph.. sebaliknya..”
    Ujarnya misterius.

    --

    Sementara itu.. di sebuah tempat yang jauh.. diatas sebuah pohon besar yang tinggi..

    Terlihat sesosok gadis kecil misterius tengah melempar-lemparkan biji-bijian di tangannya sambil bersenandung. Hingga ia melemparkanya begitu kuat dan biji-bijian itu terbang tinggi. Ia pun menangkapnya dengan sigap bersamaan dengan berhentinya ia bersenandung.

    “Kurasa ini sudah saatnya..”
    Ujarnya sambil memberikan senyuman misterius dibawah naungan sinar rembulan.





    Spoiler untuk Ilustrasi :

    Spoiler untuk Exodus & Glory :




    Spoiler untuk Ambassador Of Light :




    Spoiler untuk Luna Edwarton XV :









    Next Chapter
    Last edited by the_omicron; 03-02-10 at 13:09.


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  5. #64
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    tinggal nunggu si Gwendlyn aja deh klo gini, mulai bingung sdhan
    Gemini, The Two-Facets Personality

  6. #65
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    penasaran asli gw sama gadis misteriusnya ==a
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  7. #66
    SenichiSaga's Avatar
    Join Date
    Oct 2008
    Location
    Jakarta, Indonesia
    Posts
    983
    Points
    1,090.50
    Thanks: 2 / 0 / 0

    Default

    penasaran asli ama william

    oke. pas buka tret ini langsung di kasi 3 chapter amazing !!
    baca dulu ah...


    hmm... jadi penasaran apa lagi yang mau dibuat authornya setelah ini smile:
    pantau mode ON

    kembali berhibernasi...

  8. #67
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    updated

    @jb

    Gwendlyn akan nongol secara FTW ntar

    @lordtauren

    sante, 2 chapter lagi nongol kok

    @sentot

    AMAJING DIA DATENG

    William? Hmmm hmm


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  9. #68
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    kacian wiliam
    wkwkwkwkwkwkwk

    da kek pemain figuran yg kasih salam doank yach >.<
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  10. #69

    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Gabrielizm.co.cc
    Posts
    1,290
    Points
    567.70
    Thanks: 134 / 67 / 52

    Default

    gue dmeen nih
    cerita cinta nya makin kompleks wuakakaka

  11. #70
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    chapter 11 posted

    masalahnya makin rumit, Luna kena dilemma


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  12. #71

    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Gabrielizm.co.cc
    Posts
    1,290
    Points
    567.70
    Thanks: 134 / 67 / 52

    Default

    Xtroikol

    KOL KOL AWKAWKAKAKAK
    epiclah . semakin komplexxxxx

  13. #72
    the_omicron's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    di Cinere say........... Ongoing Novel: S|L|M
    Posts
    3,908
    Points
    13,246.30
    Thanks: 6 / 116 / 69

    Default

    chapter 12 posted


    Click To Read Sweet~.

    Mari Menulis Disini

    Quote Originally Posted by dono View Post
    Dilihat dari system server kami, dikarenakan sudah lebih dari 2000 pages kami mengambil keputusan untuk menutup thread in, karena menyebabkan ada nya keberatan dari server forum sendiri. Mohon maap dan terimakasih.

  14. #73
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    aduh2 gw lama gag buka tread ini dah ketinggalan jauH...
    masih di chapter 6 gw...
    huaaaa.........

    edit post ahh...
    sekarang dah selesai sampe chapter 12 gw....

    WaH Crita LUna sama LUnamaria ibunya lebih seru LUna...
    LebiH banyak bagian˛ yang bikin Lucu...membuat lebih berwarna...
    jadi Gag kaku gt...
    Last edited by open_closed; 26-01-10 at 16:37.
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

  15. #74
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    tambah ribet ==a

    gw baca cerita great annil nya aja 2 3 kali baru ngeh

    apa otak gw yang jadi **** yach :P
    ato ceritanya yang terlalu ribet

    btw si alex suka sama si luna??
    ato belom suka tapi bakal suka
    ato cman suka sebagai teman????

    tambah lagi da pertanyaan gw ==a
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  16. #75
    open_closed's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Indonesia Raya
    Posts
    848
    Points
    1,088.90
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    tambah ribet ==a

    gw baca cerita great annil nya aja 2 3 kali baru ngeh

    apa otak gw yang jadi **** yach :P
    ato ceritanya yang terlalu ribet

    btw si alex suka sama si luna??
    ato belom suka tapi bakal suka
    ato cman suka sebagai teman????

    tambah lagi da pertanyaan gw ==a
    swt...
    bacanya santai aja boss klo emang Kurang bagus nalar Imajinasi Loe ( loe bukan **** tp imajinasinya kurang, dalam mengkhayalkan Sebuah Kisah )

    Si aleX itu sekarang ini blom suka sama lUna...
    tp tidak tertutup kemungkinan di kedepan harinya dia bisa suka sama luna...
    coz hari2 dia kan sekarang udah di isi besama LUna...
    Begetooooo....!!
    Percayalah pada keajaiban tetapi jangan tergantung padanya

Page 5 of 8 FirstFirst 12345678 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •