Results 1 to 15 of 15
http://idgs.in/240690
  1. #1
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default Membangkitkan Industri Jalan Tol...

    Membangkitkan Industri Jalan Tol...

    Selasa, 25 Agustus 2009 | 15:48 WIB

    oleh Wartawan Kompas Haryo Damardono

    KOMPAS.com — Faktanya kini, baru 600-an kilometer jalan tol terbangun dari rencana pemerintah membangun 1.600 km jalan tol. Ambisi pemerintah membangun jaringan Tol Trans-Jawa dari Jakarta ke Surabaya juga gagal diwujudkan tahun 2009/2010. Industri jalan tol Indonesia memang sedang terpuruk. Bagaimana caranya bangkit dari kematian?

    Sungguh memprihatinkan, menyaksikan perkembangan jalan tol di Indonesia. Pembangunannya sungguh lamban, bahkan bila dibandingkan Malaysia. Negara tetangga itu hingga kini telah membangun lebih dari 6.000 km highway, atau jaringan jalan sekelas jalan tol di Indonesia.

    Padahal, Indonesia lebih dahulu membangun jalan tol. Pada 9 Maret 1978, mobil-mobil mulai lalu lalang di tol Jagorawi, menempuh ruas Jakarta-Bogor-Ciawi. Bertindak sebagai operator adalah PT Jasa Marga, badan usaha yang didirikan pada 1 Maret 1978.

    Ringkasnya, selama tiga dekade, Indonesia rata-rata hanya membangun 20 kilometer jalan tol setara jarak dari Pancoran menuju Depok. Bandingkan dengan Malaysia yang mampu membangun 285 km jalan tol per tahun, atau China yang membangun 14 km jalan tol per hari!

    Mengapa harus dibangun jalan tol? Di Spanyol atau negara maju lain, yang penggunanya tak perlu membayar satu rupiah pun untuk melintasi jalan tol (baca: jalan bebas hambatan), keberadaan jalan tersebut sungguh-sungguh demi melayani pergerakan barang dan penumpang.

    Jalan tol di Indonesia dibangun dengan peran swasta. Hal itu lebih karena pemerintah tak punya cukup uang untuk memelihara, apalagi membangun jalan. Data Departemen Pekerjaan Umum (PU) menunjukkan, total kebutuhan pemeliharaan dan pembangunan jalan dalam lima tahun (2006-2010) adalah Rp 120 triliun, tetapi realitasnya hanya tersedia Rp 69,39 triliun.

    Menurut hitungan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), untuk membangun Tol Trans-Jawa dibutuhkan dana Rp 40 triliun. Maka bila pemerintah tak menyerahkan pembangunan tol kepada swasta, boleh jadi hampir 60 persen anggaran Departemen PU hanya untuk mengurusi jalan dari Jakarta hingga Surabaya. Boleh jadi muncul tudingan, infrastruktur di Jawa dianak-emaskan.

    Bila infrastruktur jalan hanya dipusatkan di Pulau Jawa, lantas bagaimana dengan pembangunan jalan di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara? Lalu, bagaimana pembangunan jalan di pulau-pulau yang kaya dengan tambang, seperti di Pulau Kalimantan dan Pulau Papua?

    Maka, peran serta swasta dinanti untuk membangun jalan tol. Tak hanya memberi peluang agar dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dipakai membangun jaringan jalan di pelosok negeri, tetapi juga harapan agar investor lebih cepat membangun jalan tol.

    Tujuannya, tercipta sebuah koridor jalan yang mampu dilewati dengan lebih efisien. Hal mana tercermin dari antara lain, ketersediaan ruas jalan dengan kualitas baik sehingga mempersingkat waktu tempuh, menghemat bahan bakar, dan memperlama pemakaian suku cadang. Tujuan akhirnya adalah, meningkatnya daya saing perekonomian republik ini.

    Bagi pengusaha apel Malang, misalnya, jalan tol Surabaya-Jakarta diharapkan mempermudah ongkos transportasi. Kini diduga, harga apel Malang lebih mahal dari apel China lantaran ongkos transportasi yang terlampau tinggi akibat ketiadaan infrastruktur jalan yang representatif.

    Nelayan di Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, juga menginginkan terusan jalan tol Jagorawi, dari Ciawi hingga Sukabumi, syukur-syukur Pelabuhan Ratu. Sebab bila waktu tempuh Pelabuhan Ratu hingga Pelabuhan Muara Baru lebih singkat, maka harga tuna yang diekspor ke Jepang dapat lebih tinggi.

    Lebih rinci, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan menyebutkan, jalan tol dibangun untuk memperlancar lalu lintas di daerah berkembang; meningkatkan distribusi barang dan jasa; meringankan beban dana pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan; serta meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.

    Karpet merah investasi

    Sedari lama, pemerintah telah menjanjikan karpet merah bagi investor, tak terkecuali bagi investor jalan tol. Regulasi demi regulasi baru diterbitkan, bertujuan untuk memudahkan investasi di sektor ini.

    Telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang perubahan atas Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Adapun Perpres Nomor 36 Tahun 2005 adalah penyempurnaan dari Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

    Selain itu, telah dibentuk Lembaga Penilai Harga Tanah, yakni lembaga profesional dan independen untuk menilai penilaian harga tanah. Tujuannya untuk meredam sengketa terkait penetapan harga tanah. Lembaga itu pun diamanatkan oleh Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007.

    Dua hal penting yang diharapkan dari pemerintah dalam proyek jalan tol ini adalah masalah pembebasan lahan dan kepastian dalam penetapan tarif.

    Dikarenakan wewenang pembebasan lahan ada di tangan Panitia Pembebasan Tanah (P2T) sebagai organ pemerintah, maka diharapkan pemerintah berbuat yang terbaik yang tercepat untuk membebaskan lahan.

    Mengapa? Karena setiap penundaan penyelesaian pembebasan lahan dapat meningkatkan biaya investasi. Dampak akhirnya, terjadi penurunan tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR).

    Padahal IRR sangat-sangat diperhitungkan oleh investor sebab jangan sampai jerih payahnya untuk membangun infrastruktur yang membutuhkan perencanaan dan penanganan yang rumit ternyata akhirnya tak mendatangkan margin keuntungan yang memadai.

    Sekadar catatan, Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau Jakarta Outer Ring Road Ruas E1 Seksi IV, atau lebih dikenal sebagai ruas Jatiasih-Cikunir, akhirnya baru dioperasikan sejak September 2007. Persoalannya, hanya ada beberapa bidang tanah yang sulit dibebaskan.

    Jasa Marga sebagai operator tol itu pun kehilangan potensi pendapatan. Namun, yang lebih memilukan, selama bertahun-tahun, masyarakat harus terjebak kemacetan di perempatan Cawang-Universitas Kristen Indonesia (UKI) lantaran tiada akses penghubung dua tol utama, yakni Tol Jagorawi dan Tol Jakarta-Cikampek.

    Kenaikan tarif

    Sesuai jadwal, tarif tol akan naik akhir bulan Agustus 2009, atau selambatnya September 2009, terhadap setidaknya 13 ruas tol. Apakah pemerintah sudah setuju? "Tarif tol pasti naik sebab itu amanat undang-undang. Bila tidak (dinaikkan), saya salah," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.

    Sebenarnya kenaikan tarif tol tak sekadar memenuhi undang-undang, tetapi untuk keberlanjutan jalan tol itu serta investasi lanjutan untuk membangun jaringan jalan tol. Lagipula, andai pengelolaan tol tak berlanjut dan berubah status menjadi jalan arteri nasional, apakah pemerintah punya dana untuk memeliharanya?

    Tiap waktu memang selalu terjadi kenaikan biaya pemeliharaan jalan tol, kendaraan operasional dan patroli, lalu kenaikan gaji pegawai hingga lonjakan harga aspal. Jadi tanpa kenaikan tarif, logikanya alokasi dana pemeliharaan berkurang sebab pemasukan utama operator adalah dari uang yang dibayar pengguna jalan tol.

    Bila bahasa undang-undang ditelaah, sesungguhnya tak ada kenaikan tarif tol, tetapi sekadar penyesuaian tarif tol. Dasarnya adalah inflasi, sebagai patokan penyesuaian tarif tol. Inflasi yang dipakai pun adalah inflasi per daerah.

    Maka jangan heran, bila kenaikan tarif di Surabaya berbeda dengan di Medan. Munculnya persentase kenaikan tarif sebesar 15 persen, untuk kenaikan per akhir Agustus nanti pun hanya perkiraan kasar tanpa menghitung inflasi per daerah, sebagai hasil penjumlahan inflasi bulan September 2007 sampai Agustus 2009.

    Masyarakat sering salah mengerti dalam persoalan seputar kenaikan tarif ini. Terkadang ada tudingan, terjadi lobi-lobi tertentu untuk menetapkan persentase kenaikan tarif. Investor juga dituding berupaya mengeruk sebanyak mungkin keuntungan dalam kenaikan tarif ini.

    Yang patut dipahami, pertarungan antara pemerintah dan investor tol terletak pada penetapan tarif awal tol. Inti dari tender jalan tol terletak pada penetapan tarif awal tol. Sementara itu, kenaikan (baca: penyesuaian) tarif tol merupakan janji pemerintah kepada investor tol. Janji yang harusnya dipenuhi sebab telah masuk hitungan rencana bisnis.

    Faktanya, tarif awal tol rendah, contohnya Tol Jagorawi Rp 110 per km, Tol Tangerang-Merak Rp 247 per km, Serpong-Pondok Aren Rp 483 per km, dan tol dalam kota Rp 433 per km. Tarif awal tol yang baru dibangun, seperti Jagorawi-Cinere sebesar Rp 590 per km, lebih rendah dari Filipina Rp 1.750 per km, Malaysia Rp 950 per km, dan China Rp 1.200 per km.

    Dengan rendahnya tarif awal tol, maka bila tarif tidak disesuaikan berdasar inflasi, hal itu akan mempersulit investor untuk mengembalikan modal dan pinjaman, memelihara jalan tol, apalagi berinvestasi.

    Gilanya lagi, dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol, pemerintah menggariskan maksimal imbal balik modal sebesar 15-16 persen setahun. Ini atas dasar bahwa jalan tol merupakan pelayanan bagi publik. Jadi, keuntungan pun dibatasi. Siapa bilang investor yang menanam modal di jalan tol untung besar?

    Contoh dari ruas tol yang pernah tak dinaikkan tarifnya adalah, Tol Tangerang-Merak sepanjang 72 kilometer, yang kini kondisi jalannya kerap dikeluhkan pengguna. PT Marga Mandala Sakti sebagai investor tol itu pun mengaku, tol itu kini merugi Rp 560 miliar akibat tarif tol pernah tidak naik dari tahun 1993 hingga tahun 2003.

    Padahal pernah dijanjikan, tarif naik 40 persen setiap tiga tahun sekali, apalagi lalu lintas harian (LHR) tol ini juga tidak terlalu tinggi akibat Pelabuhan Bojonegara yang tak kunjung terbangun. Ketika tarif tol tidak naik dan LHR rendah, pendapatan tol pun seret sehingga pemeliharaan pun setengah-setengah.

    Bagi perusahaan jalan tol yang sudah berstatus perusahaan terbuka, seperti Jasa Marga, dengan kepemilikan saham oleh publik sebesar 30 persen, tidak dinaikkannya tarif tol sama artinya dengan pembohongan terhadap investor publik.

    Investor Jasa Marga pun bukan saja investor lokal, tetapi juga investor mancanegara. Ini buah dari road show Jasa Marga di London, Boston, New York, dan Washington. "Ketika kami road show, pertanyaan dari investor adalah, apakah Pemerintah Indonesia dapat konsisten menaikkan tarif," kata Direktur Utama Jasa Marga Frans S Sunito.

    Jadi, ketika kenaikan tarif tol dibatalkan atau ditunda dalam waktu lama, harga saham Jasa Marga—yang dalam enam bulan terakhir merangkak naik dari Rp 900-an per lembar saham menjadi Rp 1.750 per lembar saham—boleh jadi akan kembali terhempas.

    Jangankan pembatalan atau penundaan kenaikan tarif tol, sikap yang reaktif dari masyarakat untuk menolak kenaikan tarif tol telah mampu menciptakan sentimen negatif di antara para investor tol. Mereka akan melihat industri tol terlalu bermasalah dan tidak kondusif.

    Padahal, anjloknya harga saham dari operator jalan tol, seperti Jasa Marga, akan mengurangi kemampuan Jasa Marga untuk membangun jaringan jalan tol lainnya. Ujung-ujungnya, masyarakat dirugikan oleh tidak adanya akses jalan yang mumpuni ini.

    Tak dapat dipungkiri, tulang punggung transportasi republik ini ada di jalan. Moda transportasi jalan mengangkut 91,25 persen barang dan 84,13 persen orang; kereta api mengangkut 0,63 persen barang dan 7,32 persen orang; kapal laut mengangkut 7,07 persen barang dan 1,76 persen orang; sedangkan pesawat mengangkut 0,05 persen barang dan 1,52 persen orang.

    Perpindahan moda transportasi ke kereta api, sebagaimana terjadi di India dan China, bukan hal mudah karena rendahnya perhatian pemerintah. Statistik menunjukkan ada lebih dari 100 peristiwa luar biasa (kecelakaan, tabrakan, dan anjlok) dalam setahun.

    Terlebih berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Prasarana Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, ternyata kenaikan tarif tol 10-40 persen hanya memengaruhi ongkos transportasi sebesar 1,6 persen. Sementara itu, dampaknya bagi harga produksi hanya 0,05 persen.

    Standar minimum

    Atas nama keadilan, tentu saja, kenaikan tarif harus diimbangi pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM). Standar itu berupa pemasangan pagar, kekesatan jalan (kelicinan permukaan jalan), maksimum jumlah lobang, dan peningkatan kecepatan transaksi rata-rata.

    Namun, kembali atas nama keadilan, hendaknya dikaji lebih dalam pemenuhan SPM. Mengapa tidak dipenuhi? Apakah SPM tak dipenuhi lantaran operator merugi akibat tarif tak dinaikkan di era 1990-an? Atau, operator merugi karena koneksivitas tol terputus akibat lambannya kerja operator di ruas tetangga? Atau, pemerintah membangun jalur arteri paralel dengan tol?

    Bila ditemui faktor eksternal yang menghambat pemenuhan SPM, hendaknya pemerintah membantu operator tol. Sebaliknya, bila terlacak upaya investor untuk tak memenuhi SPM, demi membangun ruas baru atau berinvestasi di sektor lain, sebaiknya jangan menganulir kenaikan tarif. Namun, denda operator setinggi mungkin agar jera, dan tak lagi sengaja mengabaikan SP.

    Denda bagi operator patut menjadi pemikiran sebagai jalan tengah. Pemerintah tak dapat dipersalahkan akibat tak menaikkan tarif tol. Namun, di sisi lain operator juga diingatkan agar memenuhi komitmennya menyediakan infrastruktur jalan yang baik.

    Suara-suara yang meributkan kemacetan di jalan tol juga mesti menyadari bahwa menuntut operator untuk mengosongkan jalan tol adalah sebuah kesia-siaan. Mengingat jalan tol adalah jalan alternatif, mengapa gugatan tak dilontarkan ke pemerintah yang abai membangun transportasi massal sehingga jalan tol menjadi urat nadi transportasi?

    Membangkitkan tol

    Banyak pekerjaan harus dilakukan untuk membangkitkan industri tol di Indonesia. Hal termudah yang dapat dikerjakan pemerintah adalah menepati janji untuk menaikkan tarif tol.

    Lantas, patut ditinjau regulasi pengadaan tanah yang menjadi landasan dari pembebasan lahan bagi pembangunan infrastruktur. Bila perlu, regulasi itu direvisi untuk mempercepat pembebasan lahan yang kini kerap terhenti. Realisasi pembangunan infrastruktur memang selalu terhambat pembebasan tanah.

    Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Nurdin Manurung mengingatkan, regulasi pembebasan lahan dan Lembaga Penilai Harga Tanah ternyata tak banyak membantu pembangunan infrastruktur di Indonesia.

    Dia mengatakan, jangankan Tol Trans-Jawa, proyek infrastruktur Kanal Banjir Timur saja tak juga selesai. Padahal, uang pembebasan lahan telah disediakan pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta, sementara Departemen Pekerjaan Umum siap mengerjakan konstruksi Kanal Banjir Timur.

    Ditekankan Nurdin, lamanya pembebasan lahan Kanal Banjir Timur menunjukkan ada yang salah dalam regulasi pengadaan tanah. "Regulasi yang ada menyulitkan saat pelaksanaannya," ujarnya.

    Harian KOMPAS mencatat, dari kebutuhan lahan Tol Trans-Jawa seluas 4.658 hektar, yang baru terbebaskan 885 hektar (hingga Juli 2009) meningkat dari 75 hektar (November 2007). Persoalannya, bila kecepatan pembebasan lahan seperti itu, lahan terbebaskan 10 tahun lagi!

    Bagi investor tol, lebih baik lagi bila pemerintah membebaskan lahan tol. Nantinya, investor tinggal mengerjakan konstruksinya. Berdasarkan penghitungan BPJT untuk membangun Tol Trans-Jawa dibutuhkan dana Rp 40 triliun, tercakup di dalamnya kebutuhan pembebasan lahan sebesar Rp 4 triliun.

    Angka Rp 4 triliun pun sebenarnya nyaris tak berarti untuk percepatan pembangunan tol dari Jakarta hingga Surabaya yang lebih dari 600 kilometer. Terlebih, pemerintah mampu mengucurkan Rp 4,5 triliun untuk membangun Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) sepanjang sekitar 5,5 kilometer.

    Di sinilah persoalannya, pemerintah tak cukup dana untuk membangun infrastruktur jalan dan mengembangkan angkutan massal. Namun, investor ataupun operator tol dibiarkan bertarung sendiri untuk membangun jalan.

    Pemerintah juga tak mengedukasi masyarakat mengenai sulitnya proses pembangunan jalan tol maupun tujuan positif dari terbangunnya jalan tol. Akibatnya, timbul sikap apatis dan defensif dari masyarakat, tiap kali ada kenaikan tarif tol. Bila begini ceritanya, bagaimana mungkin industri tol bertumbuh....

    http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...stri.jalan.tol...

    Artikel yang menarik. Setau gw investor sukanya sama tol-tol yang ngelilingin Jakarta doang (JORR, BORR, dll), jadi pemerintah harus ada inisiatif untuk melakukan pembangunan tol. Pemerintah daerah juga harus inisiatif, kenapa gak bisa? Kabupaten Siak aja bisa! Meskipun gak concrete, jalannya lebar dan standarized, dengan drainase dan median plus penerangan.

    Ini contohnya. Ini lagi dibangun, pekerjanya lagi gak ada, soalnya masih libur lebaran

    Spoiler untuk Siak :

    1


    2


    3


    4


    Dan ini dibangun dengan APBD Kabupaten Siak sendiri, gak pake APBD Provinsi, apalagi APBN!

    Akibatnya, timbul sikap apatis dan defensif dari masyarakat, tiap kali ada kenaikan tarif tol. Bila begini ceritanya, bagaimana mungkin industri tol bertumbuh....
    Kalo ini menurut gua bukan masalah sosialisasi blablabla, tapi memang udah biasa kali kalo ada apa naik pasti pada ngamuk
    Quote Originally Posted by Albert Einstein
    I can't conceive of a God who rewards and punishes his creatures.

  2. Hot Ad
  3. #2
    luna_croz's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Void!!
    Posts
    6,132
    Points
    14,571.06
    Thanks: 18 / 128 / 81

    Default

    yang naik di daerah tol jagorawi itu yg bikin ngamuk sebenernya..
    klo kluar kota mah orang anteng2 aja..
    kenapa ga ngamuk? ia lah tiap brapa lama sekali naek..
    tapi naek tol macetnya bisa mpe jam-jam an kan lucu jadi nya
    http://bit.ly/n86th7

    Graboid free download HD movies

  4. #3
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default

    Quote Originally Posted by luna_croz View Post
    yang naik di daerah tol jagorawi itu yg bikin ngamuk sebenernya..
    klo kluar kota mah orang anteng2 aja..
    kenapa ga ngamuk? ia lah tiap brapa lama sekali naek..
    tapi naek tol macetnya bisa mpe jam-jam an kan lucu jadi nya
    Kalo di Cipularang bikin kita SEA SICK

    Tol yang siap dalam 2 tahun belakangan cuman Waru-juanda, JORR East Section, SouthSection, Makassar SeksiIV, Waru-Juanda elevated, sama Suramadu, sama pelebaran beberapa ruas tol di sekitaran Jakarta. Sisanya paling nguruk tanah.
    Quote Originally Posted by Albert Einstein
    I can't conceive of a God who rewards and punishes his creatures.

  5. #4
    Excalibursz's Avatar
    Join Date
    May 2008
    Location
    Anywhere I Want
    Posts
    487
    Points
    701.60
    Thanks: 11 / 2 / 2

    Default

    kalo harga mahal.. lancar??? OKE LA...
    kalo harga mahal.. lelet????.... mikir" dulu da..

    sebenernya sih pemerintah kemana apbn nya?? g rada bingung..
    duit"nya kemana gt ==a

  6. #5
    aado's Avatar
    Join Date
    May 2008
    Posts
    220
    Points
    271.00
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    wah gw kira investasi di infrastruktur bisa datengin keuntungan gede. . . ternyata rumit bener.
    yg gw tangkep masalahnya ada di biaya tol yang rendah sehingga perusahaan infrastruktur nya gag bisa berkembang > tapi di sisi lain pelayanan standarnya masih belum memuaskan.
    yg belum gw ngerti koq bisa gitu?
    karena negara lain bisa berkembang lebih cepat>
    malaysia yg populasinya lebih sedikit aja bisa (more people more cars, less people less cars)
    china yang populasinya lebih banyak juga bisa

    apa karena terlalu banyak yang disubsidi sampe2 buat bikin jalan apbn ga nyisa?
    hmm harus dipikirin nih

    btw forum B&P jd rame lagi yaa

  7. #6
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default

    Quote Originally Posted by aado View Post
    malaysia yg populasinya lebih sedikit aja bisa (more people more cars, less people less cars)
    china yang populasinya lebih banyak juga bisa

    apa karena terlalu banyak yang disubsidi sampe2 buat bikin jalan apbn ga nyisa?
    hmm harus dipikirin nih

    btw forum B&P jd rame lagi yaa
    Investor sukanya tol yang puter-puter Jakarta, makanya JORR sama BORR malah lebih cepet jadi.

    APBN bisa cukup, kabupaten Siak Indrapura aja bisa kok, free way pula.
    Quote Originally Posted by Albert Einstein
    I can't conceive of a God who rewards and punishes his creatures.

  8. #7
    detective007's Avatar
    Join Date
    Nov 2008
    Location
    FaPLoli
    Posts
    1,819
    Points
    7,003.74
    Thanks: 162 / 88 / 58

    Default

    Tu daerah Cengkareng dibangun lagi tol nya, sebelumnya kalo ga salah sempet stuck belasan tahun...
    Apakah gara2 di pusat jakarta sudah ampir ga bisa dibangun tol lagi??

  9. #8

    Join Date
    Jun 2009
    Posts
    2
    Points
    2.20
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    di Jember udah ada tol mini
    bentuknya melingkar seperti tol dan bertingkat
    orang-orang menyebutnya sebagai jembatan semanggi.

    sebaiknya kalau bikin toll harus yang bebas gempa

  10. #9
    Kaixa's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Location
    di pelukan Tae Yeon SNSD & Jessica SNSD
    Posts
    6,719
    Points
    1,549.12
    Thanks: 274 / 205 / 173

    Default

    Quote Originally Posted by detective007 View Post
    Tu daerah Cengkareng dibangun lagi tol nya, sebelumnya kalo ga salah sempet stuck belasan tahun...
    Apakah gara2 di pusat jakarta sudah ampir ga bisa dibangun tol lagi??
    gw rasa sih krn uda ada dananya.

    Quote Originally Posted by realidgs View Post
    di Jember udah ada tol mini
    bentuknya melingkar seperti tol dan bertingkat
    orang-orang menyebutnya sebagai jembatan semanggi.

    sebaiknya kalau bikin toll harus yang bebas gempa


    bebas gempa ? susah bro, indonesia itu termasuk negara dlm ring of fire (jajaran gunung api dunia)
    Ten no michi o iki, Subete o Tsukasadoru otoko



    Kono machi wa boku no uchi. Boku wa dareka mo naite ga hoshikunai



    Prinsip berteman ala gw : Lo baek, gue lebih baek. Lo jahat, gue lebih kejam 10x lipat


    "It's... It's Lu Bu !!!"



  11. #10
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default

    Tol bebas gempa? Di Kalimantan, tapi di Kalimantan begitu peresmian pasti langsung ambles tau sendiri kontur tanahnya gimana disana.
    Quote Originally Posted by Albert Einstein
    I can't conceive of a God who rewards and punishes his creatures.

  12. #11
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default

    Quote Originally Posted by Albert Einstein
    I can't conceive of a God who rewards and punishes his creatures.

  13. #12
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default

    Quote Originally Posted by Albert Einstein
    I can't conceive of a God who rewards and punishes his creatures.

  14. #13
    sariayu's Avatar
    Join Date
    Feb 2008
    Location
    Chungcheongnam-do
    Posts
    1,988
    Points
    2,942.90
    Thanks: 5 / 39 / 30

    Default

    Tol Kanci-Pejagan Siap Beroperasi



    JAKARTA-MI: Ruas tol Kanci-Pejagan sepanjang 34 km telah siap beroperasi, setelah pada 16 Desember 2009 diserahterimakan dari PT Adhi Karya selaku kontraktor pembangunan fisik kepada PT Bakrie Toll Road (BTR) selaku pemegang konsesi.

    "Dengan serah terima (Profesional Hand Over/PHO) berarti semua kelengkapan tol Kanci-Pejagan sudah dipenuhi PT Adhi Karya Tbk selaku kontraktor," kata Direktur Utama PT Bakrie Toll Road, Harya M Hidayat di Jakarta, Selasa (22/12).

    Harya mengatakan, pembangunan fisik semua kelengkapan jalan tol mulai dari badan jalan, bahu jalan, rambu lalulintas, penunjuk arah, marka jalan, gerbang tol, serta kantor operasi seluruhnya sudah diselesaikan.

    Sehingga, kata Harya, pihaknya secara resmi sudah mengirim surat kepada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) untuk dapat menurunkan Tim Teknis Uji Layak Operasi (ULO). Surat tersebut sudah dijawab BPJT pada Selasa (22/12) dan menjanjikan untuk menerjunkan tim ke lokasi.

    Harya menjelaskan, dengan ditekennya berita acara serah terima (PHO), itu berarti seluruh kelengkapan tol mulai dari konstruksi sampai kelengkapan pendukungnya sudah diselesaikan.

    Harya mengatakan, ruas tol Kanci-Pejagan juga sudah terkoneksi dengan jaringan listrik PLN. Namun, meski pembangunan fisik sudah rampung, untuk sementara waktu pengoperasian gerbang tol masih menggunakan diesel. Setelah benar-benar beroperasi barulah semuanya menggunakan aliran listrik dari PLN.

    "Kami menunggu kepastian dulu beroperasi sebelum dialiri listrik PLN. Jangan sampai nanti bayar abodemen tetapi tol belum beroperasi, tujuan penggunaan genset selain sebagai cadangan juga sebagai persiapan sebelum beroperasi penuh," ujarnya.

    Harya mengatakan, Tol Kanci - Pejagan mendapat jaminan penuh dari kontraktor dengan menggunakan paket tahun jamak atau lebih dari satu tahun. Sehingga, jika nantinya masih memerlukan perbaikan, masih dalam jaminan kontraktor Adhi Karya.

    Tol Kanci - Pejagan sendiri menggunakan konstruksi jalan dengan teknologi "Precast Prestress Concrete Pavement" (PPCP)" atau beton cetak yang ditarik dalam pemasangannya sehingga membuat pembangunannya berjalan lebih cepat serta kualitas yang jauh lebih baik.

    BPJT sebelumnya juga sudah menuntaskan pengaturan lalulintas dengan Tol Palimanan - Kanci yang nantinya akan menyambung dengan tol Kanci - Pejagan, sehingga saat beroperasinya tidak ada masalah terkait dengan pengaturan lalulintas.

    Tol Kanci - Pejagan sendiri merupakan salah satu ruas tol yang menjadi target harus diselesaikan dalam program 100 hari kerja Menteri Pekerjaan Umum. Namun, belum genap 100 hari, kenyataannya dengan adanya PHO tersebut tol ini dapat dirampungkan sebelum Desember 2009.

    Harya sendiri menargetkan, seandainya tim kelayakan operasi dapat bekerja cepat dan efektif maka diperkirakan awal Januari 2010 ruas tol ini sudah dapat digunakan masyarakat umum. (Ant/OL-7)

    http://www.mediaindonesia.com/read/2...iap-Beroperasi
    Quote Originally Posted by Albert Einstein
    I can't conceive of a God who rewards and punishes his creatures.

  15. #14

    Join Date
    Dec 2009
    Posts
    138
    Points
    183.60
    Thanks: 5 / 2 / 2

    Default

    gw tiap minggu lewat tol jakarta merak. itu jalan ga perna bener. tiap hari dibenerin. anehnya klo uda bener cepet bgt ancurnya. makanya tiap hari dibenerin trus. pemerintah kayanya ga bosen2 benerin jalan tol, makanya ga bikin yang baru. haha.

  16. #15

    Join Date
    Dec 2009
    Posts
    195
    Points
    229.70
    Thanks: 1 / 7 / 7

    Default

    Oh iya gw juga kadang2 liwat situ ancur banget. Engga bener ni mungkin dananya dikorup, jadi jalannya ga jadi2...

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •