Results 1 to 6 of 6
http://idgs.in/270399
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default [Cerpen]Antara Perasaan dan Profesionalisme

    Jujur aja, judulnya baru saya pikirin pas mau posting sekarang ini. Padahal cerita ini udah selesai dari bbrp tahun yg lalu ^^a

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Ada kalanya, kita harus berhadapan dengan suatu situasi dimana muncul pertanyaan :
    Mana yang akan kau pilih; Perasaan hati ataukah profesionalisme pekerjaan ?
    Suatu pertanyaan yang teramat sulit, apalagi jika keduanya saling bertentangan.


    Tidak pernah terbayangkan olehku, malam itu akan menjadi malam paling menyedihkan dalam hidupku. Hanya dalam waktu satu malam, aku kehilangan orang-orang yang sangat berarti bagiku. Pada hari itu, sebagai seorang dokter, seperti biasa aku pulang larut malam akibat banyaknya pasien yang harus kutangani. Sesampai di rumah, aku merasa bingung ketika melihat rumahku dalam keadaan gelap. Apalagi ketika melihat pintu depan rumahku tidak terkunci. Dengan jantung berdebar, aku melangkah masuk ke dalam rumah. Firasatku benar; Di ruang tamu, seisi ruangan berantakan. Aku segera berlari ke ruangan lainnya. Di ruang makan, aku terjatuh akibat tersandung sesuatu. Ketika melihat benda yang menghalangi langkahku, hampir saja aku pingsan. Tubuh putraku yang baru berusia 5 tahun, terbaring di lantai bersimbah darah. Tetapi aku masih dapat menahan diri. Tiba-tiba kudengar suara-suara dari lantai dua. Dengan cepat aku menaiki tangga, lalu langsung menuju ruangan tempat suara tersebut berasal; Yang ternyata adalah kamarku. Ketika membuka pintu kamar, darahku langsung mendidih. Apa yang kulihat benar-benar bukanlah perbuatan seorang manusia. Di dalam keremangan cahaya rembulan yang masuk menembus jendela, aku melihat tubuh istriku terbaring sekarat dalam keadaan tanpa busana, dan ada seseorang yang sedang memperkosanya. Orang itu terkejut ketika melihatku membuka pintu, lalu ia mendorong tubuhku hingga terhempas ke dinding. Aku berhasil menjegalnya, dan kami terlibat pergumulan sesaat, sebelum akhirnya ia berhasil menusuk pinggangku lalu melarikan diri. Karena orang itu memakai penutup kepala, aku tidak dapat melihat wajahnya. Aku hanya sempat melihat sekilas, bahwa orang itu mempunyai bekas luka memanjang di lengannya. Sambil memegang pinggangku yang terluka, aku merangkak menuju tubuh istriku. Melihat luka di perutnya yang begitu dalam, aku sadar, bahwa istriku tidak dapat diselamatkan. Aku hanya dapat memegang tangannya, sementara air mataku mengalir deras.
    “Ri..chard, aku.. ta..kut... A..pa aku a..kan ma..ti ?”
    “Tidak sayang, kamu akan baik-baik saja. Aku khan dokter, pasti aku dapat menyelamatkanmu.”
    “Te..tapi, menga..pa.. semua..nya se..makin ge..lap ? Bah..kan a..ku tidak.. da..pat me..lihat wa.. jahmu.. la..gi ?”
    Saat itu, mulutku terkunci. Pikiranku terasa begitu hampa, dan di dalam hati, aku terus bertanya kepada Tuhan; Mengapa Ia begitu kejam membiarkan kejadian ini menimpa keluargaku ?
    “Ri..chard, di..ngin.. se..kali... To..long, Rich...”, kalimat itu tidak terselesaikan. Mata istriku menatap kosong ke langit-langit, dan lengannya terkulai dalam genggamanku.
    “Ti.. tidak mungkin ! Marie, bangunlah ! Katakanlah padaku, ini bohong khan ? Marie.. Marie.. MARIEE !”, suaraku menggema dalam kesunyian malam.

    Upacara pemakaman berlangsung sederhana, ditengah hujan rintik-rintik. Pengunjung yang datang hanya rekan sekerjaku, karena sejak awal, pernikahanku dengan Marie memang tidak direstui oleh keluarga kami masing-masing. Walau upacara telah selesai, aku masih berdiri mematung di depan makam istri dan putraku. Aku masih tidak dapat percaya, mereka telah tiada.
    ‘Aku tidak tahu, sayang, apakah aku pantas menjadi istrimu. Tetapi, aku akan berusaha.’
    ‘Papa, Keith mendapat pujian dari Bu guru ! Kata beliau, gambar Keith bagus, dan akan dipajang di dinding kelas.’
    ‘Aku sangat mencintaimu, Richard.’

    Suara-suara itu terus terngiang-ngiang di telingaku. Air mataku kembali mengalir di pipiku, menyatu dengan air hujan. Hingga akhirnya aku jatuh berlutut sambil menutup wajahku.
    ... Ini tidak adil; Benar-benar tidak adil ! Tuhan, mengapa Engkau merenggut istri dan anakku dari sisiku ?! Apa salahku hingga semua ini menimpa keluargaku ?! ...

    Tiba-tiba terdengar sebuah teguran ramah, “Dokter Richard, apa Anda baik-baik saja ?”
    Aku menengok; Dokter kepala Lans berdiri di sampingku. Aku menghapus air mata dari pipiku.
    “A.. aku baik-baik saja. Walau semua ini terasa berat, tetapi pastilah aku dapat melewatinya.”
    “Aku tidak tahu, bantuan apa yang dapat kuberikan padamu. Tetapi jika ada, katakanlah, aku pasti akan membantumu.”
    “Terima kasih, Dokter Lans.”
    Aku menengok sesaat ke arah kedua makam itu, lalu melangkah pergi bersama Dokter Lans.

    Agar tidak terlalu merasa tertekan akibat kejadian itu, aku selalu berusaha menyibukkan diri dalam pekerjaan. Akibatnya, aku harus beristirahat selama beberapa hari karena kelelahan.
    “Jangan terlalu memaksakan diri, Dokter Richard. Aku mengerti, apa yang Anda lakukan demi menutupi kesedihan Anda. Tetapi akibatnya, Anda terlalu lelah hingga jatuh sakit. Bukankah ketika itu sudah kukatakan, apabila ada yang dapat kubantu, katakan saja.”
    Aku terdiam sejenak, lalu berkata, “Sebenarnya aku sendiri tidak mengerti, mengapa aku tetap hidup. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupku telah tiada, dan aku tidak diterima oleh keluarga sendiri, sepertinya apapun yang kulakukan tidak ada gunanya lagi.”
    Dokter kepala Lans menarik nafas dalam-dalam
    “Jangan berpikir seperti itu, dokter. Apakah Anda telah lupa, mengapa kita memilih jalan hidup sebagai seorang dokter ? Karena dengan kemampuan dan tenaga kita, kita dapat menyelamatkan nyawa orang lain ! Bukankah karena hal tersebut, maka walau sering tidak bisa pulang karena tugas malam dan mendapat penghasilan tidak seberapa, tetapi kita melakukannya dengan tulus ?”
    Mendengar kata-kata Dokter Lans, aku tertegun.
    ... Benar juga. Aku telah melupakan idealisme seorang dokter ...

    “Ma.. maaf. Anda benar, aku hanya memikirkan diri sendiri saja.”
    Dokter Lans tersenyum.
    “Istirahatlah yang cukup. Lalu setelah pulih, Anda bisa kembali bekerja. Tetapi ingatlah, jangan terlalu memaksakan diri.”
    Aku mengangguk.

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    oK, bagian pertama dulu deh. Nanti baru bagian keduanya...

  2. Hot Ad
  3. #2
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    wooo... bagian pertama nya lgsg adegan kek gini, ok bro bagus kok smile:
    Gemini, The Two-Facets Personality

  4. #3
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Usaha pencarian yang dilakukan oleh pihak kepolisian tampaknya sia-sia. Tidak ada buron yang memiliki luka memanjang di lengan, ataupun orang yang mengetahui mengenainya. Beberapa hari kemudian, setelah tubuhku pulih dari kelelahan yang mendera, aku kembali bekerja. Tetapi jalannya kehidupan selalu tidak terduga. Di hari pertama aku mulai kembali bekerja, ada seorang pasien yang terluka parah akibat tembakan; Dan orang itu memiliki luka memanjang di lengannya ! Kebetulan, akulah yang mendapat tugas untuk memimpin operasinya.
    ... Tuhan, apakah ini kesempatan yang telah Kau berikan padaku untuk membalas dendam ? ...

    Aku tahu, di dalam operasi pembedahan untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di bagian punggung, apalagi di dekat tulang punggung, mudah sekali terjadi kesalahan yang dapat mengakibatkan meninggalnya pasien. Sebuah kesalahan kecil, begitu mudahnya...
    Tiba-tiba kata-kata Dokter kepala Lans bagai palu godam menghantam pikiranku, ‘Karena dengan kemampuan dan tenaga kita, kita dapat menyelamatkan nyawa orang lain !
    Untuk sesaat, aku bingung apa yang sebaiknya kulakukan. Aku memandang ke arah orang yang terbaring hampir mati itu. Ingatanku kembali pada tubuh istriku, yang sedang terbaring sekarat, dan aku benar-benar tidak dapat menyelamatkannya.
    ... Apakah aku harus menyelamatkan orang yang telah membunuh istri dan putraku ?! ...

    “Dokter, apakah kita bisa segera memulai operasinya ?”, suara suster membuatku terkejut.
    “I.. iya.”
    Lampu khusus operasi sudah menyala. Tetapi perasaanku masih bimbang, antara membalas dendam atau menyelamatkan nyawa orang itu. Bahkan tanganku yang memegang pisau bedah gemetaran. Salah seorang suster memperhatikan lenganku.
    “Dokter, apakah Anda baik-baik saja ? Bahaya sekali jika Anda memegang pisau bedah dalam keadaan gemetar begitu.”
    “Ma.. maaf. Kita tunda dahulu operasinya.”, aku menaruh pisau bedah itu, lalu membuka penutup wajahku.
    Tanpa menjelaskan alasannya, aku membuka pintu lalu keluar, diikuti oleh pandangan bingung dari para suster yang membantuku. Aku duduk di bangku lorong sambil menutup wajahku.
    ... Oh Tuhan, tolong beritahu aku, apa yang sebaiknya kulakukan ? ...

    Tiba-tiba...“Dokter Richard, apakah operasinya telah selesai ?”
    Aku menengok ke arah orang itu; Dokter Lans.
    “Dokter, katakanlah, apa yang harus kulakukan ?”
    Aku-pun menceritakan mengenai orang yang harus kutolong itu.
    “Jadi, orang itulah yang telah merampok dan membunuh anak – istrimu ? Apakah Anda yakin ?”
    Aku mengangguk.
    “Karena, luka memanjang di lengan itu langka sekali, bahkan pihak kepolisian-pun tidak menemukan orang yang memiliki luka seperti itu. Tidakkah Anda pikir ini adalah kesempatan bagiku untuk membalas dendam ?”
    Dokter Lans tersenyum sambil berkata, “Tetapi, saat ini Anda merasa ragu untuk membalas dendam bukan ? Kalau tidak, tentulah Anda tidak mungkin sedang duduk kebingungan disini.”
    Aku hanya terdiam.
    “Baiklah, jika Anda menginginkan jawaban dari saya. Saya akan menjawab dengan pertanyaan : Apakah anak dan istri Anda akan kembali jika Anda tidak menolong orang itu ? Ingatlah satu hal, Dokter Richard. Kita hanyalah seorang dokter, dan bukan hak kita untuk menentukan hidup – matinya seseorang. Dan tentunya Anda masih ingat akan apa yang telah saya katakan, bahwa tugas seorang dokter adalah menyelamatkan nyawa seseorang. Keputusan terakhir tetap berada di tangan Anda, apakah Anda akan membiarkan dendam itu menguasai Anda, ataukah Anda dapat bersikap layaknya seorang dokter profesional.”
    Setelah berkata demikian, Dokter Lans berjalan pergi meninggalkanku yang masih terdiam.

    Aku masuk kembali ke dalam ruang operasi. Para suster pembantuku sedang menungguku untuk melanjutkan operasi.
    “Baiklah, kita akan lanjutkan operasinya.”, aku memasang kembali penutup wajah.
    Lampu khusus operasi kembali dinyalakan. Aku mengambil pisau bedah, lalu mengamatinya. Tanganku yang memegang pisau kali ini tidak gemetar. Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu memulai operasi. Suasana di dalam ruangan menjadi sunyi. Suara yang terdengar hanyalah suaraku yang sedang meminta alat.
    “Gunting !”
    “Pinset !”
    .................................................. ..........
    Setelah melewati masa yang menegangkan, akhirnya operasinya selesai. Ketika aku sedang mencuci tangan, Dokter Lans mendatangiku.
    “Dokter Richard, bagaimana operasinya ?”
    Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum.
    “Benar-benar sulit. Andai tadi aku tidak menenangkan diri di luar, sudah dapat dipastikan akan gagal.”
    “Kalau begitu, selamat atas keberhasilan Anda. Demi suksesnya operasi ini, dan atas kesuksesan Anda dalam mengatasi kebencian Anda terhadapnya.”, beliau mengulurkan tangannya.
    Aku menerima jabat tangannya sambil berkata, “Terima kasih atas nasehat Anda, dokter. Setelah kupikirkan baik-baik, aku memutuskan biarlah hukum yang akan mengadilinya atas apa yang telah dilakukannya terhadap keluargaku. Bukankah manusia biasa seperti kita, tidak mempunyai hak untuk menentukan hidup – matinya seseorang ?”
    Dokter Lans mengangguk.
    “Kalau begitu, saya permisi dahulu. Masih ada tugas yang harus saya selesaikan.”
    Setelah berkata demikian, Dokter Lans berjalan pergi.

    Keesokan paginya, aku berziarah ke makam istri dan putraku.
    “Marie, Keith, kemarin aku telah menyelamatkan nyawa orang yang telah merenggut kalian dari sisiku. Mungkin, kalian akan menganggap aku suami dan ayah yang tidak bertanggung jawab; Tidak membalaskan dendam kalian. Maafkan aku, tetapi walau bagaimanapun aku adalah seorang dokter. Dan, tugas seorang dokter adalah menyelamatkan nyawa orang lain. Aku tidak bisa menyelamatkan nyawa kalian, dan karenanya aku sangat menyesal. Itulah sebabnya, aku tidak ingin lagi merasakan penyesalan yang sama.”
    Aku terdiam, karena merasa mendengar suara Marie, istriku. Suara itu terdengar sayup-sayup di antara suara angin.
    “Tidak apa-apa. Kami bangga, dengan jalan yang telah kau pilih, Richard.”
    “Marie...”, aku menutup wajahku, dan tanpa kusadari air mataku kembali mengalir, “Terima kasih.”

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Yap, bagian kedua sekaligus penutup ^^ Th'x atas perhatiannya, diharapkan komentar dan sarannya.

  5. #4
    Aerrio's Avatar
    Join Date
    Jan 2009
    Location
    in Your Heart
    Posts
    485
    Points
    330.10
    Thanks: 7 / 7 / 5

    Default

    dr prolognya aj dah tragis dan sedih .. membuat orang menjatuhkan air mata..

    critanya bagus kok, pesan yg tersirat bgitu bermakna dan org2 spt itu skrg sudah langka..

    teruskan karyanya kk

  6. #5
    Almighty's Avatar
    Join Date
    Apr 2008
    Location
    Jakarta, Indonesia
    Posts
    23,080
    Points
    7,493.50
    Thanks: 180 / 340 / 229

    Default

    Wah Nice Story kak.

    Tapi Aku Lebih Suka Puncak Story di Akhir dibanding di Awal
    Aku belajar bahwa tidak semua yang aku rencanakan/harapkan akan menjadi kenyataan.
    Aku tahu Tuhan mempunyai rencana yang lebih baik bagi ku.
    Aku jadi belajar menahan diri & bersyukur serta bersuka cita.
    ˆ⌣ˆ


  7. #6
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Maksudnya puncak story di akhir ? Hmm... apa memang cerita ini puncak story-nya di awal ?

    BTW th'x atas komentar semuanya. Ada masukkan mungkin ?

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •