Results 1 to 15 of 15
http://idgs.in/256422
  1. #1
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default [serius]Menjelang hari ibu

    all fren, beberapa hari menjelang hari ibu, gw mau minta tolong.
    bantuin dunk kumpulin cerita/puisi ttg ibu, dan sumber original (pertama kali cerita/puisi ini dibuat) kalau ada.
    nanti cerita2 ini mau gw print, dibundle untuk gw kirimkan kepada teman2 yang bapaknya sudah meninggal/cerai dan ke panti jompo di hari ibu nanti.

    thx a lot
    yang suka becanda autis, BACA

  2. Hot Ad
  3. #2
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default waktu Tuhan menciptakan Ibu

    Waktu Tuhan menciptakan seorang ibu, Ia bekerja ‘overtime’ pada hari ke-6.

    Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata lembut: “Tuhan, banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan ‘ibu’ ini?”

    Dan Tuhan menjawab pelan: “Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan? Ibu ini harus terbuat dari bahan yang bisa dicuci tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari 200 bagian yang lentur, lemas, dan tidak cepat capai. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya.. Memiliki telinga yang lebar untuk menampung keluhan, memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan kaki yang keseleo, lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah dan enam pasang tangan!!!”

    Malaikat itu menggeleng-gelengka n kepalanya: “Enam pasang tangan…?”

    “Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik….”, balas Tuhan.

    “Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu.”

    “Bagaimana modelnya?” malaikat semakin heran.

    Tuhan mengangguk-angguk: “Sepasang mata yang dapat menembus ‘pintu’ yang tertutup rapat dan bertanya ‘Apa yang sedang kau lakukan di di dalam situ?’ padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya. Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat. Dan sepasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu harus berkata ‘Saya mengerti dan saya sayang padamu!’ meskipun tidak diucapkan sepatah kata pun..”

    “Tuhan,” kata malaikat itu lagi, “istirahatlah!”

    “Tidak bisa! Saya sudah hampir selesai. Ia harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi.

    ” Akhirnya, malaikat membalik-balikkan contoh ibu dengan perlahan. “Terlalu lunak!” katanya memberi komentar.

    “Tetapi kuat!” kata Tuhan bersemangat. “Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang ia bisa tanggung, pikul dan derita!”

    “Apakah ia dapat berpikir?” tanya malaikat lagi.

    “Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi,” kata Sang Pencipta.

    Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di pipi: “Eh, ada kebocoran di sini!”

    “Itu bukan kebocoran,” kata Tuhan, “Itu adalah tempat air mata”.

    “Untuk apa air mata?” tanya malaikat lagi..

    Tuhan menjawab, “Air mata adalah cara untuk ibu mengekspresikan kesenangannya, kesedihannya, kekecewaannya, kesakitannya, kesepiannya, kesulitannya dan kebanggaannya.”

    “Tuhan memang ahlinya…”, malaikat berkata pelan.

    Air mata seorang ibu kadangkala sangat sulit untuk diekspresikan. Kadang itu adalah air mata kekecewaan, kadang air mata sukacita. Kadang air mata kemarahan, kadang air mata luapan perasaan haru ataupun air mata kesenangan yang luar biasa. Air mata ibu adalah kelemahan sekaligus kekuatannya. Dengan linangan air mata dan doa seorang ibu yang tidak putus, kita semua dibesarkan.

    SEKIAN
    yang suka becanda autis, BACA

  4. #3
    vedoyz's Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    jakarta
    Posts
    992
    Points
    1,265.30
    Thanks: 0 / 5 / 5

    Default

    There Are Many Things In Heaven And Earth."- But Nothing Is More Beautiful And Special Then My Mother. My Mother Is The Most Precious Person On Earth.Happy Mother's Day Love You Always

  5. #4
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    wah, sunyi
    yang suka becanda autis, BACA

  6. #5
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    need help !!!!
    yang suka becanda autis, BACA

  7. #6
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    8 KEBOHONGAN SEORANG IBU

    Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

    Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang
    anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan
    saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
    nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
    "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

    Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

    Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

    Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

    Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
    ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

    Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

    Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

    Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

    Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

    Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi.. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
    yang suka becanda autis, BACA

  8. #7

    Join Date
    Jul 2008
    Location
    Di Ujung Dunia
    Posts
    5,211
    Points
    4,835.35
    Thanks: 2 / 40 / 27

    Default

    i guess i hate my mother so much...........

    but i'm in force to love her.....

    life is so hard...

  9. #8
    SBY-pOpOLOnG's Avatar
    Join Date
    Mar 2008
    Location
    ¤ • 泗水 • ¤
    Posts
    27,059
    Points
    3,087.51
    Thanks: 756 / 871 / 669

    Default

    temen gw kasihan...

    mau dekat2 nya hari ibu...

    mama nya meninggal kemaren malem jam set 1...

    brb maisong dolo
    OFFICIAL PENSI DOTA 1 IDGS - MOVE ON DOTA 2

  10. #9
    3agl3one's Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Posts
    2,594
    Points
    761.00
    Thanks: 68 / 30 / 14

    Default

    bantuin dunk post cerita2 tentang IBU...
    yang suka becanda autis, BACA

  11. #10
    vedoyz's Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    jakarta
    Posts
    992
    Points
    1,265.30
    Thanks: 0 / 5 / 5

  12. #11
    Evione_Miyuu's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Where Ever I want To stay
    Posts
    1,085
    Points
    216.10
    Thanks: 4 / 1 / 1

    Default

    Hari Ibu Tanggal Brapa Gan !
    Sumpah gw Lupa . .

  13. #12
    vedoyz's Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    jakarta
    Posts
    992
    Points
    1,265.30
    Thanks: 0 / 5 / 5

    Default

    Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. “Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. “Wouw… hebat sekali putra ibu” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

    Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya. “Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak adik-adik nya?” “Oh ya tentu” si Ibu bercerita : “Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.”

    Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. “Terus bagaimana dengan anak pertama ibu?” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, “Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

    Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani”

    Dengan tersenyum ibu itu menjawab,

    “Ooo… tidak tidak begitu nak… Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”


    Note :
    Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN”

  14. #13
    vedoyz's Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    jakarta
    Posts
    992
    Points
    1,265.30
    Thanks: 0 / 5 / 5

    Default

    Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering meratapi nasibnya memikirkan anaknya yang mempunyai tabiat sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk, dan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Ia selalu berdoa memohon, "Tuhan, tolong sadarkan anak yang kusayangi ini, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Tetapi, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.

    Suatu hari, dia dibawa kehadapan raja untuk diadili setelah tertangkap lagi saat mencuri dan melakukan kekerasan di rumah penduduk desa. Perbuatan jahat yang telah dilakukan berkali-kali, membawanya dijatuhi hukuman pancung. Diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan di depan rakyat desa keesokan harinya, tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

    Berita hukuman itu membuat si ibu menangis sedih. Doa pengampunan terus dikumandangkannya sambil dengan langkah tertatih dia mendatangi raja untuk memohon anaknya jangan dihukum mati. Tapi keputusan tidak bisa dirubah! Dengan hati hancur, ibu tua kembali ke rumah.

    Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat telah berkumpul di lapangan pancung. Sang algojo tampak bersiap dan si anak pun pasrah menyesali nasib dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua.

    Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun setelah lewat lima menit dari pukul 06.00, lonceng belum berdentang. Suasana pun mulai berisik. Petugas lonceng pun kebingungan karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tibatiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Seluruh hadirin berdebar-debar menanti, apa gerangan yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul dan menggantikannya dengan kepalanya membentur di dinding lonceng.

    Si ibu mengorbankan diri untuk anaknya. Malam harinya dia bersusah payah memanjat dan mengikatkan dirinya ke bandul di dalam lonceng, agar lonceng tidak pernah berdentang demi menghindari hukuman pancung anaknya.

    Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung menyaksikan tubuh ibunya terbujur bersimbah darah. Penyesalan selalu datang terlambat!


    Pembaca yang budiman,

    Kasih ibu kepada anaknya sungguh tiada taranya. Betapun jahat si anak, seorang ibu rela berkorban dan akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Maka selagi ibu kita masih hidup, kita layak melayani, menghormati, mengasihi, dan mencintainya. Perlu kita sadari pula suatu hari nanti, kitapun akan menjadi orang tua dari anak-anak kita, yang pasti kita pun ingin dihormati, dicintai dan dilayani sebagaimana layaknya sebagai orang tua.

    Bila hidup diantara keluarga ataupun sebagai sesama manusia jika kita bisa saling menghargai, menyayangi, mencintai, dan melayani, niscaya hidup ini akan terasa lebih indah dan membahagiakan.

  15. #14
    Evione_Miyuu's Avatar
    Join Date
    Aug 2008
    Location
    Where Ever I want To stay
    Posts
    1,085
    Points
    216.10
    Thanks: 4 / 1 / 1

    Default

    Abdullah meninggalkan rumahnya dengan perasaan sedih. Hari lebaran telah di ambang pintu, sementara ia tidak menemukan sesuatu untuk dipakai, ia tidak berani berbicara dan mengeluh pada ibunya. Sejak kematian ayahnya, ibunya tidak mampu memenuhi kebutuhan adik-adiknya yang masih kecil, dan sebagai akibatnya satu demi satu perabotan rumah lenyap. Ia bisa diam, tapi siapa yang akan membuat adik-adiknya diam karena mereka masih kecil-kecil, tidak tahu bahwa mereka adalah orang fakir yang tidak bisa memiliki sesuatu yang baru, kembang gula, dan mainan yang bagus. Tapi bagaimana semua itu bisa terpenuhi?

    Abdullah melintasi lorong-lorong jalan sambil berpikir, sementara kaedua kakinya terus mengantarkannya menuju pasar. Para pedagang menggelar barang dagangannya dengan gembira karena lebaran kian dekat.

    "Tuhanku, apa yang harus aku lakukan?" Abdullah berbisik dalam hatinya dengan sedih sambil melangkah. Di sebuah lorong yang sempit, ia berjalan seraya menundukkan kepala bagai oarang yang putus asa sedang mencari sesuatu yang telah lama hilang. Tiba2 ia melompat gembira, jantungnya berdegup kencang, kedua matanya berbiar, pandangannya tertumpu pada sebuah dompet kuno yang sudah lapuk.

    Abdullah segera memungutnya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, khawatir bila seseprang memergokinya. Saat itu lorong kebetulan sepi. Ia membuka dompet itu dengan sangat hati-hati. Betapa terkejutnya ia saat melihat uang kertas yang amat banyak didalamnya. Ia tidak pernah melihat uang sebanyak itu sejak lahir. Ia membuka kancing bajunya lalu memasukkan dompet itu kedalamnya. Ia lalu berlari kencang seakan terbang diudara.

    "Apa yang terjadi pada dirimu, hai Abdullah?" Ibunya berteriak saat melihat anaknya datang dengan napas tersengal-sengal. Abdullah tidak mampu menjawab, ia hanya menunjukkan dompet tadi ke ibunya, bagaikan seorang yang menyerahkan kemenangan, ibunya mengernyitkan dahi dan memandangnya dengan sorotan mata tajam.

    "Tidak bu, aku menemukannya di sebuah lorong," tukas Abdullah gugup. Ia seakaan tahu bahwa ibunya menyangkanya mencuri dompet itu. Ia memandangi wajah adik-adiknya yang berada disekitarnya, lalu berkata, "Aku akan membelikan kalian segalanya, pakaian, kembang gula, mainan, dan lain-lainnya."

    "Dari mana kau dapatkan ini?!" tanya ibunya penasaran.

    "Bukankah sudah aku katakan bahwa aku menemukannya di lorong. Apakah ibu tidak mempercayaiku?" jawabnya.

    Itu bukan milikmu! Itu milik seseorang," tukas ibunya. "Kau harus mengembalikannya kepada pemiliknya. Kalau tidak....!" lanjut ibunya sambil mengancam.

    Abdullah berkata " Tidak bu, aku tidak bisa mengembalikannya, karena tidak tahu pemiliknya. Saat itu lorong sepi, mungkin ini anugerah Allah untuk kita di malam lebaran."

    "Anugerah Allah lebih mulia dari sesuatu yang kau dapatkan dengan cara seperti itu!" balas ibunya seraya menatap langit. "Berusahalah mencari pemiliknya, anakku. Mungkin ia orang yang memerlukan uang itu seperti kita."

    "Tidak, tidak, bu, " tukas Abdullah sambil mengencangkan genggamannya pada dompet itu.

    Seketika ibunya berteriak marah, "Kalau begitu, keluarlah dari rumah! Ibu tidak ingin melihat wajahmu lagi."

    Abdullah keluar dan segera menutup pintu. Ia pergi ke pasar sambil berangan-angan membeli pakaian baru untuk lebaran.

    Seperti lilin yang mencair, perlahan-lahan kegembiraan dalam hati Abdullah pun sedikit demi sedikit lenyap, hingga ketika sampai di pasar ia merasa sedih. Dari hatinya yang paling dalam ia berpikir, seandainya ia tidak menemukan dompet itu, tentu hati ibunya tidak terluka. Abdullah berpikir dan terus berpikir.

    "Mungkin ibuku benar, siapa tahu pemilik dompet ini telah mempersiapkan uang ini jauh-jauh hari untuk membeli pakaian lebaran bagi anak-anaknya. Mungkin sekarang ia sedang risau mencari ke sana ke sini tanpa hasil. Tuhanku, apa yang harus aku lakukan....?" Abdullah bertanya dalam hatinya seraya menengadah ke langit seakan mencari jawaban.

    "Oh, seandainya aku tidak mengusirnya....," pikir sang ibu sambil merapikan kasur anak-anaknya. Salah satu anaknya menjerit dan menangis, " Aku tidak ingin tidur, aku akan menunggu Abdullah pulang." Anak yang lain berkata, "Aku juga tidak akan tidur. Abangku berjanji akan membeli sepatu baru untukku."

    Gelombang kegalauan dan kekhawatiran menerpa hati sang ibu. Beberapa saat lalu, gelap telah menyelimuti angkasa. Sedangkan Abdullah belum juga pulang ke rumah. Ia berpikir apa yang bisa dilakukannya? Ia hanya bisa menanti, sementara pikirannya melayang-layang dihembus kerisauan. Dari dalam lubuk hatinya, sang ibu berteriak, "Wahai Yang Maha Menutup aib, wahai Tuhan!"

    "Anak-anak terjaga saat mendengar beberapa kali ketukan pintu. Sang ibu terperanjat. Salah satu anak melompat dan membuka pintu. "Abdullah sudah pulang.....," teriaknya. Semuanya berhamburan menyambut kedatangan Abdullah. Mereka tercengang melihat abang mereka menjinjing aneka bungkusan warna-warni, kembang gula, buah-buahan, pakaian dan kotak-kotak kecil berisi mainan.

    Sang Ibu bertanya-tanya dalam hati keheranan, "Bagaimana ia bisa membawa bungusan-bungkusan yang banyak ini?" Ia segera masuk ke kamar, sementara perasaan cemas meremas hatinya, hingga ia tak ikut merasakan tawa gembira anak-anak yang menerima bingkisan lebaran itu.

    Bintang-gemintang seakan tersenyum di langit yang jernih di malam itu. "Ini hadiah untukmu, Bu," ucap Abdullah seraya menyodorkan kain indah.

    Sang ibu menapik dengan tangannya. Seakan menolak benda kotor, ia berkata, "Tidak anakku, aku lebih baik memakai kafan daripada hadiahmu ini. Kembalikan kepada pemiliknya!"

    "Dialah yang memberikan ini sebagai hadiah....apakah ibu menolak hadiah juga?"

    Sang ibu mengamati wajah Abdullah sambil mencari-cari jawaban dan menduga-duga.

    "Aku akan ceritakan semuanya pad ibu," tandas Abdullah sambil duduk dihadapan ibunya.

    "Aku telah mengembalikan dompet itu tadi kepada orang tang ibu kenal, dia adalah tetangga kita yang baik hati, Pak Sholeh. Aku yakin ibu dapat membayangkan bagaimana gembiranya ia saat aku kembalikan dompetnya yang terjatuh. Ia berkata dengan gembira sampai meneteskan air mata bahwa itu satu-satunya yang ia miliki, lalu berkata pada teman-temannya, "Dunia tidak akan pernah kosong dari orang-orang baik."

    "Ia mendesakku untuk menerima sebagian uang untuk membeli bingkisan hari raya. Lalu ia berkata, "Di mana saja kau? Aku sejak lama mencarimu!" Padamulanya aku terheran-heran dengan ucapannya itu, tapi akhirnya paham ketika pak Sholeh melanjutkan ucapannya, "Maksudku, sejak lama aku mencari anak yang jujur sepertimu,"

    "Bu, itu berarti mulai saat ini aku bukan anak yang tidak memiliki pekerjaan." Abdullah menceritakan hal itu sambil mengusap air mata ibunya. Ia kini bekerja untuk Pak Sholeh, pekerjaannya mulia dan tidak mengganggu sekolahnya.

    Merekahlah senyum diwajah sang ibu, Sesaat kemudian, wanita itu memeluk anaknya seraya berbisik, "Beginilah semestinya anugerah Allah, anakku...."


    End

    Pertanyaan gw hari Ibu Tanggal Brapa ?

  16. #15
    vedoyz's Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    jakarta
    Posts
    992
    Points
    1,265.30
    Thanks: 0 / 5 / 5

    Default

    ^
    ^
    ^
    ^
    ^
    ngakak g gan
    wkwkwkwkwk iya neh g jg lupa tgl brapa

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •