Haha akhirnya makin desperate dia sampe minta gua ngaku gak tau apa2.
Gini nak, SNI itu hanya sebuah index yang diterapkan oleh pemerintah untuk konformitas kualitas. Yang saat ini dalam bahaya adalah overflow of dumping. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, China mempunyai exchange rate yang fixed, diatur oleh pemerintah, sedangkan Rupiah tergantung kepada demand/supply. Karena itu mereka mempunyai advantage buying power dan selling power. Dan seterusnya mereka juga mempunyai advantage produksi yang lebih low cost dan effisien. Barang2 yang akan kita impor dari China adalah hasil dari semua advantage ini yang akhirnya dapat membahayakan produk2 domestik kita yang tidak mempunyai advantage yang sama.
Mengapa saat ini pemerintah mengadakan beberapa seminar dan langkah untuk membikin pleno strategy ACTFA? Karena mereka juga berpikiran yg sama dengan gua, artinya mereka juga mengetahui resiko2 tersebut, karena itu mereka sedang membikin langkah2 untuk memperbaik situasi, 8 poin2 gua itu hanya sekedar opini. Tetapi bukan berarti solusi nya adalah SNI...
Kalo lu masih maksa tandanya lu desparate banget dan lu keras kepala :P.
Saya sendiri termasuk orang yang sedikit optimis mengenai CAFTA ini.
CAFTA, sebenarnya hanyalah legalisasi barang-barang RRT yang biasanya masuk lewat penyelundupan... Tarif Indonesia kalo tidak salah sekitar 6%, dan dari 6% menjadi 0%, dampak price menjadi tidak begitu signifikan. UKM kita pun, selama sepuluh tahun terakhir, sangat sering mendapat pukulan, dan saya rasa mereka masih bisa berkompetisi dan bertahan dalam menghadapi CAFTA ini.
Menurut saya, industri yang akan terpengaruh adalah macam produk yang ada di tanah abang, seperti sepatu, garmen, dll. Tapi, dalam industri tertentu, kita masih bisa berkompetisi melawan mereka. Saya juga berharap CAFTA ini bisa menjadi cambuk bagi mereka...
Solusi menurut saya: Pemerintah wajib membangun infrastruktur dan listrik, supaya cost bagi UKM kita berkurang. Contohnya salah satu kepala daerah di Sulawesi Selatan, yang membangun jalan-jalan mulus di daerahnya, hasilnya pendapatan rakyatnya naik karena cost berkurang.
JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah menyatakan akan melakukan renegosiasi 228 pos tarif sektor industri dalam perdagangan bebas (FTA) ASEAN-China, nyatanya hingga hari ini Indonesia belum mengajukan permintaan negosiasi ulang.
Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan, kepada AFP, mengaku tidak pernah ada surat pengajuan renegosiasi dari Indonesia. Ia bilang, Sekretariat ASEAN sudah menerima surat Kementerian Perdagangan RI yang menceritakan kesulitan yang bakal dihadapi industri domestik. "Namun, tidak ada pengajuan untuk negosiasi ulang," katanya.
Gusmardi, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan International Kementerian Perdagangan, mengakui, mereka baru sebatas mengirimkan surat berupa pemberitahuan tentang sektor industri yang akan bermasalah dengan adanya kesepakatan tersebut kepada Sekretaris Jenderal ASEAN.
"Kita sudah kirim surat, kita sampaikan ada masalah beberapa sektor," kata Gusmardi di Jakarta, (15/1/2010). Ia bilang, Indonesia dalam surat tersebut tetap berkomitmen melanjutkan kesepakatan yang sudah disusun jauh hari sebelumnya.
Ditanya soal rencana renegosiasi, Gusmardi menjawab akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang tertuang dalam kesepakatan yang sudah ada di ACFTA. "Itukan ada tahapnya," jelas
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...go.Ulang.ACFTA
CAFTA, sebenarnya hanyalah legalisasi barang-barang RRT yang biasanya masuk lewat penyelundupan... Tarif Indonesia kalo tidak salah sekitar 6%, dan dari 6% menjadi 0%, dampak price menjadi tidak begitu signifikan. UKM kita pun, selama sepuluh tahun terakhir, sangat sering mendapat pukulan, dan saya rasa mereka masih bisa berkompetisi dan bertahan dalam menghadapi CAFTA ini.
Menurut saya, industri yang akan terpengaruh adalah macam produk yang ada di tanah abang, seperti sepatu, garmen, dll. Tapi, dalam industri tertentu, kita masih bisa berkompetisi melawan mereka. Saya juga berharap CAFTA ini bisa menjadi cambuk bagi mereka...
Solusi menurut saya: Pemerintah wajib membangun infrastruktur dan listrik, supaya cost bagi UKM kita berkurang. Contohnya salah satu kepala daerah di Sulawesi Selatan, yang membangun jalan-jalan mulus di daerahnya, hasilnya pendapatan rakyatnya naik karena cost berkurang.
Dengan terjadi nya CFTA bea masuk impor akan di hapuskan. Tanpa biaya masuk, cost untuk pengimpor akan berkurang, Harga produk china akan mengalami penurunan yang cukup berarti tergantung dari .
47 % dari produk yang di jual di Pasar Tanah Abang merupakan produk china.
Produk dalam negeri pun ternyata berbahan dasar dari china.
Kelebihan dari produk china :
MOdel up to date
Lbh berkualitas
Harga bersaing
Spoiler untuk Data :
Dengan kalah persaingan dengan produk dari china, akan terjadi pengurangan produksi yang dilanjuti oleh PHK.
Untuk batik, produk buatan Indonesia saat ini masih memiliki kualitas lebih tinggi dari china.
Produk jamu merasa sulit bersaing dengan obat herbal dari china.
Infrastruktur jalan merupakan salah satu yang harus di benahi. Dengan tidak mendukungnya infrastruktur jalan, cost production yang murah akan menjadi jauh lbeih tinggi di karenakan biaya transportasi yang tinggi.
Infrastrutur pelabuhan yang memakan waktu lama dan bertele2 pun akan mempersulit ekspor atau distribusi produk lokal indonesia
Infrastruktur kelistrikan. Kekurangan pasokan listrik juga menjadi penyebab pesimisny saya untuk perkembangan usaha2 yang membutuhkan listrik dalam produksinya.
Cara penanggulangan : Pengenalan produk Indonesia di pasar luar negeri, sehingga jalan untuk ekspor akan lebih terbuka lebar
FTA berlaku pada tahun 2010 untuk negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Dan 2015 untuk negara Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Last edited by Sterling; 12-02-10 at 00:48.
Yg paling cpat terkena dampaknya adalah pabrik tekstil/garmet.
Kenyataanya dah ada, pabrik2 dkt rumah tman saya sdh tutup/ gulung tikar.
Memang, produk kita jauh lebih tinggi kualitasnya, tetapi dri kenyataannya konsumen lebih mengejar kuantitas yg lebih murah,yakni produk china.
Bahkan mencapai 1/3 harga kita, jelaslah produk kita kalah saing dngn mereka.
Yg saya takutkan malah, efek jangka panjang FTA ini.
akibat pabrik2 yg gulung tikar A.K.A bangkrut, bnyk penggangguran.
Bayangkan contoh 1 pabrik tekstil mempunyai 5000 SDA, akan ad berapa puluh ribu pengangguran di pulau jawa.(karna bnyk pabrik di jawa)
Meningkatnya angka pengguran secara otomatis akan meningkatkan tingkat kriminalitas di kota2 besar spt di pulau jawa dan kota2 besar di pulau jawa,ex : medan, palembang, manado, makassar.
Bahkan mungkin tingkat kriminalitas bs meningkat 100%.
Bs anda bayangkan efek jangka panjang ini betapa membahayakan.
*Mngkn yang anda maksudkan 5000 SDM (sumber daya manusia) ? Atau ada arti lain dari SDA selain sumber daya alam?
Efek jangka panjang memang akan menimbulkan tutupnya pengusaha mikro atau yang tidak dapat bersaing di era ini.
Yang juga akan berdampak pula terhadap peningkatan kasus kriminalisme.
CFTA mmg baru berlaku sejak januari 2010, namun banjir dari produk china secara ilegal sudah dirasakan sejak bbrp tahun belakangan ini. Sebenarnya, produk indonesia, selama ini mmg sudah bersaing ketat dengan produk dari china di pasar dalam negeri.
Karena Pungli, Indonesia Kalah Dari China
JAKARTA (SuaraMedia News) - Meski sama-sama mengalami pertumbuhan ekonomi positif pascakrisis global, Indonesia masih bertekuk lutut dengan kedigdayaan industri China. Salah satu penyebabnya, masih tingginya biaya ekonomi di Indonesia.
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada Mudrajad Kuncoro mensinyalir biaya ekonomi tinggi (grease money), salah satunya karena banyaknya pungutan liar atau upeti.
"Dalam yang setahun (pungli) bisa mencapai Rp 3 triliun," kata Mudrajad di Jakarta, 11 Februari 2010. "Biaya ekstra ini harus dikeluarkan perusahaan sejak mencari bahan baku, memprosesnya, maupun ekspor."
Dia merinci, biaya-biaya ekstra tersebut berpotensi meliar mulai saat membayar PPN, melakukan illegal logging, memulai izin usaha, kenaikan UMK, kenaikan tarif (BBM, listrik, dan telepon), biaya THC (terminal handling charges), biaya parkir kontainer, biaya lewat kontainer, hingga pungutan liar di jalan raya.
"Itu kenapa kita tak bisa kompetitif seperti di China," ujarnya.
Dia mencontohkan, kenaikan UMP rata-rata di masing-masing provinsi hanya naik 15 persen per tahun, sementara jika dibandingkan di Batam bisa mencapai 250 persen per tahun.
Produktivitas tenaga kerja, menurut Mudrajad, juga mendorong industri di China maju pesat. Di China, pekerja harus bekerja selama 12 jam per hari, sedangkan di Indonesia hanya 7-8 jam per hari.
"Kalau di Indonesia banyak hari libur, tapi di China hari liburnya paling hanya 4 hari setahun. Karena di sana cuma merayakan Imlek. Selain itu, mesin pabrik di China produksi 7 hari dalam seminggu. Jadi akan susah kalau kita lawan China," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan mengungkapkan Indonesia membutuhkan 75.000 - 100.000 doktor agar mampu bersaing dengan China dan India dalam 25 tahun mendatang.
"Kita butuh tenaga lulusan Phd sebanyak itu jika tak mau tenggelam melawan China dan India," ujar Gita saat ditanya kembali seusai berbincang dengan Editor Club di Jakarta, Kamis malam.
China dan India, merupakan dua calon raksasa ekonomi baru dunia. Pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut rata-rata sangat tinggi, bahkan pertumbuhan China sebelumnya rata-rata 10 persen. Ribuan pelajar dari negeri itu berbondong-bondong menyerbu sekolah favorit di negara-negara barat.
China sudah mengalahkan Jerman dari sisi jumlah ekspor terbesar dunia. China juga mulai mengalahkan Jepang dari sisi produk domestik bruto ekonomi.
Indonesia juga bermimpi menjadi salah satu calon kekuatan ekonomi dunia dengan niat menggenjot pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Namun, bangsa ini masih terus disibukkan dengan urusan keributan domestik yang terus mengusik.
Gita menekankan saat ini saja, setiap tahun China telah meluluskan ribuan doktor. Begitupun dengan India. Pada 25 tahun lagi, diperkirakan total jumlah doktor dari China akan melebihi Amerika Serikat.
Sedangkan, Indonesia masih jauh. Dia memberi contoh salah satu sekolah favorit di Inggris, University of Cambridge. Di perguruan tinggi itu, dari total pelajar asing sebanyak 700-an asal Amerika Serikat, 600 dari China, 400-500an dari India, serta 250 pelajar asal Singapura.
"Dari Indonesia berapa coba, cuma 7 orang. Ini sungguh menyedihkan," kata Gita. Menurut dia, di negara lain, seperti Singapura, pendidikan menjadi investasi yang sangat berharga, bahkan mereka sudah memikirkan sejak dari TK.
Padahal, Gita menekankan agar bangsa Indonesia mampu bersaing di percaturan ekonomi global, negeri ini membutuhkan tenaga berpendidikan tinggi yang semakin banyak. Ironisnya, pelajar Indonesia yang sekolah di luar negeri berkurang dibandingkan pada era 1980-1990an.
"Kita akan susah bersaing melawan China dan India jika terus seperti sekarang," katanya.(v2v)
http://www.suaramedia.com/berita-nas...ari-china.html
Originally Posted by Albert Einstein
setuju...selama pungli merajalela jangan harap bisa !!!!
Apindo: ACFTA Tidak Bisa Ditunda Lagi
Menteri Negara Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan didampingi pengelola CEO PT Priamanaya Radiza Djan (tengah), pengelola Pasar Tanah Abang, melihat busana perempuan buatan China yang diperdagangkan di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Rabu (13/1).
JAKARTA, KOMPAS.com — Menanggapi upaya renegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China atau ACFTA, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Sofjan Wanandi berpendapat bahwa ACFTA tidak perlu ditunda lagi. Hal itu disampaikan Sofjan saat jumpa pers di gedung Permata Kuningan, Jakarta, Senin (25/1/2010).
Menurut Sofjan, tidak ada alasan untuk berkata belum siap dan menunda ACFTA. Seharusnya yang dilakukan adalah masing-masing pihak menyelesaikan kewajibannya untuk memperkuat daya saing Indonesia menghadapi ACFTA.
"Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) registrasinya diperkuat, Menteri Perdagangan itu perkuat dumping-nya. Kalau kita tidak memperkuat itu, enggak mungkin dia bisa lawan. Bea Cukai bagaimana menghadapi pelabuhan 'tikus' ini. Jika mereka menyelesaikan kewajiban-kewajiban mereka, saya kira bisa," ujar Sofjan.
Seperti diberitakan, sejak 31 Desember 2009, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memperjuangkan renegosiasi ACFTA. Menteri Perdagangan telah mengirimkan surat kepada Sekjen ASEAN berisi permasalahan-permasalahan Indonesia terkait ACFTA.
Tidak ada alasan untuk berkata belum siap dan menunda ACFTA.
"Tidak ada alasan untuk berkata belum siap dan menunda ACFTA"
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...a.Ditunda.Lagi
Originally Posted by Albert Einstein
Omong-omong, semaunya pada fokus membicarakan CAFTA ya... jangan lupa, ASEAN–India Free Trade Area juga sudah in effect
ICMI: Hadapi ACFTA, Daya Saing Harus Dibangun
Pedagang sejumlah produk asal China menunggu kedatangan pelanggan di lapaknya di bawah Jembatan Layang Asemka, Jakarta Barat. Konsumen banyak yang mencari barang-barang asal China karena harganya relatif terjangkau.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) harus dibarengi dengan kebijakan politik ekonomi pemerintah yang jelas dan tegas, khususnya untuk membangun daya saing dari keuntungan komparatif (comparative advantage) menjadi keuntungan yang kompetitif (competitive advantage).
Oleh sebab itu, pemerintah harus bisa membuka dan memanfaatkan pasar domestik dan membangun sumber-seumber ekonomi yang berbasiskan teknologi dan pengetahuan.
Demikian disampaikan anggota Presidium Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sugiharto, saat memberikan keterangan pers, seusai bertemu dengan Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (12/2/2010) sore. Pertemuan itu dihadiri Ketua Presidium Nasional ICMI Azyumardi Azra dan anggota presidium lainnya.
ICMI merekomendasikan agar pemerintah memiliki kebijakan politik ekeonomi yang jelas dalam membangun daya saing dari comparative advantage menjadi competitive advantage. "Kekuatan bangsa ini adalah di antaranya dari segi manufaktur di mana kita punya modal sumber daya alam dan mineral serta manusia. Kita bisa mengandalkan domestik market untuk basis pertumbuhan industri dan ekonomi nasional. Sebab itu, pemerintah diimbau membangun yang disebut sumber ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi," tandas Sugiharto, yang pernah menjadi Menteri Negara BUMN.
Jangan lengah
Menurut Sugiharto, apabila pemerintah mengandalkan semua sumber dalam negeri sebagai soko guru pertumbuhan ekonomi ke depan, semua pasokan industri dibangun dengan fasilitas kebijakan publik yang pro industrialisasi, pro pasar domestik, keuntungan kompetisi sehingga bangsa Indonesia memiliki daya saing untuk bertarung dalam globalisasi di ACFTA.
"Kita juga tidak boleh lengah dalam memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM). UKM yang berbasis sumber-sumber ekonomi lokal akan bisa dijadikan basis daya saing bangsa. Oleh karena itu, kita tidak perlu mengimpor dari luar, akan tetapi cukup dengan merekayasa potensi dalam negeri," tambah Sugiharto.
Tentang adanya sejumlah komoditas dalam negeri yang bakal terpukul akibat pemberlakuan tarif nol persen, Sugiharto mengakui perjanjian ACFTA harus dihormati. "Namun, apabila memang ada peluang tarif nol persen untuk beberapa komoditas industri seperti sebanyak 300 lebih tarif nol yang diajukan PT Krakatau Steel agar ditunda pelaksanaannya pada tahun 2018 mendatang, jika memang masih dimungkinkan untuk kemajuan daya saing bangsa, mengapa tidak?" tanya Sugiharto.
Dikatakan Sugiharto, di masa pemberlakuan ACFTA ini, semua kebijakan publik ke depan harus memberikan kekuatan kepada seluruh potensi kapitalisasi sumber daya alam dan energi nasional.
"Banyak industri strategis yang mampu merekapitalisasi nasional sehingga dalam negeri kita diberdayakan. Jadi, jangan semua potensi kita dieskpor. Seperti China mempunyai stok sendiri rotan dan pasir besi dari yang sebelumnya kita miliki, sementara kita sendiri kekurangan dan kehabisan akibat dieskpor besar-besaran," demikian Sugiharto.
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...Harus.Dibangun
Originally Posted by Albert Einstein
Hadapi ACFTA, Indonesia Harus Revitalisasi Industri
JAKARTA, KOMPAS.com - Industri-industri lokal di Indonesia harus melakukan revitalisasi industri untuk menghadapi ancaman perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA). Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa saat pers briefing di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Jumat (5/2/2010).
Revitalisasi industri dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing industri-industri domestik terhadap industri-industri China.
"Revitalisasi industri dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing industri-industri domestik terhadap industri-industri China," kata Hatta.
Hatta menambahkan, untuk menghadapi potensi ancaman ACFTA, Indonesia tidak hanya harus membatasi produk-produk luar yang masuk, tetapi juga harus meningkatkan kualitas daya saing. "Salah satu cara yang paling tepat adalah dengan melakukan revitalisasi industri," ujarnya.
Terkait hal tersebut, diungkapkan Hatta, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koordinator Perekonomian akan membantu industri-industri lokal yang berpotensi terancam ACFTA untuk melakukan revitalisasi. Di samping revitalisasi industri, pemerintah akan meningkatkan stimulus fiskal dan nonfiskal untuk memperkuat dan melindungi industri-industri dalam negeri dari potensi ancaman ACFTA
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...isasi.Industri
Yang Tak Bisa Disaingi China
JAKARTA, KOMPAS.com — Jika Anda perajin batik, tak perlu takut dengan serbuan batik China setelah perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) diberlakukan. Pasalnya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, batik Indonesia tak akan kalah saing dengan batik China dalam hal variasi coraknya.
Yang diakui UNESCO, keunggulan humanitasnya itu.
Hal tersebut dikatakan Mari dalam acara serah terima sertifikat UNESCO terhadap warisan budaya batik, wayang, dan keris di Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (5/2/2010).
"Tekstil kita bisa bersaing karena variasi corak yang lebih beragam. Dia (China) kan menangnya karena massal," ujarnya.
Hal senada dikatakan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman dalam acara yang sama. Menurutnya, orisinalitas dan nilai filosofis yang terkandung dalam batik dan pembuatan batik tak dapat disaingi.
"Yang diakui UNESCO, keunggulan humanitasnya itu. Orisinalitas dan nilai filosofisnya sebagai kekuatan untuk masa depan," kata Arief.
Seperti diberitakan, UNESCO telah mengakui batik, keris, dan wayang sebagai warisan budaya Indonesia. Untuk ke depannya, Indonesia akan berusaha menjadikan angklung dan tari Saman sebagai warisan budaya yang diakui UNESCO berikutnya.
http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...Disaingi.China
Originally Posted by Albert Einstein
Share This Thread