Spoiler untuk ide cerita :
[Part 1]
Amel bukan gadis keturunan keluarga Yakuza.
Lebih tepat, ia dibesarkan untuk menjadi mesin pembunuh oleh papanya, Mr Yanagisawa.
Beranjak remaja, ia baru mengetahui bahwa sang papa yang mengabdi pada Yakuza.
Meski Amel dididik untuk menggunakan senjata api sejak kecil dan bersikap dingin seakan-akan tidak memiliki perasaan, tidak menutup kemungkinan bagi gadis berusia 18 tahun ini untuk memiliki kekasih.
Yup, ada aku yang telah menjadi kekasihnya sejak 2 tahun yang lalu.
Tak ada yang special dalam percintaan kami.
Aku pria biasa, seperti pria lainnya. Hari-hari diisi dengan kegiatan perkuliahan. Seperti itulah.
Bagaimana kami bertemu?
Aku ingin menceritakannya di sini, namun ini tidak ada di dalam mimpi.
Jadi rasanya tidak perlu.
Yang jelas Amel sangat menghormati ku. Mungkin karena aku telah menceritakan dan mengajarinya banyak hal-hal baru bagi dia.
Hari ini aku baru tau, dengan pendiamnya dia, ternyata ia bekerja pada Yakuza.
Sebagai pembunuh bayaran..
Hari ini Amel mengajakku main-main ke rumah bossnya.
Rumah seperti istana.
Anehnya, biasanya Yakuza itu rumahnya bergaya rumah jepang.
Ada yang kecil, ada juga yang berbentuk gaya istananya Nobunaga.
Ini sangat beda jauh. Istananya bergaya eropa.
Hmm.. Mungkin Para Yakuza itu ingin ganti suasana. Meniru gaya markas Mafia....
...
Memasuki lobi, Amel berjalan dengan santai. Sementara aku..
Tentu saja ketakutan.
Di antara balkon lantai 2, para pengawal memandangi kami dengan muka sinis.
"Mau dibawa kemana aku, say?" kuberanikan diri untuk bertanya.
"Udah ngikut aje", jawab Amel.
Dia membawa ku ke lantai 2. Di situ ada teras yang menghadap ke taman.
Di situ kami sejenak menikmati pemandangan asri.
Namun seindah apapun, tetap ada perasana tidak enak.
Tidak bisa menikmati pemandangan itu sepenuhnya.
Kalian pasti tau sebabnya.
Tidak ada percakapan yang berarti.
Tidak lama datang seorang pria dengan setelan jas serba hitam menghampiri.
Ia memanggil Amel dan meminta sedikit menjauh dari aku.
Si pria membisikkan sesuatu pada Amel.
Aku yang sejak pertama melangkahkan kaki di area istana Yakuza ini sudah was-was,
kini semakin was-was.
Aku curiga.
Kemudian pria itu berlalu. Amel berjalan ke arahku.
"Chayank, bentar lagi ada pertemuan. Aku diminta bergabung. Kamu juga boleh ikut."
Oehhk! Aku?!
Semakin gugup mampus dah. Tapi apa boleh buat. Sudah masuk kandang singa.
Aku cuma bisa nurut.
---
Di dalam ruangan ini. Persis seperti bioskop.
Gelap. Kursi-kursi disusun bertingkat dan ada stage di depan.
Aku merinding.
Sesekali kupandangi wajah Amel. Ia tak bergeming sedikitpun. Heran..
Acara dimulai.
Aku diam saja, tidak begitu peduli dan memperhatikan apa yang diomongkan mereka.
Semua.. kecuali omongan mereka yang barusan..
"Putri Yanagisawa akan dijodohkan dengan calon penerus ketua kelompok Yakuza Oyabun."
Aku tau Yanagisawa itu papa nya Amel. Tapi apa yang dimaksudkan di sini (Putri Yanagisawa) itu Amel?
Untuk yang kesekian kali, kembali aku memandang ke arah Amel.
Jelas sekali tergambar di wajahnya. Dia terkejut.
Lalu mendadak dia berdiri, meraih tanganku, menarikku.
Kami keluar dari ruangan itu dengan perlahan tapi pasti.
Keluar dari ruangan, Amel memaksa untuk berlari. Seperti terburu-buru.
Di ujung lorong, aku menengok ke belakang, sekitar 4 orang mengejar.
Amel bergegas mengambil jalan ke kanan. Aku yang lemah ini hanya bisa pasrah.
Datang lagi 4 orang, namun kali ini mereka datang dari depan. Kami dihadang.
Amel mengeluarkan benda yang asing bagiku dari dalam jacket.
Letusan senjata api 4 kali dan 4 orang di depan kami terkapar.
"Edan!" Kataku, tapi dalam hati.
Terus berlari.
Di benakku berseliweran pemikiran-pemikiran tentang kesimpulan dari kejadian yang sekarang sedang kualami ini. Berarti benar yang dimaksud putri Yanagisawa tadi itu adalah Amel. Kenapa Amel berusaha kabur? Apa dia mau mengkhianati Yakuza. Padahal tau sendiri bagaimana konsekuensi yang akan diterima bila mengkhianati Yakuza. Hmm.. Berarti Amel berjuang untuk siapa?
Yup! Untuk ku......................................
Hampir pingsan karena bahagia, namun tersadar lagi.
Sadar, ini bukan waktunya pingsan.
Yeah!!
Dipercepat saja ceritanya..
Terjadi aksi seperti di film-film action. Terjadi baku tembak antara Amel dengan oknum-oknum Yakuza.
Amel was so cool~ Sugoi...
Sampai di teras di mana kami datang di awal-awal tadi.
Mr Yanagisawa tiba. Garis wajahnya mengutarakan kekecewaan. Dan..
Satu bunyi tembakan mengakhiri nyawa laki-laki paruh baya itu.
Amel tetap tegar, tapi.. Wajahnya yang daritadi tanpa ekspresi, kini meneteskan air mata.
Aku berusaha menenangkan Amel, menggenggam erat tangannya.
Pasukan Yakuza telah mengepung.
Amel menarik tanganku. Meminta untuk terjun dari lantai 2 itu.
Huekkk.. Gak berani, say.
Amel memaksa. Tanpa sepatah kata, dia menarikku terjun.
Amel jatuh dan aku.. Aku terbang.....
---
Tubuhku terus mengangkasa.
Di bawah, cerita yang bisa kutangkap hanyalah, Amel berhasil kabur dengan membawa mobil pick-up Carry.
Aku terbang sambil terus mengikuti kemana mobil itu bergerak.
To be continued
Share This Thread