10 Feb 2010 05:22:00
Peter Withe(Getty Images)
Galeri Foto
Perbesar
Peter Withe(Getty Images)
Hal-Hal Terkait
Tim
* Australia
* Indonesia
* Thailand
Untuk kali kedua mantan pelatih timnas senior Peter Withe menulis opininya terkait persepakbolaan di Indonesia dalam kolom khususnya. Sebelumnya, pria yang pernah melatih Thailand itu menyampaikan pendapatnya mengenai pengalaman menangani timnas senior. Kali ini, Withe menyoroti rencana PSSI menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, dan membandingkannya dengan Australia.
Dear pembaca GOAL.com Indonesia,
Ketika saya mendengar Indonesia berencana mengikuti bidding Piala Dunia 2022, pikiran saya langsung tertuju kepada dukungan pemerintah yang menjadi satu-satunya cara untuk mewujudkan hal itu.
Indonesia perlu memperhatikan sejumlah lapangan dan stadion, karena negara ini hanya mempunyai satu stadion yang layak, yakni Stadion Utama di Jakarta. Faktor lainnya adalah luasnya wilayah. Contohnya ketika saya ingin mencari pemain untuk tim nasional. Saya pergi ke Medan, dan melanjutkan perjalanan ke Papua. Itu memakan waktu delapan jam perjalanan. Ini merupakan permasalahan besar.
Tentang dukungan penonton, tanpa mengurangi rasa hormat, saya pikir tidak menjadi masalah selama harga tiket tak terlalu mahal. Setidaknya perlu ada subsidi, mengingat daya beli sebagian besar masyarakat yang tak akan mampu membeli harga tiket standar Piala Dunia.
Kemacetan juga bisa menjadi masalah bagi setiap tim ketika berangkat dari penginapan menuju tempat pertandingan, atau sebaliknya. Dengan pengelolaan yang benar, hal ini tidak menjadi masalah, sekalipun pertandingan digelar di Jakarta. Tapi faktor utama bagi pemerintah dan PSSI adalah meyakinkan FIFA mengenai masalah keamanan semua tim.
Untuk masalah ini, Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan bisa menjadi contoh. Media massa setempat banyak memberikan kritikan kepada penyelenggara mengenai masalah yang satu ini. Afrika Selatan akhirnya bisa mengatasi masalah itu, dan mengantar mereka sukses mendapatkan kesempatan menyelenggarakan Piala Dunia 2010.
Saya berharap, insiden memilukan yang terjadi sebelum penyelenggaraan Piala Afrika 2010, masalah keamanan di Afrika Selatan bisa terwujud. Jika Anda melihat apa yang terjadi di Indonesia dengan serangkaian teror *** sebelumnya, maka akan banyak pihak yang mengangkat isu ini.
Ketika saya berada di sana, sebuah *** meledak di depan kedutaan besar Australia. Ledakan itu sangat besar. Kondisi ini membuat sejumlah kegiatan, baik kedatangan tim-tim asing maupun kelompok musik yang ingin menggelar konser, terpaksa dibatalkan. Itu sudah memperlihatkan rasa ketakutan.
Begitu juga dengan permasalah korupsi. Cukup menarik membaca komentar yang disampaikan fans sepakbola Indonesia di artikel terakhir saya, yang menyebutkan masalah korupsi. Saya tidak pernah berurusan dengan hal itu, dan tidak pernah mau terlibat di dalamnya. Saya hanya melakukan pekerjaan saya, yakni membawa tim nasional bermain sebaik mungkin, serta meningkatkan standar para pemain, yang saya anggap mengalami kemajuan selama saya berada di sana.
Persepsi tentang korupsi perlu menjadi perhatian. Seperti yang saya baca dari beberapa komentar, jika memang hal itu benar-benar ada, maka PSSI dan pemerintah perlu meyakinkan FIFA akan berusaha semaksimal mungkin memeranginya. Jika ditemukan ada tindak korupsi, maka semua pihak harus mengatasinya demi kemajuan sepakbola dan negara.
Sesungguhnya gairah sepakbola di Indonesia sungguh brilian. Ini adalah negara besar, dan beragam perbedaan budaya. Banyak orang akan memperhatikan hal itu, dan dunia akan melihat Indonesia dari sisi berbeda, yakni sebagai tempat yang pantas untuk dilihat dan dikunjungi.
Australia punya permasalahan hampir sama dengan Indonesia dalam hal stadion. Mungkin banyak orang yang berpikir saya gila, karena ada beberapa stadion sangat bagus di Australia. Tapi kebanyakan stadion itu tidak secara khusus diperuntukkan bagi sepakbola. Anda cukup lihat Perth. Mereka hanya mengatakan sudah seharusnya ada stadion baru, tapi tidak pernah dikerjakan. Ada yang menginginkan Stadion Subiaco direnovasi, ada juga yang menginginkan stadion baru khusus untuk sepakbola.
Saya pernah datang ke Stadion Subiaco Oval bersama timnas Indonesia, dan sama sekali tidak cocok untuk sepakbola, karena jarak antara penonton dan lapangan terlalu jauh.
Australia bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia yang baik, tapi seperti Amerika Serikat, mereka mempunyai olahraga tersendiri. Rugby misalnya. Karena itu, jika Anda ingin menjadi tuan rumah penyelenggaraan olahraga terbesar di dunia, maka sepakbola harus menjadi prioritas utama.
Gairah sepakbola di Australia tidak bisa disejajarkan dengan Indonesia, tapi di negara itu dukungannya lebih dari cukup.
http://www.goal.com/id-ID/news/1387/...ala-dunia-tapi
Share This Thread