dari judul nya sudah tidak mengundang selera untuk nonton... di tambah lage cover nya kelihatan bad taste.... hoeam...
setelah saya baca sinopsis nya.... mendingan nonton spongebob aja lebih seru coy !
IMO, skip this movie
dari judul nya sudah tidak mengundang selera untuk nonton... di tambah lage cover nya kelihatan bad taste.... hoeam...
setelah saya baca sinopsis nya.... mendingan nonton spongebob aja lebih seru coy !
IMO, skip this movie
OFFICIAL PENSI DOTA 1 IDGS - MOVE ON DOTA 2
iya ga akan ntn kaya na..
di ******* *****..
jiji bener
........................
Kapan sih berhenti memproduksi film sampah kaya gini, apa mau industri film Indonesia terpuruk lagi
Film diperkosa ***** atau raped by saitan sangat menyedihkan, bukan karena isi filem tersebut berlatar sedih, tapi karena filem ini lagi-lagi dibuat untuk kepentingan komersil saja, tanpa memperhatikan kepentingan penonton. Apakah masyarakat akan terus dibombardir dengan filem-filem seperti ini ?
oleh karena itu jangan salahkan kalau masyarakat kita cenderung selalu berpikiran mistis, melankolis dan tidak logis, wong filemnya aja kek gini, gak logis.. berikut adalah cuplikan berita yang saya temukan di kapanlagi.com perihal filem yang menyedihkan ini buat masa depan bangsa :
‘DIPERKOSA *****‘ Andalkan Judul Provokatif
film DIPERKOSA ***** atau RAPED BY SAITAN tiba-tiba menjadi kontroversial. Sejak trailernya muncul di beberapa situs, film produksi MM Creations tersebut memancing banyak pro dan kontra karena dianggap mengandung adegan vulgar.
Namun, Petruska Karangan selaku sang sutradara membantah jika film besutannya mengandung hal porno. Bahkan ceritanya sempat mengalami revisi beberapa kali dalam dua bulan ini. “Yang saya tahu fiktif (ceritanya), memang di-create untuk tontonan,” ujarnya saat ditemui di Kantor MM Production, Jl. Juanda, Jakpus, Jumat (5/2).
Diakui Petruska, pihaknya memang memanfaatkan kepercayaan masyarakat terhadap cerita mistis, jadi seakan-akan membuat judul dari film ini terkesan nyata. “Itu yang dimanfaatin, jualannya di situ. Dari sisi komersil judulnya cukup ngejual. Kalau dibilang provokatif ya,” katanya.
Di film yang mengambil lokasi syuting di Jakarta tersebut dengan bintang utama Cynthiara Alona, lanjut Petruska, awalnya menggunakan judul dengan bahasa Inggris, RAPED BY SAITAN. Namun dengan pertimbangan agar lebih dimengerti masyarakat maka judulnya pun mengalami perubahan.
“Kita berpikir biar lebih gampang dimengerti oleh masyarakat akhirnya ada bahasa Indonesianya. Tapi justru yang terangkat judul Indonesia. Untuk di luar Jakarta, film ini mampu mem-provoke untuk menonton,” pungkasnya.
Sutradara: ‘DIPERKOSA *****’ Jauh Dari Vulgar
Film HANTU PUNCAK DATANG BULAN yang menuai pencekalan dari MUI lantaran dianggap menyajikan pornografi tidak juga menumbuhkan rasa khawatir bagi pembesut film horor dewasa lainnya, RAPED BY SAITAN atau DIPERKOSA *****. Menurut Petruska Karangan selaku sutradara, dirinya menganggap filmnya sama sekali jauh dari vulgar.
“Untuk film ini memang ada adegan pemerkosaan, cuma kita nggak vulgar. Di sini orang diperkosa masih pakai baju, jadi nggak ada kekhawatiran ke arah sana karena saya tahu isi film saya,” kata Petruska di kantor MM Production, Jl. Juanda, Jakarta Pusat, Jumat (5/2).
Dikatakannya, dalam film produksi MM Production tersebut pihaknya tidak menjual badan. Yang dijual adalah sensasi, tapi bukan pornografi. Pun begitu, ia tidak memungkiri jika dalam film yang diperankan oleh Cynthiara Alona tersebut juga ada adegan mesum. “Ada adegan itu, tapi sedikit lebih ke pemanis aja, nggak vulgar, lebih ke image,” tandasnya.
“Ya ini horor komedi, makanya dari awal kita sudah bicarakan apa yang mau dikedepankan, kasus pemerkosaan bukan vulgarnya. Dan yang khas di horor ini bebas asap. Biasanya ***** nongol ada asap, biasanya peran utamanya ada asap. Mau di kuburan pun kita nggak menggunakan asap,” lanjutnya.
Petruska menambahkan, sebagai pemeran utama Alona memang harus ekstra akting. Pasalnya dalam adegan pemerkosaan, dia beraksi sendirian. “Alona sebelumnya harus latihan karena secara gesture harus bisa memainkan itu karena dia main sendiri. Gimana dia ngebayangin ada yang meluk, nindihin, dan berhubungan seperti itu, dan dia harus mempraktekkan itu sendiri. Itu mungkin tantangan terberat dari Alona,” terang Petruska.
Originally Posted by Albert Einstein
Share This Thread