Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, memiliki sumberdaya yang demikian besar. Sumberdaya tersebut harus dikelola oleh orang-orang yang melek pendidikan. Dengan demikian, sumberdaya yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan rakyat Indonesia, serta dapat bertahan untuk waktu yang tak terbatas.
Disinilah peran penting guru. Guru-guru yang ada dan tersebar dari Sabang sampai Merauke harus dapat mendidik siswa-siswinya agar dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia untuk kemaslahatan umat manusia. Pendidikan yang menekankan kecerdasan intelektualitas semata harus dijuga dibarengi dengan pendidikan budi pekerti yang baik. Untuk itu, para guru harus dituntut dapat menjadi suri tauladan bagi para siswanya. Gurulah yang menjadi trendmark siswa-siswinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang mementingkan kecerdasan intelektual semata memang tidak salah, tetapi akan lebih baik lagi bila didampingi dengan pendidikan budi pekerti. Dengan demikian, para siswa mampu bersikap arif dan bijaksana dalam kehidupannya sehari-hari, serta mampu menjadikan ilmunya bermanfaat untuk kebaikandan kesejateraan umat manusia.
Selama ini, beban pendidikan lebih banyak di sandang oleh para guru. Kalau ada siswa yang tidak lulus, maka yang pertama ditanya adalah gurunya. Kenyataan ini membuat guru menjadi gamang dalam memberikan pendidikan kepada para siswanya. Pemerintah akan bertanya kepada kepada guru kenapa demikian? Tidak hanya pemerintah yang demikian, orang tua siswa pun sama. Padahal, tanggung jawab pendidikan anak-anak juga merupakan tanggung jawab bersama. Bahkan orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan pemerintah dan guru. Jadi, bila kita ingin meningkatkan kualitas pendidikan kita, maka ketiga pihak tersebut, pemerintah, sekolah dalam hal ini guru, dan orang tua siswa harus dapat bekerja sama.
Ujian nasional yang selama ini menjadi kontroversi ditengah masyarakat, harus dapat dicarikan jalan keluar. Paradigma kecerdasan harus dijadikan pedoman untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikannya. Mulai sekarang harus mulai dipikirkan untuk menjadikan sekolah sebagai lembaga yang benar-benar mampu mewujudkan semua keinginan dan kemauan semua untuk orang. Guru harus dibekali dengan kemampuan untuk menafsirkan bakat dan minat siswa-siswinya agar siswa-siswi tersebut dapat diarahkan sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
Guru harus memiliki seperangkat pengetahuan tentang berbagai jenis kecerdasan seperti yang disebutkan oleh para ahli. Menarik sekali apa yang ditulis oleh Howard Gardner dari Universitas Harvard bahwa manusia umumnya memiliki tujuh jenis kecerdasan. Pengetahuan tentang kecerdasan ini penting untuk diketahui agar para guru tidak menyama-ratakan semua anak didiknya. Pandangan tentang kecerdasan yang hanya menekankan logika-matematika harus digeser bahwa anak mungkin memiliki kecerdasan lain. Mungkin ia cerdas dibidang musik, ataupun bidang lainnya. Selama ini masih banyak guru yang berpandangan bahwa siswa yang tak pandai matematika, atau fisika, sebagai anak yang tak cerdas. Pandangan ini harus dirubah. Guru harus tahu, bila siswanya tak cerdas pada satu bidang maka harus dicari kecerdasannya dibidang yang lain. Bila ini bisa dilakukan, maka pendidikan kita akan menghasilkan manusia-manusia yang mampu mengembangkan dirinya secara maksimal. Dan pada akhirnya, ujian nasional yang selama ini menjadi kontroversi, tak diperlukan lagi dan digantikan dengan sistem ujian yang lebih baik, yang dilakukan sesuai dengan bakat dan minat siswa-siswinya masing-masing.
Manusia Indoneisa seutuhnya yang pernah didengungkan oleh pemerintah merupakan sebuah khayalan yang ingin diwujudkan. Sayang, saat ini wacana itu tak pernah dimunculkan lagi. Padahal bila itu bisa dilakukan, maka kita akan mendapatkan manusia Indonesia yang cerdas otaknya dan baik budinya. Impian ini pernah dikhayalkan, tetapi akhirnya hilang bersama hilangnya pemerintahan orde baru. Pembangunan manusia Indonesia lewat lembaga pendidikan yang dinamakan sekolah merupakan kawah candradimuka untuk membentuk manusia Indonesia yang mampu menjadi tuan dinegerinya sendiri, bukan budak dirumah sendiri, apalagi budak dinegara lain. Inilah arti penting pendidikan di tanah air ini.
Kita harus dapat meningkatkan mutu pendidikan kita sebaik mungkin. Kita juga harus dapat bersaing dengan negara lain tentang kualitas pendidikan. Tugas ini lebih banyak dibebankan kepada pemerintah dan guru. Karena pemerintah dan gurulah yang memiliki otoritas menentukan arah pendidikan kita. Pemerintah sebagai penentu arah, dan guru yang akan membimbing siswa-siswinya menuju ke arah tersebut. Baik dan buruknya hasil pendidikan kita, pemerintah dan sekolah dalam hal ini guru memikul lima puluh persen tanggung jawab tersebut. Dan lima puluh persennya adalah tanggung jawab keluarga dan lingkungannya.
Apapun yang dihasilkan oleh guru, begitulah hasil pendidikan kita. Apa yang telah dilakukan oleh guru akan terlihat hasilnya dengan prestasi yang dicapai oleh para siswanya. Semakin baik gurunya mengajar, semakin baik pula prestasi siswanya. Demikian sebaliknya. Untuk itu peningkatan kemampuan guru baik dari segi kualitas, kuantitas dan balas saja yang diberikan hendaknya dilakukan secara maksimal. Bila tidak, jangan berharap banyak dengan kualitas pendidikan. Pemerintah harus dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada para guru agar mereka dapat bekerja dengan baik. Regulasi dan dana yang baik dan cukup diperlukan agar semua orang yang terlibat dengan masalah pendidikan dapat mencurahkan segenap kemampuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/0...-pendidikan-2/
Mengapa tolak ukur kelulusan hanya bedasarkan UAN? Dan juga guru yang menerima tanggung jawab paling besar? Pdhal tanggung jawab guru sebatas jam sekolah, orang tua pun juga memiliki tanggung jawab karena setelah jam sekolah, anak berada dalam naungan orang tua.
Apa mmg harus UAN yang menjadi dasar kelulusan?
Pendapat anda?
Share This Thread