Page 1 of 3 123 LastLast
Results 1 to 15 of 32

Thread: GUru dan UAN

http://idgs.in/272841
  1. #1
    Sterling's Avatar
    Join Date
    Jun 2009
    Location
    Jakarta
    Posts
    22,501
    Points
    2.48
    Thanks: 63 / 822 / 597

    Default GUru dan UAN

    Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, memiliki sumberdaya yang demikian besar. Sumberdaya tersebut harus dikelola oleh orang-orang yang melek pendidikan. Dengan demikian, sumberdaya yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan rakyat Indonesia, serta dapat bertahan untuk waktu yang tak terbatas.

    Disinilah peran penting guru. Guru-guru yang ada dan tersebar dari Sabang sampai Merauke harus dapat mendidik siswa-siswinya agar dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia untuk kemaslahatan umat manusia. Pendidikan yang menekankan kecerdasan intelektualitas semata harus dijuga dibarengi dengan pendidikan budi pekerti yang baik. Untuk itu, para guru harus dituntut dapat menjadi suri tauladan bagi para siswanya. Gurulah yang menjadi trendmark siswa-siswinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang mementingkan kecerdasan intelektual semata memang tidak salah, tetapi akan lebih baik lagi bila didampingi dengan pendidikan budi pekerti. Dengan demikian, para siswa mampu bersikap arif dan bijaksana dalam kehidupannya sehari-hari, serta mampu menjadikan ilmunya bermanfaat untuk kebaikandan kesejateraan umat manusia.

    Selama ini, beban pendidikan lebih banyak di sandang oleh para guru. Kalau ada siswa yang tidak lulus, maka yang pertama ditanya adalah gurunya. Kenyataan ini membuat guru menjadi gamang dalam memberikan pendidikan kepada para siswanya. Pemerintah akan bertanya kepada kepada guru kenapa demikian? Tidak hanya pemerintah yang demikian, orang tua siswa pun sama. Padahal, tanggung jawab pendidikan anak-anak juga merupakan tanggung jawab bersama. Bahkan orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan pemerintah dan guru. Jadi, bila kita ingin meningkatkan kualitas pendidikan kita, maka ketiga pihak tersebut, pemerintah, sekolah dalam hal ini guru, dan orang tua siswa harus dapat bekerja sama.

    Ujian nasional yang selama ini menjadi kontroversi ditengah masyarakat, harus dapat dicarikan jalan keluar. Paradigma kecerdasan harus dijadikan pedoman untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikannya. Mulai sekarang harus mulai dipikirkan untuk menjadikan sekolah sebagai lembaga yang benar-benar mampu mewujudkan semua keinginan dan kemauan semua untuk orang. Guru harus dibekali dengan kemampuan untuk menafsirkan bakat dan minat siswa-siswinya agar siswa-siswi tersebut dapat diarahkan sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.

    Guru harus memiliki seperangkat pengetahuan tentang berbagai jenis kecerdasan seperti yang disebutkan oleh para ahli. Menarik sekali apa yang ditulis oleh Howard Gardner dari Universitas Harvard bahwa manusia umumnya memiliki tujuh jenis kecerdasan. Pengetahuan tentang kecerdasan ini penting untuk diketahui agar para guru tidak menyama-ratakan semua anak didiknya. Pandangan tentang kecerdasan yang hanya menekankan logika-matematika harus digeser bahwa anak mungkin memiliki kecerdasan lain. Mungkin ia cerdas dibidang musik, ataupun bidang lainnya. Selama ini masih banyak guru yang berpandangan bahwa siswa yang tak pandai matematika, atau fisika, sebagai anak yang tak cerdas. Pandangan ini harus dirubah. Guru harus tahu, bila siswanya tak cerdas pada satu bidang maka harus dicari kecerdasannya dibidang yang lain. Bila ini bisa dilakukan, maka pendidikan kita akan menghasilkan manusia-manusia yang mampu mengembangkan dirinya secara maksimal. Dan pada akhirnya, ujian nasional yang selama ini menjadi kontroversi, tak diperlukan lagi dan digantikan dengan sistem ujian yang lebih baik, yang dilakukan sesuai dengan bakat dan minat siswa-siswinya masing-masing.

    Manusia Indoneisa seutuhnya yang pernah didengungkan oleh pemerintah merupakan sebuah khayalan yang ingin diwujudkan. Sayang, saat ini wacana itu tak pernah dimunculkan lagi. Padahal bila itu bisa dilakukan, maka kita akan mendapatkan manusia Indonesia yang cerdas otaknya dan baik budinya. Impian ini pernah dikhayalkan, tetapi akhirnya hilang bersama hilangnya pemerintahan orde baru. Pembangunan manusia Indonesia lewat lembaga pendidikan yang dinamakan sekolah merupakan kawah candradimuka untuk membentuk manusia Indonesia yang mampu menjadi tuan dinegerinya sendiri, bukan budak dirumah sendiri, apalagi budak dinegara lain. Inilah arti penting pendidikan di tanah air ini.

    Kita harus dapat meningkatkan mutu pendidikan kita sebaik mungkin. Kita juga harus dapat bersaing dengan negara lain tentang kualitas pendidikan. Tugas ini lebih banyak dibebankan kepada pemerintah dan guru. Karena pemerintah dan gurulah yang memiliki otoritas menentukan arah pendidikan kita. Pemerintah sebagai penentu arah, dan guru yang akan membimbing siswa-siswinya menuju ke arah tersebut. Baik dan buruknya hasil pendidikan kita, pemerintah dan sekolah dalam hal ini guru memikul lima puluh persen tanggung jawab tersebut. Dan lima puluh persennya adalah tanggung jawab keluarga dan lingkungannya.

    Apapun yang dihasilkan oleh guru, begitulah hasil pendidikan kita. Apa yang telah dilakukan oleh guru akan terlihat hasilnya dengan prestasi yang dicapai oleh para siswanya. Semakin baik gurunya mengajar, semakin baik pula prestasi siswanya. Demikian sebaliknya. Untuk itu peningkatan kemampuan guru baik dari segi kualitas, kuantitas dan balas saja yang diberikan hendaknya dilakukan secara maksimal. Bila tidak, jangan berharap banyak dengan kualitas pendidikan. Pemerintah harus dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada para guru agar mereka dapat bekerja dengan baik. Regulasi dan dana yang baik dan cukup diperlukan agar semua orang yang terlibat dengan masalah pendidikan dapat mencurahkan segenap kemampuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

    http://edukasi.kompasiana.com/2010/0...-pendidikan-2/

    Mengapa tolak ukur kelulusan hanya bedasarkan UAN? Dan juga guru yang menerima tanggung jawab paling besar? Pdhal tanggung jawab guru sebatas jam sekolah, orang tua pun juga memiliki tanggung jawab karena setelah jam sekolah, anak berada dalam naungan orang tua.

    Apa mmg harus UAN yang menjadi dasar kelulusan?
    Pendapat anda?

  2. Hot Ad
  3. #2
    Bombat-H's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Kota KembanG
    Posts
    2,068
    Points
    1,343.90
    Thanks: 2 / 14 / 14

    Default

    untuk UAN sebagai dasar kelulusan yang katanya bisa mencerminkan kecerdasan seorang siswa saya rasa tidak semua seperti itu..
    banyak kasus dimana saat UAN berlangsung justru diwarnai dengan "sms melayang" antar siswa, belum lagi kasus bocornya soal2 UAN sebelum sampai ke meja ujian..
    apa jika hasil UANnya memuaskan ini sudah mencerminkan kecerdasan?

    setuju dengan Howard Gardner, jika seorang siswa yang lemah di matematika dan bagus di olahraga, mengapa tidak dioptimalkan di bidang olahraganya??? mungkin saja siswa dapat meraih juara di olimpiade olahraga antar sekolah atau semacamnya..
    Hal ini yang dirasa tidak dimiliki (mungkin sebagian) oleh guru2 di sini, mereka terus saja memberi materi yang sama kepada semua siswanya, tidak peduli mereka pintar di bidang tsb atau tidak

    Jika seorang guru disalahkan akibat anak didiknya tidak lulus, orang tua juga harus dipertanyakan
    Seorang guru sudah memberikan materi dan juga beberapa cara mengajar yang baik agar siswanya dapat menyerap semua pelajaran, tapi orang tua di rumah bagaimana?
    Tiipe orang tua pastinya tidak sama,
    Ada yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga menyuruh anaknya kursus dan tinggal melihat hasil belajar,
    Ada juga orang tua yang cuek dengan anaknya ketika di rumah, tidak mau tahu apa yg dikerjakan si anak karena berpikir dia sudah saya sekolahkan dengan biaya mahal, hasilnya pokoknya harus memuaskan..
    Ada juga orang tua yang tidak memfasilitasi kegiatan belajar anaknya ketika di luar jam sekolah, ketika mereka ingin kursus ataupun membeli buku, orang tua tidak pernah menghiraukan,

  4. #3
    ImPeRiUm5's Avatar
    Join Date
    Dec 2009
    Location
    Kota Mpek Mpek
    Posts
    1,046
    Points
    114.44
    Thanks: 43 / 40 / 27

    Default

    saya tidak setuju karena sistem pendidikan di Indonesia tidak merata dan memberatkan bagi saudara kita di wilayah Indonesia bagian timur..
    tetapi jika UAN sebagai acuan penerimaan seleksi masuk PTN maka saya setuju...
    karena soal tes masuk SNMPTN sekelas dengan soal UAN bahkan lebih sulit..

  5. #4
    Bombat-H's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Kota KembanG
    Posts
    2,068
    Points
    1,343.90
    Thanks: 2 / 14 / 14

    Default

    Quote Originally Posted by ImPeRiUm5 View Post
    karena soal tes masuk SNMPTN sekelas dengan soal UAN bahkan lebih sulit
    bukan sekelas tp memang lebih sulit

  6. #5
    Sterling's Avatar
    Join Date
    Jun 2009
    Location
    Jakarta
    Posts
    22,501
    Points
    2.48
    Thanks: 63 / 822 / 597

    Default

    Quote Originally Posted by Bombat-H View Post
    untuk UAN sebagai dasar kelulusan yang katanya bisa mencerminkan kecerdasan seorang siswa saya rasa tidak semua seperti itu..
    banyak kasus dimana saat UAN berlangsung justru diwarnai dengan "sms melayang" antar siswa, belum lagi kasus bocornya soal2 UAN sebelum sampai ke meja ujian..
    apa jika hasil UANnya memuaskan ini sudah mencerminkan kecerdasan?

    setuju dengan Howard Gardner, jika seorang siswa yang lemah di matematika dan bagus di olahraga, mengapa tidak dioptimalkan di bidang olahraganya??? mungkin saja siswa dapat meraih juara di olimpiade olahraga antar sekolah atau semacamnya..
    Hal ini yang dirasa tidak dimiliki (mungkin sebagian) oleh guru2 di sini, mereka terus saja memberi materi yang sama kepada semua siswanya, tidak peduli mereka pintar di bidang tsb atau tidak

    Jika seorang guru disalahkan akibat anak didiknya tidak lulus, orang tua juga harus dipertanyakan
    Seorang guru sudah memberikan materi dan juga beberapa cara mengajar yang baik agar siswanya dapat menyerap semua pelajaran, tapi orang tua di rumah bagaimana?
    Tiipe orang tua pastinya tidak sama,
    Ada yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga menyuruh anaknya kursus dan tinggal melihat hasil belajar,
    Ada juga orang tua yang cuek dengan anaknya ketika di rumah, tidak mau tahu apa yg dikerjakan si anak karena berpikir dia sudah saya sekolahkan dengan biaya mahal, hasilnya pokoknya harus memuaskan..
    Ada juga orang tua yang tidak memfasilitasi kegiatan belajar anaknya ketika di luar jam sekolah, ketika mereka ingin kursus ataupun membeli buku, orang tua tidak pernah menghiraukan,
    Klo saya melihat, tidak semua guru memang fokus untuk mengajar. Hal tersebut dikarenakan gaji guru yang kecil, pernah dengar kan guru pagi ngajar sore pergi ngojek? Dengan keadaan yang berkekurangan seperti itu, bagaimana dia bsa maksimal mengajarkan ilmu nya?

    Ke 2. Tidak banyak orang yang ingin menjadi guru, sehingga kualitas guru pun menjadi tidak terjamin, bila kemampuan guru ( dalam range 1- 10) hanya 6, akan sulit bagi muridnya untuk berkembang, kecuali ada inisiatif dari muridny untuk belajar dari yang lain.

    Ke 3. Bila di luar negeri, menjadi guru mgnkn merupakan suatu kebanggaan, karena berjasa besar ( ungkapan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa) namun di Indonesia, penghargaan terhadap guru belum seperti itu, belum banyak orang yang bisa menghargai jasa guru nya.. Mungkin hal ini dipicu karena banyak nya tindakan kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya.

  7. #6
    Bombat-H's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Kota KembanG
    Posts
    2,068
    Points
    1,343.90
    Thanks: 2 / 14 / 14

    Default

    Quote Originally Posted by Sterling View Post
    Klo saya melihat, tidak semua guru memang fokus untuk mengajar. Hal tersebut dikarenakan gaji guru yang kecil, pernah dengar kan guru pagi ngajar sore pergi ngojek? Dengan keadaan yang berkekurangan seperti itu, bagaimana dia bsa maksimal mengajarkan ilmu nya?
    masalah utama kayaknya cenderung kesini ya
    memang sih gaji guru tidak terlalu besar atau memang tidak besar sama sekali..
    akhirnya beberapa membuka les privat di rumah untuk tambahan income smile:

  8. #7
    Sterling's Avatar
    Join Date
    Jun 2009
    Location
    Jakarta
    Posts
    22,501
    Points
    2.48
    Thanks: 63 / 822 / 597

    Default

    SLEMAN, KOMPAS - Peran orangtua sebagai pendidik utama anak dinilai memudar. Mereka semakin bergantung pada lembaga pendidikan di luar keluarga seperti sekolah atau bimbingan belajar. Padahal, pendidikan dalam keluarga merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan anak.

    "Saat ini orangtua terlalu mengandalkan sekolah. Kalau anak menemui kesulitan belajar di sekolah, mereka lalu memasukkan ke lembaga bimbingan belajar," kata konsultan pendidikan Iyan Sofyan, salah satu pembicara Seminar Pendidikan "Lima Peran Strategis Orangtua agar Anak Siap Hadapi Ujian Nasional" yang diselenggarakan Edukasia Training Center di Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (20/2).

    Padahal, sekitar 60-70 persen waktu anak berada dalam interaksi dengan orangtua. Dengan porsi waktu itu, orangtua memegang peran terpenting dalam segala bidang kehidupan anak termasuk pendidikan. Sejumlah penelitian dan kajian psikologis menunjukkan, anak yang berhasil dan berprestasi di sekolah memperoleh cukup perhatian dan kasih sayang orangtua.

    Menurut Iyan, ketergantungan orangtua pada lembaga pendidikan berakar pada ketidakmampuan mereka menjadi teman belajar anak. Faktor lain, orangtua yang terlalu sibuk dan alasan tidak mau repot. Ketergantungan itu diperparah sekolah yang cenderung mengutamakan transfer ilmu pengetahuan tanpa penanaman nilai. Akibatnya, proses pendidikan timpang.

    " Yang terjadi di sebagian besar sekolah saat ini bukan lagi pendidikan dalam arti menyeluruh, tetapi hanya aktivitas belajar mengajar," ujar Iyan. Lima peran strategis orangtua dalam proses pendidikan anak adalah sebagai teman belajar dan diskusi, motivator, inspirator, tempat curahan kasih sayang, dan sebagai promotor.

    Teman belajar tidak harus memberikan pemahaman materi dan ikut mengerjakan soal. Teman belajar bisa berarti menciptakan suasana yang kondusif dan mendukung proses belajar anak. Berkaitan dengan anak yang akan menghadapi ujian nasional (UN), orangtua berperan membentuk kesiapan anak secara mental dan spiritual. " Kesiapan menghadapi UN adalah 90 persen mental spiritual, dan hanya 10 persen teknis material," ujarnya.

    Istilah sekolah

    Penggiat komunitas Forum Komunikasi Orangtua Intinanik berpendapat, ketergantungan orangtua pada sekolah salah satunya terlihat dari munculnya istilah sekolah unggulan dan sekolah favorit. "Istilah- istilah ini tidak akan muncul kalau masyarakat percaya pendidikan sesungguhnya ada di keluarga," katanya. Selain itu, orangtua juga perlu lebih menghargai proses pendidikan. Salah satunya memasukkan anak ke sekolah sesuai usianya. (IRE)

    http://cetak.kompas.com/read/xml/201...dik.anak.pudar




    Medan, Kompas - Kutipan terhadap guru masih saja terjadi di lingkungan dinas pendidikan kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Pengutip meminta uang kepada guru dengan alasan untuk biaya administrasi pengurusan dokumen kepegawaian. Sebagian besar guru memenuhi permintaan itu, dengan harapan mendapat kepastian kerja.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas dari berbagai sumber, permintaan uang seperti itu telah lama terjadi. Kasus seperti ini tak muncul ke permukaan akibat lemahnya posisi guru.

    ”Untuk mengurus surat keputusan pegawai fungsional, kami diminta membayar Rp 50.000. Mereka (pegawai Dinas Pendidikan Kota Medan) bilang untuk biaya transportasi mengambil SK (surat keputusan) ke Badan Kepegawaian,” cerita Patar Tambunan, guru SMA Negeri 17 Medan, di Medan, Sumatera Utara, Minggu (21/2).

    Kutipan terhadap guru seperti itu, lanjut Patar, sebenarnya tidak masuk akal. Karena itu, dia mempertanyakannya, bahkan ribut dengan aparat terkait di Kantor Dinas Pendidikan Kota Medan pekan lalu. ”Saya tidak terima, tetapi kemudian banyak pegawai mendatangi saya. Saya akhirnya bayar juga,” keluhnya.

    Terlambat

    SK pengangkatan sebagai tenaga fungsional untuk dirinya, menurut Patar, sudah sangat terlambat. ”Saya diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) tahun 2006. Sementara SK pengangkatan sebagai tenaga fungsional baru turun pada Februari 2010. SK itu sangat saya perlukan karena berkaitan dengan gaji yang saya terima,” katanya.

    Keluhan yang sama disampaikan Rosmawati, guru salah satu SMP negeri di Kabupaten Deli Serdang. Rosmawati merasa dipermainkan oleh aparat Dinas Pendidikan Deli Serdang. ”Saat saya mengurus SK PNS, petugas meminta uang Rp 150.000,” katanya dengan nada dongkol.

    Pungutan ini diajukan dengan alasan untuk keperluan administrasi di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dan Badan Kepegawaian Nasional (BKN). ”Saya tidak bersedia memberikan uang pungutan tersebut minggu lalu. Saya serahkan dokumen saya tanpa saya beri uang,” kata Rosmawati.

    Rosmawati merupakan guru yang lolos seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) tahun 2008. Hingga kini perempuan lajang tersebut belum mendapat SK pengangkatan sebagai PNS. Padahal, dia memerlukannya untuk mendapatkan kepastian status pekerja.

    Sekretaris Dinas Pendidikan Sumatera Utara Edward Sinaga, yang dikonfirmasi tentang kejadian itu, mengatakan, pungutan kepada guru sebenarnya tidak ada dalam aturan. ”Pungutan oknum pejabat dinas pendidikan terhadap guru merupakan tindakan ilegal,” katanya.

    Sejauh ini, lanjut Edward, pihaknya hanya bisa mengawasi. ”Memang laporan seperti ini sering masuk ke kantor kami. Kami akan meneruskan persoalan ini ke kepala daerah di daerah yang ada kasus,” katanya.

    Menurut Ketua Dewan Pendidikan Medan Mutsyuhito Solin, kutipan tersebut sudah lama terjadi. ”Oknum pegawai di instansi mana pun, termasuk di dinas pendidikan, kerap memanfaatkan posisi lemah pegawai. Biasanya mereka menunggu setahun masa prajabatan, baru menerima SK. Namun, jika mereka yang lolos seleksi CPNS tahun 2008 hingga kini belum menerima SK, itu sudah keterlaluan,” katanya.

    Mutsyuhito hanya bisa mengimbau agar pejabat dinas tidak memanfaatkan posisi lemah CPNS. ”Guru yang lolos seleksi wajar saja menginginkan surat keputusan. SK tersebut sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan mereka. Yang tidak sabar memang sering menuruti permintaan oknum pejabat dinas,” ujarnya. (NDY)
    http://cetak.kompas.com/read/xml/201...n.soal.kutipan.
    Last edited by Sterling; 22-02-10 at 20:09.

  9. #8
    Bombat-H's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Kota KembanG
    Posts
    2,068
    Points
    1,343.90
    Thanks: 2 / 14 / 14

    Default

    Quote Originally Posted by Sterling View Post
    Lima peran strategis orangtua dalam proses pendidikan anak adalah sebagai teman belajar dan diskusi, motivator, inspirator, tempat curahan kasih sayang, dan sebagai promotor.

    Teman belajar tidak harus memberikan pemahaman materi dan ikut mengerjakan soal. Teman belajar bisa berarti menciptakan suasana yang kondusif dan mendukung proses belajar anak. Berkaitan dengan anak yang akan menghadapi ujian nasional (UN), orangtua berperan membentuk kesiapan anak secara mental dan spiritual. " Kesiapan menghadapi UN adalah 90 persen mental spiritual, dan hanya 10 persen teknis material," ujarnya.
    Setuju.
    Untuk beberapa anak yang memang memiliki keinginan belajar+lulus pasti tidak ada masalah..
    Meskipun orang tua tidak mendampingi mereka, tapi mereka ada kemauan belajar dalam diri mereka sendiri.

    Namun bagaimana dengan anak2 yang merasa minder atau takut dengan UN?tidak yakin bahwa mereka bisa lulus..
    Di sini peran orang tua sangat dibutuhkan sebagai motivator.

    Quote Originally Posted by Sterling View Post
    Sekretaris Dinas Pendidikan Sumatera Utara Edward Sinaga, yang dikonfirmasi tentang kejadian itu, mengatakan, pungutan kepada guru sebenarnya tidak ada dalam aturan. ”Pungutan oknum pejabat dinas pendidikan terhadap guru merupakan tindakan ilegal,” katanya.
    Bagaimana guru2 bisa mengajar dengan baik kalau pada awal administrasi ada pungutan2 semacam ini..
    guru2 berprestasi di bidangnya yang tidak mempunyai dana pasti kesulitan dan bisa saja akhirnya mereka memutuskan untuk tidak menjadi PNS dan menetap di desa menjadi petani..
    pungutan ini juga yang menyebabkan penduduk miskin semakin banyak.
    mereka kuliah mendapat beasiswa prestasi, namun saat pengurusan PNS, terlalu banyak pungutan semacam ini..

  10. #9

    Join Date
    Oct 2009
    Posts
    103
    Points
    125.00
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    untuk gua sih seharusnya bukan UAN yang menjadi tolak ukur kelulusan kita.coba kl kita lihat banyak sekali anak-anak yang pintar tp begitu mereka UAN,mereka tidak lulus.Kl gua saranin lebih baik yang menjadi tolak ukur kelulusan adalah dari sekolah itu.karena hanya sekolah yang tahu kemampuan tiap anak-anak didiknya....sayang kan kl yang pintar tidak lulus gara2 uan.

  11. #10
    -LichKing-'s Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Location
    Pondok Gede, Bekasi.
    Posts
    2,334
    Points
    2,709.50
    Thanks: 18 / 51 / 37

    Default

    Quote Originally Posted by Bombat-H View Post
    setuju dengan Howard Gardner, jika seorang siswa yang lemah di matematika dan bagus di olahraga, mengapa tidak dioptimalkan di bidang olahraganya??? mungkin saja siswa dapat meraih juara di olimpiade olahraga antar sekolah atau semacamnya...
    Gw juga setuju ama hal ini gan, sayangnya ini Indonesia, anak-anak muda zaman sekarang demennya ikut-ikutan temen, kesadaran kurang, selain itu masi pada labil dan takut ngambil keputusan, itu gw rasain pas gw masi sekolah dolo, dimana temen-temen sekelas gw tu rata-rata jagonya di olahraga tapi masuk jurusan Ilmu Alam dan gak bisa lagi! Jauh banget kan? Kenapa? Ikut-ikutan temen gan pas gw tanya, sedih juga kan liatnya, untung aja jurusan Ilmu Alam bisa bebas masuk jurusan Ilmu Sosial pas udah kuliah, kalo enggak udah pada geger itu.

    Kalo orang luar negeri gw yakin dah, pikiran anak muda luar negeri lebih dewasa gw bilang, dah bisa nentuin mana yang baik sama buruk buat diri mereka masing-masing, tapi gak menunjukkan bahwa di Indonesia gak ada yang kek gitu, ada sih ada, cuman jarang-jarang gan!
    Jadi momod ga usa ngemis cendol.

  12. #11
    Sterling's Avatar
    Join Date
    Jun 2009
    Location
    Jakarta
    Posts
    22,501
    Points
    2.48
    Thanks: 63 / 822 / 597

    Default

    Quote Originally Posted by luveva View Post
    untuk gua sih seharusnya bukan UAN yang menjadi tolak ukur kelulusan kita.coba kl kita lihat banyak sekali anak-anak yang pintar tp begitu mereka UAN,mereka tidak lulus.Kl gua saranin lebih baik yang menjadi tolak ukur kelulusan adalah dari sekolah itu.karena hanya sekolah yang tahu kemampuan tiap anak-anak didiknya....sayang kan kl yang pintar tidak lulus gara2 uan.
    Bila hanya UAS yang menjadi tolak ukur kelulusan, brarti tidak ada standardisasi dalam hal ini, pendidikan di tiap sekolah itu berbeda, namun memiliki dasar kurikulum yang sama, jadi bahan kurikulum tersebut yang menjadi dasar di bentuk nya soal UAN. shingga dengan seseorang sudah lulus uan, brarti org tersebut sudah memiliki pengetahuan minimal untuk bidang akademis
    Namun memang maish banyak kekurangan dalam hal ini,

  13. #12
    ImPeRiUm5's Avatar
    Join Date
    Dec 2009
    Location
    Kota Mpek Mpek
    Posts
    1,046
    Points
    114.44
    Thanks: 43 / 40 / 27

    Default

    Quote Originally Posted by Sterling View Post
    Bila hanya UAS yang menjadi tolak ukur kelulusan, brarti tidak ada standardisasi dalam hal ini, pendidikan di tiap sekolah itu berbeda, namun memiliki dasar kurikulum yang sama, jadi bahan kurikulum tersebut yang menjadi dasar di bentuk nya soal UAN. shingga dengan seseorang sudah lulus uan, brarti org tersebut sudah memiliki pengetahuan minimal untuk bidang akademis
    Namun memang maish banyak kekurangan dalam hal ini,
    menurut saya hal ini tergantung dari kualitas tenanga pendidik / guru. semua bahan pengajaran telah tertuang dalam silabus tinggal bagaimana cara si guru menerangkan kepada muridnya.. maka guru dan sekolah lah yang tahu kemampuan muridnya.. jika si guru HANYA mengajarkan kulitnya bagaimana mungkin murid bisa mengetaui isi didalamnya.. Hal inilah yang dikeluhkan guru guru di Indonesia bagian Timur karena mereka kekurangan tenaga pendidik dan murid didik mereka harus mengejarkan soal UN yang sama dengan daerah Indonesia bagian Barat

  14. #13
    Bombat-H's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Kota KembanG
    Posts
    2,068
    Points
    1,343.90
    Thanks: 2 / 14 / 14

    Default

    Quote Originally Posted by ImPeRiUm5 View Post
    menurut saya hal ini tergantung dari kualitas tenanga pendidik / guru. semua bahan pengajaran telah tertuang dalam silabus tinggal bagaimana cara si guru menerangkan kepada muridnya.. maka guru dan sekolah lah yang tahu kemampuan muridnya.. jika si guru HANYA mengajarkan kulitnya bagaimana mungkin murid bisa mengetaui isi didalamnya.. Hal inilah yang dikeluhkan guru guru di Indonesia bagian Timur karena mereka kekurangan tenaga pendidik dan murid didik mereka harus mengejarkan soal UN yang sama dengan daerah Indonesia bagian Barat
    Bener bro, tidak semua guru mempunyai pengetahuan yang sama di bidangnya. Indo bagian barat tenaga pengajarnya lebih maju dibanding bagian timur, mungkin karena sering mengikuti diklat di daerah masing2 sehingga tambahan materi lebih banyak.
    Alhasil, nilai2 uan di daerah barat lebih tinggi dari daerah timur.
    Kalau hasil uan di bagian timur rendah, bagaimana bisa siswa masuk ke sekolah favorit yg menuntut nilai tinggi.

  15. #14
    ImPeRiUm5's Avatar
    Join Date
    Dec 2009
    Location
    Kota Mpek Mpek
    Posts
    1,046
    Points
    114.44
    Thanks: 43 / 40 / 27

    Default

    Quote Originally Posted by Bombat-H View Post
    Bener bro, tidak semua guru mempunyai pengetahuan yang sama di bidangnya. Indo bagian barat tenaga pengajarnya lebih maju dibanding bagian timur, mungkin karena sering mengikuti diklat di daerah masing2 sehingga tambahan materi lebih banyak.
    Alhasil, nilai2 uan di daerah barat lebih tinggi dari daerah timur.
    Kalau hasil uan di bagian timur rendah, bagaimana bisa siswa masuk ke sekolah favorit yg menuntut nilai tinggi.
    iya tenaga pendidik yg kinclong pada numpuk di jakarta.. ga heran kualitasnya pendidikannya beda ama yg didaerah.. biayanya pun beda jauh..

  16. #15
    Sterling's Avatar
    Join Date
    Jun 2009
    Location
    Jakarta
    Posts
    22,501
    Points
    2.48
    Thanks: 63 / 822 / 597

    Default

    Quote Originally Posted by Bombat-H View Post
    Bener bro, tidak semua guru mempunyai pengetahuan yang sama di bidangnya. Indo bagian barat tenaga pengajarnya lebih maju dibanding bagian timur, mungkin karena sering mengikuti diklat di daerah masing2 sehingga tambahan materi lebih banyak.
    Alhasil, nilai2 uan di daerah barat lebih tinggi dari daerah timur.
    Kalau hasil uan di bagian timur rendah, bagaimana bisa siswa masuk ke sekolah favorit yg menuntut nilai tinggi.
    Kalau yang saya tau, ada jalur masuk prestasi kan, saya lupa istilahnya, jadi yang raport 5 semester itu minimal berapa gitu,dia bisa masuk ke universitas tanpa harus mengikuti ujian masuk. kalau nilai raport 5 semesterkan yang kluarin setiap sekolah, jadi harusnya tidak memiliki maslah untuk masuk ke sekolah favorit yang dia mau kalau memang dia berprestasi di sekolahnya.

    Atau ada masukan lain?

    Quote Originally Posted by ImPeRiUm5 View Post
    menurut saya hal ini tergantung dari kualitas tenanga pendidik / guru. semua bahan pengajaran telah tertuang dalam silabus tinggal bagaimana cara si guru menerangkan kepada muridnya.. maka guru dan sekolah lah yang tahu kemampuan muridnya.. jika si guru HANYA mengajarkan kulitnya bagaimana mungkin murid bisa mengetaui isi didalamnya.. Hal inilah yang dikeluhkan guru guru di Indonesia bagian Timur karena mereka kekurangan tenaga pendidik dan murid didik mereka harus mengejarkan soal UN yang sama dengan daerah Indonesia bagian Barat
    Kalau hal tenaga pengajar memang fakta di lapangannya seperti itu, knp bisa guru hanya terpusat di bagian barat?
    Mngkn di bagian timur kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Bila guru memang memiliki motif untuk mendidik murid, harusnya penyebaran guru pun merata ke bagian timur juga. . Mngkn solusi yang bisa di berikan yaitu di bentuk lebih banyak fasilitas untuk pendidikan guru di bagian timur, sehingga lebih merangssang penduduk sana untuk menjadi seorang guru.
    Sedangkan untuk meningkatkan mutu guru yang ada di sana, di adakan diklat rutin untuk provinsi di bagian timur.

    Bisa di jelaskan maksud
    jika si guru hanya mengajarkan kulitnya bagaimana mungkin murid bisa mengetahui isi di dalamnya
    ?


    Spoiler untuk Timur :
    AKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menekankan saat ini pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur dan pendidikan dalam pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
    Di Indonesia Timur terjadi ketidakadilan dalam pemberian Dana Alokasi Umum (DAU), sehingga infrastruktur tidak dapat berkembang.
    -- Jusuf Kalla

    "Di Indonesia Timur, khususnya NTT, NTB, Maluku, dan Maluku Utara terjadi ketidakadilan dalam pemberian Dana Alokasi Umum (DAU), sehingga infrastruktur tidak dapat berkembang," ujar JK dalam diskusi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia: Potensi dan Problematika yang digelar oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) di Jakarta, Selasa (23/2/1010).

    Sementara dalam hal pendidikan, JK menyatakan orang-orang yang ada di belahan Timur Indonesia itu berhak atas pendidikan yang sama dengan yang ada di belahan Barat atau pulau Jawa. "Bangsa yang maju adalah bangsa yang bergantung dengan nilai tambah bangsa itu. Bangsa ini harus memiliki kesetaraan dalam pendidikan," jelasnya.

    Hal itu diperkuat dengan pernyataan Pakar Ekonomi Pembangunan FE UI, Suahasil Nazara yang hadir sebagai pembicara. Suahasil mengatakan, perlu adanya komitmen pemerintah dalam membangun pendidikan di luar Jawa, karena investasi pendidikan akan berguna bagi masa depan.

    Dekan FEUI Firmanzah menambahkan, pembangunan KTI akan berhasil jika dilakukannya dengan political will. "Perlu adanya kerja sama antara pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi negeri sehingga pembangunan KTI bisa terintegrasi," kata Firmanzah.
    Last edited by Sterling; 24-02-10 at 09:54.

Page 1 of 3 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •