Results 1 to 12 of 12
http://idgs.in/273523
  1. #1
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default Ophelia - Bayang Masa Lalu

    “Erin, aku ada urusan sebentar. Kamu tunggu disini ya ?”
    “Eh, kamu mau kemana, Michael ?”
    “Itu.. rahasia. Pokoknya, ada sebuah kejutan menyenangkan untukmu.”
    “Ih, sekarang kamu main rahasia-rahasiaan deh. Ayo dong, kasih tahu aku, ada apa sich ?”
    “Lho, kalau aku kasih tahu kamu sekarang, namanya bukan kejutan lagi. Tenang saja deh, aku akan segera balik secepatnya.”
    “Janji ya ?”
    “Iya, tenang saja.”
    “Tetapi, kamu tidak pernah balik lagi, Michael. Kenapa ?”

    Chapter 01
    Di sebuah lorong rumah sakit, dua orang dokter sedang berjalan menuju sebuah ruangan.
    “Apakah Anda yakin dengan keputusan Anda, Dokter Sylaz ? Kasus ini tidak sesuai dengan bidang Anda !”
    “Tenang saja, Dokter Martin. Saya sudah memikirkan hal ini baik-baik, dan saya memutuskan untuk menanganinya.”
    Dokter Martin menghela nafas, “Kalau memang demikian, saya tidak dapat berkata apa-apa lagi.”
    Akhirnya kedua dokter itu sampai di ruangan yang terletak di ujung lorong; Sebuah ruangan kecil yang pengap dengan penerangan seadanya.
    “Gadis itu ada di dalam. Tetapi pintunya jangan dibuka, karena ia akan menyerang siapa saja yang masuk ke ruangan ini.”
    Dokter Sylaz mengintip melalui kaca yang terdapat di pintu. Terlihat olehnya, seorang gadis sedang duduk meringkuk di pojok ruangan. Perabot yang ada di ruangan itu hanyalah sebuah meja, dan sebuah kasur yang berada di lantai. Untuk sesaat, ia teringat akan ruangan penjara yang pernah dilihatnya.
    “Ophelia...”
    “Eh, apa yang Anda katakan ?”
    Sylaz menggelengkan kepalanya, “Bukan apa-apa, saya hanya menggumam saja.”, lalu ia menengok kepada Dokter Martin, “Tolong, buka pintunya.”
    “Dokter ! Bukankah tadi sudah saya katakan...”
    Sylaz segera memotong kata-katanya, “Saya tahu ! Percayalah pada saya.”
    Dokter Martin memandang wajah Sylaz, dan akhirnya mengangkat bahunya.
    “Baiklah. Saya tidak bertanggung jawab, apabila gadis itu menyerang Anda, dokter.”
    Dokter Martin memasukkan kunci ke dalam lubang kunci. Ketika terdengar suara kunci dibuka, gadis itu menatap tajam ke arah pintu. Dan ketika melihat Sylaz, ia segera menyerangnya.
    “Dokter Sylaz, cepat keluar !”
    Bukannya keluar, Sylaz malah menutup pintu.
    “Dokter Martin, cepat kunci pintu itu ! Jangan biarkan gadis ini keluar !”
    “Do.. dokter Sylaz !”, Dokter Martin kebingungan. Tetapi akhirnya, dengan perasaan gugup, ia mengunci pintu. Sementara di dalam ruangan, Dokter Sylaz berusaha menahan serangan gadis itu.
    “Heh, akibat ledakan itu sangat parah terhadapmu ya ? Kamu jadi tidak percaya siapapun juga.”
    “Kembalikan...”, suara gadis itu sangat kecil, hampir tidak terdengar oleh Sylaz.
    “Apa katamu ?”
    “Kembalikan Michael kepadaku !”, sambil berkata demikian, gadis itu melepaskan tinjunya tepat ke wajah Sylaz. Sylaz berhasil menghindar, dan tinju itu mengenai pintu.
    “Dokter Sylaz, apakah Anda baik-baik saja ?”, terdengar suara Dokter Martin dari balik pintu.
    “Tenang, aku baik-baik saja. Pokoknya, jangan buka pintu ini apapun yang terjadi !”
    Lalu ia kembali memandang wajah gadis itu.
    “Apakah Michael nama pacarmu ? Ia menjadi korban dalam ledakan itu, bukan ?”
    “Ledakan ?”, gadis itu kebingungan, “Benar, sebuah ledakan dahsyat.”, lalu matanya menatap nyalang ke arah dinding, “Tidak, jangan pergi kesana, Michael.. MICHAEL !”
    Gadis itu jatuh berlutut sambil menutup wajahnya, lalu menangis tersedu-sedu. Sementara Sylaz menarik nafas dalam-dalam.
    “Aku berjanji, aku akan menyembuhkanmu, Ophelia.”


    Keesokan harinya, Dokter Sylaz kembali mendatangi gadis tersebut. Kali ini, ketika melihat Sylaz, gadis itu ketakutan. Ia mundur ke pojok ruangan.
    “Apa kamu takut terhadapku ? Tenang saja, aku bukanlah makhluk yang berbahaya.”, lalu Sylaz duduk di lantai, tak jauh dari pojok tempat gadis itu berada serta tersenyum ramah kepadanya, “Kurasa lebih baik kita saling memperkenalkan diri. Namaku Sylaz, dan aku seorang dokter. Siapa namamu ?”
    Gadis itu memandangnya dalam-dalam, lalu berkata, “Lynette Erinne, dan Michael biasa memanggilku Erin.”
    “Nama yang bagus sekali. Ini merupakan awal yang bagus bagi kita berdua.”, lalu Sylaz mendekat, “Dengar Erin, aku ingin menjadi temanmu. Boleh khan ?”
    “Teman ?”, Erin kembali kebingungan, “Michael juga temanku.”, lalu ia tertawa bagai anak kecil mendapat mainan baru, “Asyik, Michael dan Sylaz menjadi temanku !”
    “Iya, kami akan menjadi temanmu. Erin, sebagai teman, kita harus saling percaya satu sama lain. Aku percaya padamu, jadi kamu juga harus percaya padaku, mengerti ?”
    Bukannya menjawab, Erin malah menangis.
    “E.. Erin, kenapa ?”
    “Michael... Michael pergi... meninggalkanku... sendirian...”, tiba-tiba ia mencengkram kerah baju Sylaz, “Kamu temanku khan ? Kembalikan Michael padaku !”
    “I.. itu.. tidak mungkin ! Michael sudah meninggal.”
    Erin melepaskan cengkramannya dari Sylaz, “Meninggal ? Michael.. sudah meninggal ?”, lalu ia memandang Sylaz dengan penuh amarah, “Bohong ! Kamu bohong !”
    Sambil menangis, Erin memukul Sylaz terus menerus, hingga akhirnya ia meringkuk, menutup wajahnya dan terisak.
    “Bohong, Michael hanya pergi, tak mungkin ia meninggal...”
    Sylaz tetap terdiam di tempatnya.
    “Mungkin, tidak seharusnya aku berkata demikian. Ah, aku memang tidak berpengalaman dalam menghadapi orang yang memiliki gangguan kejiwaan seperti Erin.”
    Sylaz berusaha tersenyum, lalu mengelus rambut Erin, “Maaf Erin, kamu benar. Tidak mungkin Michael meninggal. Ia.. sedang ada urusan penting, nanti pasti ia akan balik lagi.”
    Erin menengok ke arah Sylaz, “Benar ? Michael.. akan balik lagi ?”
    Sylaz mengangguk. Tetapi seketika itu pula, Erin menjadi histeris.
    “Michael, jangan pergi kesana ! MICHAEL... !”, dan, ia-pun jatuh pingsan.
    Melihat Erin terkulai, Sylaz panik.
    “E.. Erin ? Hey Erin, kamu kenapa ? Erin, sadarlah !”

    “Dokter Martin, bagaimana keadaannya ?”
    Dokter Martin yang baru keluar dari kamar tempat Erin berada, menghela nafas panjang.
    “Ia baik-baik saja, hanya saja ia shock, teringat kembali pada kejadian itu.”
    “Maaf, saya kurang berhati-hati. Saya malah mengingatkannya pada kejadian tersebut.”
    Dokter Martin memandang Sylaz, lalu berkata, “Sepertinya memang salah, mengijinkan Anda untuk menangani gadis itu. Dokter Sylaz, ada perbedaan besar antara menangani anak-anak dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan, dan Anda harus ingat akan hal tersebut.”
    Sylaz membungkuk, “Sekali lagi, maafkan saya. Tetapi saya mohon, ijinkanlah saya mencobanya lagi.”
    “Apakah sedemikian pentingnya gadis itu bagi Anda, Dokter Sylaz ?”
    Sylaz terdiam sejenak, lalu berkata, “Saya memang punya alasan khusus, tetapi lebih baik tidak saya katakan pada Anda, Dokter Martin. Yang jelas, saya tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.”
    Dokter Martin memperhatikan Sylaz, lalu akhirnya ia mengangkat bahu.
    “Baiklah, saya mengerti. Saya ijinkan Anda untuk berusaha menyembuhkannya, tetapi saya harap Anda lebih berhati-hati, karena kondisi gadis itu sangat rapuh.”
    “Terima kasih banyak.”

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Sedikit info : Ophelia adalah nama karakter dari salah satu cerita Shakespeare, yaitu Hamlet. Dan Ophelia mengalami gangguan jiwa akibat shock, dan akhirnya bunuh diri. oK, itu saja sedikit info, mengapa saya memakai judul Ophelia.

  2. Hot Ad
  3. #2
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Lanjutannya

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Chapter 02
    Atas permintaan Sylaz, Erin dipindahkan ke kamar yang lebih baik. Perabotan yang ada antara lain meja lengkap dengan bangkunya, sebuah tempat tidur (bukan hanya kasur saja), sebuah lemari kecil, dan kamar itu memiliki jendela dan ventilasi. Hanya saja, baik jendela maupun ventilasinya diperlengkapi dengan jeruji besi, untuk mencegah seseorang kabur melewati jendela.
    Ketika Sylaz datang beberapa hari kemudian, Erin sedang memandang keluar jendela.
    “Erin, bagaimana keadaanmu ?”
    Erin menengok ke arah Sylaz; Pandangannya hampa. Melihat itu, Sylaz bingung.
    “Erin, apa yang terjadi ?”
    “Siapa.. Anda ?”
    Tepat ketika itu, Dokter Martin masuk.
    “Dokter Martin, apa yang terjadi ?”
    Beliau menggelengkan kepalanya, “Sepertinya, Nona Erin menolak untuk mengingat masa lalunya. Jadi ia seperti mengalami amnesia, walau sebenarnya tidak.”
    Sylaz mendekat kepada Erin. Gadis itu memandang Sylaz dengan pandangan bertanya.
    “Aku akan memperkenalkan diri lagi kepadamu, Erin. Namaku Sylaz, dan aku adalah dokter yang akan menolongmu.”
    “Dok..ter ? Aku tidak sakit, dan aku tidak membutuhkan seorang dokter.”
    “Kalau begitu, aku ingin menjadi temanmu. Boleh khan ?”
    Erin kembali memandang keluar jendela, “Aku tidak membutuhkan teman, aku tidak membutuhkan siapa-siapa.”
    Sylaz memandang ke arah Dokter Martin.
    “Dokter Sylaz, kurasa untuk saat ini, lebih baik kita biarkan Nona Erin sendiri dahulu. Kita tidak dapat memaksanya.”
    Sylaz kembali memandang ke arah Erin. Gadis itu benar-benar tidak menghiraukan keberadaan orang di sekitarnya; Terus memandang keluar jendela. Akhirnya ia menghela nafas.
    “Aku mengerti. Tetapi aku akan terus mengawasinya.”, setelah berkata demikian, Sylaz keluar dengan diikuti oleh Dokter Martin.

    Beberapa hari setelahnya, keadaan Erin masih juga belum membaik. Sehari-harinya, ia hanya duduk merenung memandang keluar jendela. Makannya tidak banyak, bahkan dua kali muntah.
    “Dokter Martin, kita harus melakukan sesuatu ! Semangat hidupnya semakin lenyap, kalau kita biarkan, suatu hari mungkin saja ia akan bunuh diri !”
    “Saya tahu ! Tetapi selama ia masih belum mau menerima kita, sulit untuk melakukan apapun.”
    “Saya akan mencoba untuk berbicara lagi dengannya.”
    Sylaz segera masuk ke dalam kamar Erin. Kali ini, Erin tidak menengok ke pintu.
    “Erin, aku datang lagi. Apa kamu masih ingat padaku ? Aku Sylaz, yang ingin menjadi temanmu.”
    Dengan tetap memandang keluar jendela, Erin berkata, “Untuk apa datang lagi ? Aku sudah bilang, aku tidak butuh teman !”
    “Setiap orang pasti butuh teman, Erin; Kamu butuh, aku juga butuh. Dengan adanya teman, maka kita bisa saling berbagi suka maupun duka.”
    Erin tidak memberikan tanggapan.
    “Aku coba menceritakan sebuah cerita padamu, bagaimana ? Baiklah, aku akan mulai. Pada jaman dahulu, ada seekor harimau yang sangat kuat. Karena kekuatannya itu, ia ditakuti oleh semua penghuni hutan, dan menjadi raja yang sangat berkuasa. Tidak ada seekor hewan-pun yang berani menentangnya, dan ia menjadi sangat sombong karenanya. Ia berpikir, ‘Aku adalah hewan yang paling hebat. Semua takut padaku. Seharusnya aku tidak hanya menjadi raja, tetapi menjadi dewa.’ Rupanya, apa yang dipikirkan oleh harimau itu, diketahui oleh dewa. Karena merasa diremehkan, mereka memutuskan untuk memberi pelajaran kepada harimau congkak itu. Maka pada suatu malam, sebuah petir menyambar pohon tempat harimau itu tidur. Pohon-pun tumbang, dan harimau itu tertimpa pohon tersebut. Ia merasa kesakitan, dan menjerit-jerit minta tolong. Tetapi tidak ada satu hewan-pun yang bersedia menolong Sang harimau, karena selama ini mereka merasa kesal dengan kesombongannya. Dan akhirnya, harimau itu-pun mati.”, lalu Sylaz terdiam sejenak, “Erin, apakah kamu mengerti maksud aku menceritakan cerita ini kepadamu ? Bahkan harimau yang sangat kuat-pun, membutuhkan hewan lain untuk menolongnya. Jadi, setiap orang pasti butuh teman, untuk berbagi suka maupun duka, dan untuk saling menolong.”
    Perlahan Erin menengok. Ia memandang Sylaz dengan pandangan meng-iba.
    “Apa suatu hari nanti, aku.. akan mati seperti harimau itu, jika tidak punya teman ?”
    “Itulah sebabnya, aku ingin menjadi temanmu, Erin. Untuk selalu menjadi penolongmu, jika kamu sedang menghadapi masalah.”
    Air mata mulai mengalir di pipi Erin, ketika gadis itu tiba-tiba memeluk Sylaz.
    “Sebenarnya, aku takut sekali. Aku tidak mengerti, tetapi setiap ingin mengingat masa laluku, aku merasa takut sekali. Tolong aku...”
    Sylaz memeluk Erin erat-erat.
    “Apa yang dapat kulakukan untuk menolongmu, Ophelia ?”



    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Hmm... ada cewek stress nih.

  4. #3
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Chapter 03
    Hari demi hari berlalu, Erin sudah mulai kembali ceria. Tetapi Sylaz sadar, keceriaan itu hanyalah keceriaan semu, karena ia tidak mengingat masa lalunya. Apabila ingatan akan ledakan itu kembali, apa yang akan terjadi terhadapnya ?
    “Dokter Sylaz, apakah Anda punya pacar ?”
    “E.. eh ? Me.. mengapa kamu tiba-tiba menanyakan hal tersebut, Erin ?”
    “Mengapa ?”, Erin menatap wajah Sylaz, “Habis, dokter tampan sich. Rasanya mustahil jika masih belum punya pacar.”
    Mendengar jawaban Erin, Sylaz hanya tersenyum, “Belum, kok. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal tersebut.”
    “Eh, kenapa ? Khan sayang, wajah se-tampan ini disia-siakan.”
    “Bagaimana dengan dirimu sendiri ?”
    Ditanya balik seperti itu, Erin tertegun. Untuk beberapa saat lamanya ia terdiam. Lalu perlahan, air matanya mulai mengalir.
    “Erin ? Hey, kamu kenapa ?”
    “Aku.. juga tidak tahu. Tetapi rasanya sedih sekali.”
    DEG ! Sylaz sadar, ia hampir saja membuat Erin mengingat masa lalunya.
    “Su.. sudahlah, kita membicarakan masalah lain saja ya ?”
    Tiba-tiba Erin mencengkram kerah baju Sylaz, “Dokter, tolong ceritakan, apa yang telah terjadi padaku ? Mengapa aku selalu takut mengingat masa laluku ?”
    ... Mama, apa yang mama lakukan ?
    Mama mau ke tempat papa, Sylaz. Papa minta mama menemaninya.
    Jangan, mama ! ...
    “Dokter Sylaz ?”
    “Eh ?”, Sylaz kembali tersadar. Erin telah melepaskan cengkramannya.
    “Mengapa dokter selalu mengelak jika aku minta dokter menceritakan masa laluku ? Pastilah sesuatu yang menyedihkan telah terjadi, benar khan ?”
    Sylaz terdiam; Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Erin. Akhirnya Sylaz berkata, “Erin, kamu belum pernah keluar dari kamar khan ? Bagaimana kalau kita jalan-jalan di taman rumah sakit ?”
    Erin tersenyum dan mengangguk dengan penuh semangat.
    “Sebenarnya, aku selalu merasa sedih jika melihat ke taman, banyak orang yang sedang berjalan-jalan ditemani suster atau dokternya, sementara aku tidak diijinkan keluar kamar.”
    “Kalau begitu, tunggu sebentar. Aku perlu minta ijin kepada Dokter Martin.”
    Sylaz keluar. Sementara Erin kembali menatap keluar jendela.
    “Akhirnya, aku bisa jalan-jalan seperti mereka.”

    Tak lama kemudian, Sylaz kembali.
    “Dokter Martin sudah memberi ijin sekitar 1 jam. Ayo kita pergi, Erin.”
    Lalu mereka bersama-sama menuju taman rumah sakit.

    “Taman ini indah sekali. Begitu damai, dan kicauan burung yang menenangkan hati.”
    “Bagaimana ? Apakah perasaanmu sudah lebih baik sekarang ?”
    Erin tersenyum, “Terima kasih, dokter. Aku senang...”, tiba-tiba kata-kata Erin terputus.
    “Erin, ada apa ?”
    “Ti.. tidak, tidak ada apa-apa kok. Hanya saja tiba-tiba ada perasaan rindu akan suasana seperti ini. Mungkin aku pernah jalan-jalan seperti ini dengan keluargaku ya ?”
    Sylaz mengelus rambut Erin dengan lembut, “Kalau kamu merasa masa lalumu begitu menyakitkan, jangan kau paksakan diri untuk mengingatnya. Hidup ini harus terus menatap masa depan.”
    Erin memandang wajah Sylaz dalam-dalam, lalu akhirnya tersenyum dan mengangguk.
    “Dokter, terima kasih atas perhatiannya selama ini. Aku merasa tenang, berada di dekat dokter.”
    “Oh ya, bagaimana jika aku membelikanmu es krim ? Jalan-jalan sambil makan es krim tentu sangat menyenangkan.”
    “Apa pergi beli es krimnya jauh ? Aku tidak mau ditinggal terlalu lama.”
    “Tenang saja. Ada es krim enak di kantin rumah sakit, jadi aku takkan lama. Tunggu sebentar ya ?”
    Erin mengangguk, lalu Sylaz kembali ke dalam gedung.
    ... Tenang saja deh, aku akan segera balik secepatnya.
    Janji ya ?
    Iya, tenang saja ...
    “Eh, a.. apa itu tadi ? Se.. sepertinya, aku pernah mengalami kejadian ini dahulu ?”
    Belum habis rasa terkejut Erin, ketika tiba-tiba ada ledakan dahsyat dari dalam gedung rumah sakit. Erin terpana; Pecahan dinding dan kaca jendela beterbangan, asap mengepul dari berbagai penjuru rumah sakit, darah terdapat dimana-mana, jeritan terdengar sangat memilukan.
    “Dokter.. Dokter Sylaz ?”
    Seketika itu pula, ingatan masa lalunya kembali, dan menghantam kesadarannya.
    “Tidak.. tidak mungkin... Michael.. Michael telah.. meninggal...”, Erin jatuh berlutut, menutup wajahnya, lalu menjerit sekeras-kerasnya, “MICHAEL, TIDA..AK !!”
    Tiba-tiba terdengar sebuah suara lemah, “Syukurlah.. kamu selamat, Erin.”
    Erin menengok; Dokter Sylaz berdiri tidak jauh darinya. Lengan kirinya terputus, tubuhnya penuh dengan luka, dan ia sedang menahan sakit.
    “Dokter Sylaz, Anda selamat !”, Erin berusaha bangkit berdiri, tetapi kembali terjatuh.
    “Yah, aku memang beruntung.”, Sylaz berjalan mendekat, “Ledakan itu berasal dari ruang depan rumah sakit, jadi aku masih terlindung di kantin.”
    Erin langsung memeluk Sylaz dan menangis, menumpahkan segala kesedihan dan kelegaannya.
    “Syukurlah dokter selamat... huu... Erin.. Erin benar-benar takut.”, lalu ia menatap wajah Sylaz dengan penuh harap, “Dokter, kumohon, jangan tinggalkan aku seperti Michael lagi.”
    “E.. Erin, kamu.. kamu sudah...”
    Erin mengangguk, “Ya, ingatanku sudah kembali. Jadi, jangan tinggalkan aku lagi... huuu...”
    Rasa sakit yang dirasakan Sylaz, perlahan berubah menjadi rasa lega.
    “Kamu sudah sembuh, Ophelia-ku. Terima kasih Tuhan.”


    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Tinggal 1 bagian lagi, Epiloque sebagai penutup cerita ini deh ^^a

  5. #4
    nasir's Avatar
    Join Date
    Nov 2008
    Location
    I Think What Do You Think ;)
    Posts
    116
    Points
    142.40
    Thanks: 14 / 2 / 2

    Default

    Lanjutin dong,..jadi penasaran nih....

  6. #5
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Wah, saya salah, ternyata bkn sisa 1 chapter, tp 2 chapter ^^a Final Chapter dan Epiloque... oK deh, selamat menikmati

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Final Chapter
    Beberapa hari kemudian, pada sebuah kamar di rumah sakit yang berjarak sekitar 15 menit dari rumah sakit tempat terjadinya ledakan itu...
    “Bagaimana keadaan lengan Anda, dokter ?”
    “Rasa sakitnya masih terasa, tetapi sudah jauh lebih baik.”
    Erin memandang keluar jendela.
    “Dokter, Anda pernah berkata, ‘Hidup ini harus terus menatap masa depan’. Itu memang benar, tetapi jangan lupa, kita juga jangan melarikan diri dari masa lalu, sekelam apapun itu.”
    Sylaz menghela nafas panjang, “Memang benar. Aku hanya takut, jika ingatanmu mengenai kejadian itu kembali, jiwamu akan kembali terguncang.”
    Erin menengok ke arah Sylaz sambil tersenyum, “Aku takkan melupakan Michael, tetapi karena aku masih hidup, aku harus tetap bertahan. Selain itu, bukankah sekarang ada dokter yang selalu akan menjagaku ?”
    Sylaz tidak dapat menjawab, hanya pipinya langsung memerah.
    “Michael, dia... sangat baik. Ketika terjadinya ledakan itu, dia hendak melamarku. Ia ingin membuat kejutan, dengan diam-diam membeli cincin untukku. Tetapi tak kusangka, perpisahan kami ketika itu, menjadi perpisahan untuk selama-lamanya.”
    “Aku yakin, pastilah ia seorang yang sangat baik dan penuh perhatian. Erin, mungkin aku.. tidak akan pernah dapat menggantikannya. Tetapi aku berjanji, akan selalu menjagamu, jangan sampai kamu terluka seperti ini lagi.”
    “Terima kasih, itu sudah cukup bagiku.”

    Ketika Erin keluar, ia bertemu dengan Dokter Martin.
    “Nona Erin, sepertinya Anda benar-benar telah sembuh, selamat. Oh ya, bagaimana keadaan Dokter Sylaz ?”
    “Sudah jauh lebih baik.”
    “Syukurlah. Nona Erin, ada yang ingin kuceritakan padamu. Ini.. berkaitan dengan masa lalu Dokter Sylaz.”
    Erin terkejut, “Eh, masa lalu ? Memangnya, apa yang terjadi ?”
    Dokter Martin mengajak Erin menuju ruang tunggu.
    “Dari awal ia bersikeras ingin menanganimu, aku sudah merasa aneh. Sebenarnya ia bukan dokter dari bagian psikologi kejiwaan, ia hanyalah seorang dokter anak.”
    “A.. aku baru tahu. Dokter Sylaz tidak pernah mengatakan hal itu padaku.”
    “Yah, karena itu aku mencoba menyelidikinya. Hasilnya ternyata sangat menyedihkan.”, Dokter Martin memandang wajah Erin dengan serius, “Ketika kecil, ayahnya meninggal akibat kecelakaan, dan kejadian itu terjadi di hadapan ibunya. Sejak hari itu, ibunya mengalami gangguan kejiwaan, dan dirawat di rumah sakit. Sylaz, yang harus bekerja untuk mengurus dirinya sendiri dan adiknya, jarang berkunjung ke rumah sakit. Dan ketika suatu hari ia berkunjung, ibunya bunuh diri dengan menerjunkan dirinya dari jendela. Kata-kata terakhirnya adalah, ayah mereka-lah yang telah memanggilnya. Karena kejadian itu, Sylaz selalu menyalahkan dirinya sendiri.”
    “Jadi, itulah sebabnya, mengapa ia bersikeras ingin menyembuhkanku.”
    “Nona Erin, walau Sylaz tampak tegar, tetapi sebenarnya luka di batinnya takkan pernah hilang. Aku mohon, agar kamu mendampinginya.”
    “Dokter Martin, tenang saja. Sebagaimana Dokter Sylaz telah berjanji akan menjagaku, aku juga akan selalu mendampinginya.”, lalu Erin berdiri, “Kalau begitu, aku permisi dahulu.”

    Epiloque
    Di sebuah pemakaman, Sylaz sedang berdiri di hadapan sebuah nisan.
    “Ibu, sebagai seorang anak, aku memang telah bersalah, jarang mengunjungimu ketika berada di rumah sakit. Maafkanlah aku. Tetapi sekarang, aku telah menebus kesalahan yang kuperbuat, dengan menolong seorang gadis yang sangat kusayangi. Semoga ibu dan ayah berbahagia.”
    Tiba-tiba terdengar suara, “Sylaz, apakah kamu sudah selesai berdoa ?”
    Sylaz menengok sambil tersenyum, “Sudah. Kamu sendiri ?”
    “Sama denganmu.”, lalu ia memandang ke arah langit, “Aku yakin, Michael pasti bahagia di ‘atas sana’.”
    Sylaz merogoh saku celananya, lalu memberikan sebuah bungkusan kecil kepada Erin.
    “Apa ini ?”
    “Buka saja.”
    Erin membuka bungkusan itu, dan di dalamnya terdapat sebuah kotak kecil, tempat sebuah cincin.
    “Seperti yang sudah pernah kukatakan sebelumnya, mungkin aku tidak pernah dapat menggantikan Michael. Tetapi kuharap, kau dapat menerima lamaranku ini.”
    Erin tersenyum, lalu memeluk Sylaz, “Terima kasih. Aku selalu menantikan tibanya hari ini.”

    ~ The End ~


    ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Tumben yah, saya buat cerita yg Happy Ending ^^a Yah, tp semoga aja ini bs menjadi penghiburan kalau2 baca cerita saya yg lain, terutama yg Bad Ending, fufufu...

  7. The Following 2 Users Say Thank You to Rivanne For This Useful Post:
  8. #6
    ImPeRiUm5's Avatar
    Join Date
    Dec 2009
    Location
    Kota Mpek Mpek
    Posts
    1,046
    Points
    114.44
    Thanks: 43 / 40 / 27

    Default

    haha.. lumayan baca baca sambil nunggu ujan berhenti.. thx gan..

  9. #7
    nasir's Avatar
    Join Date
    Nov 2008
    Location
    I Think What Do You Think ;)
    Posts
    116
    Points
    142.40
    Thanks: 14 / 2 / 2

    Default

    Ok thx banget nih critanya...

  10. #8
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Makasih telah meluangkan waktu utk membaca cerita saya ini ^^a Yah, maaf aja kalau cerita2 saya memang kesannya agak buat stress dikit ya. Tp yg ingin saya tekankan, adalah bahwa setiap kehidupan itu sangatlah berharga. Yah, dan cerita ini saya buat pas lagi trend *** di Indo sedang marak. Saya tidak ingin menghakimi para pengebom, tapi semoga mereka bisa lebih memikirkan mengenai korban akibat perbuatan mereka. Ya, itu aja sih niat saya ^^a

  11. #9
    ImPeRiUm5's Avatar
    Join Date
    Dec 2009
    Location
    Kota Mpek Mpek
    Posts
    1,046
    Points
    114.44
    Thanks: 43 / 40 / 27

    Default

    Quote Originally Posted by Rivanne View Post
    Makasih telah meluangkan waktu utk membaca cerita saya ini ^^a Yah, maaf aja kalau cerita2 saya memang kesannya agak buat stress dikit ya. Tp yg ingin saya tekankan, adalah bahwa setiap kehidupan itu sangatlah berharga. Yah, dan cerita ini saya buat pas lagi trend *** di Indo sedang marak. Saya tidak ingin menghakimi para pengebom, tapi semoga mereka bisa lebih memikirkan mengenai korban akibat perbuatan mereka. Ya, itu aja sih niat saya ^^a
    sama2.. ^^ kk berbakat kok

  12. #10
    Jin_Botol's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Jakarta "Kota 3in1"
    Posts
    1,111
    Points
    1,058.00
    Thanks: 30 / 38 / 24

    Default

    ‘Hidup ini harus terus menatap masa depan’. Itu memang benar, tetapi jangan lupa, kita juga jangan melarikan diri dari masa lalu, sekelam apapun itu.”

    what a nice quote smile:
    Gemini, The Two-Facets Personality

  13. #11
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Hmm... saya sendiri lupa, ada quote itu disini ya ^^a Tp memang bagus jg ya kata2 Erin itu ^^a
    Yah, saatnya menaruh lanjutan BTGB... fufufu...

  14. #12
    mutiaNeF's Avatar
    Join Date
    Jul 2009
    Location
    666-Brotherhood |VW.KLP.gading. MYHOME like Heaven
    Posts
    418
    Points
    479.30
    Thanks: 4 / 15 / 15

    Default

    “Setiap orang pasti butuh teman, Erin; Kamu butuh, aku juga butuh. Dengan adanya teman, maka kita bisa saling berbagi suka maupun duka.”

    hmm gue suka bngt kalimat ini hhe.
    nice write gan

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •