III. Pertemuan Takdir
Pada suatu hari, ketika Edward sedang pergi dengan kereta kuda, ia diserang secara mendadak. Rupanya yang menyerangnya adalah anak-anak geng yang pernah menghajar Edward.
“Suatu kebetulan, kita bisa bertemu lagi. Bukankah waktu itu sudah kukatakan, aku takkan mengampunimu jika kamu berani muncul dihadapan kami lagi ? Sekarang, bersiaplah !”
“Sial !”, Edward sadar ia harus bertarung mati-matian kali ini.
Dengan memanfaatkan kereta kuda sebagai tempat perlindungannya, Edward berusaha bertahan sedapat mungkin. Sementara kusir kudanya sudah melarikan diri. Karena tidak berhasil memaksa Edward keluar, maka mereka berusaha untuk menggulingkan kereta tersebut, dan berhasil. Mereka menghajar Edward yang masih berada di dalam kereta yang terguling itu, tanpa memberinya kesempatan sedikit-pun. Tiba-tiba muncullah sebuah pertolongan yang tidak diduga. Seseorang berusaha menyingkirkan para anggota geng yang sedang mengepung Edward. Ketika Edward berhasil keluar, ia sangat terkejut melihat orang yang menolongnya; Christopher !
“Ka.. kamu... !”
“Bicaranya nanti dulu ! Kita harus menghadapi mereka bersama-sama !”
Walau kesal, Edward tak dapat membantah. Mereka berdua berusaha untuk bekerja sama. Akhirnya, setelah melalui pertarungan sengit, mereka berhasil membuat para anggota geng itu melarikan diri. Baik Edward maupun Christopher babak belur; Tubuh mereka penuh dengan luka.
“Kita berhasil. Mereka sudah pergi.”
Edward memandang Christopher dengan tajam.
“Aku tidak akan berterima kasih ! Aku sudah tahu siapa kamu sebenarnya, dan aku sangat membencimu !”
Christopher terkejut.
“Jadi, kamu sudah tahu mengenai diriku. Aku dapat mengerti kalau kamu membenciku, tetapi kamu tetaplah kakakku.”
“A.. apa ?! Aku anak tunggal, dan kamu bukanlah adikku ! Aku tidak akan pernah mengakui dirimu sebagai adik !”
Setelah berkata demikian, Edward berlari pergi meninggalkan Christopher yang terdiam.
Dalam perjalanan menuju rumah, Edward melewati sebuah gedung theatre. Secara diam-diam ia mengintip. Rupanya sedang ada latihan sandiwara. Edward mengamati setiap hal di dalam latihan tersebut, juga termasuk apa yang dilakukan sutradara. Hatinya begitu tertarik akan segala yang terjadi, dan ia tidak dapat melepaskan pandangan dari atas panggung.
Tiba-tiba, “Hey kamu, apa yang kamu lakukan disini, anak kecil ?!”
Edward terkejut. Seorang penjaga rupanya menangkap basah dirinya yang sedang mengintip. Ia berusaha melarikan diri, tetapi penjaga itu dengan cekatan berhasil menangkapnya.
“Lepaskan aku !”
“Apakah kamu mata-mata dari group theatre lawan ?! Cepat jawab !!”
Sang sutradara rupanya mendengar keributan itu.
“Ada apa ini ?”
“Ah, master. Anak kecil ini sedang mengintip latihan Anda. Jangan-jangan ia mata-mata group theatre lawan yang ingin menjatuhkan Anda !”
Sang sutradara hanya tersenyum, lalu memandang ke arah Edward.
“Bukankah ia terlalu kecil untuk menjadi mata-mata ? Siapa namamu, nak ?”
“Nama saya Edward, dan saya bukan anak kecil ! Saya hanya tertarik melihat latihan, bukan bermaksud untuk mengacau !”
Sutradara itu memberi isyarat pada penjaga untuk melepaskan cengkramannya dari Edward. Setelah penjaga itu pergi, ia kembali bertanya pada Edward.
“Nama saya George Bernard Shaw. Saya seorang penulis sekaligus sutradara. Apakah kamu tertarik dengan drama, Edward ?”
Edward mengangguk.
“Baiklah. Kamu boleh menonton latihan ini, tetapi ingat, jangan mengganggu konsentrasi pemain di atas panggung.”
Edward memperhatikan dengan serius. Setelah selesai, Mr. Shaw menanyakan pendapatnya mengenai latihan tersebut.
“Saya tidak tahu banyak mengenai panggung, tetapi sepertinya penghayatan para pemain masih terasa kurang. Seperti ketika tokoh utama mengucapkan kalimat, ‘Saya bersedia mati untukmu.’ seharusnya diucapkan dengan penuh kewibawaan, bukan seperti membaca naskah.”
“Begitukah ? Edward, apakah kamu bersedia menjadi asistenku ?”
Edward terkejut mendengar permintaan tersebut, “A.. asisten Anda ? Te.. tetapi, saya tidak tahu apa-apa mengenai panggung dan pertunjukkan !”
“Saya dapat mengajarkan semuanya kepadamu. Bagaimana, apakah kamu bersedia ?”
Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Edward mengangguk dengan penuh semangat. Ia benar-benar bahagia pada saat itu.
Sekali dalam seminggu secara diam-diam Edward selalu melarikan diri dari rumah untuk mengunjungi gedung theatre tersebut. Ia selalu memperhatikan semua pelajaran dari Mr. Shaw, dan mempelajari semua kegiatan panggung, dari persiapan sebelum pentas, sampai seluruh pertunjukkan berakhir. Bahkan, akhirnya Edward mampu menulis beberapa drama pendek. Pada saat-saat itulah, Edward dapat melupakan segala kesedihan hatinya, terutama yang berhubungan dengan ayahnya. Tetapi sayangnya, kegiatan yang dilakukannya secara diam-diam itu, akhirnya diketahui juga oleh ayahnya. Sejak saat itu, Mr. Nelson selalu mengawasi semua kegiatan Edward, dan tidak memperbolehkan Edward bepergian secara bebas lagi. Tetapi, segala yang telah dipelajari Edward, menjadi bekal bagi dirinya di masa yang akan datang.
IV. Pelarian
2 tahun kemudian
Rupanya Nelson benar-benar menerima tantangan Edward. Hanya dalam waktu 2 tahun, ia sudah berhasil menarik begitu banyak pengikut, dan akhirnya terpilih menjadi pimpinan parlemen. Edward sangat terkejut.
“Bagaimana, Edward ? Saat ini ayah sudah berhasil menepati janji ayah. Sekarang giliran kamu yang harus menepati janjimu kepada ayah !”
Edward hanya terdiam, tidak memberikan jawaban apapun.
“Apakah kamu... masih memikirkan mengenai panggung dan drama itu ?! Sudahlah, lupakan saja hal itu ! Bukankah menjadi seorang politikus jauh lebih terhormat daripada hanya menjadi seorang sutradara panggung ?! Selain itu, apakah yang dapat kamu harapkan dari pekerjaan semacam itu ? Pertunjukkan panggung hanya dibayar murah, apalagi kita berada dalam situasi seperti ini ! Sadarlah, Edward !”
“Baiklah. Aku sudah mengerti, ayah. Aku akan memenuhi janji saya pada ayah ketika itu.”
Nelson tersenyum, “Bagus. Mulai besok, kamu dapat ikut di dalam pertemuan-pertemuan dengan para anggota parlemen yang lain.”
Nelson pergi dengan perasaan puas. Sebaliknya dengan Edward, ia tetap tidak bisa menerimanya.
“Ayah, akan kubuktikan bahwa apa yang baru saja ayah katakan adalah salah !”
Di dalam pertemuan itu, Edward melihat suatu hal yang sebenarnya cukup tersembunyi. Para anggota parlemen, walau di hadapan Nelson dan anggota lainnya tampak bahagia dengan kemenangan Nelson itu, tetapi sebenarnya menyimpan suatu rasa iri, dan mungkin jika mendapat kesempatan di kemudian hari, akan menjatuhkan Nelson.
Itulah politik, siapa yang kuat dialah yang dapat bertahan, dan yang lemah akan jatuh, hancur !
“Ayah tentunya sudah menyadari hal ini. Aku sangat membenci politik, tetapi mengapa ayah tetap ingin menarikku ke dalam lingkaran kehancuran ini ? Lihatlah ayah, aku tidak akan membiarkan keinginan ayah terwujud !”
Beberapa hari setelah pertemuan itu, Edward melarikan diri dari rumah; Dari pengawasan Nelson dan pengawal dirinya. Ketika sedang berjalan menuju gedung theatre tempat ia pernah menjadi asisten Mr. Shaw, ia ditabrak oleh seseorang. Baru saja Edward hendak memarahi orang yang menabraknya, ketika ia melihat bahwa orang tersebut adalah Christopher.
“Ka.. kamu lagi ?! Apa yang...”
Kata-katanya segera dipotong oleh Christopher, “Nanti saja ! Saat ini aku sedang dikejar-kejar, kita harus segera melarikan diri !”
Christopher menarik tangan Edward, lalu mereka pergi dari situ. Setelah beberapa lama berlari, akhirnya mereka berhasil meloloskan diri dari para pengejar. Nafas mereka berdua terengah-engah.
“Hey, sebenarnya apa yang terjadi ? Siapa orang-orang yang mengejarmu itu ?”
Christopher hanya menunduk, sepertinya tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Hal itu cukup untuk membuat Edward merasa kesal.
“Aku mengerti sekarang, mengapa aku begitu membencimu ! Bukan saja kamu anak gelap ayahku, tetapi sifatmu juga sangat menyebalkan ! Sudahlah, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi !”
Baru saja Edward membalikkan badan hendak pergi, ketika Christopher menahannya.
“Tu.. tunggu ! Maaf, aku tidak menjawab pertanyaanmu itu, kakak.”
“Jangan memanggil aku kakak ! Aku tidak sudi kau panggil seperti itu !”
“Walaupun begitu, Anda tetaplah kakakku. Aku tadi harus melarikan diri, karena telah mencuri barang dagangan mereka.”
“Me.. mencuri ?! Ma.. maksudmu, mengambil tanpa membayar ?!”, Edward terlihat gugup ketika mengajukan pertanyaan itu.
Christopher mengangguk.
“Oh hebat ! Sekarang ayahku bukan hanya mempunyai istri dan anak gelap, tetapi ternyata anak gelap itu juga seorang pencuri ! Apakah kamu benar-benar ingin menghancurkan keluargaku ?!”
“Aku terpaksa melakukannya ! Kesehatan ibu melemah, sehingga sulit untuk bekerja, sedang aku tidak mempunyai kemampuan apapun untuk menggantikan ibu. Satu-satunya cara hanyalah dengan mencuri. Kakak mungkin tidak akan mengerti akan apa yang kami alami.”
Edward terdiam mendengar hal itu; Ia memang tidak tahu bagaimana sulitnya kehidupan orang miskin. Setelah beberapa lama terdiam, Edward bertanya perlahan.
“Mengapa ayah tidak membawa ibumu ke rumah sakit ? Dan mengapa kamu tidak meminta uang pada ayah ?”
“Sudah cukup lama ayah tidak datang menjenguk kami. Mungkin, ada suatu hal yang berubah.”
Edward tersentak.
“Ba.. bagaimana mungkin ? Bukankah ketika sedang bersama kalian, ayah tampak begitu bahagia, sehingga aku-pun merasa iri terhadap kalian ?”
“Aku juga tidak mengerti. Ah, aku harus segera pulang dan memberikan ini pada ibu.”, Christopher melihat ke arah barang yang dibawanya, “Dari yang kudengar, buah-buahan dapat menyembuhkan orang dari penyakitnya. Kak, terima kasih kakak telah menolongku.”
“Sudah kukatakan berulang kali, jangan panggil aku kakak !”
Christopher pergi, sementara Edward masih berdiam diri.
“Mungkin ia masih akan terus mencuri. Ah sudahlah, itu bukan urusanku. Selain itu, masih ada hal yang harus kulakukan sekarang. Tetapi, mengapa hal ini terus terpikirkan olehku ?”
Sesampainya di depan gedung theatre, Edward tertegun. Gedung itu telah kosong. Edward bertanya pada seseorang yang ada di sekitar situ.
“Pak, bukankah di gedung ini biasanya ada latihan drama ?”
“Apakah kamu tidak tahu ? Karena minat orang yang menonton semakin berkurang, maka akhirnya gedung ini ditutup. Aku tidak tahu mereka pindah kemana.”
“Oh, begitu. Terima kasih.”
Edward masih termangu menatap gedung kosong itu. Tiba-tiba seseorang menegurnya dari belakang.
“Hey, bukankah kamu Edward ?”
Edward menengok dan terkejut, “Mr. Shaw ! Rupanya Anda masih ada disini.”
Mr. Shaw hanya tertunduk lesu, “Iya, tetapi sudah tidak ada yang dapat saya lakukan sekarang.”
“Sebenarnya, mengapa gedung theatre ini harus ditutup ?”
“Saya juga tidak mengetahui secara pasti, tetapi penonton semakin lama semakin berkurang. Mungkin, di masa sulit seperti sekarang ini, orang tidak ingin menghabiskan uangnya dengan menonton drama. Oh ya, saya ingin bertanya, mengapa waktu itu kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar ?”
“Ma.. maafkan saya. Sebenarnya ketika itu saya sembunyi-sembunyi datang kemari. Suatu hari, ayah mengetahuinya, dan sejak saat itu saya dilarang keluar rumah lagi.”
Mr. Shaw tersenyum.
“Sepertinya, kamu benar-benar menyukai kehidupan panggung, Edward. Tetapi apa yang kamu lakukan tersebut tidak baik. Walau bagaimanapun, kamu tetap harus berterus terang kepada ayahmu, walau mungkin beliau akan menentang keinginanmu itu.”, Mr. Shaw memberikan sebuah buku kepada Edward, “Edward, terimalah ini. Mungkin kamu dapat belajar banyak hal dari buku ini.”
Edward menerima buku tersebut, lalu membaca judulnya.
‘A Learning in Theater – Drama and Musical’
“Mr. Shaw, ini...”
“Saya sudah tidak dapat membimbingmu lagi, tetapi saya harap kamu tidak melupakan apa yang telah kita lakukan bersama.”
Baru kali ini Edward dapat tersenyum dengan tulus, setelah apa yang dialaminya selama ini membuatnya tidak dapat tersenyum dalam waktu yang cukup lama.
“Te.. terima kasih, Mr. Shaw. Saya sangat menghargai apa yang telah Anda ajarkan kepada saya, dan saya tidak akan melupakannya. Tidak akan pernah.”
“Baiklah. Selamat tinggal, Edward. Saya berharap, semoga suatu hari nanti, kamu sukses di bidang yang kamu cintai ini.”
Edward menatap punggung Mr. Shaw, sambil berkata dalam hati, “Mr. Shaw, saya berjanji tidak akan mengecewakan Anda.”
Nelson benar-benar marah. Ketika Edward pulang, beliau tidak segan-segan menamparnya di hadapan semua orang. Selain itu, Edward juga dikurung di dalam gudang.
“Pikirkanlah apa yang telah kamu lakukan di dalam sana !! Untuk malam ini, kamu tidak akan diberi makan, dan kamu akan tetap dikurung sampai kamu dapat melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan panggung dan drama sialan itu !!”
BRAK !! Nelson keluar dengan membanting pintu, lalu menguncinya.
Tempat Edward dikurung adalah sebuah gudang, yang hanya mempunyai sebuah jendela kecil. Persis seperti sebuah penjara, tanpa perabotan apapun dan jika malam pastilah sangat dingin. Tetapi Edward tetap berusaha untuk tabah.
“Aku tidak akan menangis ! Bukankah dahulu pernah ada kejadian yang lebih parah dari ini ? Mr. Nelson Cardigan bukanlah seorang ayah, melainkan seorang diktator. Ia penguasa tertinggi, bukan hanya dalam pemerintahan, melainkan juga di dalam keluarganya. Ayah, aku sudah pernah berjanji pada diriku, tidak akan mengikuti jalan yang ayah tempuh. Dan, aku pasti akan melakukannya, apapun yang ayah lakukan terhadap diriku !”
Sekilas Edward tiba-tiba teringat akan Christopher, adik tirinya.
“Anak itu, mengapa aku teringat mengenai dirinya lagi ? Tetapi aneh, mengapa ayah tiba-tiba tidak pernah mengunjungi mereka lagi ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Dan, apakah ia akan terus mencuri ? Ah, mengapa aku jadi memikirkan hal-hal tersebut ?”
Tanpa disadari, sebenarnya Edward mulai mengkhawatirkan adik tirinya...
...tetapi, apakah ia dapat menerima perasaannya tersebut ?
“Kak !”
Edward terkejut mendengar suara itu. Itu suara Christopher !
“Kakak !”, suara itu kembali memanggilnya.
“Chris ? Benarkah itu kamu ?”, Edward bingung.
“Benar. Saat ini, aku berada di balik pintu tempat kakak dikurung. Sebentar kak, akan kucoba untuk membuka pintu ini.”
“Eh ? Te.. tetapi, bagaimana caranya...”, kalimat Edward terputus saat mendengar bunyi-bunyi aneh dari lubang kunci. Ia langsung dapat menebak apa yang dilakukan oleh Christopher; mencoba membuka dengan sepotong kawat. Tak lama kemudian, pintu sudah terbuka.
“Chris, kurasa kamu benar-benar dapat menjadi seorang pencuri yang hebat.”
Sambil tersenyum, Christopher menjawab, “Terima kasih atas pujian kakak.”
“Itu sindiran, tahu ! Selain itu, mengapa kamu bisa berada di sini ?”
“Aku hanya ingin berkunjung saja, lebih tepatnya ingin mengetahui alasan mengapa ayah tidak pernah lagi mengunjungi kami. Lalu, secara tidak sengaja kudengar kakak dikurung oleh ayah disini. Sebenarnya, apa yang terjadi ?”
Edward terdiam sejenak.
“Hal ini tidak ada hubungannya denganmu. Mengapa kamu menolongku, padahal hal itu tidak perlu kamu lakukan ?”
Tetap tersenyum, Christopher menjawab, “Karena kamu adalah kakakku.”
Untuk saat ini, Edward tidak menyanggahnya.
“Apakah kamu sudah mengetahui jawaban dari pertanyaanmu tersebut ?”
Christopher menggeleng.
“Kak, bagaimana kalau kita keluar ? Pasti sangat membosankan berada disini terus, khan ?”
Edward memandang Christopher dalam-dalam.
“Chris, mengapa kamu begitu memperdulikan diriku ? Padahal aku selalu membencimu.”
“Bukankah aku sudah memberikan jawaban berkali-kali; Karena kamu adalah kakakku ?”
“Hentikan ! Aku tidak percaya dengan alasan seperti itu !”
“Apakah tidak boleh ? Sejak lahir, aku hanya tinggal bersama dengan ibu, ayah-pun jarang kutemui. Ibu selalu sibuk, tidak mempunyai waktu untuk bermain denganku. Itulah sebabnya, aku sangat bahagia ketika mengetahui bahwa aku memiliki seorang kakak, walaupun kakak tiri. Apakah tidak boleh aku berpikir demikian, kak ?”
Edward tertegun. Rupanya, apa yang dialami oleh dirinya selama ini, juga dirasakan oleh adik tirinya, Christopher; Kesepian akibat orang tua yang terlalu sibuk. Akhirnya, walau tidak sepenuh hati, Edward dapat menerima keberadaan Christopher sebagai adiknya.
“Baiklah, ayo kita keluar dari sini dan bermain sepuasnya.”
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yg ini belum selesai rupanya, fufufu... oK deh, ini lanjutannya![]()
Share This Thread