Author : The_Omicron
Site : www.the-omicron.co.cc
Genre : Romance, Slice of Life
A Call From Heaven is under copyright law © 2010 the-omicron.co.cc
________
www.the-omicron.co.cc presents...
A Call From Heaven
________
“Cantiknya Emily tunanganku…apakah aku bermimpi beberapa hari lagi kami akan menikah??”. Pikir Ryan dalam hatinya yang sangat gembira. “Ryan.. Ryan… Hei Ryan! Dengar aku tidak?” Panggil Emily sambil menarik-narik bahu Ryan yang saat itu terlihat sedang bengong. “Oh, ada apa Emily?” Tanya Ryan yang baru tersadar dari pikirannya. “Kamu bilang toko perhiasan temanmu itu ada di lantai 4 Mall ini kan? Disebelah mananya?” Tanya Emily. Kemudian Ryan baru teringat bahwa sekarang Ia sedang menepati janjinya untuk menemani Emily memilih cincin pernikahan mereka, dan Ryan mengatakan bahwa di Mall ini temannya memiliki sebuah toko perhiasan di lantai 4. “Hmm, tunggu aku ingat-ingat dulu.., kalau ga salah sih yang itu deh.” kata Ryan sambil menunjuk suatu toko di seberang Hall Mall tersebut. “Yuk, cepat kita kesana!” ajak Emily sambil menarik tangan Ryan.
“Nah ini dia tokonya” kata Ryan. Kemudian mereka berdua berjalan memasuki toko tersebut, kemudian Ryan menengok kanan dan kiri mencari temannya, sang pemilik toko. Tak dapat menemukan sosok temannya, Ryan pun bertanya kepada salah seorang pegawainya. “Mbak maaf, Pak Ray nya kemana ya?” Tanya Ryan. “Oh, anda pasti Pak Ryan ya, tadi Pak Ray pesan bahwa beliau tidak dapat bertemu Pak Ryan dan tunangannya, karena beliau sedang menjenguk temannya yang hari ini akan dioperasi.” Ujar pegawai toko tersebut. “Oh, kalau begitu terimakasih mbak”. Kemudian Ryan berjalan kembali menuju Emily yang berdiri tak jauh darinya. “Hmm sepertinya temanku sedang tak ada, kalau begitu kita lihat-lihat saja dulu yuk”, “Yah.. sayang banget ya.., ya sudah yuk kita pilih aja” kata Emily kepada Ryan.
Kemudian mereka pun memilih-milih beberapa macam cincin, sampai Emily melihat sepasang cincin emas dengan ukiran R & E dan E & R dan 2 buah batu permata di sisi kanan dan kirinya. “Wah Ryan, lihat deh yang ini, cocok banget buat kita.. bagus banget…” kata Emily. “Kamu suka banget sama yang itu?” Tanya Ryan. “Ya, soalnya kita banget, kamu suka ga?”, “Emily, apapun yang kamu suka aku juga suka” ujar Ryan. “Ih.. Ryan gombal ih..” kata Emily sambil tertawa. “Ya sudah kita beli yang ini aja”, “Oh iya, saya lupa bilang, tadi Pak Ray bilang kalau Pak Ryan diberi diskon sebesar 25%, dan lagi cincin yang anda pilih sedang didiskon 20%” ujar pegawai toko tersebut. “Wah, kita beruntung banget ya Ryan!” kata Emily gembira. Ryan hanya tersenyum. Dan mereka pun membeli sepasang cincin tersebut, kemudian saat mereka akan bergegas keluar dari toko.
Tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh dan teriakan terdengar dari arah luar toko lalu orang-orang berkumpul sambil melihat ke atas. Ryan kemudian bergegas menuju luar toko. “Emily, kamu tunggu disini saja, Aku ke luar sebentar!”. Melihat Ryan dan mendengar kata-katanya membuat Emily merasakan suatu perasaan tidak enak yang muncul di hatinya. Lalu Ryan segera ikut melihat apa yang terjadi, ternyata tepat diatasnya seorang anak kecil tengah bergelantungan pada spanduk yang terbentang diatas hall, dan diatasnya terlihat railing yang sudah roboh. Emily tak dapat menahan perasaannya kemudian ikut berlari menuju Ryan.
Tangan yang kecil itu tak mampu lagi menahan berat badannya, anak itu pun melepas pegangannya dan meluncur jatuh. Tanpa pikir panjang Ryan segera melompat dan menggapai anak itu, kemudian memeluk anak itu dan berputar sehingga punggungnya langsung mengarah ke bawah. Ryan mendarat dengan keras dengan punggungnya dengan kepala belakangnya terbentur ke lantai, sementara anak itu mendarat dengan beralaskan tubuh Ryan. Semua orang yang melihat kejadian itu berteriak dengan keras, lain halnya dengan Emily, dia berlutut dan wajahnya terlihat pucat dengan pandangan mata yang kosong dan tak dapat berkata apapun. “Emily...” bisik Ryan dengan pelan, dan perlahan-lahan menutup matanya.
Hitam, hanya itulah yang dilihat oleh Ryan saat itu. Samar-samar terdengar suara memanggil-manggil namanya, tapi sosok tersebut tak terlihat. Kemudian Ryan mencoba menggerakkan kakinya dan mencoba untuk berdiri, karena ia merasa sepertinya ia sedang dalam posisi tidur. Ternyata berhasil! Ryan kemudian melihat secercah sinar diatasnya, kemudian tanpa pikir panjang lagi ia menggapai sinar tersebut, dan kemudian dengan kedua tangannya dia mengangkat dirinya keatas.
Setelah berhasil keluar dari tempat gelap tersebut, Ryan ternyata tengah berada di areal pemakaman diwaktu malam, dan sekarang ia sedang terduduk tepat diatas makamnya sendiri. Ryan kaget setelah melihat tulisan namanya di nisan makam tersebut sementara di sebelah makamnya terdapat makam ayahnya yang sudah lama meninggal, kemudian ia memperhatikan kedua tangannya, tampak nyata, tetapi dia tidak merasa bernafas, lalu ia memegang dada kirinya, tidak terasa debaran jantung lagi seperti saat ia masih hidup. Akhirnya Ryan ingat bahwa dirinya telah meninggal setelah jatuh dari lantai 4 setelah menyelamatkan seorang anak kecil.
Ryan merasakan ada seseorang memperhatikannya dari belakang, kemudian ia menengok ke belakang dan melihat seorang pria berumur sekitar 20an, dengan wajah yang tampan, kulit yang putih dan bersih dan rambut panjang hitam kecoklatan sebahu, berkacamata hitam dengan mengenakan setelan berwarna hitam dan kemeja marun di dalamnya sedang bersandar di pohon. “Oh, akhirnya kamu sadar saya ada disini” kata pria itu kemudian berjalan ke arah Ryan. “Si.. siapa kamu?” tanya Ryan sedikit ketakutan. “Tenang saja, saya bukan mahluk jahat, kamu bisa memanggil saya hmmm, mungkin malaikat.” Katanya dengan senyum di wajahnya. “Ma.. malaikat?” tanya Ryan heran “Ya, saya ditugaskan untuk memberimu ini” kata pria yang disebut malaikat itu sambil memberinya sebuah benda dalam bungkusan.
Ryan menerimanya dan membuka bungkusan tersebut lalu “Ini..., bukankah ini handphone?” tanya Ryan heran. “Ya, orang-orang yang meninggal setelah melakukan perbuatan baik diperbolehkan tinggal di dunia selama 4 minggu dan diberikan beberapa permohonan”. “Lalu, apa hubungannya dengan handphone ini?” tanya Ryan lagi. “Permohonan tersebut dapat diimplementasikan kedalam handphone tersebut, diantaranya adalah mengirim pesan singkat 10 kali sehari kepada satu orang, dapat menelepon satu orang tiap satu hari selama 30 menit, mengirim 5 foto atau gambar kepada satu orang seminggu, dan hidup kembali selama satu menit saat itu juga” kata malaikat menjelaskan pada Ryan. “Wah, kalau begitu hebat banget dong!” sahut Ryan. “Tapi perlu diingat, bahwa hanya satu permintaan yang diperbolehkan dalam jangka waktu satu minggu, setelah 4 minggu itu kita pergi ke akhirat.. dan bila permohonan keempat telah dikabulkan maka anda akan langsung ikut saya ke akhirat. ada pertanyaan?” kata malaikat. “Ah, satu pertanyaan” kata Ryan. “Bila kamu adalah malaikat, kenapa kamu tidak memiliki sayap dan berjubah putih seperti kata orang-orang?”, “Ya.. sebenarnya saya tak memiliki wujud yang pasti, setiap orang melihat saya dengan wujud yang berbeda-beda tergantung dari asumsi mereka pada waktu masih hidup.. Oh iya, tentang permintaan sebaiknya anda pikirkan dengan baik, karena ini adalah permintaan terakhir anda sebelum pergi ke akhirat, jangan terburu-buru, santai saja anda diberi waktu berpikir 2 hari, setelah itu saya akan datang menemui anda, tentu saja anda bisa meminta permohonan dalam waktu berpikir itu” kata malaikat. “Kalau begitu sudah ya, kalau ada apa-apa hubungi saya saja dengan handphone itu, nomor saya sudah ada di memori handphone itu” katanya sambil perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi cahaya-cahaya putih yang kemudian menghilang.
Ryan terduduk di tengah pemakaman sambil terus memandangi handphone yang baru saja diberikan oleh malaikat. “Permohonan ya..” bisiknya pelan. Ryan kemudian bangkit dan berjalan keluar areal pemakaman “Yang penting aku harus menemui Emily dulu” katanya dalam hati.
Tak sadar ia sudah berjalan hingga tiba di depan rumah Emily, terlihat lampu kamar Emily masih menyala, “Emily, apakah dia belum tidur, sedang apa dia?” pikir Ryan. Ryan pun berjalan menembus pagar dan pintu memasuki rumah Emily, Ryan berdiri di depan pintu kamar Emily. “Huff... baiklah.. aku akan masuk” katanya sambil berjalan menembus pintu kamar Emily dengan menutup matanya. Tak terdengar suara apapun, hanya desiran angin AC yang terdengar, Ryan perlahan-lahan membuka matanya, terlihat Emily sedang tidur sambil memeluk foto mereka berdua,cincin yang Ryan belikan dikenakannya di jari manis tangan kirinya dan menggenggam cincin pasangannya, dengan bulu mata yang masih basah setelah menangis dan garis hitam dibawah matanya yang terlihat jelas. Melihat keadaan Emily, kesedihan merasuki hati Ryan, ia jatuh bertumpu pada lututnya dan merundukkan badannya ditopang oleh kedua tangannya. Ryan menangis “Maaf Emily.. maafkan aku.....” katanya sambil terisak.
Ryan duduk terus duduk termenung sambil memandangi wajah Emily, hingga pagi tiba, dan sinar mentari menyinari kamar Emily. Terdengar suara ketukan pintu, lalu pintu terbuka, ibu Emily datang untuk melihat keadaan Emily. “Emily, kamu masih tidur nak? Kalau sudah bangun yuk kita turun ke bawah makan bersama-sama” kata ibunya dengan lembut. Tetapi tidak ada jawaban dari Emily.
Beberapa menit kemudian, ibu Emily menghela nafasnya, lalu berkata “Emily.. kalau kamu tidak makan nanti kamu sakit, nanti ibu jadi sedih kalau kamu sakit.. ibu mohon makanlah, sejak pemakaman Ryan kamu belum makan apa-apa”. Kata-kata itu mengetuk hati Ryan, antara sedih dan merasa bersalah telah membuat Emily menjadi seperti itu. Kemudian ibu Emily pun bangkit dan menuju keluar kamar, sebelum menutup pintu ia berhenti dan “Tolonglah kamu makan, demi dirimu sendiri dan Ryan, nanti ibu bawakan saja ya..” dan pintu pun ditutup.
Tak lama setelah pintu ditutup, Emily bangkit dan terduduk. “Maafkan aku ibu.., aku tak bisa hidup tanpa Ryan..” katanya sedih. Ryan pun tak tahan lagi melihat penderitaan Emily, ia berjalan menuju beranda dan mengeluarkan handphone dari sakunya, kemudian menelepon malaikat. Nada sambung pun berbunyi, beberapa detik kemudian malaikat tiba-tiba muncul dengan posisi duduk di pegangan beranda tepat di sebelah Ryan. “Ada apa? Apakah permohonan anda sudah anda tentukan?” tanyanya. “Ya, aku sudah memilih permohonanku yang pertama, aku tak tahan lagi melihat kesengsaraan Emily, aku ingin agar Emily bisa mendengar suaraku, aku ingin dapat menelepon Emily” ujar Ryan pada malaikat. “Baiklah... berarti minggu ini anda tak bisa lagi meminta permohonan.., untuk permohonan anda tekan saja *20891906# dan tekan call, maka permohonan anda ini akan terkabul”, “Terimakasih malaikat..” kata Ryan yang langsung menekan angka-angka tersebut. “Hahaha.. seharusnya anda berterimakasih pada-Nya” kata malaikat sambil tertawa kecil dan kemudian menghilang perlahan-lahan.
Setelah menekan angka-angka tersebut dan menekan tombol call, sebuah SMS masuk yang berisi “Selamat, permohonan anda berhasil dikabulkan, sekarang anda dapat menelepon satu orang dalam sehari selama 30 menit!”, Ryan pun merasa gembira karena mulai saat itu Emily dapat mendengar suaranya lagi, tanpa pikir panjang Ryan pun segera menekan nomor handphone Emily, nada sambung berbunyi, Ryan yang pandangannya mengarah ke kamar Emily melihat bahwa handphone Emily ternyata berdering, permohonan itu bukanlah omong kosong belaka.
Emily segera melihat siapa yang meneleponnya pagi-pagi sekali, aneh tapi nyata, tertera nama panjang Ryan di layar handphone Emily, padahal dalam memory handphone Emily ia tak pernah menyimpan nomor Ryan dengan nama panjangnya, rasa takut dan penasaran berkecamuk di dalam hati Emily yang berdebar dengan keras, terlihat keraguan di wajahnya, Ryan yang melihatnya hanya dapat berharap bahwa Emily mau menjawab telepon darinya. “Emily, aku mohon jawablah telepon dariku” pinta Ryan yang tentu saja tak dapat didengar oleh Emily. “EMILYYY!!!!” teriak Ryan dengan keras, seperti mendengar suara Ryan, Emily pun menjadi tak ragu menjawab telepon tersebut.
Telepon diangkat, tetapi keduanya malah terdiam, hingga.. “I-Ini siapa ya?” tanya Emily. “Emily, ini aku Ryan” sahut Ryan. Mendengar suara Ryan, Emily merasa tidak percaya, tetapi suara itu betul-betul persis dengan suara Ryan,dan lagi cara bicaranya pun sama. “Ryan ? apa betul itu kamu Ryan?” , “Ya Emily, ini aku, Ryan tunanganmu!” jawab Ryan. “Tidak! Tidak mungkin kamu Ryan, Ryan sudah meninggal 3 hari yang lalu! Kamu penipu!” bentak Emily tiba-tiba. “Percayalah , aku ini Ryan, tunanganmu! Aku tahu ini hal yang diluar akal, tetapi ini benar-benar terjadi! Bahkan aku sekarang berdiri di dekatmu!” , “Baiklah kalau kau benar-benar keras kepala, coba berikan bukti bahwa kau benar-benar Ryan!” tantang Emily. “Baiklah, aku akan berikan padamu!” jawab Ryan.
Setelah itu Ryan memberikan banyak bukti bahwa dia benar-benar Ryan tunangan Emily, lalu “.. dan 3 hari yang lalu aku membelikanmu cincin berinisial R & E dan E & R di toko perhiasan milik Ray, temanku, lalu aku jatuh dari lantai 4 karena menyelamatkan seorang anak kecil” , “Cukup! Aku tak mau lagi mendengar kebohonganmu!” bentak Emily yang masih tak percaya juga. Ryan putus asa karena Emily tidak mau mempercayainya, “Emily, kumohon percayalah padaku, lihatlah aku, aku sekarang berada di beranda kamarmu..” katanya dengan nada seperti putus asa. Secara refleks Emily menengokkan wajahnya dan melihat beranda yang disinari sinar mentari pagi, samar-samar terlihat bayangan Ryan sedang memegang handphone di telinganya dan wajahnya terlihat sedih. “Ryan... “ kata Emily yang melonggarkan genggamannya sehingga handphonenya terjatuh. Air mata kebahagiaan tampak mengalir dari kedua kelopak mata Emily.
Emily kemudian mengambil kembali handphonenya yang terjatuh di lantai kamarnya “Ryan, Ryan.. aku rindu padamu, aku tidak percaya kita bisa berbicara lagi” kata Emily terharu. Lalu mereka berdua pun saling mencurahkan isi hatinya, hingga waktu telepon selama 30 menit hampir habis bagi mereka, terdengar nada peringatan waktu berbunyi di handphone Ryan. “Emily, maaf, waktuku hampir habis,aku hanya bisa meneleponmu selama 30 menit sehari, sampai besok ya” kata Ryan, “Baiklah, aku senang kita bisa berbicara lagi, sampai jumpa Ryan” kata Emily kemudian terputus karena waktunya sudah habis. Ryan belum memberitahu Emily bahwa dia hanya mempunyai waktu selama 4 minggu di dunia ini sebelum pergi ke akhirat, dia tak ingin Emily bersedih lagi, walaupun suatu saat nanti Emily harus menghadapinya.
Wajah Emily tampak ceria lagi, ia keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk makan bersama ibunya, lalu kehidupan Emily mulai kembali normal seperti dulu, tiada lagi hari dengan rasa sakit akan kehilangan dan kesedihan yang berlarut, Ryan menelepon Emily setiap hari, dan Ryan selalu berada di sisi Emily. Minggu kedua dimulai, Ryan memanggil malaikat untuk mendapatkan permohonan keduanya, untuk permohonan kedua Ryan memilih agar dapat mengirim SMS kepada Emily, agar dia dan Emily dapat lebih banyak bertukar pikiran dan mencurahkan isi hati mereka.
Setiap telepon atau SMS dari Ryan menjadi pemacu semangat Emily, kehidupan Emily semakin cerah, ia bahkan belajar dengan lebih rajin untuk kuliahnya, kata-kata dan suara Ryan seakan menjadi kekuatan bagi Emily.
Hari ini telah sampai pada minggu ketiga, tapi Ryan belum menginginkan permohonan ketiga, karena dia tahu permohonan ketiga hanya dapat dilakukan seminggu sekali, sementara permohonan keempat adalah permohonan terakhir baginya. Sampai pada hari terakhir minggu ketiga, akhirnya Ryan memutuskan untuk memberitahu Emily bahwa waktunya di dunia, waktunya untuk berkomunikasi dengan Emily, waktunya untuk terus dapat melihat senyuman Emily tinggal sedikit lagi.
Malam hari tiba, Emily kecewa karena dari pagi sampai saat ini Ryan belum menghubunginya, hanya lewat SMS. Lalu ada SMS dari Ryan yang berisi “Emily, coba kamu pegang cincinku dan genggam dengan tangan kananmu diatas bahumu, kemudian menghadap kedepan dan tersenyumlah”. Emily awalnya bingung mengapa Ryan memintanya begitu, tapi ia turuti saja kata-kata Ryan tadi, beberapa menit kemudian terdapat pesan multimedia yang masuk.
Alangkah kaget,senang,dan terharunya Emily melihat gambar pada pesan tersebut, di situ terpampang foto dirinya, menggenggam tangan Ryan yang mengenakan cincin mereka yang diletakkan di bahu kanan Emily, wajah tersenyum Ryan berada di pundak sebelah kiri Emily yang juga tersenyum. Bagaikan mimpi bagi Emily untuk melihat Ryan mengenakan cincin mereka. Tak berapa lama Handphone Emily berbunyi, Emily berharap bahwa itu adalah telepon dari Ryan, dan ternyata benar adanya, itu adalah telepon dari Ryan.
Ryan merasa belum mampu memberitahukan waktunya kepada Emily, karena itu dia hanya mengobrol ringan dengan Emily yang sangat gembira akan foto tadi, hingga membuang waktunya sebanyak 20 menit. Ryan tak punya waktu lagi, akhirnya Ryan memberitahu Emily “Maaf Emily, ada sesuatu yang harus kukatakan, tapi aku mohon kamu janganlah kecewa ataupun sedih akan hal ini”, tiba-tiba rasa tidak enak berdesir di benak Emily. “Aku mohon janganlah kau pernah bersedih lagi, jalanilah hidupmu dengan normal tanpaku, raihlah mimpimu seperti yang pernah kau katakan padaku.. karena.. waktuku tinggal seminggu lagi untuk menetap di dunia ini” kata Ryan. “TIDAK, AKU TAK MAU LAGI KEHILANGAN DIRIMU! TIDAKKKK!! AKU AKAN MENEMUI DIRIMU SEKARANG JUGA!!” jerit Emily yang kemudian berlari keluar dari rumahnya bersamaan dengan bunyi lonceng jam besar di ruang tamu rumahnya. Emily terus berlari ke jalan raya, lalu sebuah mobil terlihat datang dengan kecepatan tinggi, tetapi Emily malah berlari menuju mobil yang tengah melaju itu. Ryan secara tak sadar berusaha menolong Emily walaupun ia tahu bahwa ia tak dapat menyentuhnya, tetapi dalam hatinya ia memohon “Tuhan, aku mohon biarkanlah aku dapat menolong Emily, aku sungguh memohon pada-Mu”.
Mobil itu semakin dekat dengan, keajaiban terjadi, tubuh Ryan kembali dan tanpa pikir panjang ia mendorong Emily dari samping hingga Emily jatuh tersungkur di aspal, tetapi naas hal itu harus ditukar dengan dirinya, Ryan tertabrak oleh mobil itu. Emily yang melihat kejadian itu segera berusaha menolong Ryan yang bersimbah darah, “Emily, akhirnya aku dapat bertemu denganmu lagi” kata Ryan sambil mengelus wajah Emily dan menghapus air mata di wajah Emily disertai senyum di wajah Ryan. “Ini terakhir kalinya aku dapat berbicara denganmu, bertemu denganmu.. maukah kau mendengarkan permohonanku?” tanya Ryan. Emily menjawabnya dengan anggukan, “Hiduplah dengan normal seperti dulu, dan gapailah mimpimu menjadi seorang Pengacara itu,seperti yang pernah kau katakan padaku, jangan bersedih lagi ya?” kata Ryan pelan dan lembut.
“Ah, sepertinya waktuku sudah habis” ujar Ryan. Tubuh Ryan perlahan-lahan menghilang menjadi butiran-butiran cahaya yang beterbangan dan menghilang, ia telah kembali menjadi roh. Terdengar jerit kesedihan Emily, tetapi perlahan-lahan menghilang dan dunia menjadi gelap gulita, Hitam. Tak lama malaikat muncul di belakang Ryan “Sepertinya semua permohonan anda sudah terkabul, maka sekaranglah saatnya kita pergi ke akhirat, silakan ikuti saya” kata malaikat sambil tersenyum. Keduanya berjalan menuju sebuah cahaya terang didepan mereka “Nah, itulah jalan menuju akhirat” kata malaikat, tetapi tak ada respon dari Ryan. Sambil terus berjalan malaikat berkata “Sepertinya ada yang harus saya katakan pada anda” kata malaikat sambil menengok ke arah Ryan diiringi dengan senyuman.
3 tahun telah berlalu semenjak kepergian Ryan, Emily berhasil menjadi pengacara, dan hidupnya berjalan dengan normal,dia melakukannya demi Ryan, dan demi dirinya sendiri. Kemudian Emily mengunjungi makam Ryan dan berziarah seperti yang ia lakukan setiap bulan. Setelah berdoa, Emily duduk disamping makam Ryan “Lihat Ryan, aku berhasil menjadi pengacara seperti mimpiku, hidupku juga berjalan dengan normal, hari ini klien pertamaku datang lho” kata Emily. Tiba-tiba handphone Emily berbunyi, tanpa sempat melihat nomor yang masuk Emily menjawab telepon itu. “Halo” sahut Emily, “Halo Emily, ini aku Ryan!”.
Share This Thread