Page 1 of 2 12 LastLast
Results 1 to 15 of 20

Thread: Dota Fanfic

http://idgs.in/275375
  1. #1

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default Dota Fanfic

    Wassalam aye beberapa bulan lalu baca fanfic Dota Story buatannya Luv_Lamerz dan mantap abis...dan jadi pengen nyoba bikin yang kayak begitu. Dah jadi beberapa chapter tapi bingung mau taruh di mana jadi nyobain taruh di sini dulu dah...

    Genrenya humor komedi serius dikit. Daaan maap kalo kepanjangan...maklum bikinnya di MS.Word sih...

  2. Hot Ad
  3. #2

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre I : Pohon dan Necromancer

    Tatapan tajam Rootfellen terpaku pada sepasukan ghoul pimpinan Na’ix. Pasukan yang telah mencabut nyawa ribuan saudaranya sesama pohon. Di sebelahnya berdiri sang pembunuh Rikimaru, sang pembunuh bayangan, sang Tak Terlihat, sang pengintip. Keduanya tidak terlihat terlindung di bawah dedaunan oleh skill Rootfellen, biarpun Riki memang gak keliatan dari sananya abis kecil sih.

    “Sesuai amanat yang diembankan padaku oleh Soekarno…eh Purist, akan kubunuh Na’ix dan untuk itu aku butuh bantuanmu Root, seperti biasa kau harus membuat jus sayuran….maksudku menahan mereka agar tidak kabur oke ?” Riki segera berlari ke arah Na’ix yang sedang makan daging mentah dengan bawahan-bawahannya.

    Seketika Rootfellen keluar dari persembunyiannya dan menohok tanah dengan keras !!! Sulur-sulur keluar dari tanah dan mengikat ghoul-ghoul tersebut…tetapi Na’ix lolos karena mengaktifkan Ragenya dengan cepat.

    “Tidak semudah itu mayat berjalan !!!” Riki segera blink masuk dan melepaskan asapnya menutupi pandangan Na’ix.

    “Gagaga…” owh tapi apa yang terjadi ?? ternyata Na’ix memukul Riki dengan telak !!!

    “Ke…kenapa ??? Harusnya kau buta oleh asapku !!!”

    Apa yang terjadi saudara-saudara ? Ternyata Na’ix mengenakan kacamata Night Vision !!! Makanya beli di toko kalo mo lawan Rikimaru, dijamin keliatan ! (wah mulai gak jelas)

    “Ugh aku kalah…sialan tukang jual kacamatanya bakal gw bunuh !!! Root ayo kita mundur !!!” Riki berlari kencang ke arah hutan dengan maksud melarikan diri. Na’ix segera membuka luka (open wound maksudnya) pada Riki biar slow aja, tapi di belakangnya Rootfellen segera menjotos dengan damage besar. Na’ix pun kepelanting dan terbang ke langit….dan mendarat dengan HP one hit kill.

    “Gagagaaaa” Na’ix kabur dengan tersengol-sengol, sadar diri gak mungkin menang karena Root juga punya Vladmir dan kalah damage, lagipula tinggal one hit kill dan open woundnya kepake tadi. Sayangnya gerakan Rootfellen lebih cepat dan sesaat kemudian tangan besarnya sudah siap memberikan pukulan kematian pada Na’ix…

    “TUNGGU SEBENTAR !!!” dari atas tebing terdengar suara lantang membentang lapang, mengagetkan Rootfellen sehingga Na’ix berhasil lolos dari jurang kematian kedua.

    “Kurang ajar !! Siapa itu yang meloloskan targetku ?!?” Root mendongak ke atas, dan terlihatlah sosok kakek-kakek seperti hantu….itulah Rotund’jere sang Necrolyte !! “Apa apaan kau disitu hah ??? Turun kau sini !!”

    “Huh ! Aku tidak perlu turun menghadapimu !!! Kau terlalu lemah untukku !!” Rotund berkata lantang sombong.

    “Bukan begitu, kemaren hujan deres dan diatas tebing sana gampang longsor jadi…WOI HATI-HATIIII !!!” belum selesai Root bicara, tebingnya longsor dan Rotund jatuh dengan muka lebih dulu.

    Root segera mendekati Rotund yang HPnya tinggal one hit kill juga. “Aduh…apa yang terjadi ??? Apa gw lagi di surga…???” Rotund ketawa ketiwi kayak orang gila. Kayaknya kepalanya kena batu tadi.

    “SUDAH ADA KATA-KATA TERAKHIR…?” Root ngetrek2 jari, siap kill.

    “…ada. Udah nonton HnG season 2 lom ? Lucu loh…” Belum selesai Rotund ngomong, Root sudah mengempaskan tinjunya ke badan Rotund dan hasilnya..tidak mati ! Malah Root yang kena damage !

    “Ughh…apa yang terjadi ???”

    “Ahahaha !!! Naif kau !!! Kau lupa skill 1 ku bisa menyembuhkan diri sendiri !” Rotund segera menembakan proyektil ungu-ungu ke arah Root dengan kecepatan 20 peluru per detik. Root karena badannya besar gak bisa menghindar dan terkena damage yang cukup parah. HPnya tinggal setengah.

    “Hh…percuma saja ! Sebagai hero strength gw ini gak bakal mati semudah itu !” Root lantas maju dengan menggunakan skill 3 menambah armor.

    Rotund nyengir. “Naif !!! Kau melupakan ultiku yang bisa langsung membunuh hero dibawah setengah HP. Apalagi ditambah kemampuan Aghanim !”

    Root berhenti. Balik badan trus kabur. “WOI TUNGGU LOE !!!” Rotund mengejar Root dengan serunya, apalagi ditambah Boots of Travel membuat dia lebih cepat daripada Root.

    “OMYGODOMYGODGWLOMMAUJADIKAYUPOTONG!!!!” Root teriak teriak karena takut akan kematian yang mendekat….!!! Rotund menghempaskan tongkatnya dan sinar hijau dari atas langit menabrak kepala Root !!!! DAAAN !!!

    Root selamat karena HPnya tadi masih sisa 50% + 1 !!!

    “aaarrgh…” Root jatuh ke tanah karena terkena stun dari ulti Rotund. “aaah…apa aku akan mati…” bayangan teman-temannya yang dibunuh oleh para ghoul terlintas kembali di benaknya…ayahnya dan ibunya…adik-adiknya…

    “BERSIAPLAH !” Rotund siap menembakan peluru penghabisan…!

    “TUNGGU !!!” Root berteriak menghentikan Rotund. “Jangan bunuh gw...sebagai gantinya…”

    ”Gantinya…”

    “GW PINJEMIN DVD HnG SEASON 2 FULL !!!” Root mengeluarkan satu set box DVD.

    “…SETUJU !!!” Rotund menjabat tangan Root dan membantunya berdiri. Treant dan Ghoul di sekelilingnya pada melongo ****.


    …loh kok jadi gini…trus perangnya gimana nih…?
    Last edited by lesale_master; 05-03-10 at 17:13. Reason: ngetes, apa jadi lebih gampang dibaca atau makin rusak

  4. #3
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    what da heck?

    dikasih Hayate no Gotoku season 2 langsung diem...



    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  5. #4

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre II : Benteng

    Purist memandang dengan nyinyir kepada cermin di depannya. Purist sang Omniknight, pemimpin mashyur dari Sentinel. Dialah salah satu dari 5 pemegang Divine Rapier legendaris di dunia DotA.

    “Purist ? Kau disitu ?” tiba-tiba masuklah Rylai, si Ice Maiden. Salah satu dari tiga penyihir besar Sentinel yang belajar langsung di bawah bimbingan Jayna Proudmoore. Dan…ehem ehem…punya hubungan khusus dengan Purist…

    “Ya ya…ada apa sayang ?” Purist menjawab dengan gombal mode : on.

    “Sepertinya kau sibuk sekali…ada masalah apa ?”

    “Yah…begini…” dahi Purist berkerut. Masalah besar ada dalam pikirannya.

    “Apa…mungkin aku bisa membantumu…”

    “Begini…” Purist mengangkat wajahnya dan menatap Rylai lekat-lekat…”Muka ku cukup ganteng gak hari ini ? Kayaknya kok ada kerut di pipi ya ? Perawatan Facial nya kurang nih…gw musti minta Tiny terapi tanah lagi…kan sayang kalo muka imutku rusak…”

    Rylai menghajar Purist(coret) Rylai menatap Purist dengan tatapan merajuk. “Jadi mukamu lebih penting daripada aku ya…”

    “Nggak bukan begitu say ! Kan kalo mukaku jelek kamu juga yang malu…tapi biarlah hal itu berlalu, kenapa kau datang hari ini ?”

    “Begini Purist…aku…aku…” Rylai menatap lantai. Purist seketika maju dan memegang bahu Rylai erat-erat.
    “Kenapa say…?”

    “Aku…aku…”

    Kedua wajah mereka mendekat. Suara Rylai bagai bisikan…

    “…Purist, kapan kau mau bayar hutangmu ke aku ? 8000 gold yang kemaren buat beli assault cuirass…”

    Purist pingsan(coret) Purist menatap cermin seraya berpikir keras. “…say…bisa kita bicarakan besok…?” Dia bicara dengan muka mengenaskan sampai-sampai Rylai tidak bisa berkata apa apa.

    “Aku sih tahu kau bakal jawab begitu. Aku datang manggil kau rapat. Sudah ditunggu loh” Rylai berlari keluar sambil bersiul-siul.



    Di ruang rapat, suasana tegang terasa betul. Hampir semua hero Sentinel berkumpul…kecuali 3 kursi kosong yang menyita perhatian Purist dan Rylai.

    “Siapa itu yang absen dari rapat ? Tumben sekali rapat kita tidak lengkap begini,” Purist bertanya pada Furion.
    Furion mendengus, “biasalah anak-anak muda. Si Rootfellen, si Gondar, sama si Luna”

    “Oh, kalo Luna saya yang suruh pergi. Saya suruh cari makanan macan,” Mirana nyeletuk.

    “Kalo Gondar lagi ke dokter gigi nyoba ngecilin giginya yang kegedean,” tambah Rikimaru rival Gondar sekaligus permanent invisibility hero satu-satunya di seluruh dunia DotA. Mereka berdua disebut sebagai “ninjanya sentinel”.

    “…Okelah…lagian mereka bertiga kalo rapat juga gak pernah berguna. Yang satu ngomongin HnG mulu, yang satu diem aja, yang satunya cacat malah maen Frisbee sama macannya…” Keluh Purist.

    “eh…itu bukan Frisbee tapi glaive…”

    “Sama lah. Pokoknya, inti rapat hari ini adalah…” Purist membuka catatannya. “Strategi kita dalam menghadapi perubahan kekuatan di tubuh Scourge !”

    Semua langsung berdiri dari tempat duduknya.

    “Tidak usah kaget begitu…ini memang hal yang pasti terjadi dan kita akan mengatasinya dengan rapat hari ini…”

    “BUKAN !! SI MANGIX KENTUT BARUSAN !!! BAU BANGET !!!” Furion teriak-teriak dan lari keluar ruangan. Diikuti oleh semua orang lain kecuali Mangix dan Rexxar dan Raijin.

    “Ng…Purist…aku pergi du…lu…” Rylai berjalan keluar ruangan, sempoyongan.

    “….” Purist memandang ketiga anggota rapat yang masih tersisa, “…jadi…masih mau dilanjutkan…?”

    “GROOAAAR” Rexxar mengaum gak jelas diikuti bunyi-bunyian binatang-binatangnya, “kruuk kruuk grook groook”

    “ZZZZZzzzzz” Mangix tidur dengan puasnya setelah kentut.

    “Bzzzzzzzzzzzzttttt” Raijin menghisap listrik dari batere 9 volt 4 biji yang baru dia beli dari warung (loh ???)

    “…sidang ditutup. Silakan mengaum/tidur/ngisep listrik semau kalian…” Purist berkata seperti itu dan pingsan…ternyata gak kuat sama baunya juga…



    Dari atas benteng Sentinel, Furion menatap hutan yang terbentang luas di hadapannya. Nun jauh di sana, tempat yang tertutup es abadi dan tanah terkutuk, tidurlah sang Lich King penguasa Scourge, target utama dari Sentinel.

    “Mirana…apa perang ini bisa kita menangkan ?” Furion bertanya dengan suara sedih. Begitu banyak treant yang mati dalam pertempuran. Begitu banyak saudaranya yang tewas dalam peperangan melawan Scourge. Begitu banyak selirnya yang kabur karena Purist lebih ganteng darinya…!!!

    Mirana menginjak-injak hingga mati lalu mengubur Furion(coret) Mirana menatap Furion dengan tatapan bertanya. “Apa maksud anda ? Bukankah anda Furion ? SANG Furion ? Yang berhasil menahan pasukan Archimonde dan melindungi World Tree saat invasi Burning Legion ??? Anda tidak boleh putus asa !”

    Furion tersenyum. “Kau betul…terlalu banyak yang dipertaruhkan disini. Aku tidak boleh putus asa ! Kita akan memenangkan pertarungan ini ! Bersama…”

    “Ya…bersama…” Mirana balas tersenyum.

    “Bersama…” celetuk Magina. Kemunculannya begitu mengagetkan mereka berdua sehingga mereka menendang Magina jatuh dari atas benteng.

    ~kira-kira 10 menit kemudian~

    “KALIAN MAU BUNUH GW HAH ????” Magina berhasil memanjat balik ke atas, dari tubuhnya yang penuh luka-luka dan kotoran Mangix jelaslah bahwa dia jatuh di tempat yang tidak tepat.

    “wah sori mag…lupa kalo dibawah itu WC…” Mirana tertawa

    “sialan…MANA MANGIX LAGI BERAK LAGI !?!?! AMPUN DEH BAUNYA ADUUUUUUH…” Magina mencoba mencium bau badannya, sadar bahwa hal itu bisa membunuhnya, dia tidak jadi melakukannya.

    “Bisa tidak kau jangan mendekat…”

    “Pokoknya…tadi kau kesini mau apa ?” Mirana mundur 4 langkah

    “Oh iya ! Ada informasi penting !” Magina berlari ke arah Mirana. Mirana menendang Magina sekuat tenaga. Magina jatuh lagi dari atas benteng.

    ~10 menit kemudian~

    Magina berhasil memanjat kembali ke atas. Dari tubuhnya yang penuh luka-luka dan kotoran Mangix dan Rexxar…BAYANGIN SENDIRI BAUNYA !!!

    “a…aku bawa kabar…kalau…kalau…” Magina hampir mati karena baunya sendiri, dia menggelepar-gelepar di lantai.

    “a…pa…?” Mirana berusaha mendengar biarpun suara magina tidak jelas karena jarak mereka hampir 10 meter.

    “kalau…kalau…Luna ilang…” Magina pingsan. Semoga gak is dead.

    “oh…Luna ilang…” Mirana dan Furion ketawa. Tunggu…”LUNA ILANG !???!?!?! AAAAA !!!! JANGAN LAGIIIII !?!?!??!?!!!”



    Benteng Sentinel yang ancur lebur, dan masalah-masalah setiap anggotanya yang mulai terkuak. Bagaimanakah kelanjutan cerita ini ?

  6. #5

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre III : Bloody Eclipse

    Darkterror benci tugas itu. Penutupnya selalu berlebih-lebihan. Perjalanannya pun panjang dan berliku-liku. Memasuki hutan belantara, dia masih belum mencapai tujuannya. Yang satu itu memang sulit ditemukan. Sebentar ia duduk melepas lelahnya, ngisep es mambo di bawah sejuknya pohon-pohon rindang….hmm asyiiik…

    Seketika tubuhnya menegang, sekujur tubuhnya awas. Bau darah. Pasti itu. Segera dia berlari menuju asal bebauan tersebut. Tanpa butuh waktu lama dia segera melompat.

    “Aku menemukanmu Strygwyr”

    Strygwyr si Bloodseeker mengisap darah yang tersisa dari mangsanya. Seorang scout dari Sentinel. Sayangnya dia bukanlah musuh sepadan bagi sang Bloodseeker.

    “Apa maumu ?”

    “Tugas dari Lich King. Perang sudah di depan mata. Kau harus bersiap untuk membunuh para Sentinel…”

    Strygwyr mendengus. “Aku tidak punya urusan dengan perang kalian. Yang kuinginkan hanya…” Senyum kejam mencuat di wajahnya, “…darah. Lebih banyak darah…”

    “Yah kalau kau puas dengan minum darah ****, kurasa tempat ini cocok untukmu,” Darkterror menatap Strygwyr dengan mata yang merendahkan. Yang direndahkan seketika memiting Darkterror di tanah. Cakarnya bersiap merobek leher Darkterror.

    “Beraninya kau…!!”

    “Bukan begitu caranya,” Darkterror menghentikan waktu disekitarnya dengan skill Chronosphere andalannya, yang telah mengambil nyawa banyak hero Sentinel. “Begini caranya,” dia menggebuk leher Strygwyr dengan duri di tongkatnya.

    “AARGH !” Strygwyr terjatuh dan mengerang. Dari matanya terpancar aura membunuh yang dahsyat.

    “Ketahui tempatmu. Kau tak mungkin bisa melawan Lich King,” Darkterror mendengus. “Lagipula memangnya siapa yang membiarkanmu hidup sampai sekarang ?” Dia tersenyum culas, lalu melompat pergi sebelum Strygwyr bisa mengatakan apa-apa.


    Bau darah menarik Strygwyr untuk mencari mangsa. Dan dia kembali menemukan scout dari Sentinel sedang berkeliaran di hutan. Percuma mereka menggunakan invisibility, karena biarpun tidak bisa melihat, tetapi indera penciuman Strygwyr yang tajam membuat dia bisa melacak keberadaan mereka.

    Hal ini tidak lazim, pikirnya sambil menghisap darah dari scout yang tidak beruntung itu. Begitu banyak scout dalam hutan dalam sehari, ini tidak biasa. Padahal belum terjadi perang.

    Apa yang dikatakan Darkterror kembali menghantui Strygwyr. Amarahnya menggelegak bila mengingat kejadian itu. Tetapi melawan Darkterror bukanlah hal yang mudah, selain itu Darkterror memiliki item-item penambah kekuatan yang sangat hebat karena dibantu oleh pihak Scourge. Strygwyr hanya memiliki Quelling Blade dan Power Treads.

    Kembali tercium bau darah. Kali ini dekat dengannya. Bau darah ini sangat kuat hingga ia bisa merasakan jantungnya memompa darah dengan sangat cepat. HP mangsa kali ini hanya tersisa setengah…mangsa empuk ! Strygwyr segera berlari ke arah mangsanya, melewati semak belukar di depannya…

    GUBRAK

    Dia jatuh terjerembab. Rasanya tadi dia menabrak sesuatu…

    “Ng…maaf…bisa kau bangun…berat…” Terdengar suara dari bawah tubuhnya. Strygwyr menengok ke bawah dengan kaget. Dia jatuh menimpa seorang wanita Sentinel…


    --reka ulang di kepala strygwyr. Strygwyr berlari ke arah mangsa, mangsa berlari ke arah Strygwyr. Mereka bertabrakan di tengah jalan. End of flashback--


    Seketika Strygwyr bangun. Antara kaget dan bingung. Tiba-tiba tanpa babibu wanita tersebut langsung melompat dan memeluk Strygwyr. “REXXAR !!! Oh Tuhan, akhirnya aku bertemu temanku juga !!!”

    “WTF ?!?!?! OI OI TUNGGU SEBENTAR !!!” Strygwyr menendang wanita itu menjauh. “JANGAN SODOMI AKU ! LOE PIKIR GW INI SIAPA HAH ??? SIAPA ITU REXXAR ???”

    “Hah…ah ?” Wanita itu menatap muka Strygwyr dekat-dekat. “Ng…kamu jadi kurusan…trus kostumnya ganti warna putih ya…”

    “…” menarik kesimpulan bahwa orang ini *****, Strygwyr tidak mau membuang waktu lagi. “…sudah ada kata-kata terakhir…?”

    “Ng…ehehe…” Entah kenapa wanita itu merasa takut terhadap Strygwyr. Mungkin karena Stryg belum sikat gigi jadi mulutnya bau. “eh…eh…JANGAAAN !!!” Dia segera lari.

    “JANGAN LARI !!! MATI KAU !!!” Strygwyr mengeluarkan Rupture padanya !!! Semakin jauh dia berlari, maka semakin sakit damage yang diterimanya. Strygwyr segera lari mengejar wanita itu. Pilihannya cuma 2, mati di tangan Strygwyr atau mati kehabisan darah karena berlari…

    GUBRAK

    Wanita itu kesandung batu dan jatuh terjerembab. “aduuuh….huhu…” Dia terisak. Strygwyr bengong. Rupturenya gak efek. Lagian ini mangsa bedon apa ***** dia sendiri gak ngerti. Sampai-sampai dia takut jangan-jangan kalo dia minum darahnya bisa ketularan *****. “…udahlah capek…bunuh aja kali ya biar cepet…” Dia segera menghunuskan cakarnya.

    “Tu…tunggu…” wanita itu menatap Strygwyr. Dia segera berhenti. “Apa ?”

    “To…tolong bantu aku berdiri…lututku sakit…” lutut wanita itu berdarah gara-gara jatuh tadi.

    AMSYONG. Baru pertama kali gw ketemu orang kayak gini, mungkin gitu kira-kira pikir Strygwyr.


    “Hei…Rexxar…”

    “GW BUKAN REXXAR, YA AMPUN DAH !!!” Strygwyr mendengus. Dari bantu berdiri sampai membersihkan luka, dan entah kenapa mereka sekarang jadi berkemah. Otak dia yang gak beres apa otak gw ya…Strygwyr memukul kepalanya sendiri.

    “Hei, wanita…”

    “Namaku bukan wanita ! Namaku Luna. Luna Moonfang…”

    “Oke. Luna. LOE LAGI NGAPAIN SIH !??!!?”

    Luna sedang mengaduk-ngaduk suatu panci dengan sendok. “Aku sedang masak makanan untuk kita. Jangan ganggu dulu aku musti konsentrasi nih…”

    “BUKAN ITU KAN MASALAHNYA !!!” Strygwyr sontak berdiri. “LOE ITU SENTINEL KAN ?!?!”

    “Iya. Kamu juga kan Xar ?” Luna menatap ****.

    “…Gw bukan Rexxar. Nama gw Strygwyr…”

    “Strik…Stig…ng…susah…”

    “…terserah deh mau manggil apa…”

    “Oke, Stryg. Salam kenal,” Luna tersenyum.

    “Oh ya…salam ken…WOI WOI TUNGGU SEBENTAR !!!” Strygwyr mengeluarkan cakarnya dan memiting Luna di tanah. “GW…INI…SCOURGE…TAU !!! GW INI MUSUH LOE !!!”

    “Ah…kamu Scourge…? Ng…ng…kalau begitu kita ini musuh !!!”

    “…iya. Dah nangkep ? Sekarang matilah ka…!!”

    “ECLIPSE !!!” Luna berteriak. Seketika 6 pilar cahaya bulan menabrak tubuh Strygwyr. Yang bersangkutan langsung rebah ke tanah, HP tinggal sisa 1%.

    “Ngehe anjrit…apaan tuh…” Strygwyr berusaha bangun dengan susah payah. “Grrrr…….” Dia segera berlari dan ingin menyerang Luna lagi…

    “Lucent !” Strygwyr dijatuhkan lagi oleh pilar cahaya. “HUEEKH !!!” makan siangnya langsung kesembur keluar dari perutnya. “ng…ng…jangan mendekat…” Luna gemetaran. Strygwyr belum menyerah, dia berusaha bangkit kembali…

    “LUCENT ! LUCENT ! LUCEEEEENT !!!!”

    “HOEEEEEEEEKH !!!!!!” Anjrit. Neraka kali ya ini.


    ~10 menit kemudian~


    “Ng…kau tidak apa apa…?” Luna mengoleskan salep penyembuh ke badan Strygwyr. Yang diobatin merasa makanan di ususnya udah keluar semua. Sekarang dia sakit perut.

    “Makasih, udah enakan. YA GAK LAH ! GW APA-APA INI !!!! Arrgh…” Strygwyr berusaha bangkit tapi jatuh lagi.

    “jangan bergerak dulu, kau masih terluka”

    “Iya…gara-gara LOE”

    “ma…maaf…” muka Luna memerah. “Habisnya…aku takut…”

    Ini sih gak ada harapan. Entah kenapa Strygwyr gak niat lagi ngebunuh dia. Lagian kalo kayak gini sih dia juga bakal mati sendiri. Sebaiknya tidak ikut campur lebih dalam lagi sebelum jadi masalah. Strygwyr berdiri dan berjalan pergi.

    “Tunggu, Stryg. Kau mau kemana ? Lukamu belum…”

    “DIAM ! Pergi kau dari hadapanku ! “ Strygwyr menatap bengis ke arah Luna lalu berjalan menjauh. Luna jatuh berlutut, takut, bingung, dan sedih. Terlintas ketidakktegaan di pikiran Stryg…TUNGGU SEBENTAR ! Bloodseeker harusnya tidak punya belas kasihan ! Strygwyr segera lari menembus hutan.


    Matahari menembus dedaunan hutan. 2-3 treant tadi memulihkan perut Strygwyr kembali. Tidak ada yang lebih nikmat daripada darah segar di pagi hari ! “haah…segar….ini baru top…” Dia duduk dan menunggu mangsa berikutnya.


    “Uuu…” Luna berjalan gontai menyusuri jalan setapak. Dia masih kesal karena Strygwyr pergi begitu saja.

    “Jahat…Jahat !! Aaaah !!” Dia jatuh tersandung batu lagi. “uuh…aku tidak pernah berjalan begini…phanterku…” matanya berkaca-kaca.

    Seketika ia menjadi awas. Dia segera memegang glaivenya dan melemparkannya ke semak-semak. Tepat saja 2 ghoul jatuh dari balik semak-semak itu. “Scourge…?” Luna berdiri dan berlari ke jalan tadi. Namun sayang di belakangnya menunggu 4 ghoul dan pemimpin mereka, Na’ix the Lifestealer !

    “Gagagaagaga….grrrrhhhhzzzz” Na’ix menjilati bibir(???)nya. Luna segera berlari dari mereka, dihadang oleh 2 ghoul yang segera mati terkena tebasan glaive Luna. Akan tetapi dia kesandung batu lagi dan jatuh terjerembab di tanah. Ini mulai jadi kebiasaan.

    Na’ix segera meng-open wound Luna sehingga dia tidak bisa kabur. “Ah…” Luna melemparkan glaivenya, tapi ditahan oleh Na’ix. “Gagagagagaaaa….” Dia segera memerintahkan ghoul-ghoul untuk menyerang Luna.

    Tapi tidak ada yang menjawab. “gagaga ???” Saat menoleh ke belakang, semua ghoul telah jatuh. Dan berdirilah Strygwyr dengan tangan berlumuran darah ghoul.

    “GAGAAGA !?!?! SCOURGE KAN ? (Na’ix bisa bicara ?!?)”

    “Biarpun sama-sama Scourge…” Strygwyr segera melompat dan menohok leher Na’ix dengan cakarnya. “…kalau tidak suka, berarti musuh kan ?”

    “GAAAGH !” Na’ix segera berlari menjauh. Baru saja Strygwyr akan merupturenya, Na’ix segera mengaktifkan Rage. Kulitnya menghitam terkena sinar ultraviolet sehingga tidak bisa dikenai magic apapun (loh ?!?!?).

    “Cih ! Pengecut !” Strygwyr menyumpah. Luna menatapnya tanpa bisa berkata-kata. Strygwyr mendengus. “…Aku cuma tidak ingin kau mati ditangan orang lain saja. Ingat ! Aku bukannya ingin menolo…ARRGH !!!?!??!” Luna langsung melompat dan memeluk Strygwyr hingga jatuh telentang.

    “WOI BANGUN LOE !!! JANGAN PELUK-PELUK GW SEMBARANGAN !!”

    “…Aku…takut…Stryg…aku takut…” Luna terisak sambil memeluk Strygwyr.

    “…sudahlah…” Strygwyr mengelus kepala Luna. Sepertinya masalah membunuh dan dibunuh harus dibicarakan di lain waktu saja…


    …Gitu deh kejadiannya. Apa lagi yang bakal terjadi ? Tunggu yang berikutnya.

  7. #6

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre IV : Flames of War

    Sebab oleh karena persaingan sengit antara Sentinel dan Scourge, percikan kecil saja dapat mengakibatkan efek yang berkelanjutan. Seperti ramalan Darkterror yang dia dapat dari Mama Lauren…eh, Krobelus, perang telah dimulai.

    Purist datang dengan jubah keperungguannya langsung ke medan perang. Pertarungan sengit sedang terjadi di sepanjang aliran sungai. Salah satunya, Puck sedang saling lempar kata-kata makian dengan Harbinger (biarpun Purist gak ngerti mereka ngomong apaan soalnya bunyinya cuma nyoo nyooo gruuk gruuk).

    “Bagaimana keadaan perang ?” Purist menghampiri Furion yang sedang menghitung nomor togel.

    “Lumayan, gw menang 500.000 nih…”

    Purist menggeplak kepala Furion. “Serius ah bagaimana keadaan perang ?!?”

    “Lumayan, Tiny dan Centa sedang membendung panah dari Clinkz. Ampun dah kalo ada dia rasanya kayak hujan panah aja. Venge sedang duel dengan Mortred tapi Mortred kayaknya kesel soalnya deket dikit langsung gak gerak alias distun.”

    “Bagaimana mungkin bisa war ? Kita kan belum mengatakan apa-apa ??”

    “Yah…gini ceritanya…” Furion berbicara dengan eksyen seorang pengkilas balik…


    ----Kilas Balik kejadian 15 menit yang lalu---


    Nessaj sedang memancing di pinggir sungai bagian Scourge dengan santainya. Kupu-kupu melintas di sekelilingnya (kupu-kupu kematian), hamparan mayat didekatnya menambah keharuman suasana. Kail pancingnya tiba-tiba tertarik masuk. Sekonyong-konyong dia menarik balik, umpan pasti menangkap ikan dan benar saja kepala ikan itu sudah muncul di permukaan…tinggal menggunakan Chaos Bolt untuk menghabisinya saja….

    SILENT

    Skill Traxex membuat Nessaj tidak bisa mengeluarkan skill. Rupanya di seberang sungai sana Traxex sedang latihan silence. Ikannya lepas dan kabur. Nessaj bengong. Marah. Kesal.

    “HUAAA SIALAAAN !!!” Nessaj ganti menembakkan Chaos Bolt ke arah Traxex.

    Traxex yang sedang setengah badan masuk ke dalam air tiba-tiba jatuh ke dalam air. Kakinya kepleset batu-batu di dalam sungai habis licin sih. Chaos Boltnya tidak mengenai Traxex dan…pas kena kepala Venge yang lagi lewat mau ke shop.

    “…!!!!!” Venge menunjukkan ekspresi marah.

    “eh…sori…salah orang !!” Nessaj ngusruk. Dia tahu kalau Venge marah maka pasti akan…

    “!!!” Venge langsung mengeluarkan skill andalannya Magic Missile ke arah Nessaj. “T…TIDAAAK !!!” Nessaj melompat dari kuda untuk menghindari Magic Missile yang berhasil ia hindari di detik-detik terakhir…!!!

    …Dan kena Leviathan yang datang mau mancing juga. Tanpa basa-basi Levi langsung menembakkan ombak raksasa (Gush) ke arah Venge tapi Venge berhasil menghindar…

    …Dan airnya tumpah menyiram Ezalor dan Rhasta yang baru selesai mandi. Kemarahan keduanya tak terbendung dan keduanya langsung mengeluarkan sihir penyerangan !!!! Tepat mengenai Leviathan dan Nessaj yang langsung jatuh kebelakang…

    …Menimpa Harbinger yang lagi jalan ke shop. Tanpa sengaja Harbinger mengeluarkan ultimate-nya Sanity’s Eclipse ke arah para hero Sentinel dan membuat HP mereka sekarat…

    …Dan ternyata ada Gondar di situ yang gak keliatan dan emang awalnya gak niat ikutan cuma pengen mancing di sungai. Gondar langsung lempar seribu piyau ke arah Harbinger…

    …Gak sengaja mengenai Mogul Khan yang lagi jalan-jalan di pinggir sungai. Segera ia menggunakan Blink Daggernya lompat ke depan Gondar dan menariknya dengan Berserker’s Call…

    …Yang tidak sengaja mengikat BristleBack yang lagi menyalakan BM….sakit banget kata Mogul Khan…Bristleback sendiri jadi marah dan segera menggebuki Mogul Khan sambil melempari hujan ingus dan mengeluarkan berak duri…

    …Berak durinya tidak sengaja mengenai Medusa yang lagi lewat…

    …Yang tidak sengaja mengenai Slithice yang lagi nyanyi-nyanyi gak jelas…

    …Tidak sengaja mengenai Lich…

    …Mirana…

    …Warlock…

    …EncanUndyingSylvanasEnigmaLinaAtropos dll dst dsb…


    ----end of flash back---


    “Gitu lah. Gimana ngerti ?” Furion nyengir. Rahang Purist kebuka lebar kira-kira 10 cm-an.

    Di tengah-tengah pertempuran, setiap hero sentinel dan scourge bertarung mempertaruhkan nyawa mereka demi kemenangan. Sand King tiba-tiba keluar dari tanah dan menge-stun hampir semua hero sentinel. Dan muncullah Krobelus the Death Prophet…!!! Satu-satunya dari tiga hero yang memiliki kemampuan silence. Segera dia men-silence semua hero Sentinel di dekat Sand King, dan Sang King seketika goyang ngebor mengeluarkan skill ultimate-nya Epicenter yang segera menghasilkan gempa kira-kira setengah kekuatan gempa Aceh !

    Hero sentinel di kubu depan tinggal sekarat, dan sepertinya akan kalah saat sesosok gagah berani menerjang ke depan…dialah Purist yang dipersenjatai Repel yang membuatnya tidak terkena efek Epicenter ! Segera Purist mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan mengeluarkan skill andalannya Guardian Angel. Satu tim Sentinel seketika tahan terhadap serangan fisik. Keadaan berbalik, seketika mereka menyerang sekuat tenaga !!!
    Dan berdirilah Abbadon sang pemimpin Scourge di seberang sungai sana. Dialah salah satu dari dua pemegang Divine Rapier di kubu Scourge. Kudanya segera meloncat dan Divine Rapiernya beradu dengan milik Purist !

    “Hai Purist…kali ini kau akan mati !”

    “Diam kau ***** ! Akan kubalas dendam Uther !” Purist menggunakan Purification pada dirinya sendiri, menyembuhkan dirinya sambil memberikan damage pada musuh disekitarnya…yang tidak berefek apa-apa terhadap Abbadon karena ia sudah mengaktifkan Aphotic Shield. Malah tim Sentinel terluka oleh ledakan Aphotic Shield.

    “Ugh !!! Bau amat nih ! Abbadon kentutnya ******* !!!” Lina berteriak.

    “Itu bukan kentut tapi jurus, ****** ! Bisa bedain apa gak sih padahal di tempat loe ada tukang kentut !” Abbadon berteriak balik. Mangix melongo **** di belakang Raijin. “Mereka ngomongin siapa Rai…?” Raijin menatap Mangix dan malah menggelinding masuk ke arena pertempuran dan meninggalkan *** tai…eh petir ditengah-tengah…BUM semua tim Scourge terkena ledakannya.

    “Sialan !!! Abis kentut sekarang tai…jangan salah kalo masalah kentut orang-orangku yang paling jago ! Sini Venomancer !” Abbadon mengibaskan tangannya dan seketika muncullah Venomancer dari arah hutan.

    “Guuuuussssssssssssssss…gussssss” Venomancer meludah ke arah Sentinel…! Ludahnya ternyata mengandung racun yang cukup fatal ! Gerakan semua anggota Sentinel melambat akibat racun tersebut. Seketika Venomancer menggunakan ultimate-nya Poison Kentut…eh, Nova !

    “MASYA ALLAH !!!” Semua tim Sentinel berteriak saking baunya. Badan mereka melemah perlahan-lahan. Kecuali Purist yang berlindung dibalik Repelnya.

    “Sialan…tim gw bisa kalah !!!” Purist mencoba maju menyerang Venomancer, tetapi Abbadon segera menghadangnya dan kembali kedua pedang mereka beradu.

    “Akulah lawanmu Purist !”

    “Sial….JANGAN MENGHALANGI !!! SEMUA, MUNDUR !”

    Tim Sentinel segera menarik diri, tetapi dari atas langit turunlah meteor hijau yang menge-stun semuanya ! Warlock telah muncul dan dia membawa Dazzle bersamanya ! Segera Dazzle mengeluarkan Flashbang Weave, membuat pertahanan tim Sentinel melemah jauh.

    Keadaan semakin genting bagi tim Sentinel, ketika tiba-tiba dari langit bersinar pilar cahaya yang menyembuhkan luka tim Sentinel. Seketika Puck the Faerie Dragon muncul di tengah-tengah arena pertempuran dan men-silence semua tim Scourge !

    “Apa ?!?” Abbadon mendongak ke arah sungai Sentinel. Di sana berdiri Chen the Holy Knight, dan dibelakangnya adalah Rylai, Morphling, dan sang petuah bijak dari Sentinel, Nortrom sang Silencer.

    “Maaf aku terlambat, Purist !” Rylai segera melompat masuk ke arena pertempuran dan mengeluarkan Freezing Field.

    “Aargh !” Sand King berusaha menge-stun Rylai, tetapi Silencer segera menggunakan skill ultimate-nya SSSTTT (Global Silence) membuat semua musuh tidak bisa menggunakan skill. Ditambah lagi Morphling berubah menjadi air bah dan menerjang pasukan Scourge, membuat mereka tidak bisa menyerang Rylai.

    Tiba-tiba asap biru bertebaran di arena pertarungan, Rikimaru dan Gondar segera masuk diikuti oleh Jahrakal sang Troll Warlord, basher utama Sentinel, dan Azwraith sang bayangan. Tim Sentinel seketika mengepung tim Scourge dari dua arah.

    “Hahaha !!! Abbadon…kau kalah kali ini !” Purist menghentak Abbadon dan membuatnya jatuh ke tanah.

    “Huh…sialan !!!” Abbadon mengaktif-kan ultimatenya Borrowed Time, menyebabkan semua serangan Purist berbalik menyembuhkan dirinya. Purist kewalahan saat tiba-tiba Abbadon dibekukan oleh Rylai. Purist segera mengangkat Divine Rapiernya dan bersiap menusuk Abbadon…!!!

    Requiem of Souls. Nevermore muncul di tengah-tengah war dan segera menggunakan ultimatenya. Ribuan jiwa mengalir keluar dari dirinya dan masuk ke surga melukai segenap anggota Sentinel. Sebuah lubang hitam menganga terbuka di tanah dan menghisap tim Sentinel !!! Itulah kemampuan Darchrow sang Enigma !

    “A…apa ?!?!?” Semua tim Sentinel tidak bisa menyerang ataupun bergerak. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh tim Scourge. Mereka segera mundur.

    “HAHAHA !!! Hey Purist…yang hari ini cuma latihan saja…kau belum melihat kemampuan kami yang sebenarnya ! Tunggu saja tanggal mainnya !” Abbadon mengejek Purist dengan gerakan yang sangat menjengkelkan sampai-sampai penulis tidak bisa mendeskripsikannya. Tim Scourge mundur, tetapi tim Sentinel sendiri menderita luka yang cukup parah.

    “…” Purist termenung menatap kemenangan kosong ini. “Kau tidak apa apa Purist…?” Rylai memeluk Purist. Tak dinyana air muka Purist mencerminkan apa yang ditakutkan olehnya, juga oleh Rylai. Apakah mereka masih bisa memenangkan pertarungan ini…?

  8. #7

    Join Date
    Sep 2009
    Posts
    75
    Points
    104.90
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    lucu dah gara gara mancing malah jd perang wkwkwk

  9. #8

    Join Date
    Feb 2010
    Posts
    112
    Points
    16.35
    Thanks: 7 / 5 / 4

    Default

    ngakak gan. . .
    lanjutkan !

  10. #9

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre V : Knight Davion

    Namaku Davion, the Dragon Knight. Aku adalah pejuang Sentinel yang gagah berani, demikian kata orang-orang. Aku berhutang budi kepada Syllabear karena ia telah menyelamatkanku saat aku masih kecil dulu dan membangkitkan kekuatanku sekarang. Hidupku kucurahkan kepada kemenangan Sentinel…dan untuk memberantas seluruh Scourge dari muka Azeroth ini !

    …Dulu. Sekarang, aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Semua itu bermula sejak aku bertemu Banshee itu…beginilah kisahku…


    “Jadi…kau setuju ?” Davion menenggak arak di gelasnya dengan senang. Demikian juga tuan rumahnya : Cairne Bloodhoof sang Tauren Chieftain. Di belakangnya Raigor Stonehoof tertawa girang.

    “Sudah seharusnya kami Tauren membantu kalian Sentinel ! Kami akan membantu, semampu kami !” Mereka bertiga bersulang. Perang sebelumnya telah membuat Purist meminta Davion pergi ke selatan untuk bertemu dengan Cairne dan meminta bantuan taurennya dalam pertempuran. Cairne merupakan salah satu pahlawan dalam perang melawan Archimonde dahulu, bersama-sama dengan Furion dan Thrall. Pasukan taurennya merupakan yang terkuat di seluruh Azeroth, terutama murid utamanya Raigor Stonehoof yang dikaruniai kekuatan mengendalikan tanah.

    Sekarang Davion sedang berada di perkemahan Tauren, melewati hutan Sentinel ke arah selatan. Tempat yang tak terjamah oleh Scourge selain karena tempatnya yang berbukit-bukit dan berhutan lebat, juga karena para Tauren menjaganya siang dan malam.


    Saat matahari naik, Davion mengucapkan selamat tinggal pada mereka berdua. Cairne berjanji mereka akan menyusul ke markas Sentinel dalam waktu dekat ini. Dengan janji tersebut, Davion berangkat pulang setelah sadar ternyata di markas Tauren gak ada yang jual Teleport Scroll…

    Melewati hutan lebat bukanlah sesuatu yang sulit bagi Davion. Seharusnya dalam waktu setengah hari dia bisa mencapai markas Sentinel. Namun… Davion memutuskan untuk beristirahat sebentar di bawah pohon Willow. Saat itulah dia mendengar suara minta tolong dari arah hutan. Dengan jiwa ksatrianya, Davion tidak bisa membiarkan begitu saja orang yang membutuhkan pertolongan. Maka segeralah ia tanpa berlambat-lambat menuju sumber suara tersebut. Di tengah jalan dia menghitung bahwa kecepatan udara sebesar 340 m/s dikurangi kecepatannya sendiri dikalikan frekuensi suara sumber…blablabla maka terbuktilah hukum Doppler.

    Terlindung di bawah bayangan pohon, terlihat se…(…orang ? …ekor ? ..suatu ?) Banshee tengah dikejar oleh segerombolan makhluk aneh seperti ikan bentuknya. Davion segera melompat di antara mereka dan menghunuskan pedangnya ke arah makhluk-makhluk itu.

    “Berhenti ! Aku tidak akan segan-segan membunuh kalian bila kalian tetap mengejar d…” Makhluk-makhluk itu segera melompat ke arah Davion dan menumpuk di atasnya seperti pemain Rugby American Football. Davion langsung menggunakan Dragon Breath-nya dan membakar mereka. Makhluk-makhluk yang masih hidup segera lari tunggang-langgang ngibrit ngaret ngarit.

    “Kau sudah aman…ASTAGA !” Davion segera menolong banshee tersebut, yang sudah berlumuran darah (tunggu dulu…emangnya hantu bisa berdarah ? Trus emang hantu bisa di dipegang ??? Tapi janganlah kita memusingkan hal kecil seperti itu…). Lukanya terlalu parah. Davion ingin menolongnya, tetapi dia yakin Banshee tidak akan diterima dengan ramah di markas Sentinel. Davion sendiri pasti akan membunuhnya bila saja ia tidak meminta tolong.

    “A..a…” Banshee itu merintih.

    “Tunggu, jangan bicara dulu…” Davion mengoleskan salep penyembuh, tapi dia tahu sudah terlambat baginya. “Maafkan aku…”

    “A…a…aku…punya permintaan…tolonglah…”

    “…? Apa ? Katakan saja.”

    “…aku harus…memberikan benda ini pada seseorang…” Banshee itu mengeluarkan sesuatu yang ternyata… DIVINE RAPIER Davion tidak ingin mempercayai matanya sendiri. Divine Rapier. Banshee itu memegang Divine Rapier. Senjata terkuat di dunia DotA. Senjata yang dikatakan bahwa pemegangnya memiliki kekuatan untuk menjadi Raja, penyelamat, atau penghancur dunia.

    “A…apa ini…”

    “….tolonglah…aku mohon…gantikan aku untuk memberikan Divine Rapier ini kepadanya…” Davion termenung. Tanggung jawab yang berat. Ia ingin menolak, tetapi ia tidak tega meninggalkan banshee tersebut tanpa mengabulkan permohonannya.

    “…baiklah ! Sebagai ksatria, aku akan mengabulkan permohonanmu itu !” Davion menjawab lantang.
    Banshee tersebut tersenyum, “ terima kasih…” Dia memberikan Divine Rapier tersebut kepada Davion… ZUUT “AARGH !!!!” Davion terjatuh ke tanah. Dadanya terasa panas, seakan besi menyala ditusukkan langsung kesana. Sakitnya sangat luar biasa, hingga Davion yang hebatpun merintih kesakitan. Tangannya meraba baju besi di dadanya, dan seketika terlihatlah tanda itu : Sebuah lingkaran berwarna merah dengan Demon Insignia di dalamnya. Tanda itu menghitam sebelum akhirnya menghilang seakan menyusup masuk ke dalam diri Davion.

    “De…demon’s Oath…” Davion merintih.

    “…Ya…Davion…kau telah terikat dengan Demon’s Oath…dan kondisi yang harus kau penuhi adalah memberikan Divine Rapier itu kepada...”

    WUSSS angin bertiup.

    “Kepadanya…? Kepada…"

    “JANGAN !” Banshee tersebut berteriak panik. “Kau tidak boleh menyebut namanya ! Selain itu…kau tidak boleh menggunakan Divine Rapier tersebut ataupun kehilangannya dari tanganmu sebelum memberikannya pada orang itu…itulah kondisi dari Demon’s Oath…”

    “A…apa…”

    “…kau tahu apa yang terjadi bila kau melanggar Demon’s Oath…kan…?”

    MATI

    Dicetak kapital pula.

    Kepala Davion seakan dihantam keras oleh gada besi. Dia tidak menyangka masalah ini menjadi demikian serius. Mati. Itu bukan konsekuensi yang ringan. Malah itu konsekuensi paling berat sedunia. Lebih berat sedikit dari yang paling berat di dunia. Pokoknya paling berat deh.

    “…dav…davion…?” Suara banshee itu mengagetkan Davion. Ya. Bukan biasanya orang sehebat Davion bisa bengong.
    “YA ! Ya…tenang saja ! Aku pasti akan menjalankan sumpah ini ! (soalnya kalo gak gw bakal mati T_T)

    “Bu..bukan begitu…” banshee itu menunjuk ke belakang Davion…dibelakang…

    Kira-kira 300-an makhluk yang tadi balik lagi. Dan kayaknya mereka marah. Tanpa pikir panjang lagi Davion segera menggendong Banshee tadi dan lari menembus hutan.

    “AAAAAAAAaaaaaaaaaaaa” Tembus kiri, tembus kanan. Lewat pohon lewat sungai. Entah kenapa setiap melihat ke belakang, jumlah mereka makin banyak saja.

    “Haaaah…musti gimana nih !!!”

    “Bagaimanapun caranya…masalah yang lebih penting kalau kamu mau lihat kebawah…”

    “Hah ?” Davion menengok ke bawah kakinya. Sungai di bawah jurang itu tampak sangat indah… Tunggu sebentar. Davion melihat ke depannya. Kira-kira 30 meter di depannya ada lereng gunung. Di belakangnya makhluk-makhluk itu menunggu di tepi jurang. Dia ada di antara mereka. Dengan kata lain… Ternyata Hukum Newton tentang gravitasi bekerja baik…

    Davion jatuh ke sungai 120 meter di bawahnya dengan teriakan keras. Para makhluk tersebut menatapnya dengan pandangan marah karena mangsa mereka kabur. Tiba-tiba mereka memberikan jalan pada sebuah sosok yang menatap ke bawah sungai dengan tatapan bengis…


    Seekor (??) treant sedang memancing di pinggir sungai sambil nunggu shift jaganya saat tiba-tiba ada buaya nongol dari sungai. Tunggu…setelah dilihat-lihat itu naganya davion.

    “Huueueeeeh…” Davion berubah kembali menjadi manusia dan megap-megap mengambil nafas. Dipikir karena naga dan buaya satu keluarga maka dia bisa nafas dalam air. Ternyata salah toh.

    “Hah…kemana dia…?” Davion tidak bisa menemukan banshee tadi. Sepertinya dia terbawa aliran sungai lebih jauh dari Davion.

    “…lagipula…dengan luka seperti itu, dia pasti tidak bisa bertahan…” Davion mencucukkan pedangnya ke tanah dan membuat tanda perkabungan. “Semoga dia menemukan kedamaian dalam kematian…”

    Ternyata sungainya dekat markas Sentinel. Daripada berdiri gak jelas dalam keadaan basah kuyup, Davion memilih pulang. Lagipula dia harus melaporkan hasil misinya ke Purist...


    “…” Keadaan Davion sendiri agak-agak mengkhawatirkan, basah kuyup dengan darah menempel di punggungnya (darah bekas si banshee…tunggu, memang banshee punya darah ??? Tapi seperti yang sudah dikatakan, tidak usahlah kita pikirkan lebih jauh). Semua orang yang dia lewati menengokkan kepalanya ke arah Davion. Rasanya seperti Michael Jackson yang lagi moonwalk di panggung, menarik perhatian orang. Bukan cuma menarik perhatian orang, Davion merasa diikuti oleh semua orang. Rasanya serem juga lama-lama.

    “Akhirnya datang juga…” Purist tiba-tiba nongol di depannya.

    “AAAAA !!!!! AAAAaaaahhh…ah…tuan Purist…” Davion lompat kebelakang saking kagetnya. “Gini…mengenai Tauren, kita sudah mendapatkan janji mereka untuk membantu kita. Misiku sukses.”

    “hhmm ya ya…itu bagus… tapi…” Purist menunjuk ke pinggang Davion. “Itu apaan Dav ?” Davion menoleh ke pinggangnya, dan…keliatan DIVINE RAPIER nyantol diatasnya.

    “AAAAAahhh…ini…ya…” davion gelagapan.

    “Kok mirip punyaku sih ?” Purist menghunuskan Divine Rapiernya.

    “Yaaa…yayaya..ahahaha…iya ya kok mirip ya…”

    “Dav…gini dav…kita sedang butuh semua kekuatan yang ada. Jadi…” Purist nyengir. “Boleh gak Divine Rapier itu buatku ? Dengan dua Divine Rapier aku pasti bisa mengalahkan Abbadon.”

    Eswete. Davion nyengir juga (dalam hati). Kalo dia kasih ke Purist, pasti dia mati kena Demon’s Oath. Tapi kalau gak ngasih…waduh gimana nih…

    “Kakak Davion !!” Dari belakang Traxex memeluk Davion.

    “AAA…apa ?? Kenapa ?”

    “Kak…boleh gak itu buatku…?”

    “.....!!!!!!!”

    “Yaaa soalnya aku kan hero tipe agility, tipe killer. Jadi dengan damage yang besar aku bisa membunuh musuh kita dengan lebih cepat gitu…pasti berguna buat tim kok !” Traxex nyengir lebar.

    “TIDAK ! Lebih cocok aku yang memegangnya !” Suara yang membahana itu tidak lain milik Bradwarden si Centaur Warchief. “Aku hero dengan pertahanan terbesar di sini ! Dengan serangan yang juga besar, aku pasti bisa membunuh musuh dengan mudah !”

    “AAah kau kan selalu di depan, gampang mati dong. Nanti Divine Rapiernya jatuh ! Lebih baik untuk hero killer seperti aku…ya kan kak ?”

    “Apa sih ?? Justru hero dengan pertahanan bolong mirip keju swiss macam kau yang mudah menjatuhkannya !”

    “APA ?!?!”

    Traxex dan Centa makin tegang sementara Davion keteken di tengah-tengah mereka. Badan sebelah kirinya didorong-dorong kakinya Centa sementara badan sebelah kanannya merasa ditekan dua gundukan empuk (ya alah).

    “Tidak, yang paling tepat adalah aku…” Sven muncul dan menerobos kerumunan.

    “Tidak, aku paling cocok !” Magina blink dan langsung menerjang Davion.

    “Aku !” Suara Yurnero.

    “AKU !” Datang lagi Tiny.

    “SUDAH SUDAH ! Lebih baik Davion saja yang memutuskan !” Purist memecahkan keributan. Semua mata segera tertuju ke Davion. Yang bersangkutan keringat dingin. “JADI SIAPA ?!?”

    “Eh…pas ?” Davion nyengir makin lebar. Semua segera melompat ke arah Davion. “AKU!!!AKUU!!!AKU!!!!!!!” Davion tertindih puluhan juta kilogram daging dan batu mentah. “AAARRGGGHHH !!!! AMPUUUUN !!!!”

    Tiba-tiba asap biru meledak di tengah-tengah mereka. “Ke sini Davion !” Davion merasa sebuah tangan menariknya dari kerumunan, keluar jauh menjauh dari mereka.


    Saat sadar Davion ada di pinggir hutan. Rikimaru telah menyelamatkannya dari amukan massa FPI. “Kau tidak apa-apa Dav ?” tanya Riki.

    “Ya…” Davion memegangi kepalanya yang masih sakit senut-senut. “Kau menyelamatkanku…trims.”

    “hahaha…gak usah dipikirkan. Kita kan fren. Pake kartu Fren.” Rikimaru tertawa. Davion merasa lega masih memiliki teman yang baik dan mau menolongnya…

    “Boleh gak aku pake tuh Divine Rapier ? Aku kan bisa menghilang dan damagenya besar, dengan adanya Divine Rapier maka aku bisa membunuh dengan lebih cepat dan tanpa ketahuan…” Davion mendongak dan melihat Rikimaru lagi nyengir. YA AMPUN pikir Davion. Ini hari nyengir sedunia ya !??! Tanpa pikir panjang Davion langsung lari ngabur terbirit-birit. Di belakangnya dia bisa mendengar Rikimaru sumpah serapah sambil mengejar dia dengan kecepatan Mach 5. Baru saja dia lari melewati belokan pintu masuk markas, dari jauh sudah kelihatan massa FPI teman-temannya yang tadi berlari ke arahnya.

    “ITU DIA !!! TANGKAAAAP !!!!” Purist berteriak lantang. Di belakang Rikimaru, di depan massa FPI yang lain-lain. Pilih mana nih ??? Ah…tapi gak keburu mikir lagi…jadi…….BRAAAAK !!!! suaranya maknyus saat kedua kubu saling bertabrakan di tengah-tengah.

    “Tunggu !” Purist lagi-lagi memecah keributan. Davion tidak ada ! Dimana…

    “Di atas !” Rikimaru menunjuk ke langit. Davion sudah berubah menjadi naga dan terbang kabur !

    “Tidak bisa dibiarkan ! Kejar, Batrider ! Puck !” Purist melepaskan kedua hewan gak jelas tersebut dan segera mereka mengejar Davion. Puck melempar bola energi ke sebelah Davion dan seketika teleport.

    “AP…” Sebelum Davion bisa melakukan apa-apa, Puck langsung mengeluarkan jurus debu berlian membuat Davion tidak bisa melihat ataupun mengeluarkan skill. “AAAAARRGH !!?!?” Dari belakang Davion diikat oleh laso Batrider. Dan langsung ditarik kearah massa FPI orang-orang di bawah. Inikah akhir riwayat Davion ???

    “Ti..TIDAAAK !!!!” Efek dustnya habis dan Davion langsung membakar Batrider menggunakan semua kekuatannya untuk melepaskan laso. Puck yang ingin membantu segera digebuk dengan ekornya sehingga ke-stun dan jatuh ke tanah. Begitu juga Batrider digebuk dengan ekornya dan terlempar menabrak massa FPI kerumunan orang di bawah. Davion segera menggunakan kesempatan ini untuk kabur bur bur…


    “Uhuek..uhuek…” Davion merasa sangat letih dan tidak kuat berjalan lagi. Bahkan di markasnya sendiri dia tidak aman. Melepas lelah, dia duduk di bawah pohon willow yang tadi baru saja ia lewati.

    “heh…heheh…yah paling tidak bisa lebih buruk dari ini. Seandainya Scourge tahu aku bawa Divine Rapier, pasti aku bakal dikejar-kejar. Untung saja mereka tidak ta…” Belum selesai Davion ngomong, Na’ix dan kerumunannya lewat di depannya. Na’ix dan Davion sama-sama melongo kaget, apalagi Na’ix yang ngeliat Divine Rapier di pinggang Davion.

    “LASJJFIASDJFIAHSDUIESWETE !!!” Davion segera mengambil perisainya dan ingin menggebuk Na’ix trus menghabisinya, tapi sayangnya Na’ix mengaktifkan Rage sehingga tidak bisa di-stun. Langsung dia ngibrit lari. Dan kabar ini pasti langsung menyebar ke seluruh Scourge dalam waktu 0,3 detik saja.
    Davion langsung lemas. Gak bertenaga lagi. Lelah. Rasanya ingin mati saja. Ia teringat pada banshee itu. Apa ini yang selama ini dia rasakan ?

    “Heh…ini hukuman yang terlalu kejam…bila rumah saja tidak kau punyai…hahahah…” Tiba-tiba perutnya berbunyi. Baru ingat kalau dia belum makan. Rencananya dia akan makan supnya Mirana (seksi konsumsi Sentinel) di kantin saat pulang dari markas Tauren, tapi masalah ini membuat semua rencana berantakan.

    “…aku bahkan tidak tahu siapa namanya…” Davion merenung. Terdengar suara dari atas pohon tempatnya beristirahat. Segera Davion meraih pedangnya, tapi sebelum bisa memegangnya dari atas pohon berjatuhan puluhan makhluk yang tadi mengejarnya.

    “Oh tidak lagi !!!” Dengan Dragon Breathnya dia membakar mereka dan segera memegang pedang. Dihunuskanlah pedang itu ke arah mereka dan menebas satu-persatu… Saat seketika badannya kehilangan kekuatan. Ia jatuh berlutut di tanah.

    “A…apa…yang…” Di belakangnya kabut hitam merubungi punggungnya, sedikit-demi-sedikit mulai terbentuk menjadi sebentuk makhluk yang sama, tetapi dengan warna hitam gelap. Dan makhluk ini menyerap kekuatan Davion sedikit-demi-sedikit.

    “Huuh…uh…” Davion mencoba mengangkat pedangnya, tapi untuk mengayunkannya saja terasa berat sekali. Makhluk itu menghindarinya dengan mudah, melompat ke tanah dengan kecepatan yang berkali-kali lipat dari sebelumnya. Matanya yang merah menatap Davion dengan bengis, kemudian kepada Divine Rapiernya.

    “Tidak…tidak…boleh…” Matanya terasa berat, perlahan Davion yakin bahwa kematiannya sudah di depan mata.
    Dan diapun jatuh. Ambruk. Kehilangan kesadaran. Samar-samar suara tawa mereka mengiang-ngiang di telinganya saat pikirannya terasa menghilang…


    Begitulah nasib Davion yang malang. Lalu bagaimana nih ? Kok ceritanya makin gak nyambung ya ??? Tunggu yang berikutnya.

  11. #10

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre VI : Butterfly

    Strygwyr tahu kalau matahari sudah terbit dari lengkungan cahaya yang memasuki relung matanya. Perlahan-lahan ia menyipitkan mata, membukanya sedikit, lalu menyipitkannya lagi menghalangi sinar matahari yang menerobos masuk dengan garang. Udara pagi terasa hangat menggantikan malam yang dingin.

    Strygwyr menggeliat sedikit, meregangkan badannya yang terasa pegal. Dari sampingnya terdengar nafas pelan. Terasa hangat. Dipeluknya lagi lebih erat, mencoba menambah kehangatan yang dia rasakan…

    Sebentar.

    Strygwyr memaksa matanya membuka penuh. Nengok 45 derajat dengan kecepatan 150 m/s. Di sebelahnya Luna menggeliat dalam tidurnya, merasa nyaman dalam pelukan Strygwyr…





    “AAAAAAAAARRGHHH !!!!!!” Suara kaget campur takut menyerebak di seluruh hutan. Suara si Bloodseeker yang masih anemia gara-gara bangun pagi…


    “Nah, supnya sudah matang !” Seru Luna. Strygwyr bengong, menepuk muka dengan tangannya.

    “Kenapa, Stryg ? Kau tidak suka sup ?”

    “BUKAN !!! Apa loe tidak merasa seharusnya kita tidak melakukan ini atau berada di sini ???”

    “Ahh…? Ah…ng…aku tidak tahu…” Luna menjawab polos.

    Strygwyr menepuk mukanya lagi. Kira-kira sudah dua hari sejak mereka terakhir bertemu, dan selama itu pula Strygwyr merasa sakit jantung karena kaget tiap pagi.

    “Sebenarnya loe ini mau kemana sih…kenapa ikut gw mulu ???”

    “Ng…aku…tidak tahu…”

    “Kok bisa tidak tahu ??? Waktu kita pertama kali ketemu loe itu mau kemana ?”

    “Ahhh itu…aku…tidak tahu. Waktu itu aku asal jalan…”

    “S*&$^%!@#@#$” Strygwyr menepuk mukanya untuk yang ketiga kali. Trus geleng-geleng kecapekan.

    “Aku…aku tersesat…” Luna menjawab dengan malu-malu.

    “Tersesat ? Maksudmu ? Loe ini salah satu hero dari Sentinel kan ???”

    “Iya, tapi…”

    “SST !” Strygwyr sontak melompat dan membekap mulut Luna.

    “Hmmph ?”

    “Ssst…diam sebentar !” Strygwyr menahan Luna sehingga dia tidak bergerak. Tidak ada suara lagi disekitar mereka. Tapi Strygwyr tahu arti dari kejadian tadi. Dan sekarang dia harus segera bergerak.

    “Hmmh…”

    “Apa ? Sebentar aku sedang berpiki…” Strygwyr baru sadar kalau dari tadi dia itu menahan Luna di bagian dadanya. “AAAHH !!” Langsung dia lompat kabur ngibrit sampai kepalanya nabrak pohon dibelakang.

    “Stryg…kau mesum…!” Luna duduk di tanah sambil terengah-engah.

    “BUKAN !!! AKU TIADA MAKSUD…” Tiba-tiba ia menjadi awas kembali. Langsung ia berlari menembus semak belukar di depannya.

    “Stryg…?”

    “Tunggu di sini !” Strygwyr segera menembus sesemakan dengan kecepatan tinggi, trus berlari hingga…

    CHRONOSPHERE

    Strygwyr mendadak berhenti. Demikian semua hal di sekitarnya. Dan disebelahnya tiba-tiba muncul Darkterror dengan santainya berjalan menuju Strygwyr.

    “Kita bertemu lagi, hei Bloodseeker…bukankah sudah kukatakan kalau aku akan terus mengawasimu ?” darkterror berkata dengan muka sombong (btw emangnya muka DT bisa diliat ya ekpresinya ? Kayak cumi-cumi goreng tepung gitu…)

    “Kau…!” efek chronosphere menghilang sehingga Strygwyr jatuh terjerembab di tanah. “…apa maumu ?!?”

    “Hanya bersilaturahmi sejenak…dan mengingatkanmu mengenai tugasmu…” Muka Darkterror semakin jahat.

    “…sepertinya kau sudah punya pacar, ya ?”

    “DIAM !” Strygwyr menebas Darkterror dengan cakarnya…atau dia pikir begitu. Yang ia tebas hanyalah angin kosong. Darkterror tiba-tiba sudah berada dibelakangnya.

    “Kenapa kau ini hei Strygwyr ? Kenapa kau tidak bunuh saja dia hah ? Apa sih untungnya membawa dia bersamamu ? Lagipula…dia itu hero Sentinel. Membunuhnya akan mengurangi kekuatan mereka. Itu sangat berguna untuk Lich King…ingat itu…”

    Strygwyr membisu.

    “Atau…kau menyukainya ?” Darkterror nyengir.

    “DIAM !!!” Strygwyr menangkap leher Darkterror dan memitingnya di tanah, mencekiknya sekuat tenaga. “AKU TIDAK PUNYA URUSAN APA-APA DENGANNYA !!!”

    “…kalau begitu, bunuh dia !” Darkterror dengan tenangnya menggebuk Strygwyr dengan gadanya, tepat di tulang rusuknya. Strygwyr jatuh berguling-guling kesakitan. “Ingat, aku selalu mengawasi. Bunuh dia…atau…” Darkterror tidak menghabiskan kalimatnya, dia segera melompat pergi.


    “Ah ! Kau kembali…” Luna tersenyum. Strygwyr keluar dari semak-semak dan berjalan menuju perkemahan mereka. Pandangannya terasa kabur, dia tidak bisa berpikir jernih.

    “Stryg ? Kau tidak apa-apa…?” Luna menyentuh wajah Strygwyr perlahan…

    “…JANGAN SENTUH !” Strygwyr menepis tangan Luna dengan kasar.

    “…ah...Stryg..?” Luna mundur karena kaget. Dan juga takut.

    “….Aku…aku…AARGH !!” Strygwyr menerkam Luna dan memitingnya di tanah. Cakarnya terangkat di udara, terarah langsung ke leher Luna. Kematian yang cepat dan menyakitkan.

    “Stryg…apa…?” tanpa Luna sadari badannya bergetar karena takut. Ia mulai terisak.

    “”DIAM ! DIAAAAM !!!!” Strygwyr tidak mau ragu-ragu lagi. Segera ia menusukkan cakarnya ke arah leher Luna dengan gerakan cepat !!!

    ”Nggh..!!!” Luna menutup matanya. Ia tidak berani melihat apa yang akan terjadi…


    DUESH


    “Ah…ah…” Luna takut-takut membuka matanya. Cakar Strygwyr tertancap di tanah, hanya terpaut beberapa milimeter dari leher Luna. “Stryg…a…apa…”

    Strygwyr terjerembab. Gemetar. Marah. Kesal. Sedih. Semua bercampur menjadi satu. “UAAAAAARGGGH !!!!!!” Dia berteriak sekuat tenaga, lalu terjatuh berlutut. Lemah. Tidak bertenaga.

    “Tidak…bisa…aku…” Strygwyr terbata-bata. Tidak mengerti akan apa yang ada dalam dirinya sendiri.

    Luna perlahan-lahan berdiri, lalu berjalan mendekati Strygwyr. Ia berlutut di dekatnya dan memegang bahunya dengan lembut. “…Stryg…kau…” Entah kenapa ia tidak lagi merasakan ketakutan yang tadi. Seketika ia memeluk Strygwyr.

    Kelembutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Strygwyr tidak mengerti, kepalanya tidak bisa dia ajak berpikir jernih. Dan iapun membalas pelukan Luna.

    Hal yang membuat Luna sendiri terheran-heran, kaget tidak menyangka. “Stryg…?” Ia merasa nyaman, merasa aman berada di pelukannya. “Ng…kau terlalu erat memelukku…”

    Strygwyr tersadar, dan seketika melepaskan pelukannya. “Ah ! Ah…aah…maafkan, aku…AWASSS !” Strygwyr mendorong Luna hingga terjatuh. Seketika dari tanah muncul 4 jala yang seketika menahan Strygwyr.

    “Stryg !!!” Belum sempat Luna membantunya, gebukan gada dari atas menjatuhkannya hingga tidak sadarkan diri. Pemilik gada itu tiada lain tiada bukan adalah Darkterror ! Dan disekeliling Strygwyr seketika muncul 4 makhluk yang dia kenali sebagai roh tanah di hutan itu…

    “Meepo ?!?” Strygwyr berteriak kaget. Seharusnya mereka netral, tidak memihak siapapun. Tapi kenapa…

    “Tapi kenapa mereka membantuku, hah ? Itu kan yang ada dalam benakmu ? Begini bos, Lich King telah meluaskan pengaruhnya. Dan dia menjanjikan berbagai hal, jauh lebih banyak daripada yang bisa kau dapatkan di dunia ini ! Siapa yang tidak tergiur oleh hal semacam itu ?” Darkterror tertawa puas melihat tampang marah Strygwyr. “Dan bukan cuma Meepo saja, Lich King telah merekrut berbagai kekuatan untuk mengalahkan Sentinel. Perang kemarin itu hanya main-main saja. Setelah ini, Sentinel akan hancur ! HAHAHAHA !!!”

    Strygwyr hanya bisa merengut marah, apalagi dengan 4 Meepo yang mengerumuninya dengan sekop terangkat, siap menggebuknya sampai mati.

    “Dan sekarang, karena kau terlalu pengecut untuk melakukannya, biar aku yang menjadi perpanjangan tanganmu…” Darkterror mengarahkan gadanya ke tubuh Luna. “Sekarang apa ya yang akan kulakukan padanya…”

    “JANGAN SENTUH DIA !!” Strygwyr melompat marah, begitu kuatnya hingga jala Meepo terkoyak. Tetapi Meepo segera menggebukinya (Meepo disini jamak loh karena semua mereka berempat (atau lebih) semuanya namanya Meepo T_T) hingga Strygwyr jatuh ke tanah.

    “Kasihan sekali…tapi baiklah, aku masih bermurah hati…kau tidak perlu menyaksikan kematian pacarmu ini…” Darkterror mendekati Strygwyr dengan senyum terkulum.

    “KAU !!!” Strygwyr berusaha bangkit, tetapi tenaganya hampir habis. Darkterror menginjak tubuhnya hingga membentur tanah.

    “Kelak kau akan berterimakasih padaku…” Darkterror menghantam kepala Strygwyr hingga pingsan.
    Dan Strygwyr kehilangan kesadaran, sementara Darkterror melangkah perlahan menuju Luna…

    “Si..al…” Matanya mulai berat. Tangannya mencoba menggapai, tetapi tidak dapat mencapainya. Dan Strygwyr pun jatuh. Tidak sadarkan diri lagi.

    Segalanya menjadi gelap…



    Demikianlah nasib Strygwyr yang malang…apakah yang akan terjadi ? Liat episode berikutnya…TUNGGU gw bohong. Baca trus >.<


    Apa yang terjadi selanjutnya ?

    Strygwyr membuka matanya dan melompat bangun. Di sekitarnya tidak ada siapa-siapa, tidak Darkterror, tidak Meepo, tidak juga…

    “LUNA !!!” teriaknya. Apakah Darkterror sudah membunuh dia…

    “Jangan berisik gw baru bangun tidur, kepala gw masih pusing,” Tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya. Strygywr kaget. Yang berbicara itu adalah sesosok armor biru yang terisi oleh…petir ?!?

    RAZOR the Lightning Revenant.

    “Kau….kau…RAZOR ?!?!”

    Razor menatap Strygwyr kosong. Seketika Strygwyr sadar kalau dia tidak lagi berada di hutan. Daerah sekitarnya berbatu-batu, dan angin kencang berhembus. Kiranya dia ada di atas suatu bukit. Razor muncul dari ceruk yang terletak di kaki bukit tersebut.

    Razor mendesah, “kasihan temanmu…dia…”

    “Temanku…? AH !!! DIMANA DIA !!!?!”

    “Di dalam sana…tapi sayang…dia sudah…” Razor menunjuk ke arah ceruk dengan sedih. Strygwyr segera berlari tanpa membiarkan Razor menyelesaikan kalimatnya.

    “LUNA !!!” Di dalam sana Strygwyr melihat Luna, tubuhnya terbaring di atas batu datar yang dialasi dedaunan. Dan dia…

    “Zzzzz…” Luna mendengkur. Strygwyr jatuh terjerembab berguling-guling sampai nabrak tembok trus guling ke belakang balik sampai tempat Razor. Ia cengkeram Razor di lehernya, kesetrum, trus ganti pegang armornya.
    “WOI APAAN DIA CUMA TIDUR, ***** !!!!” Strygwyr komat-kamit.

    “YA IYA EMANG GW TADI MO BILANG, SAYANG DIA SUDAH TIDUR !!! Lepaskan tanganmu ih, bau ah belom mandi !!” Razor menepis cengkraman Strygwyr.

    Strygwyr terduduk lemas, ketegangan yang menyelimutinya sejak tadi hilang lenyap. “…heeeeeh….apa yang terjadi…?”

    “Aku baru saja pulang dari pemandian air panas saat aku melihat kalian sedang menggilir cewek itu…jadi aku datang dan memberikan sedikit hukuman pada ka…”

    Strygwyr menggebuk Razor.

    “Ehem…maksudnya aku melihat kalian dalam bahaya dan segera kutolong. Karena kalian gak bangun-bangun makanya kubawa ke rumahku di sini.” Jawab Razor.

    Strygwyr masih megap-megap. “Kau Razor kan…Razor sang Lightning Revenant…kau legenda di kalangan Sentinel ataupun Scourge…Salah satu dari Hero yang ada sejak awal mula dunia.”

    Razor mendengus. “Ah cuma gosip. Umurku baru menginjak kepala 3 juta kok…”

    “Ampun dah emangnya umur planet ini berapa ???”

    “Bisa dicek dengan isotop O-18…cuman sayang gw gak bawa sekarang,” jawab Razor enteng.

    Razor menatap Strygwyr dalam-dalam. Yang bersangkutan bulu kuduknya berdiri. “Aaa…apa ???”

    “Ikut gw sini,” Razor melayang masuk ke ceruk, Strygwyr mengikutinya dengan malas.


    Di dalam…

    Ada AC, spring bed, sofa kapasitas 4 orang, TV LCD flat 21 inch…

    “WOI APAAN INI ?!?! EMANG JAMAN DOTA ADA GINIAN ???” Strygwyr sumpah serapah. Razor cuman angkat bahu enteng. “Ya itu kan keinginan pengarang. Gw bisa apa ?”

    Razor membuka pintu kayu berukuran raksasa diujung ruangan. Di dalamnya ada lagi ceruk berukuran lebih kecil, muat untuk satu orang saja. Ada juga suatu bongkahan batu yang diatasnya tertancap sebuah pedang kehijauan…
    “Angkat pedang itu,” perintah Razor.

    “Hah ?” Strygwyr melongo. Razor ngangguk-ngangguk mendorong ambil !! ambil !! perasaan Strygwyr agak gak enak. Bagaimana kalau ini jebakan ? Kalau dicabut nantinya ada batu 1000 kg turun dari atas…atau ribuan jarum beracun keluar dari dinding ceruk…

    “Ambil lah lama loe ! Kayak lagi rebutan Aegis aja !!” Razor menyetrum Strygwyr dan mendorongnya masuk.

    Tangan Strygwyr menggenggam gagang pedang secara tidak sengaja.

    “AH TERSERAHLAH !!!” Strygwyr mencabut pedang itu sekuat tenaga dan…!!!

    Tidak tercabut tuh.

    “…hah ??” Strygwyr mencoba lagi, kali ini lebih kuat. Sampai mukanya biru juga gak bisa.

    “…begitu…kau juga tidak mampu…” Razor mendesah. “Tidak apa-apa, aku pasti akan menemukan orang lain yang mampu…” Ia melayang keluar dengan raut muka sedih dan lelah. Meninggalkan Strygwyr yang masih bingung ini pedang di lem pake apaan sampe sekuat ini.

    Karena Luna masih ngorok dengan nyamannya, Strygwyr berjalan ke pinggir lereng bukit. Di sana Razor sedang melayang menikmati pemandangan hutan di bawahnya. Strygywr memilih duduk di samping Razor.

    “Aku ini memegang janji untuk menjaga pedang itu,” kata Razor. “Sudah 2 juta tahun belum ada satupun yang bisa mengambilnya.”

    “…Sante lah umur loe masih panjang…” Strygwyr capek memikirkan 2 juta tahun itu seberapa lama…


    Saat bangun pagi berikutnya, Strygwyr melihat Luna sedang bercakap-cakap dengan Razor.

    “Salah, kalo masukin kentang itu harus dipotong-potong membujur dulu…”

    “Oh begitu…” Luna sedang diajari Razor cara memasak sup yang enak. Strygwyr bengong. Razor yang menyedihkan, sekian juta tahun tinggal sendirian sampai-sampai jago masak…tapi ngomong-ngomong siapa yang makan masakannya ? Raijin aja makan batere, masa Razor yang petir beneran makan makanan kayak gini ?

    “Stryq, supnya sudah matang~” Luna mengambil semangkok sup dan memberikannya pada Strygwyr. Sebenarnya dia lebih suka meminum darah, tapi karena sudah lapar dan pusing karena anemia, dimakan juga lah sup itu.
    Enak juga ternyata.

    “Jadi apa yang akan kalian lakukan setelah ini ?” Razor bertanya memecahkan keheningan (yang gak hening-hening banget soalnya Razor sama Strygwyr makannya kayak orang barbar…TUNGGU, RAZOR BISA MAKAN ??)

    Strygwyr melirik Luna. “Kami akan pergi ke selatan. Mungkin sebaiknya kami berangkat siang ini agar segera sampai…JANGAN PANDANGI AKU DENGAN MATA ANAK ****** BEGITU !!!” mata Razor berkaca-kaca, berkata jangan pergi…jangan pergi…temani aku…temani aku…

    “Aku kesepian di sini sendiri…huhuhu…” Razor menangis…TUNGGU, RAZOR BISA NANGIS ???

    “Bagaimana kalau kakak ikut kami saja ?” tanya Luna.

    Razor menggeleng. “Tidak tidak, aku masih harus menunggu orang yang bisa mengambil pedang ini…tidak, aku belum bisa pergi…”

    “Ya sudah nanti aku minta Raijin main ke sini biar kakak tidak sendirian lagi,” Luna tersenyum. Razor mengangguk senang. Sesama petir memang bisa mengerti satu sama lain…


    “Kami pergi dulu kakak~” Luna melambaikan tangannya sambil berjalan menjauh. Dibalas dengan lambaian tongkat oleh Razor. Ia menatap mereka berdua dengan sedih saat mereka berjalan menjauh.

    “Haaah…sekarang aku sendirian lagi…” Razor melayang perlahan menuju guanya, berpikir untuk beristirahat kembali…

    CHRONOSPHERE


    Strygwyr menegang. Bau yang sudah ia kenal dan benci, tercium lagi olehnya.

    “Stryg ? Apa yang terjadi…?” Luna bertanya dengan cemas, melihat Strygwyr diam gemetar seperti kena setrum. Baunya tercium dari arah belakang mereka, dari tempat Razor…ia tidak mau mengambil resiko melawannya sekarang, hanya mencari mati saja. Langkah terbaik adalah lari sekarang sebelum semuanya terlambat.

    “Tidak apa-apa…ayo…” Strygwyr kembali melangkah menembus hutan. Luna mengikutinya dengan kecemasan yang makin bertambah…


    Darkterror terdorong mundur terkena Plasma Field Razor. Dia melompat tepat sebelum Plasma Field berikutnya mengenainya.

    “Tidak sia-sia kau disebut-sebut sebagai salah satu dari 3 Ancient…kekuatanmu luar biasa !” Darkterror berkata dengan pongah.

    “Kembalilah. Aku bisa melihat kalau Dia tidak akan memilihmu sebagai pemegangNya.”

    “Bukan pedang bodoh itu yang kuincar…tapi…” Darkterror menunjuk ke arah tongkat Razor. “Itu.” Dia tersenyum bengis.

    “…Jadi kau tahu…” Tongkat Razor seketika bersinar, bagian terluarnya terlepas dan terlihatlah bentuk aslinya, sebuah palu dengan petir menyambar di sekitarnya. “Atas nama Mjolnir, akan kuhabisi kau !”

    “Heh. MEMANG BISA ?!?” Darkterror melompat ke sebelah Razor dan memukulnya dengan keras. Bash-nya kena telak. Tetapi Dia terpukul mundur oleh petir yang keluar dari Mjolnir. Static Charge yang akan menyetrum semua orang yang memukul penggunanya ternyata memang ada !

    “Aku dan Mjolnir adalah satu…kami tidak akan terkalahkan oleh orang sepertimu…” Razor mendekat perlahan. Mimik wajahnya berubah serius.

    “Huh…HEA !” Darkterror kembali menggunakan Chronosphere. Tetapi tepat sebelum terbekukan, Razor menggunakan Static Link ke arah Darkterror. Serangan Darkterror mengenai Razor dengan telak ! Tetapi serangannya hanya terasa geli di tubuh Razor.

    “Ap…??” Durasi Chronosphere habis. Razor segera menyetrum balik Darkterror dengan kekuatan yang sangat besar ! “AARGH !!! APA ?!? BAGAIMANA…”

    “Static Link memungkinkanku menyedot kekuatanmu…semakin kuat kau, maka semakin kuat pula aku…menyerah sajalah…” Razor bersiap mengeluarkan serangan terakhir ke arah Darkterror…

    BRAK dari dalam tanah keluarlah 4 Meepo yang segera menggunakan Poof ! “AARRGH !!!” Razor terjatuh ke tanah. Damage dari Poof kuat sekali, membuat Razor sekarat.

    “MUHAHAHAH !!!! Sejak awal aku tidak mengatakan kalau ini duel satu-lawan-satu, dasar bodoh ! Sekuat apapun kau, tidak mungkin kuat sendirian !” Darkterror tertawa bengis, dan melompat menerjang Razor…

    …yang disambut oleh tonjokan Strygwyr telak di mukanya.

    “ARRGH ! …KAU LAGI !!!!” Darkterror terjatuh ke tanah. Strygwyr menggeram. “Ya…ini aku !” Luna berlari ke arah Razor dan membantunya berdiri. Luka Razor akibat Poof sangat berat, Salep Penyembuh tidak bisa menyembuhkannya dengan tuntas.

    “Tidak apa-apa Luna, aku masih bisa…” Razor bangkit berdiri biarpun Luna melarangnya. Darkterror tersenyum. “…Pecundang, wanita bodoh, dan ancient yang terluka…siapa dulu ya…” ia menjilat gada yang dipegangnya. Strygwyr balas menggeram.

    Dan melompat langsung ke arah Darkterror. Hampir saja Darkterror menggebuknya saat ia menyadari di sekeliling Strygwyr ada Static Charge ! Pukulan Strygwyr kembali bersarang di mukanya.

    “Kau yang bilang sendiri, ini bukan duel satu-lawan-satu !” Razor bergegas menyerang Darkterror, Meepo mengerumuninya tapi segera dipukul mundur oleh Plasma Field dan Static Charge. Petir Razor sukses menyambar Darkterror yang diikuti gebukan demi gebukan oleh Strygwyr.

    CHRONOSPHERE !

    Darkterror melompat ke arah hutan, dan para Meepo melemparkan jalanya ke arah Razor dan Strygwyr. “UGH !” Strygwyr dan Razor tidak bisa bergerak, dan salah satu Meepo berlari ke arah mereka…

    POOOOOOOOF !!!!

    4 kali Poof kembali bersarang ke arah mereka, melukai Strygwyr gila-gilaan karena ia berusaha melindungi Razor.
    “Strygwyr !” Razor berusaha menyerang kembali, tetapi para Meepo melompat dan menjatuhkannya. Di saat itu Darkterror melompat masuk kembali ke pertarungan, dan tepat berada di depan Strygwyr.

    Ia tersenyum. “Senang ? MAKAN INI !” Sebelum Razor bisa memberikan Static Charge, Darkterror balas menggebuk Strygwyr dengan gadanya, tepat di mukanya. Strygwyr terlontar jauh masuk ke dalam gua.

    “STRYG !!!” Razor dan Luna berteriak bersamaan. Luna segera melemparkan glaive-nya yang menjatuhkan para Meepo. Razor mengeluarkan Plasma Fieldnya, tetapi Darkterror melompat menghindari Plasma Field dan menggebuk Razor telak mengenai Bash.

    “Meepo ! Tahan wanita itu ! Biar kuatasi ini…” Darkterror mengenakan Mask of Madnessnya, kecepatan serangannya naik drastis sehingga Razor tidak sempat menyerang balik karena kena Bash terus.

    “Kakak Razor !” Luna mencoba membantu Razor tetapi para Meepo mengerumuninya. “PERGI ! ECLIPSE !!!” Tiang-tiang cahaya jatuh ke arah para Meepo, tetapi karena jumlah mereka yang banyak, serangannya tidak bisa membunuh mereka. Salah satu Meepo menggunakan Mekansm sehingga mereka kembali pulih.

    “Eh…LUCENT ! LUCENT !” Luna tidak tahu harus menyerang siapa, mereka semua menyerang bersamaan. Salah satu dari mereka melemparkan jala ke arahnya sehingga ia tidak bisa lari.

    “LUN…!!!” Razor mencoba membantu Luna, tetapi Darkterror menangkapnya dan melemparkannya ke tanah, memitingnya dan menggebukinya dengan gada…


    Strygwyr berada di antara hidup dan mati…ia bisa merasakan darahnya keluar deras dari kepalanya…kematian sudah dekat di dekatnya…

    Seketika ia merasakan suatu panggilan di depannya…tubuhnya merangkak tanpa ia sadari, menuju ke arah panggilan itu. Sekitarnya menjadi terang, terasa menyejukkan jiwa. Pedang…ia sepertinya ingat pedang itu…terasa memanggil…

    Ia menggenggam gagang pedang dan berdiri perlahan. Darah yang terus mengucur membuat pikirannya kabur. Ia ingat dengan segalanya dalam hidupnya. Darah yang mengucuri dirinya saat kecil…kematian orang-orang di dekatnya…buruannya…Lich King…

    Luna…

    Pikirannya menjadi jernih, dirinya dipenuhi dengan kehidupan. Tangannya mengangkat gagang pedang perlahan…semakin cepat…hingga pedang itu tercabut dari batu !

    Sensasi berikutnya begitu kuat : bagai angin badai, terhembus di sekelilingnya. Genggamannya menguat tanpa ia sadari. Huruf bersinar mulai muncul di tembok di depannya, terukir dalam bahasa kuno bangsa Elves, yang entah kenapa dapat ia mengerti.

    Huruf itu adalah BUTTERFLY.


    Para Meepo menggebuki Luna dengan sekop mereka. Razor berusaha menolong tetapi Darkterror tidak membiarkannya bergerak sedikitpun.

    “Heh. Tidak terlalu kuat lagi ya ?? BERIKAN !” Darkterror menggenggam paksa Mjolnir, mencoba menariknya. Setruman yang kuat segera mengaliri tangan Darkterror.

    “Percuma…Mjolnir hanya bisa dipegang oleh orang yang ia pilih……APA !??!” Setruman itu perlahan melemah, sampai akhirnya Darkterror menarik Mjolnir dari tangan Razor dengan mudahnya.

    “Apa ini artinya aku terpilih ?”

    “TI…TIDAK MUNGKIN !!!!!” Razor berteriak saat Darkterror mengarahkan Mjolnir ke arah jantungnya, dan menusukkannya tepat melewati armor-nya.

    BRESHHH

    Luna tidak sanggup melihat saat Mjolnir bersarang di tubuh Razor. Petir-petir menyambar keluar dari tubuhnya yang bergetar kencang. Lengkingan yang menyakitkan telinga terdengar hingga jauh dari tempat itu. Kemudian sunyi.
    Razor sang Lightning Revenant telah tumbang.

    “…!!!” Luna terdiam. Sekelilingnya seakan menjadi gelap gulita. Para Meepo kembali mengerumuninya. “PERGI KALIAN !!!” Dalam amarahnya Luna kembali mengeluarkan Eclipse yang menghajar Meepo-Meepo tersebut.

    “GRRRRRKK!!!” Meepo-Meepo itu sepertinya marah karena terkena Eclipse. Salah satu dari mereka kembali melemparkan jala dan bersiap mengayunkan sekopnya…

    …Saat tiba-tiba Strygwyr muncul dan menusuknya tepat di jantungnya.

    Meepo-Meepo lain terpaku diam saat temannya tertusuk oleh pedang Strygwyr. Meepo itu jatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi.

    Mati.

    Meepo lain bergerak ke arah Strygwyr, tetapi sebelum bisa mengenainya, Strygwyr telah berada di sampingnya dan menusuknya dengan pedang. Dengan sabetan yang secepat kilat ia memutar dan menebas Meepo kedua dan ketiga. Mereka semua mati seketika.

    Darkterror menatap pedang di tangan Strygwyr dengan tatapan dengki, “Pedang itu…itu…!!!” Ia gentar. Para Meepo telah mati. Maka betul itu adalah Pedang sungguhan…

    “Butterfly…” Strygwyr menggeram. Genggamannya menguat. Sedetik kemudian ia telah berlari ke arah Darkterror dengan pedang terhunus. Di balas oleh Darkterror dengan Mjolnir. Kedua senjata itu berbenturan dan membuat kedua satria Scourge itu terhempas mundur.

    Strygwyr kembali maju dan mengayunkan Butterfly menebas Darkterror, tapi dihindari dengan mudah. Darkterror balas menyerang dengan Mjolnir…yang tiba-tiba dihindari oleh Strygwyr !

    “Dihindari ?!?” Belum habis kagetnya, tebasan kedua Butterfly segera bersarang ke tubuh Darkterror, menjatuhkannya.

    “Grrh!!” Darkterror melompat kabur, hingga ia sadar bahwa darah keluar dari tubuhnya. Strygwyr telah menggunakan Rupture sehingga Darkterror tidak bisa kabur ! Darkterror terpaksa berhenti, sementara Strygwyr langsung menghunuskan pedangnya menuju Darkterror. Kecepatan serang Strygwyr meningkat drastis, bahkan mampu menyaingi Mask of Madness milik Darkterror !

    CHRONOSPHERE !!! Seketika Strygwyr berhenti bergerak. Efek Rupture telah hilang dari tubuhnya, maka Darkterror mendekati Strygwyr dan menggebuknya sekuat tenaga !!! Dihindari lagi !

    “Apa ?!? Kau bisa bergerak di dalam Chronosphere-ku ?!?” gebukan demi gebukan Darkterror dihindari oleh Strygwyr. Chronospherepun hilang, dan Strygwyr balas menyerang Darkterror. Senjata mereka kembali berbenturan dan mementalkan mereka.

    “GRRRAAAAAA!!!!” Strygwyr mengaktifkan Bloodrage. Dari tubuhnya desiran angin berubah warna menjadi memerah. Matanya menjadi ganas.

    “HEAAAAAA !!!!” Darkterror mengaktifkan Mask of Madness dan Static Charge. Dan mereka kembali berbenturan. Kekuatan lawan kekuatan. Kecepatan lawan kecepatan. Saling menghindar. Saling menyerang. Hingga aduan keduanya menghasilkan ledakan yang menghempaskan mereka berdua !

    Strygwyr dan Darkterror terlempar jauh. Tenaga keduanya terkuras habis. “Haah..hahh..hahh…ugh…” luka yang diderita Strygwyr dari serangan Darkterror sebelumnya kembali terasa. Darkterror sepertinya masih di atas angin. Ia bangkit berdiri perlahan…

    “LUCENT !” Luna menyerang Darkterror dengan Lucent Beamnya, menjatuhkan Darkterror hingga terjerembab. Keadaan tidak seimbang lagi. Darkterror segera melompat kabur sebelum Luna bisa menggunakan Lucent untuk kedua kalinya.

    “Tunggu !! Ugh…” Strygwyr mengejar Darkterror, tapi tidak bisa karena lukanya mengahalangi.

    “Stryg !” Luna bangkit lalu berlari ke arah Strygwyr. Ia mengobati lukanya dengan Salep Penyembuh. “Stryg…syukurlah kau masih hidup…”

    “…ya…” Strygwyr menggeram karena sakit. Darkterror telah lolos dari tangannya. Hal itu membuatnya marah.

    “…!” mereka berdua tiba-tiba teringat akan Razor. Sepercik kilat masih bertahan di dalam armor-nya.

    “Kakak Razor ! Bertahanlah…” Luna memeluk Razor, tetapi kilatan petir keluar makin cepat saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya. Tangan Luna gemetar. Strygwyr memegang tangannya, mencoba menenangkannya.

    “Tidak..apa-apa…ini sudah saatnya…” Razor menatap Strygwyr. “Aku sudah tahu…kalau kaulah yang akan terpilih…pedang itu…adalah pedang yang akan merubah dunia…dunia kita…aku percayakan padamu…masa depan dunia ini…” Perlahan kilatan itu memudar, lalu menghilang. Armor Razor jatuh berkelontangan di tanah.

    “…” Luna melepaskan genggamannya. Dia terisak.

    “…lepaskan saja…” Strygwyr berkata padanya. Luna memeluk Strygywr dan menangis kencang. Suaranya menyayat hati Strygwyr.

    Razor the Lightning Revenant telah tiada.


    Strygwyr meletakkan helm Razor didepan makamnya. Helm yang selalu dikenakannya, yang menjadi penentu dimana kepalanya berada. Luna berdoa di depan makam Razor. Kemudian ia berdiri dan melangkah pergi. Air mata masih menggenang di matanya. Strygwyr ingin menghiburnya, tapi Luna menggeleng dan menghapus air matanya. “Tidak apa-apa…Aku tidak apa-apa…” Ia tersenyum pada Strygwyr dan kembali berlalu.

    Strygwyr memandang ke arah Butterfly. Peninggalan Razor satu-satunya. Dan membakar amarahnya dengan dendam terhadap Darkterror. Ia bersumpah akan membunuhnya, atas nama Razor…



    Strygwyr yang telah mendapatkan kekuatan yang sekarang dapat mengimbangi Darkterror, meskipun harus dibayar dengan nyawa Razor yang gagah berani. Chapter terlama di sepanjang cerita inipun habis di sini. Selanjutnya apa yang akan terjadi ya ? dalangnya bingung :P

  12. #11

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    41
    Points
    101.30
    Thanks: 5 / 0 / 0

    Default

    koq chapter 5 ma 6 ga nyambunk ?
    btw naiz story. . .

  13. #12

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre VII : Oath

    Davion tersadar. Ingatannya kabur. Sasat terakhir yang dia ingat, sesuatu menusuknya dari belakang, menyerap tenaganya sedikit demi sedikit…kemudian…

    “Ah, kau sudah sadar,” sebuah suara terdengar dari sebelahnya. Davion terlonjak kaget. Seorang Succubus duduk di sebelahnya. Tidak lagi…Davion sudah muak dengan semua ini.

    “Pergi kau ! Kau…kau…” Davion mencoba menarik pedangnya, tapi dia tidak bisa. “Pedangku…dimana ?”

    “Kau mencari ini ?” Succubus itu mengeluarkan sebilah pedang dari belakangnya. Pedang milik Davion !

    “Be…berikan…” Davion mencoba menggapai pedangnya, tapi badannya terayun gontai. Succubus itu menangkapnya sebelum ia jatuh terjerembab.

    “Akan kuberikan padamu kalau kau bisa tenang sedikit. Sekarang jangan bergerak dulu, lukamu belum sembuh betul,” Succubus itu mengeluarkan Salep Penyembuh dan mengoleskannya di tubuh Davion.

    “Uh…” Davion bersandar ke pohon di belakangnya. Ingatannya mulai kembali terang. Para makhluk aneh…serangan dari teman-temannya…Banshee yang dia temui di hutan…dan…

    Davion tiba-tiba bangun, hingga Succubus itu terjatuh karena kaget. “D…D…DIVINE RAPIER..!?!?” Davion meraba-raba pinggangnya dengan panik. Tangannya menyentuh gagang Divine Rapier yang masih tersangkut dengan aman di pinggangnya.

    “Heeeeeeeh….” Davion menghembuskan nafas lega, dan kembali terduduk lemas.

    “Sudah kubilang jangan banyak bergerak…dasar laki-laki,” Succubus itu menggeleng heran. “…untunglah mereka belum mengambil Divine Rapier itu…kupikir kau sudah mati.”

    “Oh…yeah…untung…” dia kembali meraba Divine Rapiernya. Senjata ini bakal membawa masalah besar…dijamin seluruh dunia akan mengejar-ngejar dia untuk mendapatkan ini. Siapa sih yang tidak mau mendapatkan Divine Rapier ? bahkan Rikimaru yang mengaku temannya saja tergoda untuk mendapatkan ini…Tidak. Davion tidak bisa mempercayai siapapun. Semua orang pasti akan membunuhnya demi senjata satu ini…

    Davion menatap Succubus itu dengan muka bengong. Baru sadar kalau Succubus itu ada di sebelahnya.

    “Hmm ?” Succubus itu balas menatap dengan bingung.

    Sontak Davion lompat kaget, trus ngibrit lari. Gawat banget kalau Divine Rapiernya diambil dengan alasan sudah menyembuhkan dia ?!? Davion belum mau mati. Mending dibilang gak sopan daripada mati deh…

    Belum jauh dia berlari, Succubus itu sudah Blink di atasnya dan jatuh menimpa dia. Davion jadi tidak bisa bergerak.
    “Aduh…berat banget…eh ? AAAA !!! TUNGGUTUNGGUTUNGGU !!!”

    Davion melemparkan Succubus itu dan kembali lari, tapi jalannya terhalang oleh pepohonan dan semak belukar. Sementara Succubus itu berjalan makin mendekatinya…

    “AAAA….AKU MOHON JANGAN !!! AKAN KUBERIKAN APAPUN ASAL BUKAN DIVINE RAPIER INI !!!!” Davion berlutut memohon-mohon, tapi Succubus itu tidak mau berhenti. “TOLONG…AKU BELUM MAU MATI…AAA JANGAAAN !!!!”

    “Ngoceh apaan sih aku gak ngerti !” Succubus itu menampar Davion. “Tenang dulu coba bisa gak ???”

    “HAAH…hah…hah ?” Davion jatuh lemas. “Kau…tidak mau mengambil Divine Rapier ini…?”

    “Ya nggak lah, ngapain pula aku mengambilnya ?”

    “Hooooh…” Selamet….selamet….”terima kasih…kita memang baru pertama kali bertemu…tapi ternyata masih ada orang baik di dunia ini biarpun anggota Scourge kan ? Budi baik ini akan kubawa selamany…”

    “Haah baru ketemu ? Kepalamu gak beres gara-gara ditampar ya ??” Succubus itu kembali menampar Davion bolak-balik kemudian mendekatkan mukanya ke muka Davion. “Ini aku. Aku ! Masa lupa ?”

    Muka Davion memerah. Bibir mereka hampir bertemu. Sontak dia memalingkan muka. “Ng…kamu…wah maaf sumpah gw lupa.”

    “Eswete dah,” Succubus itu melepaskan cengkeramannya hingga Davion kembali jatuh ke tanah. “Ini aku…kau benar-benar tidak ingat ya…aku yang memberi Divine Rapier itu padamu.”

    “Hah ?” Davion mengingat-ingat lagi…Divine Rapier ini diberikan oleh seorang Banshee yang dia temui di hutan…
    Banshee…
    Succubus…
    Banshee…
    Succubus…
    BansheeSuccubusBansheeSuccubusBansheeSuccubusBansh eeSuccubusBansheeSuccubusBansheeSuccubusBansheeSuc cubus BansheeSuccubus BansheeSuccubus…
    Asap mulai keluar dari kepala Davion…hingga akhirnya otaknya nyambung. “Ka…KAU !??!!”

    “Yep,” Succubus itu tertawa.

    “TIDAK MUNGKIN !!! KAU HILANG DI SUNGAI WAKTU ITU…”

    “Iya, gara-gara kamu,” Succubus itu cemberut. “Kacau sekali sih masa seorang ksatria jatuh dari tebing.”
    “AAAAA…gak ngerti ah,” data yang masuk ke otaknya sudah overload, bisa overheat (padahal kalo overload tinggal panggil Raijin aja biar dikeluarin pake skill 3 nya).

    “Jadi saat itu aku terbawa oleh sungai lebih jauh darimu, hingga akhirnya aku mencapai perkemahan Succubus. Saat itu aku hampir mati, untungnya aku bisa memasuki salah satu Succubus yang ada di situ,” Dia merentangkan tangannya dan berputar di tempat. “Yah beginilah jadinya diriku…”

    “Ooh…” Davion bengong ngeliat buah dadanya yang besar menonjol keluar.

    “LIAT APAAN SIH ?” Succubus itu menempeleng Davion

    “Maaf maaf…” Davion berusaha bangkit biarpun badannya sakit setelah digebuk + ditampar + ditempeleng berkali-kali. Nih cewek satu sadis banget…”Jadi…kenapa kau kembali ke sini…?”

    “Yah aku mencarimu. Soalnya kalau Divine Rapier itu gagal dikirim kepada orang itu…” Succubus itu menundukkan kepalanya, “aku juga akan mati…”

    “Alah alah…jadi kita senasib toh…” Davion menatap Divine Rapiernya nyinyir. Senjata ini membawa masalah saja.

    “Jadi sekarang aku terikat padamu…aku tidak boleh membiarkanmu gagal…lagipula aku gak tahan ngeliat kelakuan bodohmu.”

    “Apa bodoh ?!? Jangan sembarangan !”

    “Yang kalah dari makhluk-makhluk aneh itu siapa ya ? Yang dikejar-kejar temannya sendiri itu siapa ya ??” Succubus itu maju menantang Davion. Davion cuma bisa mundur karena malu soalnya itu kenyataan…

    “Ya…ya itukan kesalahan teknis…” Davion nyengir. “Lagian gimana caramu mengalahkan makhluk-makhluk itu coba ?!?! Mereka kan banyak sekali !”

    “Ng…gini,” Succubus itu berteriak kencang. Davion langsung pingsan mendengarnya. “Gitu. Jadi…Dav ? Dav ???”


    ---10 menit kemudian---


    “Haaaaahh…apaan sih tadi…?” Davion terbangun dengan kepala masih sakit kayak abis digebuk pentungannya Ogre Magi.

    “Kemampuanku yang kudapat setelah memasuki tubuh Succubus ini. Sepertinya Succubus ini punya kemampuan yang tinggi…ehehe menyenangkan juga,” Ia mengambil sebilah pisau dari tas kecil di pinggangnya dan melemparkannya ke pohon terdekat. Seketika pohon itu mati.

    “…Racun…” Davion melongo.

    “Yap. Racun yang lumayan kuat juga,” Succubus itu mengayun-ayunkan pisaunya.

    “AWAS JANGAN KENA GW !!! Davion melompat mundur.

    “Iya iya…” Ia memasukkan pisau-pisaunya kembali. “Jadi…sekarang kita kemana ?”

    “Hah ?” Davion bingung.

    “Ya kemana ? Kau mau tinggal di hutan ini terus ? Kita harus mencari orang itu.”

    Davion mendengus. “Masalahnya aku bahkan tidak tahu di mana dia berada…kupikir lebih baik aku mencari cara menghilangkan Demon’s Oath ini saja ! Hal ini hanya menyusahkanku saja !” Davion merenggut Divine Rapier dengan kasar lalu membuangnya di tanah. “Aku tidak mau hidupku hancur cuma karena ini !”

    “Eh bung, aku tidak mau mati gara-gara masalahmu itu !” Succubus itu membentak Davion. “Pokoknya kau harus mencari orang itu ! Kalau tidak kita akan mati !”

    “Bagaimana aku bisa mencarinya kalau menyebut namanya saja aku tidak boleh ?!? Lagipula aku dikejar-kejar seluruh dunia !!!! Gimana bisa hah !??!?! Semua ini gara-gara kau !!!” Davion balas membentak Succubus itu. “KAU DAN BENDA BODOH INI !” Ia menginjak Divine Rapier dengan marah.

    “…!!! Kau…kau…!!!”

    “Apa hah ? AKU APA ?!?” Davion berteriak keras.

    “Kau…KAU BODOH !!! HARUSNYA AKU TIDAK MEMPERCAYAIMU DARI AWAL !!!”

    “YA ! HARUSNYA KAU TIDAK MEMBERIKAN BENDA INI PADAKU !!!”

    “K…K…” Davion terdiam. Mata Succubus itu tergenangi air mata. “…K…KAU BODOH !! AKU BENCI KAU !!!” Dan ia menempeleng Davion lagi sekuat tenaga hingga terlontar jauh kurang lebih 10 meter. Succubus itu lalu langsung Blink pergi.

    “Ah…” Davion bangun dan mengangkat Divine Rapier itu. “…aku melakukan hal bodoh ya…” ia tertunduk lesu. Tidak semestinya ia menumpahkan kekesalannya pada si Succubus. Meskipun begitu dia masih tidak tahu harus melakukan apa. Demon’s Oath tidak semudah itu bisa dihancurkan. Hanya dengan membunuh orang pertama yang memulainyalah yang bisa menghilangkan pengaruhnya. Tapi dia tidak tahu siapa. Sementara dia juga tidak bisa meminta bantuan para penyihir di markas, bisa mati dicabik-cabik dia (gara-gara pada rebutan Divine Rapier).

    “Kemana aku harus pergi sekarang…” Davion bingung. Pusing. Tapi dia tahu dia tidak bisa diam saja. Para Scourge juga pasti sekarang mengincar dirinya. Tiba-tiba ia teringat pada Cairne. “Markas Tauren ! Cairne pasti mengerti mengenai sihir kuno seperti Demon’s Oath ini ! Lagipula Tauren tidak pernah tertarik pada kekuatan secara berlebihan…mereka pasti mau membantuku !”

    Davion segera beranjak pergi dan melangkah menembus hutan. “Jadi…kembali ke selatan ya…haaah…rasanya sudah bertahun-tahun padahal baru 2 hari yang lalu…”

    Maka dimulailah perjalanan Davion kembali ke Selatan, ke daerah para Tauren. Bukan hal yang mudah karena ia sekarang ada di daerah perbatasan antara Sentinel dan Scourge. Banyak monster yang mengancam kedua belah pihak berkumpul di sini karena kurangnya pengawas. (Lagian gimana mo ngawasin wong tiap ketemu musuh saling baku hantam sampai mati ?)

    Benar saja baru sedikit melangkah, Davion sudah bertemu dengan Badak-badak petir liar yang menerjangnya. Dengan semburan nafas apinya Davion menghabisi mereka dengan mudah. Di depannya sekarang membentang rawa-rawa gelap yang jarang dilalui oleh Sentinel dan bahkan Scourge sekalipun.

    Davion merasa seakan mata-mata mengawasinya dari kejauhan, tapi itu mungkin karena gelapnya rawa dan perasaan tidak amannya karena memegang Divine Rapier. Ia memutuskan untuk terus maju tanpa berhenti. Tetapi perasaan itu semakin kuat…

    BLASSSH !!! Dari air keluarlah berbagai makhluk yang dulu menerjangnya. Davion mengamati mereka lebih dekat, dan ia baru teringat akan nama mereka. “MURLOCK !!! Makhluk yang menguasai rawa-rawa ! Sial !!!” Davion menghunus pedangnya, dan menyembur mereka dengan apinya. Tetapi air rawa menghalangi apinya membakar mereka. Para Murlock masuk ke air dan meluncur ke arah Davion, menabrak-nabrak dia seperti torpedo. Davion sendiri membalas dengan tukikan bertubi-tubi ala Sena Kobayakawa, membuat mereka bukannya menabrak Davion malah nabrak teman sendiri. Belum lewat 10 menit sudah 20 Murlock tumbang.

    “Hah…mudah sekali…HM ?!?” Dari depannya muncullah Murlock-murlock merah yang besar, yang sepertinya mengawal sebuah sosok…Seekor Murlock berwarna hitam ! Samar-samar Davion ingat kalau Murlock itulah yang dulu menusuknya dari belakang.

    “KAU !!! JADI KAU PEMIMPIN MEREKA YA ?!?” Davion menyiapkan pedang dan perisainya. Kedua Murlock merah menyerang Davion dengan geraman, tapi Davion menggebuk salah satunya dengan perisainya hingga STUN dan menusuk yang satunya kemudian mengayunnya ke arah temannya. Keduanya tumbang ke air dengan bunyi gedebum keras.

    “GRNMGR !!!” Murlock hitam itu melompat menerjang Davion, tapi kali ini Davion sudah siap. Sebelum dia bisa menghisap kekuatannya, Davion segera menaikkan perisainya dan menggebuknya !!! Sukses menjatuhkannya di tanah, Davion segera menusuknya dengan pedang…

    BLES !!! Tiba-tiba dia hilang ! “A…APA ?!?” Davion melihat di sekitarnya. Murlock itu hilang ! Tidak mungkin hal itu bisa terjadi…tetapi kenyataannya Davion tidak bisa menemukannya di manapun, tidak di dalam air maupun di permukaan rawa.

    “Apa ini…” Davion mendengar suara di belakangnya, dan sebuah lingkaran hitam yang mendekatinya…Dan dia seketika sadar kalau itulah sang Murlock ! “AAARRGGHH !!!” Murlock itu melompat dan menempelkan semacam cairan keunguan ke tubuh Davion. Davion tidak bisa lari menjauh darinya.

    “…Manusia bodoh…kau tidak bisa lari dari Slark…” Murlock itu berbicara…MURLOCK ITU BERBICARA !!!

    “Kau…bukan Murlock biasa ?!?!! Apa yang terjadi…” Pisau Slark menusuk Davion dengan tepat, dan Davion kembali merasakan sensasi saat energinya terhisap perlahan…

    “DIviNe RaPIeR…” Slark bergumam tidak jelas. Tangannya meraih Divine Rapier di pinggang Davion…
    Tiba-tiba terdengar jeritan keras yang mengagetkannya. Slark terjatuh ke air. Davion terbebas dari ikatannya dan segera melompat mundur. Ia menengok ke belakang…Succubus itu telah kembali !

    “Ka...kau…”

    “…Aku cuma tidak ingin mati ! Aku tidak bermaksud menolongmu !” Succubus itu mendengus.

    “Ha…haha…AWAS !!!” Dari belakang Slark kembali melompat dan menusuk Succubus itu. Davion berteriak garang dan menggebuk Slark dengan perisainya. Kemarahannya menggelegak…dan seketika dia berubah menjadi Naga Biru ! Davion mengangkat Succubus itu dan menyembur rawa dengan nafas esnya. Seluruh air di rawa membeku seketika. Semburannya mengenai Slark, membuatnya lelet.

    “MATiLaH KaU !!!” Davion kembali menyemburkan nafas esnya, tetapi Slark segera menghilang kembali di balik bayangan dan kabur secepat kilat. Bahkan dari udara Davion tidak bisa menemukannya…


    Davion menurunkan Succubus itu dan berubah kembali ke bentuk manusianya. Mereka saling berpandangan, tapi Succubus itu lalu memalingkan wajahnya. Davion tertunduk.

    “Dengar..aku…ng…aku….” Davion terbata-bata. Lidahnya tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang tepat.

    “…Apa…?”

    “Aku…aku….ARRGH !!!!” Davion berlutut dan memukul-mukulkan kepalanya ke tanah. “AKU MINTA MAAF !! AKU TIDAK BERMAKSUD MARAH-MARAH PADAMU…”

    Succubus itu tertawa, “Iya iya sudah…hentikan sebelum kepala bodohmu itu makin **** gara-gara kau hantam ke tanah…”

    Davion bangkit berdiri dan mengelus Divine Rapiernya. “Jadi…sepertinya Murlock itu mengincar pedang ini ya…”

    “Hmm hmm…” Succubus itu terdiam.

    “…Jadi kau akan ikut denganku ?” Davion bertanya malu-malu.

    “Yap, betul,” Succubus itu tersenyum. Ia mencoba menatap Davion tapi yang bersangkutan menghindar terus. “Kau kenapa ? Malu ya…ehehe~”

    “Ti…Tidak !!” balas Davion secepat kilat. Mukanya memerah seperti balon. “Ayolah berangkat ke Selatan, ke tempat para Tauren,…ng…siapa namamu ?”

    “Nama…?” Succubus itu terdiam sejenak. “…saat aku masih seorang Banshee, aku dipanggil dengan sebutan Akasha…”

    “Akasha ya…” Davion mengangguk. “Baiklah, Akasha. Ayo pergi sebelum rawanya meleleh trus makhluk-makhluk itu pada ngejar lagi !”

    “Oke,” mereka berdua melanjutkan perjalanan ke Selatan, ke arah perkemahan para Tauren…


    [I]Demikianlah mereka yang diikat oleh Demon’s Oath juga mengarah ke Selatan. Next come the Tree/I]

  14. #13
    -AmaY-'s Avatar
    Join Date
    Dec 2009
    Location
    Yogyakarta & Banjarmasin
    Posts
    1,902
    Points
    355.35
    Thanks: 63 / 42 / 18

    Default

    wah, w suka cerita ini
    tq kaks...
    tetap semangat..
    Name : -AmaY-
    Clan DixiE
    ID Free : -AmaY- ID Evo: -AmaY-

  15. #14

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre VIII : Pohon dan Necromancer Strikes Back

    Rotund’jere dan Rootfellen bertatapan satu sama lain, mata saling memandang dengan garang. Tinju mereka terkepal, tujuannya jelas. Dan merekapun melaju, berpacu dengan waktu, saling menuju sasaran. Berpengalaman, jenggotan. Menebas, menangkis, mencoba memahami. Terdiam. Dan jatuh pingsan.
    Suplai anime bulan ini sudah habis ditonton.

    “WEEEEEEW!!!” Rotund berteriak keras. “Apa jadinya hidup tanpa anime musim ini !?!?!? AARGHH !!! SEBEL GW !!!”

    “Jangan marah-marah napa. AARGH GW JUGA PENGEN MARAH-MARAH !!!” Rootfellen berteriak sama kerasnya. Burung-burung di udara berjatuhan karena suara mereka frekuensinya gede, bikin polusi suara aja nih.

    “Oke tenang dulu…setiap masalah pasti ada solusinya.”

    “Apa masalahnya ?”

    “INI !” Rotund mengeluarkan peta daerah sekitar mereka. Di beberapa tempat ditandai oleh marker merah.

    “Kau lihat ini ? dan ini ?” Rotund menunjuk beberapa titik di peta.

    “Wah gambar loe bagus juga…”

    “Makasih. BUKAN !!! YANG INI !!!”

    “Ooh !!! Apaan nih jalur suplai Sentinel-Scourge ?” Rootfellen menatap peta tersebut lekat-lekat, hampir nempel ke hidungnya.

    “Ya. Mulai ngerti kan masalahnya ? SEMUA SUPLAI ANIME DITAHAN DI POS-POS PENJAGAAN !” Rotund berteriak lagi. Frustasi.

    “AAH ! Gw pernah denger nih Purist bilang kalau anime luar negeri itu merusak nasionalisme…bentuk materialisme, hedonisme…apaan gitu lah.” Rootfellen ngangguk-ngangguk kesal.

    “Tul. Abba-kun juga pernah bilang gitu, soal kita bangsa komunis tidak perlu begituan, merusak kesatuan dll…tai Bristleback lah !” Rotund mendengus berang.

    “Oke sekarang solusinya. Gw tau beberapa tempat yang mungkin loe pada gak tau…” Rootfellen menunjuk titik di dekat tower sentinel dan scourge.

    “Hmm ?? Kenapa disitu ?”

    “Ada sebuah toko rahasia, black market. Pemiliknya Leragas the Vile. Gw kebetulan langganan di situ loh,” Rootfellen nyengir. “Nah, kemudian karena black marketnya itu…”

    “AAH GW MULAI NGEH !!!” Rotund berteriak senang.

    Kemudian…


    Purist menatap lekat-lekat foto-foto di hadapannya. Bukti jelas. Rootfellen dan Rotund’jere sedang berjalan bersama-sama. Rikimaru membawakan foto tersebut setelah menangkap basah mereka tengah berjalan di tengah hutan (tentunya dia gak keliatan). Purist menggigiti kukunya. Frustasi.

    “Kenapa…KENAPA ROOTFELLEN !?!??!” Purist bangkit berdiri. “Kita punya masalah disini !!!”

    “Setuju tuan. Omong-omong masalahnya apaan ya…?” Rikimaru cengo.

    “Kenapa di jaman dota udah ada foto ? Memangnya ada teknologinya ???”

    “Tau deh. Tanya Bousch…”

    “Lanjut. Rootfellen seorang aset yang sangat berharga bagi kita. Mengapa dia membelot begini ??? Kita butuh dia. Kita tidak bisa membiarkan dia dibawa ke jalan kejahatan…” Purist tenggelam dalam keputus asaan. Tanpa Root mereka sulit menang. Ikatannya 5 secondnya betul-betul meraja. Dia salah satu senjata andalan mereka.

    “Aku punya satu cara untuk masalah ini tuan…” Rikimaru nyengir.

    “Apa itu ?”

    “Bunuh Rotund’jere…”

    Purist bangun seketika. “MAKSUDMU…KAU MAU AKU MENGOTORI TANGAN KITA DENGAN PEMBUNUHAN ??? BEGITU ?!?!?!?!”

    Rikimaru terlompat kaget. “I…iya tuan…maaf…seharusnya…”

    “Seharusnya dari awal sudah begitu. Oke kau kerjakan !!!” Purist ketawa ngakak.

    “!@!#@#$#%#$”

    “Tenang. Kau dapat bantuan lengkap,” Purist mengedipkan matanya pada Rikimaru.

    Sementara itu…


    Abbadon termenung menatap layer di depannya. Proyeksi 3 dimensi memperlihatkan Rotund’jere dan Rootfellen berjalan bersama-sama di hutan. Anub’seran merekam kegiatan aneh tersebut (saat lagi sukuchi).

    “Kenapa Rotund…padahal kau adalah pembunuh centa yang paling handal…KENAPA !!!!” Abbadon menggebuk kursi dengan berang. “Kita punya masalah disini…”

    “Setuju tuan…masalah apa gerangan..?” Anub’seran cengo.

    “Kenapa di jaman dota udah ada proyeksi 3-D ??? Emang udah ada teknologinya ???”

    “Gak tau. Tanya Bousch…”

    “Bousch kan di Sentinel ?”

    “Udah ah gak usah dilanjutin. Pengarangnya juga bingung mau jelasinnya gimana.”

    “Oke oke…Masalahnya ada di Root. Kalau saja dia tidak ada, kita bisa menghentikan pencucian otak si Rotund…”

    “Ooh kalo cuma masalah seperti itu sih…aku tau solusinya…” Anub’seran membisikkan sesuatu di telinga Abbadon.

    “Hmm…hmm…WOI GELI AH !” Abbadon menggebuk Anub’seran sampai keluar markas Scourge.

    -RETAKE-

    “Hmm hmm…oooh…ya ya…FUFUFU !! RENCANA YANG SANGAT BRILIAN !!!” Abbadon tertawa puas. Yang membuat dia tertawa begitu lebar pastinya sesuatu yang mengerikan…panjang…langka…berbulu…(tunggu sebentar ada yang aneh…)


    Rootfellen dan Rotund’jere melongo ke dalam peti yang dibawa oleh Leragas. Nyengir lebar mereka.
    “Hehehe…semuanya untuk Ner’Zhul…eh salah, semuanya sesuai pesanan anda…” Leragas manggut-manggut biar keliatan kalo dia ngomong.

    “Ya..ini…sesuai…” Rotund mengambil satu DVD dengan hati-hati. Tangannya gemetar saking senangnya.

    “Tunggu apa lagi ? SERBU !!!” Rootfellen dan Rotund’jere mengacak-acak peti itu dan membawa (hampir) semua isinya. Beribu-ribu episode anime musim ini. Leragas emang yahud.


    Rotund berjalan dengan senangnya menuju rumahnya di pinggir markas Scourge. Seperti biasa dia harus melewati jalur hutan yang biasanya. Kali ini dia memilih jalan tersepi agar tidak ketahuan anggota Scourge yang lainnya kalau dia membawa anime yang banyak.

    Rikimaru dan Gondar sudah mengamatinya dari tadi.

    “Ea…dia melewati jalan yang sepi…siap Gon ? Loe siapin Track ma Shuriken, gw langsung blink dan mengasapi dia supaya tidak bisa menyerang balik..siap ?” Rikimaru bersiap memberi aba-aba…tapi Gondar sudah WindWalk dan menuju ke Rotund !!!

    “Gondar !!! Wah kamu memang hebat..pemberani…gak percuma kau dijuluki Bounty Hunter biarpun sayangnya gigimu kegedean…kalau begitu ini giliranku !” Rikimaru segera Blink Strike ke Rotund dan mengeluarkan Smoke Screen !

    “ !!! APA !??!” Rotund kaget tujuh keliling.

    “HUAHAHA !!! ROTUND BERSIAPLAH UNTUK MATI !!! GONDA………??” Rikimaru kaget. Gondar ilang ! Owh ada apakah gerangan pemirsa ???

    Ternyata Gondar lari ke WC !!!

    “…” Rikimaru eswete. Rotund sudah keluar dari smoke screennya rikimaru. “Ehem..ada kata-kata terakhir ?”

    DEATHPULSEGEBUKGEBUKGEBUKDEATHPULSEREAPER’SSCHYTE

    Necrolyte has pawned Stealth Assasin for 250 gold

    Gondar baru keluar dari WC dengan santainya…dan langsung ketemu Rotund.

    “…?” Gondar nyengir.

    “…gigi loe kegedean. MODAR !”

    DEATHPULSEGEBUKGEBUKGEBUKDEATHPULSEREAPER’SSCHYTE

    Necrolyte has pawned Bounty Hunter for 250 gold

    DOUBLE KILL !!!


    Di tempat lain di waktu yang sama…

    Rootfellen sedang berjalan dengan santainya sambil membawa begitu banyak anime di tas punggung. Sengaja dia memilih jalan yang sepi supaya gak ketahuan sama teman-temannya kalau dia membawa anime begitu banyak.
    Anub’seran dan Anub’arak sudah menunggunya dari tadi.

    “Oke wahai saudaraku sang kecoak raksasa…”

    “Gw bukan kecoak, gw kumbang, dasar semut,” Anub’arak menyahut.

    “Gw bukan semut tapi laba-laba ! Dari jaman dulu dipanggil semut mulu…” Anub’seran nyahut balik.

    “Laba-laba kok kakinya enam…aneh aneh aneh.”

    “UDAH AH MUSUH KITA KABUR TUH !” Abun’seran mengaktifkan sukuchi dan mendekati Rootfellen yang masih gak sadar. Dia berhenti di dekat pohon dan memberi aba-aba pada kecoak…eh Anub’arak.

    Anub’arak segera pakai Vendetta dan menyerbu Rootfellen. Anub’seran kembali mengaktifkan sukuchinya dan segera mendekati Rootfellen…

    Yang bersangkutan segera memukul Anub’seran jauh-jauh.

    “…LAAA ??!?!?” Anub’arak berhenti di tempat. Rootfellen sedang menatapnya.

    “Ehem. Gini. Pohon-pohon disini semuanya Eyes of the Forest gw…ngerti kan ?” Rootfellen nyengir.

    Anub’arak dan Anub’seran saling pandang. Ketawa. Trus pasrah.

    GEBUKGEBUKGEBUKOVERGROWTH

    Treant Protector has pawned Nerubian Weaver for 250 gold
    Treant Protector has pawned Nerubian Assassin for 250 gold
    DOUBLE KILL !!!


    Rootfellen dan Rotund’jere saling bertatapan. Kejadiannya sama persis. Ini membuktikan kecurigaan mereka benar : tim masing-masing sudah tahu kalau mereka bersama-sama.

    “Wah gawat nih Root…bagaimana ?”

    “Susah…apa sebaiknya kita mengatakan yang sebenarnya pada ketua ?”

    “Kalau kita berteman ? Gak bakal disetujui !!!” Rotund tertunduk lesu. “…mungkinkah ini saatnya…”

    “Ya…” Rootfellen menatap Rotund lekat-lekat. Lalu mereka berpelukan (HOEEKK).

    “JANGAN LUPAKAN AKU YAAA !!!”

    ”IYAAAA !!! KAMU JUGAAAA !!!”

    Rootfellen dan Rotund’jere berjabatan tangan dan saling berjalan menjauh. Dalam hati mereka, mereka tidak akan melupakan persahabatan mereka…persahabatan yang indah…biarpun terlarang karena alasan ekonomis…eh, perang.


    Rootfellen memasuki markas Sentinel dengan lesu. Dia masuk ke bar Mirana, dan menenggak 10 botol clarity potion plus araknya Mangix yang dikiranya minuman. Setelah digebuk-gebuk sama Mangix, baru mabuknya agak mendingan. Di pojok bar Rikimaru dan Gondar sedang lemah lesu, mukanya biru-biru babak belur kayak abis kalah tinju.

    “Huuuuh….” Rootfellen mengeluh panjang.

    “Kenapa akang Root ?” Mirana memberikan satu pitcher clarity potion lagi. Macannya sedang makan di belakangnya.

    “Neng Merana, eh Mirana…boleh gw minta pendapat ?”

    “Apa ya ?”

    “Kalau neng punya seorang teman, tapi neng dihalangi oleh keadaan…apa neng akan tetap berteman dengan dia ? Atau sebaiknya neng lupakan saja ?”

    “Pertanyaannya kok aneh…” Mirana tertawa. “Aku akan tetap berteman dengan dia. Bagaimanapun yang terjadi, dia kan tetap temanku…”

    “Teman…” Rootfellen teringat masa-masa indah saat dia dan Rotund gila anime bersama-sama…masa-masa itu…

    “Sudah ah aku mau ngirim minuman ini dulu ya,” Mirana meninggalkan counter jaganya.
    Rootfellen sontak berdiri. Dia telah membuat keputusan…


    Dan mereka berduapun bertemu di tengah hutan. Rootfellen membawa perlengkapan kemping lengkap, Rotund’jere bawa buku satu dus.

    “Ka…kamu…” Rotund terbata-bata.

    “Ya. Aku !!!” Rootfellen dan Rotund’jere kembali berpelukan. (Harap membaca ini sambil mendengarkan lagu OST Teletubbies).

    “Tapi apa yang akan kita lakukan sekarang ? Kita ini sama saja pelarian loh,” Rotund mendengus.

    “Kita bisa pikirkan nanti…yang penting sekarang kita harus…”

    “Harus…”

    “Beli stok anime buat nonton di pelarian !!!”

    “SETUJAH !!!” Mereka berdua segera berlari ke arah black market Leragas…


    “Kau sudah datang ?”

    Leragas menghela napas panjang. Di belakangnya Darkterror mengacungkan Mjolnir ke arahnya.

    “Kau tahu apa yang kuinginkan, Leragas…dan itu akan kulakukan sekarang…”

    “…Jika kau pikir bisa semudah itu…tapi kau salah. Aku ini Leragas si Black Marketeer !!! Aku tidak akan tunduk semudah itu !!!” Leragas segera menggunakan semua item yang dia punya di stok. Kekuatannya setara dengan Roshan mungkin.

    Tapi Darkterror segera menggunakan kekuatan Mjolnir, saat Leragas menggebuknya dengan Messerchsmidt’s Reaver, malah Leragas yang terkena static charge Mjolnir ! Saat Leragas terjatuh, Darkterror segera mengaktifkan Chronospherenya dan menggebuki Leragas secepat kilat…

    Tepat di saat itu Rootfellen dan Rotund’jere sedang melangkah naik ke bukit tempat Leragas berjualan. Pada tanjakan terakhir mereka menyaksikan pemandangan yang mengenaskan. Darkterror menusukkan serangan penghabisan ke dada Leragas !!! Darah menetes deras.

    “LERAGAS !!!” Rootfellen dan Rotund segera melompat mencoba menyelamatkan Leragas, tetapi Darkterror sudah melompat pergi secepat angin. Tinggalah Leragas yang berlumuran darah di tanah, nafasnya megap-megap. Paru-parunya tertusuk oleh Mjolnir. Tidak mungkin dia masih bisa hidup.

    “Leragas…” Root mencoba membangunkannya, tetapi darah malah mengucur lebih deras. Root dan Rotund saling pandang, tidak tahu harus melakukan apa.

    “Tidak apa-apa…ini sudah takdirku…tapi…sayang sekali…” Leragas berkata terbata-bata.

    “Sudah jangan bicara dulu ! Nanti kamu mati !” Rootfellen menyahut gusar.

    “Tidak…aku harus mengatakannya…pada kalian…stok anime…bulan ini…terbawa oleh kereta kuda ke…”

    “Jangan bicara dulu, nanti kau…APA TERBAWA KERETA KUDA ??!?!??!!?” Root dan Rotund mengguncang-guncang Leragas naik-turun. Darah menyembur deras kayak pancoran Senayan. (Lohhh ???)

    “Ke…ke…ke…”

    “Kemana ?? KEMANA ?!?!?! KATAKAAAAN !!!!!???!”

    “Ke…ke…”

    “KEMANAAAA ?!??!?!”

    “UDAH DIEM DULU AH GW BARU MO NGOMONG !!!” Leragas menggebuk mereka berdua dengan Sacred Relic. “Ke…ke Selatan…ke daerah Selatan…”

    “Selatan…”

    “Kalian…harus pergi ke Selatan…”

    “YA ! Untuk mencari Anime bulan ini !!!” Root dan Rotund menjawab serentak.

    “Hah ? Bukan…!!! Untuk…UAAGH !!! guh guh…” Leragas batuk darah setengah mati…tiga perempat mati…delapan persembilan mati…

    “Le..LERAGAAAAS !!!! JANGAN MATI !!!”

    “Gw juga gak mau mati !!!! Ini kemauan pengarangnya yang sialan !!!! Masa NPC mati !??!? Gak masuk akaaaaaaaaaaal…” Bruk. Leragas mati. Dah gitu doang. Serius. Loe kok ngeliatinnya gitu sih T_T

    “LERAGAAAAAAAAAAAASSSS !!! BELI GAAAAAAAASSSS !!!!” Rootfellen dan Rotund’jere berteriak pilu. Sedih. Terutama karena stok anime bulan ini terbawa ke Selatan.


    Mereka berdua menatap matahari terbenam. Pohon dan Necromancer. Dua kombinasi yang aneh, tapi saling melengkapi, saling bersahabat, saling berpelukan, homoan…

    -RETAKE-

    Mereka berdua menatap matahari terbenam. Pohon dan Necromancer. Dua kombinasi yang aneh, tapi saling melengkapi, saling bersahabat, satu tujuan.

    Mengambil kembali stok anime bulan ini yang terbawa ke Selatan.

    “Jadi…kita ke Selatan ?” Tanya Rotund’jere.

    “Tentu. Ke Selatan !” Teriak Root lantang.

    “Selatan !!!” Rotund menunjuk dengan tegar ke arah matahari terbit.

    “Selatan !!!” Root menjawab lantang.

    “…”
    “…”
    “…”
    “…itu arah timur yang loe tunjuk ya tun ?”
    “…gw salah ya…?”



    Kedua Hero yang gak jelas dengan tujuan yang juga gak jelas. Mereka pun mengarah ke Selatan. Apakah yang akan terjadi ? Bagaimana roda nasib akan berputar berikutnya ? Tunggu edisi berikutnya (Kalau pengarangnya niat).

  16. #15

    Join Date
    Mar 2010
    Posts
    16
    Points
    23.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Chapitre IX : Phanter

    Kalau ada satu kelemahan yang pernah ditunjukkan oleh Strygwyr, ya inilah. Tiap bangun pagi dia selalu anemia trus pusing tujuh kali tujuh putaran (makanya kerjaannya minum darah mulu). Nah masalahnya akhir-akhir ini dia gak pernah lagi minum darah, yang ada makan sup kentang. Akibatnya pagi itu kepalanya pusing, sakit kayak digebukin Bristleback yang Warpathnya full stack.

    Sekarang dia cuma bisa telentang di tanah, yang akhirnya diseret sama Luna ke bawah pohon biar gak kepanasan (kalo gak gitu badannya bisa kering kayak ikan asin). Luna bingung tidak tahu harus bagaimana, Strygwyr sendiri cuma bisa nutupin kepala pakai tangan.

    “Stryw…aku harus bagaimana ??” suara Luna gemetar karena panik melihat kondisi Strygwyr.

    >> yang didengar Strygwyr = “Sysyr…kkuwrusuhsbagmangsam !?@##”

    “Hah loe ngomong apaan…? Gak ngerti gw…aduuuh…” Strygwyr berguling-guling di tanah saking gak kuat nahan sakit.

    “Stryw…gigit ini,” Luna memasukkan segumpal Tango of Essifation ke mulut Strygwyr. Sakitnya mereda sedikit, tapi masih terasa kenceng banget.

    “Hah…hah…aku perlu…perlu…” Strygwyr megap-megap gak jelas.

    “Perlu apa ? Biar kuambilkan”

    “Perlu…da…da…”

    “Dada ayam ?”

    “Bukan…da…da…”

    “Damai sejahtera di Bumi ?”

    “BUKAN ! …tadi loe ngomong apa ?” Strygwyr pingsan.

    “STRYG !!!” Luna mengguncang-guncang tubuh Strygwyr, air matanya membasahi pipinya. “Jangan matiiii !!! Stryyyyg !!!”

    “Gw bakal mati kalo loe gak berhenti…” dengan susah payah akhirnya Strygwyr bangkit dan duduk bersandar ke pohon. “Oke, dengar…gw butuh darah….darah apa juga boleh, darah kambing kek…sapi…asal jangan darah furbolg…mereka darahnya bau kayak tai…UAAGH…!!!” Kepalanya kembali cenut-cenut gak jelas, anemia terparah di tahun ini.

    “Darah…darah…darah !! Aku akan ambilkan untukmu, tunggu ya !” Luna segera berlari menerobos semak-semak. Strygwyr cuma bisa pasrah dan menunggu dia kembali…

    “…kayaknya gw bakal mati…” sambil mendengus dia menelan Tango lagi…


    Ganti kameranya ke hutan...

    Luna tersandung akar pohon dan jatuh terjerembab ke semak belukar. Lagi. Sejak tadi dia masuk ke hutan sudah sepuluh kali dia tersandung. Badannya sekarang penuh memar dan luka.

    “Aduh…harusnya tadi aku bawa Tango…” dia terduduk lesu. “Harusnya aku tidak berjalan kaki seperti ini…”

    “…” Luna termenung. Sesuatu di kepalanya seakan mencoba kembali ke permukaan, tapi seketika dia menggeleng keras-keras. Ada sesuatu di situ yang tidak ingin dia ingat.

    “Bukan saatnya melakukan hal ini ! Aku harus menolong Strygwyr !! Aku harus mencari benda itu !!” Luna kembali merangsek masuk ke hutan. Di tengah jalan dia terhenti. Kepalanya terasa kosong. “Ng…tadi Stryg minta benda apa ya…?” Waduh, kayaknya Luna lupa mau cari apaan….


    Di tempat tadi, Strygwyr terduduk lesu sambil mengunyah Tango. “Lama sekali…” dia menggerutu…


    Kembali ke hutan. Cuma bedanya sekarang dah malam hari.

    Luna berlari menerobos semak-semak, kembali tersandung akar pohon dan jatuh terjerembab. Ini yang ke-56 kali hari ini.

    “Aduh…ng…sepertinya aku tahu akar pohon ini…” bekas sandungan kakinya tercetak jelas di akar pohon itu. Tadinya bentuk akar pohon ini melengkung sempurna, tapi sekarang jadi maju dan bentar lagi sepertinya bakal copot.

    Dengan kata lain, dari tadi dia cuma mutar-mutar di hutan.

    Pendek kata, nyasar.

    “Huu…bagaimana ini…aku tersesat…” Luna tertunduk jatuh, lelah karena berlari seharian. “Stryg pasti memarahiku lagi…aku memang bodoh…” air matanya terbit di pelupuk.

    Rasanya dia memang tidak pernah berjalan seperti ini…

    Ingatan itu tiba-tiba kembali memasuki relung pikirannya. Luna kembali menggeleng keras. Dia tidak mau mengingatnya lagi.

    “Tidak…TIDAAAK !!!” Dia berlari tanpa melihat arah.

    Pasukan, musuh, panah dan pedang…darah…dia terjatuh…lalu di depan matanya…

    BRUK !

    Luna kembali tersandung jatuh. Nah ini hitungan ke-57. Ia berbaring terlungkup di tanah, tidak punya tenaga untuk kembali berdiri…

    “Bangunlah anakku…” tiba-tiba ada tangan yang lembut membelai kepalanya. Luna mendongak perlahan…

    Di depannya tampak sesosok wanita yang mengenakan pakaian putih bersih, rambutnya hitam indah tergerai. Ia menatap ke arah Luna dengan tatapan yang lembut.

    “Ah…ah…” Luna terisak perlahan.

    “Tenanglah anakku…aku di sini…” Wanita itu tersenyum ke arahnya.

    “SETAAAAAN !!!!!” Luna melempari wanita itu dengan batu. Kemudian dia mengeluarkan salib dan membuka injil Matius bab sekian ayat sekian, “Pergi kau ***** ! Atas kuasa roh kudus aku…”

    Wanita itu lantas menggeplak Luna sampai jatuh. Lah image keibuannya kok langsung ilang gini T_T.

    “WOI semprul. Sembarangan loe ngatain gw setan…pikir dong pake otak !!!” Wanita itu ngomel-ngomel gak jelas.

    “Ah…maaf…aku tidak tahu…” Luna membuang semua barang gak jelas tadi ke arah semak di belakangnya.


    >> Backstage : seekor furbolg sedang berantem dengan centaur mengenai masalah siapa sebenarnya yang buang *** di tempat itu, tiba-tiba benda-benda aneh beterbangan di udara, si furbolg ketiban Alkitab, si centaur ketancep salib. DOUBLE KILL !!! (gak jelas sih tapi kayaknya pembaca sekalian perlu tau).


    “Yaa kumaafkan deh…jadi jelas kan kalo aku bukan ***** ?”

    “Ya…kalau begitu salam kenal, nona hantu,” Luna tersenyum ramah.

    “…sekalian aja panggil kuntilanak…” Wanita tadi cemberut.

    “Ng…nona Kunti Lanak…”

    “CUKUP ! CUKUP !!! CERITANYA GAK MAJU-MAJU NIH ! Singkat kata, namaku Elune, aku adalah Dewi Bulan penjaga para Night Elves…dan sekarang aku hadir untukmu, anakku…” Wanita itu berbicara panjang lebar…sementara yang diajak bicara bengong gak jelas, dari kepalanya keluar bunga-bunga api, trus berasep. Kira-kira 5 menit kemudian baru kayaknya mulai nangkep dikit.

    “Baiklah…kalau begitu nona Elune…”

    “Ya. Nah, gitu dong !”

    “Nona Elune Kunti Lanak sang Dewi Hantu Bulan…”

    “…Dosa apa gw punya pengikut ***** gini...” Elune menepuk mukanya dengan tangan. Putus asa.


    Sementara itu Strygwyr…

    …sedang duduk sambil mengunyah Tango pelan-pelan…Badannya kurus kerempeng, bola matanya cekung. Di sebelahnya kulit Tango numpuk. Kira-kira dia sudah menghabiskan 99 Tango. Sekarang yang ke-100. “…Lama…sekali…” buat menggerutu aja tenaganya sudah hampir habis…


    Kembali ke Luna…

    “Aku tahu kau sedang kesulitan anakku…aku bisa merasakannya…” Elune menepuk pipi Luna perlahan. “Aku hadir untuk membantumu…”

    “Ah, ya !! Temankustrygwyrkekurangansesuatubendamakaakuharusm encaribendaitutapiakulupabendaapadansekarangaku…” Luna nyerocos.

    “STOP ! STOP !! STOP !!!” Elune menutup bibir Luna dengan tangannya. “Coba katakan lagi, pelan, pelan…”

    “…ku…tersesat…” Luna megap-megap mengambil nafas.

    “Aku bisa merasakan hal yang salah padamu, anakku…sekarang, ikutilah aku…akan kubantu kau…” Elune berjalan menerobos hutan sambil menggandeng tangan Luna. Mereka berjalan semakin jauh ke dalam hutan. Luna tidak ingat selama apa mereka berjalan, tetapi mereka sampai ke sebuah lembah.

    “Berjalanlah ke sana, anakku…” Elune menepuk punggung Luna. Ia berjalan perlahan menuju dasar lembah, saat tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara raungan.

    2 ekor Phanter melompat dari atas tebing dan menerjang dirinya !


    Sementara itu Strygwyr…

    …menggigit Tango ke-219 nya. Untuk duduk saja dia sudah tidak ada tenaga lagi. Ia berbaring telentang menatap bulan. “…….la…ma…se…kali……..” sakit kepalanya makin menjadi-jadi…


    Kembali ke Luna…

    “JANGAAAAAN !!!!” Luna baru saja diterjang oleh kedua phanter itu dan terjatuh ke tanah. Dan sekarang kedua phanter itu…menjilati Luna !!??!?!

    “Jangan...Hentikan…ahahaha…geli…hentikan…ahahaa…” kedua phanter itu sepertinya hanya bermain-main saja dengan Luna. Ia balas memeluk mereka berdua. Kedua phanter itu berlari masuk lebih jauh ke lembah. “Tunggu…” Luna berlari mengejar hingga sampai ke sarang mereka. Di sana dia disambut seekor phanter kecil. Rupanya ia adalah anak kedua phanter tadi.

    “Hai teman…kau lucu sekali,“ Luna memeluk phanter kecil tadi dengan gemas. Ia balas menjilat wajah Luna. Kedua phanter tadi kembali dengan membawa daging segar untuk makanan. Daging itu masih berdarah-darah…

    Darah ! “Ah ! Aku ingat ! Ini yang dicari Strygwyr ! Aku minta darah ini ya…temanku membutuhkannya,” Luna segera mengeluarkan kantong dan mengisinya dengan darah binatang itu. Setelah penuh, dia membiarkan daging itu dikoyak-koyak oleh para phanter. Mereka makan dengan kenyang.

    Luna merasa sayang meninggalkan mereka, tetapi ia ingin membawakan darah itu secepatnya pada Strygwyr. Di atas lembah, Elune telah menunggunya.

    “Bagaimana ?”

    “Aku dapat yang kucari ! Terima kasih, nona Elune Kunti…”

    “Sudah, cukup ! Bisa sakit kupingku mendengar panggilanmu itu !” Elune melihat kantong darah yang dibawa oleh Luna. “Hmm…apa benar itu hal yang kau cari ?”

    “ng ?” Luna memandang bingung. “Ng…sebenarnya aku masih mencari satu hal lagi…bisa tunjukkan aku jalan kembali ke temanku ?”

    “…kau yakin ?”

    “Ng ? Ya, yakin,”

    “…ikuti aku…” Elune kembali menggandeng tangan Luna dan mengajaknya berjalan ke hutan.

    Tiba-tiba dari arah lembah terdengar raungan yang keras. Bukan raungan para phanter tadi. Raungan yang entah kenapa terasa sangat familiar pada Luna. Raungan yang menegakkan bulu kuduknya…

    Tanpa sadar ia melepaskan genggaman tangan Elune.

    “Kenapa ?” Elune berbalik dan menatap Luna. Mata Luna terasa penuh dengan ketakutan.

    “A…Aku…” Luna terbata-bata. Ia segera berlari kembali ke lembah, gemetar akan sesuatu yang pernah ia alami dan ia takut akan terulang lagi…


    Sementara itu, Strygwyr…(dah mulai bosen ?)

    …sedang menggigit Tango ke-567 nya. Pendek kata menyedihkan sekali. Keadaannya kayak orang gak makan 7 hari 7 malam…padahal dari tadi makan Tango melulu…


    Kembali ke Luna…

    Kedua phanter itu meraung-raung pada sosok di depan mereka, sosok yang membuat Luna jatuh terduduk karena ketakutan.

    Visage.

    Langit malam menjadi gelap tertutup oleh ribuan anak hasil perselingkuhannya dengan Broodmother…eh salah, oleh ribuan kelelawar yang ia bangkitkan dari mayat-mayat korbannya.

    Kedua phanter itu bertarung dengan gagah berani melawan Visage, tetapi mereka jelas bukanlah tandingannya. Luna merinding melihat kejadian itu, seketika ingatannya kembali menghantuinya…

    Pasukan, musuh, panah dan pedang…darah…dia terjatuh…lalu di depan matanya…

    “TIDAAAAAAAAK !!!!” Luna berteriak keras. Suaranya terdengar jauh ke seluruh lembah. Ia mulai teringat kejadian itu…ia tidak mau mengingatnya, ia berusaha keras melupakannya…


    …mereka sedang melakukan misi pengintaian. Keadaan hutan saat itu sangat aman, beberapa ghoul menyerbu tetapi mereka bisa mengatasinya…kemudian mereka menuju daerah lembah, menyeberanginya perlahan agar tidak diketahui oleh pihak Scourge…

    …saat itu tiba-tiba langit menjadi gelap, dan seketika mereka diserbu oleh ribuan kelelawar hitam. Sosoknya muncul di langit. Visage. Monster itu menerobos kerumunan dan membunuh ratusan orang pasukannya. Dengan Grave Chillnya Visage membuat Luna tidak bisa melarikan diri. Dia segera menerjangnya dari udara, dan sejenak Luna menutup matanya karena ia yakin ajalnya sudah tiba…

    …saat ia membuka mata, ia telah terjatuh di tanah. Phanternya menjatuhkan dirinya di saat terakhir, dan menerjang balik Visage. Visage terluka oleh gigitannya dan terbang kembali ke udara. Tapi hasilnya mengenaskan. Phanter itu tertusuk tepat di jantung. Darah mengalir deras, membasahi tubuh Luna. Luna berteriak dan lari menerobos hutan, terjatuh, lau lari kembali, hingga ia terjatuh karena kehabisan tenaga.

    Selebihnya, semua gelap…


    “Kau sudah mengingatnya ?” Elune tiba-tiba berdiri di sebelah Luna.

    “AAH…???!?! Nona Eluna bisa blink seperti Magina…?”

    “…itu gak penting. Yang penting…lihatlah…” Elune menunjuk dengan tangan kanannya.

    Dua ekor Furbolg sedang bersentuhan hidungnya, masing-masing saling memutari lawannya. Seketika mereka berpelukan dan mengeluarkan suara mesra. Kemudian furbolg satunya yang lebih besar, sepertinya yang jantan, menjatuhkan furbolg kedua yang sepertinya betina. Furbolg betina mengeluarkan suara lirih, furbolg jantan kemudian…

    Luna bengong.

    “Bu…BUKAN !! BUKAN YANG ITU !! YANG ITUUU !!!!!” Elune memutar kepala Luna 90 derajat ke kiri dengan paksa (woi neng leher orang bukan engsel).

    Kedua phanter melompat menerkam Visage hingga jatuh ke tanah. Tetapi ribuan kelelawar menerjang balik mereka hingga terjatuh. Tapi mereka tidak kabur, malah kembali mengambil posisi di tempat tadi. Luna memicingkan matanya. Ternyata mereka melindungi anaknya yang bersembunyi di sarang !

    “Nona Elune, nona harus membantu mereka ! Mereka…” Luna berteriak panik. Kedua phanter itu terluka parah, darah mengucur dari luka di sekujur tubuh mereka. Tapi Elune hanya diam saja.

    Satu serangan dari Visage menembus tubuh phanter betina. Tubuhnya terbawa ke atas lalu dijatuhkan lagi ke bawah. Darah muncrat keluar, sampai-sampai mengenai Luna yang berdiri jauh di belakang mereka.

    Luna terduduk ngeri. Pemandangan itu persis dengan yang dulu dia alami…

    “Mereka bertarung hingga mati demi melindungi anak mereka…” Elune membelai Luna perlahan.

    “Aku…aku…aku tidak bisa berbuat apa-apa…aku takut…”

    “Aku tahu kau takut, anakku…mereka juga,”

    “Kalau begitu kenapa mereka tidak lari saja ? Kenapa mereka bertarung padahal mereka tahu akan kalah ??”
    Elune menatap Luna lekat-lekat. “Karena mereka ingin melindungi anak mereka…sama seperti phantermu mati demi melindungimu…” Luna terdiam. Kejadian itu bukan salahnya…phanternya mati demi melindungi dirinya…sekarang dia sadar akan hal itu.

    Raungan phanter jantan mengisi langit malam saat Visage menusukkan taring ke badannya. Dia melempar tubuh phanter itu yang langsung diserbu oleh kelelawar-kelelawar hitam miliknya. Tatapannya bengis mengarah ke anak phanter yang tidak lagi dilindungi induknya.

    Seketika Luna bangkit dan mengeluarkan glaive-nya.

    “…tidakkah kau takut, anakku ?” Elune bertanya perlahan.

    “Aku takut…” Luna menggenggam glaivenya erat-erat, “…tapi aku harus melindungi anak phanter itu !” Dia melompat ke arena pertempuran dan segera melemparkan glaive-nya ke arah kelelawar-kelelawar Visage. Dengan cepat glaive itu menyayat satu-demi-satu kelelawar-kelelawar incarannya. Mayat mereka jatuh ke tanah meninggalkan jejak hitam yang sangat luas.

    Visage mengalihkan pandangannya ke Luna, geram karena kelelawarnya dihabisi. Dengan Grave Chillnya ia memperlambat gerakan Luna dan segera menerjangnya. Luna tidak bisa menghindar dan terkena pukulan telak hingga terhempas.

    “Uukh…” Dengan susah payah Luna kembali berdiri. Visage berputar di udara sambil mempersiapkan serangan berikutnya. Kakinya gemetar, Luna ingin melarikan diri dari tempat itu. Tapi saat melihat si anak phanter, ia tetap bertahan.

    Visage segera terjun ke bawah bak pelompat indah di Olimpiade DotA 2004 lalu (yang cabang lompat indahnya dimenangkan Pudge yang kata juri unik sekali cara jatuhnya), saat hampir mencapai tanah ia menukik dan mengarah ke Luna dengan kecepatan tinggi. Sudah mengantisipasi gerakan itu, Luna melompat tepat di atas tubuh Visage dan menancapkan glaive-nya di punggung Visage. Sang monster menggeram dan berputar, menjatuhkan Luna ke tanah.

    Suara Elune terdengar di telinga Luna, “masukkan tanganmu ke dalam mulutnya dan ambillah kekuatanmu !” Visage menerkam Luna, tetapi ia menahan mulut Visage dengan kaki dan menohok ke dalam tenggorokannya dengan tangan kanannya. Luna merasakan hembusan angin di sekitar badannya, saat ia menarik tangannya keluarlah sebentuk kapak perak dengan sisi yang bergerigi.

    Visage melepaskan diri dari kekangan Luna dan mengamuk menerjang mem-visage buta ke arah Luna. Hembusan angin di sekitar tubuhnya makin kuat, kapak itu bersinar redup dan seketika Visage menghentikan serangannya. Luna menghilang ! Luna merasakan kecepatan yang berbeda dari biasanya. Dengan lincah ia menaiki punggung Visage dan menusukkan kapak yang ia temukan. Visage menggeram keras, kesakitan. Cahaya bulan menembus awan di langit. Luna mengeluarkan Eclipsenya ke arah Visage ! Terkena puluhan Lucent Beam, Visage ambruk jatuh ke tanah, tidak dapat bertahan lagi.

    Luna telah memenangkan pertarungan itu.

    Seketika semuanya menghilang. Elune muncul kembali di sisi Luna sambil menggendong anak phanter tadi, yang ukurannya bertambah besar.

    “Apa yang kau alami tadi adalah kejadian di masa lalu, saat induk phanter ini terbunuh oleh Visage. Kau telah mengatasi ketakutanmu, dan mendapatkan kekuatan yang akan berguna bagimu nanti…” Elune berbicara panjang lebar lagi. Luna bengong lagi, trus Elune menggeplak kepala Luna lagi. Akhirnya bisa nyambung juga. Lanjut…

    “Ini…” Luna menunjukkan kapak yang ia ambil dari tubuh Visage.

    “Itu adalah Lothar’s Edge, mulai saat ini angin akan menjadi sekutumu, dan akan menjadi senjatamu…” Elune menaruh phanter muda tadi ke tanah dan membiarkannya berjalan ke arah Luna. “Dia milikmu sekarang…”

    “Tapi…aku…”

    “Hal di masa lalu bukanlah kesalahanmu. Ia telah memilihmu, dan kau akan memilih dia menjadi partnermu.”

    “…” Luna menatap phanter muda itu lekat-lekat, dibalas dengan jilatan oleh phanter tadi. Luna tertawa. “ahaha…baiklah…”

    “Nah, begitu dong,” Elune tersenyum.

    “Mulai sekarang kau dan aku akan menjadi partner…kau kunamai panty,” Luna tertawa riang.

    Senyum di muka Elune hilang. “…ada nama yang lebih bagus…?”

    Luna memeluk panty…eh salah, phanter muda tadi erat-erat. Tiba-tiba ia tersentak.

    “Ng ? Kenapa ?” Elune bertanya dengan bingung.

    “…Sepertinya ada yang kulupakan…ng…”


    Sementara itu, Strygwyr…

    …sudah Tango yang ke-9999. Dia sudah tidak kuat mengunyah Tango yang ke-10.000. Badannya tinggal tulang, sebentar lagi orang bakal salah mengira dia Bone Clinkz.


    Begitulah Luna mendapatkan kembali ingatannya, dan seorang teman baru yang akan menjadi partnernya. Lalu mengenai Strygwyr…ya mari berharap dia tidak mati soalnya ceritanya belum selesai…


    Afterstory :
    Luna akhirnya menamai phanter itu Blackfang (padahal taringnya putih karena rajin gosok gigi O.o) atas saran Elune (yang sebenarnya minta namanya Whitefang aja). Elune sendiri menghilang setelah komat-kamit soal akan selalu membantunya dan mengawasinya, yang seperti biasa ditanggapi Luna dengan bengong sehingga harus digeplak lagi.

    Kemudian akhirnya dengan bantuan Blackfang, Luna berhasil mencapai tempat Strygwyr, tapi kaget melihat tumpukan Tango di depannya (dan lebih kaget karena Strygwyr ketindih tumpukan Tango itu). Melihat kondisi Strygwyr yang parah dia kembali mengguncang-guncangnya kali ini ditambah Blackfang menggigit-gigit tangan dan kaki Strygwyr. Singkat kata akhirnya nyawa Strygwyr terselamatkan karena berhasil meminum darah yang dibawakan Luna. Tapi ada efek samping yang aneh yaitu Strygwyr jadi buang air besar di semak-semak selama 4 jam.

    Selidik punya selidik ternyata itu darah Furbolg T_T tapi saat ditanya, Luna malah jawab “mungkin karena kebanyakan makan Tango…”

Page 1 of 2 12 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •