Taliban malah menyatakan mereka akan meningkatkan hantaman terhadap ke-pentingan asing di Afghanistan. Di ta-hun ini saja setidaknya sudah 90 tentara asing tewas oleh Taliban. Militer Barat mem-butuhkan kambing hitam, AS lantas menu-dingkan telunjuk pada satu negara: Iran.
Di mata AS, Iran dianggap telah mengu-bah 180 derajat kebijakan luar negerinya seda-sawarsa terakhir, dari menolak ke mendu-kung Taliban. Pemikiran ini diutarakan berkali-kali oleh para pejabat tinggi AS beberapa minggu terakhir. Para pejabat yang berafiliasi dengan Wakil Presiden **** Cheney ingin memberikan kesan bahwa Iran berada di belakang semua perlawanan kaum Sunni terhadap AS di Irak dan Afghanistan. Dukungan Iran bahkan mereka tuding meli-puti sokongan terhadap aktivitas al-Qaidah dan Taliban.
Wakil Menteri Luar Negeri Nicholas Burns, misalnya, menuduh ada “bukti tak ter-bantahkan” bahwa Iran mensuplai senjata ba-gi Taliban. Walau redaksinya sedikit berbeda, Menteri Pertahanan AS Robert Gates menyimpulkan hal yang sama. Bersandar pada laporan intelijen, jelas bagi Gates, ada aliran besar senjata dari Iran ke Afghanistan. Sedemikian besar sehingga Gates menuding Iran tak mungkin tidak mengetahuinya.
Suara miring ini juga bergema dari kala-ngan militer AS. Jenderal AD AS Dan McNeill mengatakan anggota Taliban menunjukkan tanda-tanda pelatihan lebih baik, penggunaan teknik bertempur yang sebanding dengan “militer Barat termaju” dalam menggempur pasukan khusus AS. Sedang dari seberang lautan, Perdana Menteri Inggris turut pula membenarkan melalui salah satu tulisannya di majalah Economist, “Jelas terlihat Taliban mendapatkan bantuan, termasuk senjata dari anasir rezim Iran”.
Beberapa pakar berpendapat kuatnya Ta-liban di Afghanistan bisa menguntungkan Iran. Mantan Dubes AS untuk Afghanistan, Peter Tomsen, meyakini pemerintahan Afghanistan yang lemah bakal mengurangi kemungkinan Kabul menjadi sekutu Was-hington. Dengan terus melakukan instabi-litas sampai tingkat tertentu, Iran berharap AS bakal angkat kaki. Tapi tak semua sepa-ham dengan Tomsen. Christopher Langton dari Institut Internasional bagi Kajian Strate-gis justru menutup kemungkinan keterliba-tan pemerintah Iran. Dia malah melihat pe-ngadaan senjata selundupan itu merupakan kerja “kelompok-kelompok kriminal terorga-nisir di daerah perbatasan”. Langton menun-jukkan bahwa senjata-senjata yang dituding diselundupkan ke Iran itu malah justru dipro-duksi secara besar-besaran di berbagai pabrik senjata di Propinsi Perbatasan Barat Laut Pa-kistan, yang berbatasan dengan Afghanistan.
Akan tetapi kalau direnungkan sejenak dan menyimak kegagalan intelijen AS dalam memberikan data tentang Irak, sebelum dan sesudah invasi, sudah barang tentu ada ba-nyak skeptisisme sehubungan dengan tudu-ngan Gates yang didasarkan pada laporan intelijen. Apalagi, selaku mantan direktur CIA, Gates tidak bisa memberikan bukti-bukti memadai atas tuduhannya itu.
Kemudian, perlu juga dilihat seksama bila tudingan Iran membantu Taliban dikaitkan dengan “temuan” senjata produk Iran yang dipergunakan Taliban, tentunya Amerika Serikat bakal terkena getahnya. Sebagai salah satu produsen dan pengekspor senjata terbe-sar ke berbagai negara maka AS, dengan logi-ka yang sama, bisa dituduh membantu segala bentuk konflik yang terjadi di banyak negara ketika senjata produknya dipergunakan.
Gates dan McNeill pun sepertinya tak paham hubungan yang terjadi di perbatasan Iran-Afghanistan. Perdagangan narkotik, yang dilindungi Taliban, dengan mudah me-nyelundupkan senjata dari Iran ke Afgha-nistan. Rustam Shah Momand, mantan dubes Pakistan untuk Afghanistan, bahkan menun-jukkan bahwa daerah tempat perdagangan narkoba dan perbatasan Iran kini dikuasai oleh Taliban. Momand mempertegas ketidak-mungkinan pemerintah Iran terlibat.
Para pemimpin di Iran juga tak pernah bermanis-manis dengan Taliban. Begitu pula sebaliknya. Tak mengherankan apabila Tehran menjalin hubungan dekat dengan pe-merintahan Karzai dan memperkuat perda-gangan sesudah Taliban runtuh. Kedekatan perdagangan ini sedemikian sehingga, menurut Muhammad Thahir dari Jamestown Foundation's Terrorism Monitor, “Apabila Iran menutup perbatasannya, ekonomi Afghanis-tan bisa runtuh”.
Ini dibuktikan Presiden Afghanistan Hamid Karzai. Ketika Gates melempar tudi-ngannya atas Iran, Karzai dalam kesempatan sama justru menyatakan Iran turut mem-bantu rekonstruksi negerinya dan sejak lima tahun belakangan ini, Afghanistan merupa-kan teman terdekat Iran. Dan di saat yang lain, Menteri Pertahanan Abdul Rahim Wardak mengatakan adanya hubungan sangat baik antara Tehran dan Kabul, “Kami pun meyaki-ni bahwa keamanan dan stabilitas di Afghanis-tan juga merupakan kepentingan Iran”. Dan sekaitan dengan tudingan Gates, Wardak menegaskan hal itu “susah dikaitkan dengan Iran”. Sangat mungkin, menurut Wardak, apabila suplai senjata itu dikerjakan oleh “al-Qaidah atau mafia narkotik”.
Apa daya, semula AS ingin memfitnah Iran tetapi ternyata upaya itu justru menghan-tam mereka sendiri. Nasib Abang Sam bak pe-patah, menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.
Sumber:www.adilnews.com
majalah adil terbaru ( beli kemudian baca hal 13)
Share This Thread