Hartati Murdaya Tak Punya Uang Bayar Pesangon Buruh Nike
Senin, 16/07/2007 18:17 WIB
Hartati Murdaya Tak Punya Uang Bayar Pesangon Buruh Nike
Ardian Wibisono - detikfinance
Jakarta - Pengusaha Siti Hartati Murdaya mengaku tidak sanggup membayar pesangon karyawan PT Hardaya Aneka Shoes Industry (HASI) dan PT Naga Sakti Parama Shoes Industry (NASA) jika pabrik itu harus tutup karena diputusnya order sepatu dari Nike.
Kedua pabrik tersebut, menurut Hartati sudah lama teraniaya Nike sehingga tidak sanggup membayar pesangon karyawan kedua pabrik tersebut yang diperkirakan sebesar US$ 40 juta.
"Itu pabrik dijual juga tidak cukup untuk bayar pesangon," ujar Hartati
konferensi pers di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Senin (16/7/2007).
Sehingga pihaknya menuntut Nike membayarkan pesangon jika akan memutuskan
hubungannya dengan HASI dan NASA.
"Tapi saya prinisp tidak mau PHK, selama ini saya subsidi terus. Karyawan tahu kita bleeding terus," kata Hartati yang memiliki properti Mal Pondok Indah.
Meski demikian Hartarti juga menawarkan solusi agar Nike menormalkan kembali ordernya untuk sementara waktu agar perusahaan memiliki dana untuk melakukan PHK bertahap atau mengalihkan karyawan HASI dan NASA ke bisnis Hartarti lainnya.
"Kalau mau berhenti boleh tapi untuk HASI saya minta waktu 18 bulan. Saya sudah menyediakan lapangan pekerjaan di pertanian untuk sebagian karyawan dan karyawan lainnya supaya dapat haknya yang layak. Untuk NASA saya minta 40 bulan, setelah itu saya bisa tutup pabrik," ujarnya.
Hartarti juga mengatakan pemutusan order dari Nike tersebut disinyalir karena adanya pesaing yang ingin merebut bisnisnya. Hartarti juga mengaku sebenarnya dirinya senang jika ada kompetitor yang mengambil alih karena dirinya sudah capek berurusan dengan Nike.
"Ada pihak yang mau ngambil Nike, ambil deh, saya terima kasih karena saya stop bleeding. Tapi kalau order di stop karyawan mati. 14 ribu karyawan, mau dibuang ke laut orang," ujarnya.
Menurutnya hanya dalam lima tahun pertama, Central Cipta Murdaya (CCM) group memetik laba dari bisnis produksi sepatu Nike. Selebihnya Hartati mengaku terpaksa nombok agar karyawannya bisa tetap bekerja.
"Sejak 1989, sepatu yang dibuat harganya rata-rata US$ 14-15 per pasang tapi setelah 18 tahun harganya bukannya naik malah turun. Sekarang harganya hanya US$ 11-12," ujarnya. (ard/ir)
Share This Thread