Nice Story.. kk..
btw dibuat spoiler aja biar![]()
Nice Story.. kk..
btw dibuat spoiler aja biar![]()
CL,Minzy,Dara,***to Anyone2NE1 Blackjack
Anooo... sy jd bener2 bingung, jarak apa lagi ya ??? Bukankah antar paragraph sudah saya kasih jeda 3 spasi untuk lebih memudahkan membacanya ? Tolong bisa dijelaskan lbh spesifik ?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seketika itu pula, kepalaku terasa mau pecah. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit, ingatan akan masa laluku mulai kembali.
“Rani, main sama-sama yuk ?”
“Tenang saja, aku akan selalu bersamamu, Rani.”
“Aku takkan membiarkan kamu sendirian, karena kamu adik kembar yang paling kusayangi.”
Dengan terhuyung-huyung, aku berusaha mencari pegangan agar tubuhku tidak terjatuh.
“Adik.. kembar ? Aku.. Rani, dan aku.. adik kembar.. Rauny ?Akhirnya aku hanya terduduk lemas di antara reruntuhan gudang tersebut. Ingatanku akan apa yang terjadi di bekas gudang yang terbakar ini sudah kembali, dan aku hanya bisa menutup wajahku.
Tidak mungkin ! Tetapi...”
“Rauny, maafkan aku...”Walau aku dan Rauny saudara kembar, tetapi sifat kami sangat berbeda, bagai langit dengan bumi. Rauny yang lincah dan selalu penuh semangat, sedangkan aku sangat pemalu dan tertutup. Aku selalu berpikir, andai aku bisa seperti Rauny. Lincah, ceria, dan disukai oleh teman-teman. Dan tanpa kusadari, akhirnya tumbuh rasa iri yang tak dapat kutahan. Aku menjadi bertanya-tanya, mengapa hanya Rauny yang disukai, padahal kami anak kembar ?!
Pada suatu hari, ketika sedang main sendirian seperti biasa, aku menemukan sebuah gudang yang tidak terpakai, yang terletak tak jauh dari tempat tinggal kami. Saat itu timbul sebuah idea dalam benakku, bagaimana jika aku mengurung Rauny dalam gudang ini, sementara aku menjadi Rauny selama sehari saja. Ya, aku ingin sekali bisa bermain bersama teman yang lain, walau harus menjadi orang lain !
Dan aku-pun mengajak Rauny ke gudang ini. Dengan mengatakan ada suara-suara aneh dari dalam gudang, sementara aku takut mencari tahu, aku minta Rauny untuk masuk. Tetapi Rauny minta agar aku menemaninya, karena katanya ia juga takut. Dengan terpaksa, aku menemaninya, lalu kami-pun bersama-sama masuk.
“Kalau saja waktu itu aku tidak ikut masuk bersamanya...”
Ketika aku hendak melarikan diri, Rauny tahu akan rencanaku. Kami-pun berkelahi di dalam gudang, dan lilin yang dipegang oleh Rauny terjatuh ! Api mulai berkobar, dan Rauny terjebak di tengah api. Aku mencoba untuk menolongnya, tetapi tidak bisa. Lalu aku berusaha mencari bantuan, tetapi begitu aku keluar dari gudang, gudang tersebut meledak. Aku hanya bisa terduduk lemas, sampai Kak Victor dan ayahnya datang. Aku benar-benar ketakutan, sehingga ketika Kak Victor bertanya, aku hanya bisa menjawab, Rani terjebak di dalam gudang. Dan aku tak pernah berani mengaku, bahwa aku adalah Rani yang asli.
Tiba-tiba terdengar suara, “Akhirnya kamu kembali ingat padaku, Rani.”
Aku terkejut dan menengok; Gadis berwajah sama denganku, dengan sisi kiri wajahnya bekas terbakar, sedang memandang ke arahku.
“Rauny ! Jadi kamu.. masih hidup ? Kamu selamat dari kebakaran itu ? Kenapa kamu tidak pernah muncul lagi dihadapan kami ?”
Rauny memandangku dalam-dalam selama beberapa saat, lalu berkata, “Sepertinya, kamu belum ingat seluruhnya. Aku memang selamat dari kebakaran di gudang ini. Itu sebabnya pada hari itu, aku mendatangimu di panti asuhan untuk menanyakan mengapa kamu melakukan hal itu padaku. Tetapi kamu malah berkata kalau kamu adalah Rauny, dan kamu tidak mengenalku. Akhirnya kejadian itu kembali terulang; Kita bertengkar, dan lilin terjatuh sehingga panti terbakar. Aku... meninggal dalam kebakaran yang kedua itu.”
“Kamu.. benar-benar sudah meninggal ? Lalu..”, tanpa kusadari, sekujur tubuhku gemetar, “.. kenapa kamu bisa ada dihadapanku ?!”
Rauny tidak menjawab, tetapi ia berjalan mendekat ke arahku.
“Ti.. tidak, jangan mendekat !”
Aku terus berjalan mundur, sementara Rauny tetap mendekatiku. Akhirnya kakiku tersandung dan aku terjatuh. Dan Rauny juga terjatuh ke atas tubuhku. Pada saat itulah, tubuh Rauny hancur, dan tinggal tulang belulang saja ! Aku menjerit, lalu segalanya menjadi gelap...
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BTW utk info saja, itu yg di dalam Tag Quote, adalah masa lalu.
Bagian terakhir
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa hari kemudian
Di taman rumah sakit tempat Victor dirawat, terlihat Helen sedang mendorong kursi roda dimana Victor sedang duduk, sementara Mira berjalan di samping mereka. Kicau burung membuat suasana taman itu terasa sangat nyaman. Sebuah tiupan angin menyebabkan Helen memalingkan wajahnya. Pada saat itulah terlihat olehnya, tak jauh dari mereka, ada seorang suster yang sedang memberikan sebuah balon berwarna hijau kepada seorang anak kecil yang sedang duduk di bangku taman. Melihat itu, Helen-pun tersenyum.
“Kak Victor, apa kakak masih ingat, dulu ketika kami masih kecil, kakak sering menyanyikan lagu Balonku sebagai lagu pengantar tidur kami ?”
Victor juga melihat ke arah anak laki-laki yang sedang memegang balon tersebut. Lalu ia menghela nafas panjang.
“Ya, aku masih ingat. Mungkin kalian tidak tahu, tetapi lagu itu mempunyai arti penting bagiku.”
“Eh ?”, baik Helen maupun Mira sama-sama terkejut, “Maksud kakak ?”
“Apa kalian masih ingat, balon itu berwarna apa saja ?”
Sambil menaruh jarinya di bibir, Mira berusaha mengingat.
“Kalau tidak salah, warnanya antara lain merah, kuning, hijau, biru, ungu...”
Dengan cepat Helen protes, “Yang terakhir salah ! Itu kelabu.”
“Ya begitulah. Helen, kamu yang selalu penuh semangat, aktif dan suka berolahraga, sama seperti balon berwarna merah yang dinamis. Lalu Mira yang sabar dan penuh pengertian, seperti balon berwarna biru.”
Mendengar itu, Helen dan Mira saling berpandangan. Sementara Victor melanjutkan.
“Lukas yang aneh dan misterius, seperti balon berwarna abu-abu yang sulit ditebak. Rauny yang lincah, ceria dan penuh kehangatan, seperti balon berwarna kuning. Lalu terakhir...”, untuk sesaat, Victor terdiam.
Mira langsung bertanya, “Berarti, Rani dilambangkan dengan warna hijau ?”
Victor mengangguk.
“Benar. Rani yang penyendiri dan juga pencemburu, dilambangkan dengan balon hijau. Dan kalian pasti ingat, balon berwarna hijau-lah yang meletus.”
“I.. iya, sepertinya begitu.”
“Dalam ledakan di gudang yang terletak tak jauh dari tempat kita tinggal, Rani terperangkap di dalamnya. Mungkin kalian sudah lupa, karena kalian masih kecil. Itulah sebabnya, aku selalu menyanyikan lagu Balonku dengan perasaan sedih, karena lirik dalam lagu tersebut selalu mengingatkanku akan Rani yang telah meninggal.”
Victor terdiam sesaat, dan hanya suara angin yang terdengar.
“Tetapi akhirnya aku sadar, bahwa aku salah.”
“Eh ?”, Baik Helen maupun Mira kembali terkejut.
“Yang meninggal dalam ledakan itu, sebenarnya adalah Rauny, dan ‘Rauny’ yang selama ini kita kenal, sebenarnya adalah Rani.”
Mira melangkah mundur sambil menutup mulutnya, “Ti.. tidak mungkin !”
“Mungkin Rani merasa bersalah, dan karena takut, ia mengaku sebagai Rauny. Aku mengetahuinya secara tidak sengaja; Ketika hendak memanggil Rauny pada suatu hari, aku melihat ‘Rauny’ sedang duduk menyendiri di kamarnya, melihat keluar jendela. Itu adalah kebiasaan Rani, tidak mungkin Rauny yang selalu ceria tiba-tiba menjadi pemurung seperti itu. Karena curiga, maka aku kembali memeriksa tempat terjadinya ledakan itu. Dan aku semakin yakin, setelah melihat sebuah liontin yang biasa dipakai Rauny, berada di antara reruntuhan.”
“Ja.. jadi, Rauny temanku itu...”, Mira tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
Victor menarik nafas dalam-dalam, “Mungkin, aku salah telah membiarkan Rani menjadi ‘Rauny’. Sekarang, semuanya sudah terlambat.”
Sementara itu, di sebuah ruangan kecil yang tertutup rapat, aku sedang duduk di pojok ruangan. Kepalaku terasa pusing, dan suara-suara asing terdengar bergantian dalam pikiranku.
“Aku.. Rani.”, lalu aku menggeleng keras-keras, “Bukan, bukan ! Aku adalah Rauny !”
Lalu aku berkata lagi, “Tetapi Rauny sudah mati. Berarti aku Rani khan ?”
Untuk kedua kalinya aku menggeleng, dan berkata, “Aku Rauny ! Siapa itu Rani ?!”
Entah mengapa, aku merasa sangat lelah...
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Open ending, tapi semoga bisa menangkap maksudnya yaaa ^^a
Hmm... msh lom ada komentar ? Hix...
mantep gan critanya apalagi ni yang di bawah tapi apa ending nya cuma gitu apakah itu hanya mimpi semata saja gan???
-------------------------------------------------------------------------------------------------------Rivanne
Beberapa hari kemudian
Di taman rumah sakit tempat Victor dirawat, terlihat Helen sedang mendorong kursi roda dimana Victor sedang duduk, sementara Mira berjalan di samping mereka. Kicau burung membuat suasana taman itu terasa sangat nyaman. Sebuah tiupan angin menyebabkan Helen memalingkan wajahnya. Pada saat itulah terlihat olehnya, tak jauh dari mereka, ada seorang suster yang sedang memberikan sebuah balon berwarna hijau kepada seorang anak kecil yang sedang duduk di bangku taman. Melihat itu, Helen-pun tersenyum.
“Kak Victor, apa kakak masih ingat, dulu ketika kami masih kecil, kakak sering menyanyikan lagu Balonku sebagai lagu pengantar tidur kami ?”
Victor juga melihat ke arah anak laki-laki yang sedang memegang balon tersebut. Lalu ia menghela nafas panjang.
“Ya, aku masih ingat. Mungkin kalian tidak tahu, tetapi lagu itu mempunyai arti penting bagiku.”
“Eh ?”, baik Helen maupun Mira sama-sama terkejut, “Maksud kakak ?”
“Apa kalian masih ingat, balon itu berwarna apa saja ?”
Sambil menaruh jarinya di bibir, Mira berusaha mengingat.
“Kalau tidak salah, warnanya antara lain merah, kuning, hijau, biru, ungu...”
Dengan cepat Helen protes, “Yang terakhir salah ! Itu kelabu.”
“Ya begitulah. Helen, kamu yang selalu penuh semangat, aktif dan suka berolahraga, sama seperti balon berwarna merah yang dinamis. Lalu Mira yang sabar dan penuh pengertian, seperti balon berwarna biru.”
Mendengar itu, Helen dan Mira saling berpandangan. Sementara Victor melanjutkan.
“Lukas yang aneh dan misterius, seperti balon berwarna abu-abu yang sulit ditebak. Rauny yang lincah, ceria dan penuh kehangatan, seperti balon berwarna kuning. Lalu terakhir...”, untuk sesaat, Victor terdiam.
Mira langsung bertanya, “Berarti, Rani dilambangkan dengan warna hijau ?”
Victor mengangguk.
“Benar. Rani yang penyendiri dan juga pencemburu, dilambangkan dengan balon hijau. Dan kalian pasti ingat, balon berwarna hijau-lah yang meletus.”
“I.. iya, sepertinya begitu.”
mantap gan apalagi arti dari 5 balon nya
ya mau di kata apa ini hanya khayalan/ide kreatif ckckckck tapi critanya bagus banget gan!!
Last edited by ~SAsaKl~; 16-07-10 at 23:51. Reason: [QUOTE=Rivanne;4403754]
Sebenarnya semua itu bukan mimpi, tapi akibat shock, Rani mulai kehilangan jati dirinya. Sejak kebakaran itu, Rani selalu berpikir kalau dirinya adalah 'Rauny'. Maka ketika mengetahui kenyataannya, pikirannya terus di antara menolak dan menerima kenyataan, bahwa ia sebenarnya adalah Rani.
Dan, terima kasih atas komentarnya yaaa ^^
Siip dah ^^ Makasih sudah membaca n suka dgn cerita sy ini. Sekarang saatnya posting cerita baru, fufufu... baca juga yaa ^^a
Sedikit info : ada seseorang yg setelah membaca cerita ini, merasa kurang puas dengan endingnya. Dan dia membuat ending versi-nya sendiri. Saya benar2 senang dengan antusias yg dimilikinya. oK, akan saya coba posting ending versi dia. Tapi semua hak cipta utk ending itu, tetaplah milik dia, bkn milik saya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SUBS:
BAYANG DI CERMIN BURAM: ALTERNATIVE ENDING
Rauny (Rani?) masih terus menggelengkan kepalanya sambil bergumam, seperti sudah aktivitas rutinnya antara tertidur atau bergumam sambil menggelengkan kepalanya. Sampai tiba - tiba ia menoleh pada arah pintu dan menghentikan segala aktivitasnya. Di sela - sela pintu terlihat pita cahaya samar yg menyelusup Rauny memandang lekat pada cahaya itu.
Putih.
Pita cahaya itu semakin lama semakin kuat, sepertinya ada sumber cahaya yang besar dibalik pintu ruang kecil ini. Rauny, masih duduk sambil memeluk erat kedua lututnya, memperhatikan dengan seksama cahaya itu; matanya yang setengah menerawang berubah menjadi belalak.
Pintu itu berderit pelan, dan sela - sela berubah menjadi celah sempit. Seolah - olah cahaya tadi begitu kuatnya sehingga mendorong pintu itu untuk terbuka
Rauny masih membelalakkan matanya, mulutnya terbuka sedikit, seperti hendak mengucapkan sesuatu.
terang sekali...
Pintu itu membuka perlahan, hingga akhirnya benar - benar terbuka sampai memiliki rongga yang cukup bagi orang untuk keluar masuk melaluinya.
Rauny beranjak berdiri perlahan. Pintu terbuka baginya, tapi ada perasaan semacam keraguan dan kekhawatiran yang melandanya
persilahkan...?
Rauny akhirnya berdiri tergak diatas dua kakinya; tangannya meraba dinding disisinya, hendak memastikan bahwa dia masih berpijak pada dunia dengan nyata, bukan ilusi.Dengan ragu - ragu ia menapak maju, terus melangkah, hingga melewati ambang pintu, memasuki cahaya.
Viktor sedang duduk ditaman seorang diri, sambil memperhatikan suasana disekelilingnya. Dia sangat menikmati ketenangan di taman rumah sakit itu, walaupun mungkin kurang menyukai lorong - lorong panjang didalam bangunan seba putih itu.
Helen dan Mira datang berdua membawa makanan kesukaan Viktor. Melihat Viktor yang setengah melamun itu, timbul ide usil diantara mereka untuk mengagetkan 'kakak' mereka itu.
Baru saja mereka mau malaksanakan 'misi' mereka, tiba - tiba ada mobil yang datang dan berhenti dengan kecepatan tinggi. Semua orang disekitarnya pun sangat sibuk dan panik.
"Kelihatannya ada pasien darurat yah"
Semakin melangkah rasanya semakin tenggelam Dan perasaan memijak pada tanah sudah tidak ada lagi
Lautan cahaya putih
"Apa yang kau inginkan? Apa harapanmu?"
"Yang kuinginkan dan kuharapkan? (menggeleng kuat - kuat).... tidak ada"
Dengan pandangan kosong, Rauny masih tetap melangkah dengan buta. Langkah kakinya tiba - tiba berhenti. Dia telah melihat sesuatu selain lautan cahaya. Seorang sosok feminis 'berdiri' dihadapannya, tidak jauh dan cukup jelas untuk melihat Wajahnya secara seksama. Wajah yang mayu
"ah, ada cermin? Tapi, kau memakai baju yang berbeda denganku, dan kau melakukan gerakan yang berbeda. Pasti bukan cermin. Lalu apa?"
Sosok itu menarik ujung bibirnya. Dia tersenyum, satu senyum kosong, membuat apa yang dipikirkannya menjadi semakin samar, semakin menakutkan. Rauny memperhatikan wajah sosok itu yang identik dengan wajah miliknya. Sepertinya ia mempunyai suatu pemikiran, namun disimpannya kembali rapat - rapat.
Kemudian, sosok itu mulai berbicara, bibirnya tersenyum, tapi matanya tidak, tetap dengan pandangan menerawang tetapi tajam. "Benarkah... benarkah tidak ada keinginganmu, Rani?"
Mata Rauny membelalak, seperti sesuatu yang sangat besar dan hebat baru saja terjadi didepannya.
air mata mulai bergulir, satu per satu jatuh berberai ke pipinya. Semakin deras dan semakin deras
"aku... yang kuinginkan.... aku ingin pembebasan, aku ingin pengampunan...."
ya... pembebasan dan pengampunan...
Sosok itu lalu membentangkan kedua tangannya, matanya menjadi tenang
Rauny menatap pada sosok itu dan bergerak maju "bukan itu maksudku... bukan ingin mencelakakanmu, aku iri sekali padamu, tapi tetap saja tidak rela kalau harus kehilanganmu dengan cara seperti itu... maafkan aku, maafkan aku... Rauny..." Seraya mengucapkan semua itu, Rauny memeluk sosok yang disebutnya 'Rauny' itu.
Tangan yang tadi dibentangkan 'Rauny' kini melipat dan memeluk tubuh Rauny, 'Rauny' kemudian menutup matanya. Kedamaian terpancar dari wajahnya.
"Aku... mungkin inilah hukuman bagiku, dan tidak sepantasnya aku mengharapkan untuk dimaafkan... aku..."
cahaya itu semakin terang, hingga menyelimuti mereka berdua, dan perlahan - lahan, mereka semakin tenggelam dalam lautan cahaya putih itu, sampai akhirnya benar - benar hilang tertelan.
Saat Viktor kembali kekamar tempatnya dirawat bersama Helen dan Mira, mereka bertemu seorang suster yang sambil berjalan menuju arah mereka menyeka keringat kelegaan.
Dengan penasaran Helen pun bertanya "Ng... permisi, tadi apa yang terjadi ya? Sepertinya tadi ada pasien darurat yang datang dipintu depan ya?"
Suster itu menjawab dengan tersenyum "Ah, yang barusan? Ya, ada seorang Ibu yang segera akan melahirkan sebelum jadwal kelahirannya. Tapi Ibu dan anak - anaknya selamat & sehat ^^"
"anak - anak? Kembar yah?" Sambung Mira penasaran
"Iya, bayi kembar identik perempuan. Wajahnya manis sekali, dan lucunya baru lahir saja keduanya sudah akrab. Masing - masing dari mereka yang belum bisa bergerak berusaha menggapai yang lain, seperti takut kembarannya menghilang saja... hihi, semoga saja setelah tumbuh dewasa nanti masih tetap seakrab itu yah"
Bayi kembar identik, perempuan. Entah kenapa, ada sesuatu yang menggelitik hati mereka, dan seraya itu Viktor, Helen, dan Mira pun tersenyum.
"Hey, bagaimana kalau kita pergi menjenguk Rauny, eh, maksudku Rani sebentar. Bagaimana pun juga kita sudah cukup lama tidak melihat dia" Ajak Viktor
"Wah, boleh juga tuh usulnya! Setuju, setuju!" Jawab Helen dan Mira bersahutan.
Di antara barisan pintu besi ruang di koridor putih yang panjang, sempit dan agak suram itu, ada sebuah pintu yang sedikit ternganga. Di daerah penguncian pada pintu terlihat bekas api yang melumatkannya sehingga pintu itu sudah tidak bisa lagi menutup sebagaimana mestinya.
Di depan pintu yang terbuka itu ada sehelai kertas memo yang terjatuh. Jika diperhatikan dengan seksama, maka kertas itu seharusnya tertempel di pintu tersebut. Bekas lem dan sisa kertas masih terlihat.
"Mengalami halusinasi audio dan visual ringan, berhati - hati pada aktivitas membenturkan kepala di ruang beton. Kecenderungan ringan untuk melukai diri, selain itu tidak ada bahaya extrim
PS. peringatan khusus bagi pengawas adalah untuk tidak menyebutkan nama pasien"
Ruangan dengan pintu yang terbuka itu sudah tidak berpenghuni. Isinya hanya spasial kosong yang hening.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut saya pribadi, ending ini cukup unik. Dimana Rani seakan meminta pengampunan akan kesalahannya di masa lalu. Cara penggambarannya juga unik, maka saya juga suka dengan ending ini ^^ Bagaimana pendapat yg lain ?
di ending ke 2 si rani ini maksudnya stress dan tertekan sehingga di rawat apa gmn itu??yang ke 2 bahasanya susah bro...
kesan vengeance nya si rauny yang dah mati juga kurang...
klo yang pertama kentang bgt endingnya malah rauny yang dah mati kyk ilang gtu aja...gk di ceritain akhirnya itu kembar...
jujur lbh suka inti cerita....tegang bikin penasaran...tp di ending kurang puas...krn ketegangan di inti cerita gk bisa terjawab..
tp mantep juga ide ceritanya....hanya kecewa di ending ^_^
SILENCE IS THE BEST WAY TO MAKE ASSHOLES GO AWAY
Makasih Kk Death Seeker ^^ Saya senang banget akhirnya ada komentar yg bisa membangun. Oh, mengenai ending kedua, seperti yg sudah sy bilang, itu dibuat teman saya yang suka dgn cerita saya. Memang terkesan agak aneh sih, tp sy cukup suka. Mengenai ending pertama sih, yah saya akui, banyak yg bilang kalau endingnya memang agak membuat kecewa. Maaf yaaa... bukan bermaksud membuat kecewa sih, tp sy pikir dgn cerita seperti ini, lbh baik kalau ending tidak fix alias Open ending. Sekali lagi, terima kasih atas masukkannya. Mungkin kalau ada waktu, saya akan mencoba utk membuat ending yg lbh baik![]()
waah.. bgus cerita fiktifnya...
biar gk baca smpek slesai tp arah ceritnya bgus kk...
maw d kasih jempol brpa tuh???
maw kasih saran seh,klo bisa itu cerita nantinya klo dah slesai d jdiin 1 dan d bwat dalam format word/pdf.
trus ntar d upload dan d share jga yah.
lmyan bsa bwat kumpulan2 cerita berbau *sinetron* kwkwkw.....
Saya sih selalu menyimpan karya2 sy. Dulu sebenarnya sy upload cerita di website khusus, baru sy taruh di forum. Tapi belakangan website tersebut telah tutup, jd terpaksa harus ditaruh satu per satu seperti ini. BTW... masa kayak sinetron... hix Y_Y
udh bagus kk tp maju mundur alurnya sih
Share This Thread