“Mira, tolong sampaikan pada guru, aku tidak bisa datang ke sekolah, karena seseorang mengalami kecelakaan untuk menolongku ... Aku baik-baik saja, tetapi aku tidak bisa meninggalkan orang itu begitu saja khan ? ... Sekarang aku ada di Rumah Sakit Umum Pusat ... Iya, bye.”
Aku memutuskan hubungan telepon selularku dengan Mira, teman sekelasku. Saat ini aku sedang duduk di bangku panjang di lorong Rumah Sakit Umum Pusat, tepat di depan kamar operasi tempat para dokter berusaha mempertahankan nyawa orang yang menolongku.
“Aku selamat, tetapi sebagai gantiku, orang itu yang berada di ambang hidup dan mati.
Tuhan, tolong, selamatkanlah penolongku itu.”
Tiba-tiba lampu kamar operasi mati. Perasaanku langsung menjadi tegang. Ketika dokter keluar dari ruang itu, aku segera bangkit berdiri lalu bertanya, “Dokter, bagaimana keadaan orang itu ? Apakah ia selamat ?”
Dokter memperhatikanku, lalu bertanya, “Apakah kamu kerabatnya ?”
“Bukan, tetapi aku adalah.. orang yang telah diselamatkan olehnya. Tolong katakan padaku dokter, apakah dokter berhasil menolongnya ?”
Dokter menarik nafas panjang, “Ia masih hidup, kalau itu maksudmu. Tetapi...”
“Tetapi apa, dokter ?”, aku mulai merasa tidak sabar.
“Tetapi, mungkin ia akan mengalami kelumpuhan seumur hidupnya.”
Seketika itu pula, kakiku terasa lemas, dan aku jatuh berlutut. Lalu aku memegang bagian bawah jas dokter.
“Dokter, apa benar ia akan lumpuh ? Apa dokter tidak bisa menyembuhkannya ? Apa tak ada cara agar ia bisa segera pulih ?!”, suaraku semakin meninggi akibat merasa putus asa.
Dokter memandangku penuh rasa iba.
“Aku bisa memahami perasaanmu. Aku akan berusaha semampuku untuk menyembuhkannya, tetapi maaf, aku tidak bisa menjanjikan apapun.”
Setelah berkata demikian, dokter berjalan pergi meninggalkanku, yang masih berlutut sambil memandang ke arah pintu kamar dengan pandangan hampa.
Hari sudah siang, dan jam dinding menunjukkan Pk 14.00 Pemuda yang telah menolongku itu telah dipindahkan ke kamar perawatan, dan aku terus mendampinginya. Aku memandang keluar jendela.
“Saat ini, sekolah pasti telah bubar. Jika tidak ada kejadian ini, pasti aku sedang berjalan keluar sekolah bersama dengan Mira dan teman lainnya, sambil mengobrol dan tertawa.”
Lalu aku menengok ke arah pemuda tersebut.
“Mengapa ? Mengapa semua ini harus terjadi ?
Apa yang dapat kulakukan untuk menolongnya ?”
Tiba-tiba pintu terbuka, dan seorang gadis manis dikuncir satu memakai seragam sekolah, berlari masuk sambil menjerit, “Kakak !”
Ketika melihat kondisi pemuda tersebut, air matanya mulai mengalir.
“Ini.. ini tidak mungkin khan ? Kak Victor khan orang paling kuat, semua ini sangat tidak sesuai untuk kakak !”
Sambil menunduk aku berkata, “Maaf, karena demi menolongku, kakakmu jadi seperti ini. Maafkan aku.”
Gadis itu berjalan mendekat.
“Kamu ya ? Kamu yang telah menyebabkan Kak Victor menjadi seperti itu ?!”, tiba-tiba sebuah tamparan keras menghantam pipiku, “Aku takkan memaafkanmu ! Keluar, keluar dari kamar ini ! Aku tidak ingin melihatmu.”
Aku tertegun sesaat karena terkejut, lalu aku bangkit dan keluar dari kamar itu. Sebelum menutup pintu, aku berkata, “Kuharap kakakmu segera pulih.”
Aku terduduk lemas di ruang tunggu sambil menunduk.
“Ia memang berhak marah dan membenciku.
Selama ini aku selalu saja bersikap cuek dan tak acuh, serta menganggap enteng semua masalah.
Apakah ini hukuman untukku ?”
Tiba-tiba telepon selularku berdering. Rupanya Mira sudah berada di depan Rumah Sakit Umum Pusat. Ketika sampai di ruang tunggu, Mira bertanya, “Mengapa kamu ada disini ? Bukankah kamu bilang ingin mendampingi orang itu ?”
“Tadi adiknya datang. Ia berkata bahwa ia tidak akan memaafkanku, lalu mengusirku keluar.”
“Eeh ?! Tapi, itu khan bukan salahmu, itu kecelakaan ! Dia tidak bisa seenaknya menyalahkanmu begitu dong !”
“Tidak, mungkin apa yang dikatakannya ada benarnya. Kecelakaan itu terjadi karena aku sedang melamun, jadi wajar jika ia menyalahkanku.”
“Te.. tetapi...”
“Mira, sudahlah. Aku akan tetap menunggunya, sampai ia sadar. Aku senang kamu datang, Mira.”
Mira menghela nafas, lalu berkata, “Kalau begitu, aku akan beli makanan. Kamu belum makan siang khan ?”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Msh bagian pembukaan, lom masuk bagian utama, fufufu...
Share This Thread