Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast
Results 16 to 30 of 40
http://idgs.in/305157
  1. #16
    giez's Avatar
    Join Date
    Jul 2007
    Location
    2nd floor Magical Box of MAXINDO
    Posts
    125
    Points
    146.70
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    wah cc rivanne suka sama yang misterius nih ...............

  2. Hot Ad
  3. #17
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Huhuhu... memang kemisteriusan itu selalu menarik ^^ BTW makasih ya, sudah suka dgn cerita saya ini. Dan maaf, agak lama menunggu. Ini kelanjutannya, silahkan dinikmati

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Malam itu, rumah sakit jiwa tempat Rigel dirawat kedatangan seorang tamu.
    “Anda mencari siapa, Tuan ?”
    “Dokter Kane.”
    “Dokter Kane ? Saat ini Dokter Kane tidak dapat ditemui. Beliau sedang dalam keadaan tidak stabil.”
    “Aku tahu. Tetapi aku tetap ingin menemui beliau.”
    Receptionist itu tampak bingung, tetapi akhirnya ia memberikan pena kepada pengunjung itu.
    “Silahkan Anda tulis nama Anda di buku pengunjung ini.”
    Orang itu tersenyum, lalu menulis sebuah nama : Rigel Othello.
    Ketika melihat nama tamunya, spontan receptionist itu mundur ketakutan.
    “A.. Anda Rigel Othello ? Ti.. tidak mungkin ! Saya mengetahui wajah Rigel, dan dia bukanlah Anda !”
    Rigel tersenyum.
    “Memang benar. Ini bukanlah wajah saya ketika saya dirawat disini. Tetapi sekarang, sayalah Rigel Othello. Apakah Anda mengerti ?”
    “A.. apa kamu operasi plastik ?”
    Mendengar pertanyaan Sang receptionist, Rigel tertawa terbahak-bahak.
    “Tidak. Kurasa walau dijelaskan, Anda tidak akan mengerti. Sudahlah, sekarang saya ingin bertemu dengan Dokter Kane.”
    “Orang yang paling tidak ingin ditemui oleh beliau adalah Anda, Tuan Rigel. Saya harap Anda dapat mengerti.”
    “Ada suatu hal yang ingin saya bicarakan dengan beliau secara pribadi. Saya harap Anda dapat membantu saya, nona. Dan saya tidak ingin menggunakan kekerasan !”
    Gadis itu merasakan nada ancaman dalam suara Rigel Othello, dan ancaman itu sangat serius.
    “Baiklah, akan saya antarkan Anda pada beliau.”

    “Lama tak berjumpa, Dokter Kane. Apakah Anda masih ingat dengan saya ?”
    Dokter Kane, yang sedang duduk di pojok ruangan, menengok ke arah Rigel Othello.
    “Aku.. tidak mengenalmu ! Pergilah !”
    “Itukah sambutan Anda pada bekas pasien Anda ?”
    Mendengar kata-kata Rigel, Dokter Kane segera mendekat ke arahnya, lalu memandangi Rigel dengan serius.
    “Apakah nama Rigel Othello berarti bagi Anda, dokter ?”
    “Ri.. Rigel ?!”, Dokter Kane langsung mundur mendengar nama itu, “Ka.. kamu Rigel ?”
    “Benar, dan inilah diri saya yang baru. Apa pendapat Anda, dokter ?”
    Dokter Kane langsung mencari barang yang dapat dipakai untuk menyerang Rigel, dan tangannya menjangkau sebuah bangku yang terbuat dari kayu. Dengan bangku itu, ia mencoba untuk menyerang Rigel, tetapi ketika bangku itu hampir mengenai dirinya, Rigel memandang tajam ke arah Dokter Kane dan tanpa menyentuhnya sedikitpun, tubuh Dokter Kane terpental ke pojok ruangan.
    “Dokter, saya hanya ingin bicara secara baik-baik dengan Anda. Saya harap Anda jangan sampai memaksa saya menggunakan kekerasan.”
    Dokter Kane mengangguk, walau tubuhnya gemetar.
    “Apakah kakak saya, Rivanne Othello, pernah datang menemui Anda ?”
    “Rivanne Othello... Rivanne Othello... Rivanne Othello... Ya, saya rasa saya pernah mendengar seseorang mengucapkan nama itu.”
    “Lalu, apa saja yang kalian bicarakan ?”
    Dengan wajah ketakutan, Dokter Kane menggeleng keras-keras.
    “Tidak, kami tidak bicara apapun juga.”, lalu Dokter Kane menaruh jari telunjuknya di mulut, “Tenang saja, saya tidak mengatakan apapun padanya. Saya bisa menjaga rahasia.”
    “Baguslah. Oh ya dokter, satu pertanyaan lagi. Dimanakah Anda menyimpan ‘buku itu’ ?”
    Secara tiba-tiba, Dokter Kane menyerigai, “ ‘Buku itu’ sudah kubakar ! Takkan kubiarkan ‘buku itu’ jatuh lagi ke tanganmu.”
    Wajah Rigel menunjukkan perasaan tidak senang.
    “Apakah saya harus memaksa Anda mengatakannya ? Lebih baik Anda katakan saja dimana, daripada saya harus memaksa Anda.”
    “Sudah kubakar, ‘buku itu’ sudah kubakar.”, Dokter Kane mengucapkan kalimat itu bagai seorang anak kecil yang kegirangan mendapatkan mainan.
    Pandangan tajam Rigel terarah langsung ke sisi sebelah kiri Dokter Kane, dinding yang dipandang tersebut langsung retak dan pecahan dinding itu melukai wajah Dokter Kane.
    “Kuberi Anda kesempatan terakhir untuk mengatakannya, Dokter Kane. Dimana Anda menyembunyikan ‘buku tersebut’ ?!”
    Tubuh Dokter Kane semakin bergetar; Ia semakin merasa ketakutan.
    “***** ! Iblis ! Kamu akan dihukum !”
    “Terserah apa kata Anda, pokoknya dimana ‘buku itu’ Anda sembunyikan ?!”
    Setelah terdiam selama beberapa saat, akhirnya Dokter Kane menjawab dengan suara perlahan, “Rumahku, lemari yang ada di ruang tamu.”
    Akhirnya Rigel tersenyum.
    “Mengapa tidak Anda katakan dari tadi, dokter ? Baiklah, senang berjumpa dengan Anda lagi. Selamat tinggal.”

    Rivanne Othello berada sendirian dalam kegelapan.
    “Halo, adakah orang lain selain diriku disini ?”
    Sunyi, tanpa jawaban. Perlahan-lahan Rivanne berjalan menyusuri kegelapan. Tiba-tiba ia mendengar isak tangis anak kecil.
    “Siapa disitu ?”
    Terdengar suara yang sangat lemah, “Aku.. aku takut. Mengapa aku berada disini ? Bukan disinilah seharusnya aku berada.”
    Rivanne mendatangi asal suara itu. Ketika sudah berada cukup dekat, Rivanne terkejut; Di hadapannya tampaklah Rigel Othello yang masih berumur 9 tahun, berjongkok di sebuah sudut sambil menangis. Rigel memandang ke arah Rivanne dengan pandangan takut.
    “Kakak siapa ?”
    Rivanne tersenyum lembut.
    “Tenang saja, kakak bukan orang jahat kok. Siapa namamu, dan mengapa kamu menangis, adik kecil ?”
    “Namaku Rigel Othello. Aku menangis karena disini dingin, gelap dan menakutkan.”
    “Kalau begitu, mendekat ke kakak ya ? Kalau berdua, pastilah tidak akan terasa dingin lagi.”
    Rigel memandang Rivanne dengan ragu, tetapi akhirnya ia mendekat juga. Rivanne memeluk Rigel dengan lembut.
    “Bagaimana ? Apakah sudah terasa jauh lebih baik ?”
    “Hangat ! Dan aku tidak merasa takut lagi. Terima kasih, Kak. Oh ya, kakak sebenarnya siapa ? Malaikat ?”
    Rivanne tertawa mendengar pertanyaan polos Rigel.
    “Bukan. Kakak hanya manusia biasa, sama seperti dirimu. Kakak hanya kebetulan berada disini.”
    Rigel termenung sesaat.
    “Sebenarnya, aku bukan manusia biasa. Lebih tepatnya, aku bukanlah manusia lagi. Mungkin, pantas juga aku berada disini, karena aku telah melakukan kesalahan. Aku telah berbuat jahat; Telah menjadi anak nakal. Mungkin ini semua adalah hukuman untukku.”
    “Mengapa kamu berpikir seperti itu, Rigel ? Tempat ini sangat tidak cocok bagimu.”
    “Karena.. karena...”, Rigel yang sudah tenang, mulai menangis lagi, “aku telah membunuh papa dan mama, bahkan membuat kakakku menangis. Aku jahat, aku sangat jahat !”
    Rigel kembali menangis, sementara Rivanne berusaha menenangkannya.
    “Mengapa kamu sampai membunuh papa dan mama ?”
    “Habisnya, aku takut. Aku takut papa, mama dan kakak akan meninggalkanku. Aku takut kehilangan mereka, lalu mati karena tidak bisa apa-apa.”
    Mendengar kata-kata Rigel, Rivanne terkejut.
    “Apa yang membuatmu berpikir sejauh itu ? Tidak mungkin papa dan mama meninggalkan kamu, dan aku juga tidak akan pernah meninggalkanmu.”
    “Eh ?”, Rigel menengok ke arah Rivanne, “Apa maksud kakak dengan kata-kata ‘tidak akan pernah meninggalkanku’ ?”
    “Karena akulah kakakmu, Rigel. Akulah Rivanne Othello.”
    “Ti.. tidak mungkin ! Kak Rivanne sudah benci padaku, tidak mungkin kakak mau berada di dekatku lagi. Ya, Kak Rivanne tidak mungkin menyayangi Rigel lagi...”, kalimat itu diucapkan dengan nada putus asa.
    “Percayalah Rigel, aku masih menyayangimu. Kamulah adikku satu-satunya yang paling kusayangi. Sekarang, coba jelaskan mengapa kamu sampai berpikir seperti itu.”
    Rigel terdiam sejenak.
    “Sebenarnya, aku senang memperhatikan burung-burung yang ada di taman belakang rumah kita. Suatu hari, aku melihat ada sarang burung di sebuah pohon. Keluarga burung kecil yang sangat lucu, aku sangat senang melihatnya. Walau tubuh mereka kecil, tetapi mereka sangat menyayangi anak-anaknya. Aku memperhatikan mereka setiap hari, hingga suatu hari, papa dan mama burung tidak kembali. Anak-anak burung itu menjadi sangat kesepian dan ketakutan, bahkan aku dapat mendengar jeritan mereka setiap malam. Akhirnya aku memutuskan untuk mengurus mereka. Tetapi, mereka tetap tidak mau makan, hingga akhirnya mereka mati. Mati, ya mati, akibat ditinggal oleh papa dan mama.”, lalu Rigel memandang Rivanne dengan sorot mata ketakutan, “Kak Rivanne, aku takut kalau papa dan mama juga akan meninggalkanku seperti itu suatu hari nanti. Aku tidak akan bisa hidup tanpa kalian, aku pasti akan mati !”
    “Lalu, mengapa kamu malah membunuh papa dan mama ?”
    “Aku hanya berpikir, daripada ada orang yang akan merenggut kalian dari sisiku, lebih baik kalau aku sendiri yang melakukannya. Aku tidak ingin kalian direnggut dariku ! Apakah kakak masih tidak mengerti ?”
    Pada saat itu, Rivanne menyadari bahwa Rigel telah berubah. Rigel yang ada dihadapannya bukan lagi Rigel berumur 9 tahun, tetapi sudah Rigel yang sekarang. Rigel memegang kepalanya, lalu menggeleng keras-keras.
    “Maaf, bukan maksudku untuk berkata seperti itu kepada kakak. Maafkan aku.”
    “Rigel...”
    Secara tiba-tiba, Rigel mencengkram baju Rivanne.
    “Kak, aku ingin minta tolong satu hal yang terakhir kepada kakak. Tolong, hentikanlah diriku dari semua perbuatan ini ! Saat ini, di dalam diriku tumbuh sesuatu yang sangat mengerikan, sesuatu yang sangat jahat. Aku menjadi seseorang yang sangat pendendam, sekaligus orang yang sangat mencintai Kak Rivanne. Bagi diriku, siapapun yang berada di dekat Kak Rivanne harus dihancurkan. Jadi Kak, kumohon hentikanlah diriku, sebelum aku melakukan sesuatu yang sangat menakutkan !”
    “Te.. tetapi, apa yang akan terjadi padamu jika aku melakukannya ?”
    Rigel memandang Rivanne dengan pandangan sedih.
    “Rigel Othello adik kakak yang dahulu, telah tiada. Ia telah mati di rumah sakit jiwa itu. Sekarang yang ada hanyalah Rigel yang penuh dendam, yang dapat menghancurkan apapun yang dianggap menghalangi keinginannya. Berjanjilah padaku, kakak akan melakukannya.”
    Ketika berkata demikian, tubuh Rigel perlahan-lahan melenyap.
    “Rigel ! Baiklah, aku berjanji aku akan menghentikanmu.”
    Rigel tersenyum sementara air matanya mengalir di pipinya.
    “Terima kasih, Kak.”, dan ia-pun lenyap dari hadapan Rivanne.
    Rivanne terbangun di tempat tidurnya. Perlahan ia mengusap air matanya dari pipinya.
    “Rigel, apakah itu pesan terakhirmu ? Apakah kamu benar-benar lenyap ?
    Dan, apakah aku harus membunuhmu untuk menghentikanmu ?”


    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    PS : Jgn perdulikan Signature saya, itu cm kalimat ngasal dr org kurang tidur, fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  4. #18
    giez's Avatar
    Join Date
    Jul 2007
    Location
    2nd floor Magical Box of MAXINDO
    Posts
    125
    Points
    146.70
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    wah cc rivanne suka sama karakter yang misterius ya ....

  5. #19
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Rivanne, apa yang sebaiknya kulakukan untuk membantumu ? Rigel adalah adikmu, tetapi kita harus melawannya; Aku takkan pernah dapat membayangkan kesedihan yang harus kamu alami, Rivanne.”

    Saat ini Thoran Steinbach sedang merenung dalam perjalanannya menuju sekolah. Tiba-tiba mobilnya berhenti mendadak.
    “A.. ada apa ?”
    “Ada seseorang yang menyebrang jalan dengan tiba-tiba.”, lalu sopirnya menunjuk ke arah seorang pemuda yang berdiri di depan mobil.
    Sopir Thoran keluar dari mobil lalu memaki pemuda itu, “Hey, kamu cari mati ya ? Mengapa kamu berlari di depan mobil yang sedang berjalan kencang ?!”
    Pemuda itu tersenyum dingin.
    “Kalau aku tidak salah, orang yang ada di dalam itu Tuan muda Thoran, benar khan ?”
    Mendengar kata-kata pemuda itu, sopir itu langsung waspada.
    “Si.. siapa kamu ? Apakah kamu suruhan orang-orang yang membenci keluarga Steinbach ?”
    “Tenang saja. Aku bukanlah suruhan siapa-siapa. Aku hanya ingin berbincang-bincang sebentar dengan Tuan mudamu itu.”
    Sementara itu, karena merasa masalah yang dihadapi semakin lama, akhirnya Thoran keluar dari mobilnya.
    “Neil, ada masalah apa lagi ?”
    “Tuan muda, jangan turun dari mobil ! Orang ini sepertinya berbahaya !”
    “Thoran ? Namaku Rigel Othello, dan aku ingin bicara denganmu.”
    “Ri.. Rigel ?!”, Thoran terkejut mendengar nama itu.
    “Ya, Rigel Othello, adik dari Rivanne Othello. Bagaimana, apakah kamu bersedia bicara denganku ?”
    Thoran memandang Rigel dengan pandangan tajam, lalu akhirnya ia mengangguk.
    “Te.. tetapi Tuan muda...”
    “Tenang saja, Neil. Mungkin kamu benar, ia berbahaya. Tetapi ia bukanlah orang bodoh, dan kurasa ia benar-benar hanya ingin bicara denganku saja.”
    Thoran dan Rigel masuk ke mobil, dan mobil kembali melaju menuju sekolah.
    “Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Rigel ?”
    “Aku hanya ingin memberikanmu peringatan terakhir : Jauhilah Rivanne ! Kita memang saling tidak menyukai, tetapi kupikir aku juga harus memberikan kesempatan padamu.”
    “Rivanne bukan milikmu ! Dan, kami saling menyukai. Kamu tidak berhak untuk melarang hubungan kami !”
    “Itukah jawabanmu ? Kalau begitu, sayang sekali. Berarti, kita benar-benar akan menjadi musuh.”
    “Kamu mengancamku ? Kutegaskan sekali lagi, aku tidak takut pada ancamanmu ! Demi melindungi Rivanne dari dirimu, apapun akan kulakukan !”
    Tiba-tiba Rigel tertawa.
    “Lucu sekali. Aku juga bermaksud melindungi Rivanne. Ya, akulah yang akan melindunginya dari siapapun juga ! Apakah kamu siap berkorban nyawa demi dirinya ? Aku tidak yakin.”
    “Jika harus, aku tidak akan ragu.”
    “Mengucapkan sesuatu memang lebih mudah daripada melaksanakannya. Apakah kamu dapat membuktikan kata-katamu, kita lihat saja nanti.”
    Saat itu, mobil yang membawa mereka sudah sampai di pintu gerbang sekolah.
    “Aku turun disini.”, lalu Rigel menatap tajam ke arah Thoran, “Jika kita bertemu lagi, kita akan bertemu sebagai musuh. Bersiaplah menghadapi saat itu, Thoran Steinbach ! Dan juga, bersiaplah untuk menepati janjimu tadi !”
    Mobil berhenti, dan Rigel keluar dari mobil. Setelah Rigel keluar, Neil menengok ke arah Thoran.
    “Tuan muda, mengapa Anda bersedia berbicara dengan orang seperti itu ? Berani sekali ia mengancam Tuan muda !”
    “Ia adalah type orang yang tidak takut pada apapun. Dan kurasa justru, ia-lah yang dapat membuat takut lawan-lawannya. Ia memiliki kekuatan itu, dan aku harus berhati-hati terhadapnya.”

    “Rigel sengaja menemuimu ? La.. lalu, apa yang ia katakan ?”
    Saat istirahat, barulah Thoran menceritakan kejadian pagi tadi kepada Rivanne di kantin sekolah.
    “Ia berkata bahwa ia memberi kesempatan terakhir padaku untuk menjauhimu, Rivanne. Dan, aku kembali menantangnya. Kukatakan, bahwa kamu bukanlah miliknya, dan ia tak bisa menentang hubungan kita. Kurasa, dalam waktu dekat, ia akan menyerangku.”
    “Thoran, berhati-hatilah. Saat ini, Rigel adalah orang yang sangat menakutkan.”
    “Aku tahu. Kuharap apapun yang terjadi, kita tetap saling berhubungan, Rivanne.”
    Baru saja Rivanne mengangguk, ketika tiba-tiba terjadi sebuah ledakan dahsyat di halaman sekolah. Debu berhamburan ke berbagai penjuru, dan beberapa murid yang ada di halaman terluka akibat ledakan tersebut. Seseorang muncul di antara debu, berjalan ke arah kantin.
    “Rigel !”, Rivanne dan Thoran sama-sama terkejut melihatnya.
    Senyum dingin Rigel tampak di bibirnya seperti biasa, sementara ia menatap tajam ke arah Thoran.
    “Seperti yang kukatakan sebelumnya, saat kita berjumpa lagi, kita akan menjadi musuh. Apa kamu sudah siap, Thoran Steinbach ?!”
    Wajah Thoran tampak tegang; Ia sadar, lawannya sangat kuat, bahkan memiliki kemampuan melebihi manusia biasa.
    “Aku akan melindungi Rivanne dari monster seperti dirimu, Rigel ! Rivanne, tetaplah di dekatku.”
    Beberapa guru dan penjaga sekolah langsung mengelilingi Rigel.
    “Hey, siapa kamu ?! Apakah ledakan ini perbuatanmu ?!”
    Rigel melirik tajam ke sekitarnya.
    “Huh, dasar serangga pengganggu !”
    Hanya dengan memalingkan wajahnya saja, para guru dan penjaga sekolah itu terpental.
    “Ugh ! Argh ! Ouch !”
    Rigel kembali tersenyum dingin, “Nah, pengganggu telah kusingkirkan. Ayo kita mulai, Thoran Steinbach !”
    “Aku telah siap, Rigel Othello !”
    Hanya dengan satu tatapan tajam, Rigel berhasil membuat Thoran terpukul mundur. Dan satu tatapan tajam ke arah kaki Thoran, menyebabkan tanah di sekitar tempat Thoran berdiri meledak dan pecahan batu melukai Thoran.
    “Rigel, hentikan !”
    “Kak Rivanne jangan ikut campur, nonton saja pertunjukan menarik ini.”
    ... Pertarungan telah dimulai. Apakah Thoran sanggup menghadapi Rigel Othello ?
    Dan, rahasia apa sebenarnya yang terdapat pada diri Rigel Othello ? ...


    “Yardive, hentikanlah !”
    Baik Thoran maupun Rivanne menengok ke arah datangnya suara. Wilfred von Kittengard sedang berlari ke arah mereka. Melihatnya, wajah Rigel langsung berubah menjadi tidak senang.
    “Kak Wilfred, jangan mengganggu pertarunganku !”
    “Kamu sudah keterlaluan, Yardive. Bukan saja kamu mengacau di sini, tetapi juga melukai banyak orang !”
    “Tu.. tunggu sebentar !”, Thoran menengahi pertengkaran antara Wilfred dengan Rigel, “Wilfred, apa maksudmu memanggilnya dengan nama ‘Yardive’ ? Dan, mengapa Rigel memanggilmu kakak ?”
    Rigel tersenyum dingin seperti biasa.
    “Maksudnya, tubuh yang kupakai ini adalah tubuh Yardive von Kittengard, adik dari Wilfred von Kittengard.”
    “ ‘Tubuh yang kau pakai’ ? Apa maksudmu, Rigel ?”
    “Cerita mengenai hal itu sangat panjang, Kak Rivanne. Yang jelas, keadaanku sekarang ini adalah akibat ‘masa hukuman’ yang sangat mengerikan itu !”
    Untuk beberapa saat, suasana di halaman sekolah itu menjadi sunyi. Walau begitu banyak pertanyaan, tidak satupun di antara mereka yang mengeluarkan suara. Akhirnya, Rigel memandang Thoran sambil bertanya, “Apakah kita akan melanjutkan pertarungan ? Ataukah kamu ingin menundanya lagi, Thoran ?”
    “Kurasa lebih baik apabila kamu menjelaskan keberadaanmu dahulu kepada kami, Rigel ! Aku tidak ingin sembarangan melawan adik dari teman dekatku tanpa mengetahui latar belakangnya.”
    Rigel memandang ke arah Rivanne meminta persetujuan, dan Rivanne juga mengangguk. Akhirnya, sambil mengangkat bahu, Rigel berkata, “Baiklah, kurasa Kak Rivanne dan Kak Wilfred juga ingin mengetahuinya juga. Segalanya berawal dari sana, di kamar yang dingin dengan jendela berjeruji bagaikan penjara...”

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Pembahasan selanjutnya adalah... masa lalu Rigel, dan mengapa sekarang ia dikenal pula sebagai Yardive von Kittengard.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  6. #20
    giez's Avatar
    Join Date
    Jul 2007
    Location
    2nd floor Magical Box of MAXINDO
    Posts
    125
    Points
    146.70
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    wew makin misterius aja .............
    lanjutkan ........

  7. #21
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Suatu kilas balik ke masa lalu.
    “Namamu Rigel Othello bukan ? Jawablah, mengapa kamu melakukan hal sekejam itu ?! Membunuh kedua orang tuamu dan pelayan yang sudah bagai keluarga sendiri, dan juga menyerang kakak yang sangat menyayangimu !”
    “Kurasa, aku tidak perlu menjawab pertanyaan pak pengacara.”
    “Ka.. KAMU ! Apakah kamu tidak tahu, hukuman apa yang telah menantimu ?! Hukuman mati !”, pengacara itu tampak kesal.
    Mendengar kata-kata pengacara itu, Rigel diam tidak memberikan reaksi apapun juga.
    “Apa kamu tidak takut mati ? Kalau iya, berilah aku jawaban atas pertanyaanku tadi. Mungkin aku dapat meminta keringanan hukuman atas dirimu.”
    “Hidup dan matinya seseorang ada di tangan Tuhan. Jika seseorang ditakdirkan mati, walau ia berusaha bersembunyi di sarang semut sekalipun, ia tetap tidak akan dapat menghindari nasibnya. Jadi pak pengacara tidak akan dapat menolongku, kalau memang aku harus mati.”
    “Hey, tidak usah sok menasehati aku seperti itu, anak kecil ! Apa yang kamu ketahui mengenai hidup ini ?! Usiamu masih muda, kamu masih belum mempunyai pengalaman apapun juga, jadi jangan sok tahu !”
    “Yeah, kalau pak pengacara masih ingin tahu juga alasannya, baiklah, akan kukatakan. Alasannya sederhana saja : karena aku tidak ingin merasakan sakitnya ditinggal oleh orang yang kusayangi. Itu saja.”
    “Eh ?”, mendengar jawaban Rigel, pengacara itu terbengong, “Kamu.. tidak ingin ditinggal oleh orang yang kau sayangi, itulah sebabnya kamu membunuh mereka ? Hey, aku lagi serius, jangan main-main yach !”
    “Aku juga serius, pak pengacara !”
    Balasan tatapan tajam Rigel kepada pengacara itu mengesankan keseriusannya atas jawaban yang diberikannya itu. Akhirnya pengacara itu hanya menghela nafas.
    “Baiklah, kalau memang itu alasanmu. Anggap saja aku mempercayai kata-katamu, walau aku tidak mengerti. Nah Rigel, dengar ya. Nanti pak hakim akan mendengarkan seluruh kesaksian, dan juga alasanmu itu. Kalau kamu dinyatakan bersalah, kamu bisa dimasukkan ke dalam penjara anak-anak, dan kurasa bukan itu yang kamu inginkan. Walau dinamakan penjara anak-anak, tetapi banyak di antara yang ditahan disana adalah anak-anak yang jauh lebih mengerikan daripada pembunuh terkejam sekalipun. Jadi, aku akan berusaha membantumu, agar kamu jangan sampai masuk ke sana. Buatlah kesaksianmu, agar para juri yang akan memberi keputusan, mengira kamu tertekan sehingga melakukan kekejaman itu. Kita akan berusaha agar kamu dapat dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa khusus anak-anak. Bagaimana pendapatmu ?”
    “Terserah pak pengacara saja.”
    “Kamu boleh bertahan dengan alasanmu itu, tetapi buatlah agar terlihat kamu terpaksa memilih cara itu akibat dirimu sudah sangat tertekan, mengerti ?”
    Rigel mengangguk.
    Akhirnya, berkat bantuan pengacara itu, Rigel tidak jadi dimasukkan ke penjara anak-anak, melainkan ke rumah sakit jiwa khusus anak-anak bermasalah. Usaha mereka meyakinkan para juri berakhir dengan sukses. Rigel ditempatkan di sebuah bangsal tersendiri, dengan perabotan yang cukup lengkap, tetapi jendela tetap diberi jeruji untuk mencegah kabur. Setiap minggu, perawat yang merapikan bangsal dan membawa makanan selalu diganti. Pada 2 tahun pertama, dokter yang merawat Rigel selalu berganti-ganti dan semuanya kurang begitu memperhatikan Rigel. Hingga pada akhirnya, datanglah Dokter Kane. Berbeda dengan perlakuan para dokter selama ini, Dokter Kane memberi perhatian besar terhadap Rigel. Ia mengajarkan Rigel banyak hal, terutama yang berhubungan dengan perkembangan psikologinya. Bahkan ia jugalah yang memberikan Rigel buku pengembangan jiwa melalui pemusatan pikiran. Tidak disangka, buku itulah yang menjadikan Rigel menjadi seperti sekarang ini.

    “Berkat buku itulah, aku dapat menemukan kekuatan yang tersembunyi pada diriku. Bahkan aku dapat meminjam tubuh seseorang.”
    Rivanne, Thoran dan Wilfred tertegun mendengarkan penjelasan Rigel.
    “Jadi maksudmu, kamu hanya ‘menumpang’ di tubuh adikku ? Lalu, apa yang terjadi dengan Yardive yang asli ?!”
    Rigel tersenyum sinis.
    “Apakah kamu mengkhawatirkan nasib adikmu ini, Kak Wilfred ? Aneh sekali. Bukankah aku ini anak yang tidak diinginkan oleh siapapun juga ?”
    “Apa katamu ?!”
    “Kak Wilfred, jangan sangka aku tidak tahu bagaimana perasaan Yardive yang sebenarnya. Aku tahu, ia adalah anak yang sangat kesepian, selalu ketakutan akibat ditolak oleh keluarganya, termasuk Kak Wilfred !”
    Wilfred langsung terdiam mendengar jawaban Rigel. Ia sadar, menyesali perbuatannya di masa lalu sudah tidak berguna lagi. Segalanya sudah terlambat sekarang; Yardive, adik satu-satunya yang tidak pernah diperhatikannya, telah menghilang, mungkin untuk selama-lamanya.
    “Aku akan melanjutkan ceritaku lagi...”

    Pada awalnya, Rigel yang menyadari dirinya memiliki suatu kemampuan lebih, hanya menggunakannya untuk bersenang-senang saja, selayaknya seorang anak yang mendapatkan mainan baru. Tetapi ia merasa bingung, orang-orang yang mengetahui hal itu mulai memandang dirinya bagai makhluk asing yang harus dihindari. Hanya Dokter Kane sajalah yang masih dapat menerima dirinya seperti dahulu.
    Tetapi semua itu tidak berlangsung lama. Pada suatu hari, ada kejadian yang akan mengubah segalanya. Pada hari itu, semuanya berlangsung seperti biasa. Tiba-tiba dikabarkan ada seorang anak yang dirawat disana, berusaha melarikan diri. Ternyata anak itu juga salah seorang pasien Dokter Kane. Merasa bertanggung jawab, Dokter Kane segera mencari anak yang masih bersembunyi di salah satu bagian di rumah sakit itu. Tanpa diduga olehnya, anak itu tiba-tiba muncul di hadapannya, lalu menyandera dirinya. Ia menganggap Dokter Kane telah berbohong dan mengkhianati kepercayaannya, dan Dokter Kane-lah orang yang paling dibencinya. Walau Dokter Kane berusaha untuk meyakinkannya, ia tetap pada keputusannya. Pada saat itu, Rigel juga berada di antara orang-orang yang mengelilingi mereka. Melihat keadaan Dokter Kane yang semakin berbahaya, karena ingin menolong, tanpa disadari tenaga Rigel keluar. Tatapan tajamnya ke arah anak itu, langsung membuat anak itu terpental dan terluka parah. Semua yang berada di sekitar kejadian, tertegun lalu langsung memandang ke arah Rigel.
    “Rigel, apakah kamu yang melakukan hal itu ? Jawablah !”
    “A.. aku... aku tidak tahu...”, Rigel sendiri merasa ketakutan ketika menyadari kekuatan yang dimilikinya telah melukai seseorang.
    Dan mulai sejak saat itu, Dokter Kane berubah. Ia menjadi ketakutan terhadap Rigel dan kekuatannya. Walau kadang-kadang ia masih mengunjungi Rigel, tetapi hampir tidak ada yang dibicarakan. Mungkin Dokter Kane hanya merasa Rigel sebagai suatu kewajiban, suatu beban yang tidak dapat dihindari olehnya. Hingga akhirnya Dokter Kane memutuskan suatu hal yang sangat fatal; Ia merasa harus menghilangkan beban itu selamanya. Dokter Kane hendak membunuh Rigel !

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------

    Pada dasarnya, manusia selalu takut akan hal yang 'asing' baginya; Hal yang tidak diketahuinya. Bahkan... walau sesuatu yang 'asing' itu telah menolongnya sekalipun...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  8. #22
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Dokter Kane hendak membunuhmu ?”
    Rigel mengangguk.
    “Ia yang sudah kuanggap bagai ayah sendiri, hendak membunuhku. Sekarang kakak sudah mengerti, mengapa aku menjadi seperti ini, bukan ?”
    Rivanne memandang Rigel dengan pandangan kasihan, dan Rigel menyadarinya.
    “Jangan memandangku seperti itu, Kak Rivanne ! Aku tidak perlu dikasihani, selain itu segalanya sudah terlambat sekarang. Tetapi ada kalanya aku juga ingin semua ini tidak pernah terjadi...”
    “Lalu, bagaimana kamu bisa berganti tubuh dengan adikku ?!”, terdengar nada kemarahan dalam suara Wilfred.
    “Pada malam itu, hujan turun dengan derasnya...”

    Hampir seluruh pegawai sudah tidur, hanya para penjaga saja yang masih berkeliling. Rupanya keputusan Dokter Kane sudah bulat; Ia harus melenyapkan Rigel Othello untuk selama-lamanya. Perlahan ia berjalan menuju kamar Rigel, dengan menyembunyikan sebilah pisau di dalam bajunya. Dengan hati-hati ia membuka pintu kamar Rigel, dan memastikan bahwa Rigel telah tertidur. Ia masuk, dan tanpa suara ia mendekati Rigel. Ketika pisau telah diangkat dan siap dihujamkan, tiba-tiba terdengar suara petir yang menggelegar. Rigel-pun terbangun, dan melihat sebilah pisau yang siap membunuhnya, secara reflek ia langsung menghindar. Pisau itu gagal mencapai sasaran, dan hanya menghujam ke tempat tidur.
    “Si.. siapa itu ?!”
    “Maafkan aku, Rigel. Tetapi aku harus membunuhmu.”
    Nada suara datar itu sangat dikenal oleh Rigel; Dokter Kane ! Seakan-akan tidak percaya pada apa yang didengarnya, Rigel menyalakan lampu. Tetapi memang benar, Dokter Kane sedang berdiri di hadapannya, dengan sebilah pisau di tangannya.
    “Dokter Kane, a.. apa maksud semua ini ?”
    “Kekuatanmu terlalu menakutkan, aku tidak dapat membiarkannya. Kalau aku terus berdiam diri, mungkin suatu hari nanti kamu benar-benar dapat membunuh seseorang dengan kekuatanmu itu.”
    “Tidak ! Dokter tahu aku tidak mungkin melakukannya. Kejadian waktu itu hanya karena aku tidak ingin dokter terluka.”
    “Lalu, kalau kejadian yang sama terulang lagi ?! Akibat ingin menolongku, kamu sampai membunuh seseorang ?! Jangan lupa Rigel, kamu berada di sini akibat telah membunuh keluargamu sendiri ! Jikalau keluargamu saja dapat kaubunuh dengan tanpa perasaan, apalagi orang lain yang tidak kau kenal !”
    Rigel terdiam. Perasaannya berkisar antara rasa takut, sedih, kecewa. Dokter Kane kembali menyerang dirinya, dan untuk kali ini, serangannya berhasil melukai Rigel. Menerima serangan bertubi-tubi dari Dokter Kane, yang dapat dilakukan oleh Rigel hanya menghindar. Ia tidak ingin melukai Dokter Kane, tetapi ia juga tidak ingin dirinya mati sia-sia. Hingga pada suatu saat, kaki Rigel tersandung pada sebuah kabel, dan ia terjatuh. Dokter Kane langsung memanfaatkan kesempatan itu, dan pisau terarah tepat ke jantung Rigel. Rigel-pun menjerit dengan keras, “TIDAAK !”
    Sunyi selama beberapa saat. Pisau terhenti tepat menyentuh dada Rigel. Tatapan tajam Rigel ketika itu bagai orang yang telah kehilangan segalanya. Tatapan antara benci, marah dan kecewa menjadi satu. Sebenarnya tatapan itu menjadi suatu pertanda, akibat perasaannya yang kacau, telah terlahir ‘seorang yang lain’ di dalam diri Rigel; Seseorang yang penuh kemarahan dan kebencian akibat merasa dikhianati, seseorang yang keberadaannya hanya akibat ingin membalas dendam pada seluruh dunia. Perlahan-lahan Dokter Kane mundur, dan pisau yang dipegangnya terjatuh. Tubuhnya gemetar ketakutan.
    “Dokter Kane ?”
    “Tidak ! Jangan mendekat padaku !”, lalu ia pergi ke suatu pojok, duduk meringkuk dan menangis bagai anak kecil.
    Tanpa disadari, kekuatan Rigel telah menyebabkan pikiran Dokter Kane terganggu. Merasa tidak mungkin lagi terus tinggal di rumah sakit jiwa ini, akhirnya Rigel memutuskan untuk melarikan diri malam itu juga. Tetapi salah seorang penjaga melihatnya ketika ia sedang mengendap-endap keluar.
    “Hey, siapa itu ?! Apa yang kamu lakukan malam-malam begini ?!”
    Rigel yang sedang merasa ketakutan, terus berharap agar orang itu tidak melihat dirinya.
    “Aneh, aku yakin tadi ada seseorang disini. Yeah, mungkin aku salah lihat.”
    Mendengar kata-kata itu, Rigel tertegun. Orang itu merasa tidak melihat sesuatu, padahal Rigel berada di depannya. Walau gelap, seharusnya dirinya masih dapat terlihat dengan jelas. Saat itulah Rigel sadar, bahwa kekuatan pikirannya dapat mempengaruhi pikiran orang lain. Dan, dengan memanfaatkan hal itu, ia berhasil melarikan diri tanpa diketahui oleh siapapun juga. Terus berlari dalam hujan dan tubuh dalam keadaan penuh luka, Rigel berlari tanpa arah. Ia tidak tahu, harus kemana ia pergi. Di dalam hujan itulah, tiba-tiba Rigel bertemu dengan Yardive von Kittengard.

    “Yardive melarikan diri dari rumah, akibat tidak tahan akan perlakuan dari keluarganya ! Apakah kamu tahu akan hal itu, Kak Wilfred ?!”
    “Yeah. Aku ingat, pada hari itu, ayah kehilangan uang. Setelah mencari-cari tidak juga menemukannya, tanpa alasan ayah langsung menuduh Yardive telah mengambil uangnya. Tidak sedikitpun bantahan dari Yardive didengar oleh ayah, hingga akhirnya ia langsung kabur. Aku juga salah, karena takut untuk membelanya. Akhirnya belakangan diketahui, bahwa uang itu ternyata tertinggal di kantor ayah.”
    “Tetapi semua itu terlambat, bukan ? Yardive terlampau kecewa akan perlakuan keluarganya sendiri yang pilih kasih, bahkan seakan membuang dirinya.”
    Tiba-tiba saja Rivanne protes, “Tetapi Rigel, hal itu bukan berarti tindakanmu memakai tubuh Yardive untuk melakukan kejahatan dapat dibenarkan ! Dan aku masih belum memahami, bagaimana kamu dapat memasuki tubuh Yardive ?”
    “Sebenarnya aku juga tidak mengerti. Ketika itu lukaku terasa semakin menyakitkan, terutama akibat terkena air hujan...”

    Dalam keadaan kesadarannya semakin menipis, Rigel berjalan mendekat ke arah Yardive. Yardive segera menolong Rigel, dan membawanya ke suatu tempat yang agak gelap dan dingin, tetapi terlindung dari hujan.
    “Tubuhmu penuh luka, apa yang terjadi ?”
    “Aku.. dikhianati oleh orang yang selama ini sangat kupercaya. Orang yang sudah bagai ayah sendiri bagiku. Beliau.. hendak membunuhku, padahal aku sangat menyayanginya.”
    Mendengar penjelasan Rigel, Yardive bagai melihat keadaannya sendiri.
    “Sepertinya kita senasib. Aku juga tidak diinginkan oleh keluargaku. Padahal aku tidak bersalah, tetapi tetap saja disuruh mengaku bersalah. Andai saja, aku dapat menghilang dari dunia ini...”
    Tiba-tiba Rigel tersenyum dingin, “Kalau begitu, mengapa kamu tidak memberikan tubuhmu kepadaku ? Seperti yang kaulihat, aku sudah terluka parah, mungkin tidak dapat hidup lama. Tetapi aku masih ingin hidup.”
    Yardive terkejut mendengar permintaan Rigel.
    “Te.. tetapi, bagaimana caranya ?”
    “Aku dapat melakukannya. Yang terpenting, apakah kamu setuju aku mengambil alih tubuhmu ?”
    Yardive terdiam sesaat, memikirkan hal itu. Akhirnya ia mengangguk.
    “Kurasa, walau aku hidup lebih lama, takkan ada gunanya. Aku sudah merasa bosan, selalu dipersalahkan dalam setiap masalah.”
    Rigel menatap tajam ke arah Yardive dengan pemusatan pikiran, untuk melepaskan diri dari rasa sakitnya. Ketika itu pula, Yardive merasakan sakit luar biasa pada sekujur tubuhnya. Dan setelah berkonsentrasi selama kurang lebih 10 menit, segalanya terasa gelap bagi kedua orang itu.
    Perlahan-lahan Rigel membuka matanya. Tubuhnya tidak lagi terasa sakit, dan ia merasa kaget ketika melihat tubuhnya ada di hadapannya. Ia tidak menyangka bahwa ia berhasil memindahkan jiwanya ke dalam raga Yardive.

    “Sebenarnya, aku juga tidak tahu secara pasti, apa yang terjadi terhadap Yardive yang asli. Ketika itu, yang terpikir olehku, aku hanya tidak ingin mati dan terlepas dari rasa sakit akibat luka-lukaku itu. Tak kusangka, aku berhasil melakukannya. Nah, sejak saat itulah, aku hidup sebagai Yardive von Kittengard.”
    Baik Rivanne, Thoran maupun Wilfred tidak ada yang mengeluarkan suara. Suara sirine polisi-lah yang membuat mereka tersadar.
    “Tsk, para pengganggu datang lagi. Thoran, pertarungan kita baru saja dimulai ! Nanti malam, aku akan menunggu kalian di Stasiun Central, dan kita akan melanjutkan pertarungan kita disana ! Kalau kau tidak datang, berarti kamu memang seorang pengecut !”
    Usai berkata demikian, Rigel melarikan diri.
    “Aku pasti akan datang, Rigel Othello. Dan, aku pasti akan dapat menghentikanmu !”
    “Aku akan menemanimu, Thoran.”
    Sesaat Wilfred tampak ragu, tetapi akhirnya ia menjawab, “Aku juga ikut. Kesalahanku memang tidak dapat diperbaiki. Tetapi aku tidak rela, ia menggunakan tubuh adikku untuk melakukan kejahatan !”

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Yap, dgn ini jelas bahwa Rigel berada dalam tubuh Yardive. Dan tekad Thoran, maupun Wilfred, untuk menghentikan Rigel Othello, semakin mantab. Apakah yang akan terjadi selanjutnya ? Dan... tantangan seperti apakah yang telah dipersiapkan Rigel untuk mereka ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  9. #23
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Malam hari, sekitar Pk. 21.00, Rivanne Othello berlari menuju Stasiun Central. Ia baru saja teringat, Jerko juga berada di sana. Dan Jerko masih belum pulang sejak pagi. Di dalam perjalanan menuju stasiun, tiba-tiba tanah berguncang.
    “A.. apakah ada gempa ?”, dan Rivanne mempercepat larinya menuju stasiun.
    Sesampainya Rivanne di depan stasiun, ia terkejut melihat orang-orang sedang berlarian keluar dari stasiun.
    “Apa yang terjadi ?”, tanyanya pada seseorang yang sedang berlari pergi dari stasiun.
    “Aku tidak tahu pasti. Yang jelas, ada ledakan di sana sini, darah berceceran dimana-mana, dan banyak yang mati atau terluka. Suasana di dalam stasiun saat ini sudah seperti neraka !”
    Orang itu langsung melanjutkan larinya. Dengan perasaan tegang, Rivanne berjalan masuk ke dalam stasiun.
    “Rigel, apakah ini perbuatanmu ?”

    Di dalam stasiun Rivanne menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan; Percikan listrik dari kabel-kabel yang terputus, api masih menyala di beberapa tempat, dinding serta langit-langit stasiun rusak cukup parah, darah berceceran di mana-mana, dan mayat-mayat bergelimpangan. Perhatian Rivanne tertuju kepada sesosok kecil yang sedang bersandar di sebuah pilar.
    “Jerko !”, Rivanne segera menghampiri adiknya itu.
    Perlahan-lahan Jerko mengangkat kepalanya sambil bertanya, “Kak Rivanne ?”
    Saat itu pulalah Rivanne dapat melihat apa yang terjadi pada Jerko. Pada mata kanannya terdapat sebuah luka menyilang yang cukup dalam, sedangkan mata kirinya tertutup oleh darah yang mengalir dari keningnya. Itulah sebabnya Jerko tidak dapat melihat.
    “Jerko, pegang tanganku ya ? Aku akan membimbingmu menuju tempat yang lebih aman.”
    Jerko menggelengkan kepalanya, “Aku tidak yakin, Kak Rivanne. Kakiku sepertinya terkilir, dan aku tidak bisa merasakannya lagi.”
    Pandangan Rivanne beralih ke kaki Jerko, dan ia terpekik; Kaki kiri Jerko sudah terputus sampai sebatas lutut. Rivanne mengambil nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
    “Ti.. tidak apa-apa, Jerko. Kakak akan menggendongmu keluar. Mungkin akan terasa sakit, tetapi kamu harus bisa bertahan.”
    Jerko mengangguk. Dengan mengerahkan segenap tenaganya, Rivanne membawa Jerko keluar. Di dekat pintu keluar, mereka bertemu dengan Wilfred von Kittengard.
    “Rivanne, apa yang terjadi ? Apakah semua ini perbuatan Yardive ?”
    “Maksudmu Rigel ? Sepertinya memang demikian. Tetapi aku sendiri masih belum bertemu dengannya maupun Thoran. Maaf, aku sedang terburu-buru, adikku terluka.”
    Rivanne berjalan melewati Wilfred dan langsung menuju ke sebuah mobil ambulans yang sudah berada di depan stasiun. Segera setelah ia membaringkan Jerko, ia kembali ke dalam stasiun, tetapi seseorang menahannya.
    “Tunggu, di dalam sangat berbahaya !”
    “Lepaskan aku ! Aku harus menolong temanku yang ada di sana !”
    “Apakah maksudmu Thoran Steinbach ?”
    Rivanne terkejut. Ia menengok untuk melihat orang yang sedang memegang lengannya, dan melihat senyum dingin Rigel Othello.

    Sementara itu, Wilfred berjalan di antara reruntuhan untuk mencari Thoran Steinbach.
    “Thoran, dimana kamu ?”
    Terdengar sebuah suara lemah dari antara reruntuhan, “Wil.. fred... ?”
    “Thoran !”, Wilfred segera menyingkirkan puing-puing reruntuhan stasiun untuk menolong Thoran, “Bertahanlah, aku akan segera mengeluarkanmu !”
    Ketika Wilfred berhasil menyingkirkan puing-puing itu, ia melihat kondisi Thoran dalam keadaan parah; Luka-luka di seluruh tubuh, kakinya terhimpit oleh sebuah tiang beton.
    “Wah, aku sendirian tidak akan dapat menyingkirkan tiang itu. Sabarlah sebentar, Thoran, aku akan segera mencari pertolongan.”
    Baru saja Wilfred hendak pergi, ketika Thoran menahannya.
    “Tunggu sebentar, Wilfred ! Ugh.. apakah kamu bertemu.. dengan Rivanne ?”
    “Ya, tadi di pintu masuk. Katanya ia hendak keluar sebentar untuk menolong adiknya.”
    “Gawat !”, Thoran tampak kesal, “Wilfred, kamu.. harus melindungi.. Rivanne !”
    “A.. apa maksudmu, Thoran ? Sebenarnya, apa yang terjadi ?”
    Thoran menarik nafas panjang untuk mengumpulkan tenaga, “Aku dan Rigel telah bertarung. Ternyata.. tenaga Rigel jauh lebih mengerikan dari yang kubayangkan. Tenaganya dapat menyebabkan terjadinya gempa.”
    Thoran berhenti sejenak untuk kembali mengumpulkan tenaga, lalu melanjutkan, “Ketika mengurungku disini, ia berkata.. tidak akan membunuhku terlebih dahulu. Sepertinya ia benar-benar ingin.. menyiksaku habis-habisan. Ia akan.. menculik Rivanne ! Argh !”, Thoran terdiam menahan sakit.
    “Baiklah, aku mengerti. Aku akan memanggil pertolongan, lalu segera mencarinya. Yang terpenting, kamu harus dapat bertahan, Thoran !”
    Ketika Wilfred berbalik hendak pergi, tiba-tiba seseorang muncul di hadapannya.
    “Tunggu sebentar. Apakah Rivanne yang sedang kalian bicarakan ini, Rivanne Othello ?”
    “Eh ? Memang benar. Lalu, siapa kamu ? Mengapa kamu dapat mengenal Rivanne ?”
    “Namaku Metzig Chevalier, dan aku adalah penguasa stasiun ini. Mengenai hubunganku dengan Rivanne, cukup panjang untuk dijelaskan, dan kita tidak mempunyai waktu. Aku akan ikut denganmu. Siapa namamu ?”
    “Aku Wilfred, teman satu sekolah Rivanne dan Thoran yang sedang terluka di sana. Senang berkenalan denganmu.”
    Metzig tidak menerima jabat tangan Wilfred, melainkan segera pergi menuju pintu keluar.
    “Benar-benar orang yang tidak ramah.”, Wilfred menggerutu.
    “Hey, apa yang kau lakukan ? Kita harus cepat bergerak !”
    “Yeah yeah.”

    “Lepaskan tanganku, Rigel !”
    Saat itu, Rigel sedang menarik Rivanne menuju sebuah tempat.
    “Tenanglah, tempat tujuan kita sudah tidak terlalu jauh.”
    “Apa sebenarnya yang terjadi di dalam stasiun ?! Apa yang kaulakukan terhadap Thoran ?!”
    Rigel berhenti sesaat, lalu menengok ke arah Rivanne; Wajahnya serius.
    “Kak Rivanne, apakah kakak begitu mencintai Thoran ? Apakah.. perhatianku selama ini tidak ada artinya bagi kakak ?”
    “Memang benar, aku sangat mencintai Thoran ! Aku senang kamu selalu melindungiku, tetapi kita adalah kakak – adik, Rigel. Kita tidak bisa saling mencintai !”
    “Itu adalah aturan yang dibuat oleh orang yang tidak mengenal cinta sejati ! Aku tidak akan pernah mengakui hal itu !”
    Dengan kasar, Rigel kembali menarik lengan Rivanne. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah. Rigel membuka pintu depan, lalu membawa Rivanne masuk ke dalam sebuah kamar dan menghempaskannya ke ranjang.
    “Rigel, apa sebenarnya yang hendak kau lakukan terhadapku ?!”
    “Kak Rivanne adalah milikku dan takkan kuserahkan pada siapapun juga, apalagi terhadap Thoran ! Dan disini, akan kubuktikan kata-kataku itu !”
    “Rigel, apakah kamu sudah gila ?! Kamu.. ingin memperkosaku ?”
    Wajah Rigel semakin dingin, tatapannya tajam ke arah Rivanne. Dengan cepat Rivanne meraih barang di sekitarnya, lalu melemparkannya ke arah Rigel. Tidak ada satupun di antara barang-barang yang dilempar oleh Rivanne mengenai sasaran. Dengan perlahan Rigel berjalan ke arah Rivanne.
    “Kak Rivanne takkan dapat menghindar dariku, dan kakak tahu itu. Mengapa kakak masih melawanku ?”
    “Sampai matipun aku tidak akan menyerahkan diriku kepadamu, Rigel !”
    Rivanne bergerak menuju pojok ruangan, lalu berlari keluar. Rigel hanya tersenyum saja melihat hal itu.
    “Sepertinya, kejadian seperti ini dulu pernah terjadi.”
    Rivanne sedang berlari menuju halaman rumah, ketika ia terjatuh akibat tersandung sesuatu. Ketika melihat benda yang menyandung kakinya, ia terpekik. Di sekitar tempatnya terjatuh, bergeletakkan mayat-mayat. Ketika masuk tadi, ia tidak memperhatikan sekelilingnya.
    “Sesuatu yang membangkitkan kenangan masa lalu, bukan ? Pada hari itu, hanya kakak-lah satu-satunya yang kubiarkan hidup.”
    “Mengapa ? Mengapa kau begitu tega membunuh orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan kita, hanya demi mengingatkan kenangan mengerikan itu padaku ?!”
    “Orang yang tidak ada hubungannya ? Tidak, kakak salah.”, Rigel menunjuk ke salah satu bagian ruangan, “Lihatlah ke sana, aku mempersiapkannya khusus untuk kakak.”
    Rivanne menengok ke arah yang ditunjuk, dan ia menjerit, “Kate ! TIDA..K !”
    Di dinding itu, terdapat Kate Byrne yang terpaku ke dinding dengan posisi disalib. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka irisan pisau.
    “Aku melakukannya untuk kakak. Seharusnya kakak senang, karena salah seorang saingan kakak untuk mendapatkan Thoran menghilang.”
    “Kamu benar-benar sudah gila, Rigel ! Kamu bukan lagi Rigel yang dahulu kukenal, saat ini kamu adalah seorang ***** pembunuh, yang membunuh hanya demi kesenanganmu saja !”
    Rivanne mengambil sebilah pisau dapur yang berada di dekatnya, dan menyerang Rigel. Tidak sedikitpun Rigel mengelak, hingga pisau itu menghujam bahunya. Hal itu membuat Rivanne bingung.
    “Mengapa kamu tidak mengelak ?”
    Sambil memegang bahunya yang terluka, Rigel tersenyum pahit.
    “Lucu juga. Dahulu Dokter Kane yang melakukan hal ini padaku, dan sekarang kakak. Tetapi, aku tidak akan mengulangi apa yang pernah kulakukan terhadap Dokter Kane kepada kakak. Tidakkah kakak mengerti, aku melakukan semua ini demi kakak !”
    Rivanne mundur perlahan, pisau di tangannya terjatuh.
    “Tidak... aku benar-benar.. tidak mengerti...”
    Rigel maju dengan tiba-tiba, dan meninju perut Rivanne sambil berkata, “Maaf kak.”
    Seketika itu pula, pandangan Rivanne menjadi gelap.

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Hmm... sejujurnya, utk cerita ini memang terlalu panjang, dan tidak dibagi per bab. oK oK, maafkan saya, itu memang kesalahan saya, mengingat cerita ini dibuat di masa awal2 saya mengarang. Sekali lagi, maaf kalau terasa terlalu panjang, dan tidak dibagi per bab.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  10. #24
    giez's Avatar
    Join Date
    Jul 2007
    Location
    2nd floor Magical Box of MAXINDO
    Posts
    125
    Points
    146.70
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    ga masalah blom di bagi2 dalam bab .......
    ayo lanjutkan ...............
    nice story meski agak berlebihan ...........

  11. #25
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Wilfred von Kittengard dan Metzig Chevalier sedang berjalan menyusuri jalan yang ditunjuk oleh seseorang yang melihat ke arah mana perginya Rigel dan Rivanne Othello.
    “Huh, kemana perginya mereka ? Sangat sulit mencari mereka kalau sudah gelap begini.”
    “Sepertinya akan sia-sia saja kita berusaha untuk mengikuti mereka.”
    Tiba-tiba Wilfred terdiam.
    “Ada apa ?”
    Wilfred memandang ke sekelilingnya.
    “Sepertinya, aku mengenal daerah perumahan ini. Ya benar, Thoran pernah mengajakku kemari. Kalau tidak salah, rumah salah seorang teman sekelasnya ada di sekitar sini.”
    Metzig terkejut, “Eh, kalian tidak sekelas ?”
    “Tidak. Aku dan Thoran memang berteman baik, bahkan pernah sekelas. Tetapi sekarang kelas kami berlainan. Bagaimana kalau kita coba ke rumah temannya itu ?”
    Metzig mengangguk, dan mereka segera berlari menuju rumah Kate Byrne.
    Sesampainya mereka di depan rumah itu, mereka mendengar jeritan Rivanne. Keduanya segera masuk, dan di dalam mereka bertemu dengan Rigel Othello yang sedang memeluk tubuh Rivanne yang sedang pingsan. Melihat mereka, Rigel tersenyum seperti biasa.
    “Kak Wilfred, rupanya kakak juga ikut datang. Pertunjukkan ini sungguh menarik, bukan ?”
    “Pertunjukkan ?! Stasiun hancur dan orang-orang meninggal kau anggap sebagai sebuah pertunjukkan ?! Yardive, kumohon hentikanlah !”
    Rigel menatap tajam ke arah Wilfred.
    “Bukankah dahulu Yardive juga selalu memohon seperti ini, tetapi tidak sedikit-pun kalian memperdulikannya ? Sekarang semuanya sudah terlambat. Dan, kuharap Kak Wilfred memanggilku dengan nama asliku, Rigel Othello !”
    Wilfred hanya terdiam, sementara Metzig menatap Rigel dengan pandangan marah.
    “Kaukah yang telah menghancurkan Stasiun Central ? Kau tahu, aku sangat tidak senang kau mengacau di tempatku !”
    “Kalau iya, apa yang akan kau lakukan ? Menantangku ? Boleh saja, kalau kau tidak sayang pada nyawamu !”
    Merasa diremehkan, Metzig segera maju untuk menyerang Rigel. Hanya dengan tatapan saja, Rigel berhasil memukul mundur Metzig.
    “Ugh ! A.. apa itu tadi ?! Aku bagai terhantam sesuatu yang tidak terlihat.”
    “Metzig, berhati-hatilah ! Kekuatan yang dimiliki olehnya jauh melebihi kekuatan manusia biasa. Ia sangat berbahaya.”
    Metzig menengok ke arah Wilfred dengan pandangan bingung.
    “Ma.. maksudmu, ia memiliki kekuatan super seperti di film-film itu ? Itu.. mustahil !”
    “Percaya atau tidak, kita sedang menghadapi seseorang yang memiliki kekuatan seperti itu.”
    “Lalu, bagaimana kita dapat melawannya ? Apakah tidak ada cara untuk mengalahkannya ?”
    Sementara itu, Rigel membaringkan tubuh Rivanne di sofa, lalu kembali menantang Metzig.
    “Hey, apakah pembicaraan kalian sudah selesai ? Ataukah sekarang kau ketakutan mengetahui kekuatanku ? Sudah terlambat untuk menarik diri, kau sekarang sudah terlibat di dalam pertunjukkan ini !”
    “Sombong sekali ! Aku tidak perduli apakah kau manusia super atau ***** sekalipun, tidak akan kubiarkan siapapun yang telah mengacaukan tempatku, pergi begitu saja !”
    Metzig kembali maju menyerang Rigel. Rigel tersenyum mengejek sambil berkata, “Berapa kali-pun kau coba, hasilnya akan sama saja.”
    Tetapi Rigel tidak menduga, kalau Metzig dapat menghindar dari serangannya, bahkan berhasil menghantamkan sebuah tinju ke wajahnya.
    “Ti.. tidak mungkin !”, Rigel mundur sambil memegang pipinya, “Kau.. dapat menghindar dari seranganku ?”
    “Aku lupa memberitahumu, panggilanku di antara anak-anak jalanan adalah ‘Cheetah’. Dan nama itu diberikan padaku, bukan hanya sekadar julukan saja.”
    Tiba-tiba Rigel tertawa terbahak-bahak.
    “Ha ha ha ha ha... hebat sekali ! Baru kali ini aku mendapatkan lawan yang seimbang. Akan kita lihat, apakah kekuatanku dapat meredam kecepatanmu itu, atau sebaliknya.”
    Dan, pertarungan-pun kembali dilanjutkan.

    Baru saja Metzig Chevalier hendak maju menyerang, ketika tiba-tiba bumi berguncang.
    “Hey, apa yang kaulakukan ?! Curang sekali caramu itu !”
    Dengan senyum dingin seperti biasa, Rigel menjawab, “Apa kau pikir aku dapat membuat gempa sedemikian mudahnya ? Sedahsyat apapun kekuatanku, aku tetap perlu ber-konsentrasi penuh sebelum mampu melakukannya. Kurasa ini adalah gempa susulan akibat gempa pertama tadi.”
    Tanpa berkata apa-apa lagi, Rigel segera membawa Rivanne yang masih pingsan keluar dari rumah itu. Sementara Wilfred dan Metzig mengikutinya. Tetapi baru saja mereka sampai di pintu depan, ketika terjadi guncangan yang jauh lebih keras dari yang pertama. Dan sebuah tiang rumah roboh menimpa punggung Metzig. Jeritannya menggema sampai ke jalan.
    “Metzig !”
    “Ugh ! Cepatlah pergi, rumah ini akan roboh !”
    “Te.. tetapi, bagaimana dengan...”
    Dengan tidak sabar, Metzig memotong kalimat Wilfred, “Apa kamu ingin mati bersamaku ?! Kau tidak mungkin dapat menolongku, cepatlah pergi !”
    Wilfred masih terdiam sejenak, sebelum akhirnya memutuskan pergi sambil berkata, “Maafkan aku.”
    Ketika Wilfred sampai di luar rumah, Rigel, yang telah membaringkan tubuh Rivanne di tempat yang aman, malah berlari masuk ke dalam rumah.
    “He.. hey Yardive, apa yang kaulakukan ?”
    Rigel tidak memberikan jawaban sedikit-pun. Di dalam ia melihat kondisi Metzig dalam keadaan parah. Bukan saja tubuhnya yang tertimpa tiang rumah, tetapi kakinya-pun tertimpa reruntuhan atap rumah. Rigel memejamkan matanya berkonsentrasi, lalu ketika ia membuka matanya, tiang dan reruntuhan yang menimpa Metzig terlontar bagai daun kering.
    “A.. apa yang...”, Metzig dalam keadaan pusing terkejut ketika melihat Rigel, “Kau.. yang menolongku ? Mengapa ?”
    “Orang yang sudah hampir mati lebih baik jangan banyak bicara.”
    Baru saja Rigel menopang tubuh Metzig, ketika terjadi guncangan ketiga yang menutup jalan keluar mereka. Rigel kembali memejamkan matanya untuk berkonsentrasi, tetapi atap runtuh menimpa mereka berdua.
    “Khh... kurasa.. kita akan mati bersama disini.”
    “Siapa yang mau mati denganmu ?! Aku pasti dapat keluar dari sini !”
    Dengan kekuatannya yang tersisa, Rigel berhasil meledakkan daerah sekitarnya, dan membuat jalan keluar bagi mereka berdua. Wilfred segera mendatangi mereka.
    “Metzig, Yardive, apakah kalian selamat ?”
    “Yeah, walaupun lukaku cukup parah.”, Wilfred segera menopang tubuh Metzig ketika Rigel melepaskannya. Baru saja Rigel hendak pergi, ketika Metzig menahannya.
    “Tu.. tunggu ! Mengapa.. kau menolongku ?”
    “Namamu Metzig khan ? Kau adalah lawan seimbang bagiku, tidak akan kubiarkan kau mati begitu saja ! Oh ya Kak Wilfred, tolong jaga Kak Rivanne, dan jangan panggil aku dengan nama Yardive lagi.”
    Setelah itu Rigel berjalan pergi, tanpa ada yang menyadari darah terus mengalir dari bibirnya.

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Hahaha... makasih udah tertarik ama cerita saya ini ^^a Mang betul sih, kayaknya waktu ngarang cerita ini, memang agak berlebihan ya ^^ Terutama mengenai kemampuan Rigel, yg rasanya agak2 aneh sih, bahkan bagi saya sekalipun ^^a Tp terima kasih, sudah tetap mengikuti cerita saya ini terus
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  12. #26
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Akhirnya malam mimpi buruk itupun berlalu. Keesokan harinya, media cetak dan elektronik dengan ramai memberitakan mengenai kejadian itu, tetapi berita satu dengan lainnya berbeda. Masing-masing memiliki kesimpulan sendiri-sendiri; Ada yang mengatakan kejadian itu hanya gempa biasa, ada lagi yang mengatakan serangan *******, bahkan ada yang menganggap kejadian itu adalah serangan makhluk asing. Tetapi tidak ada satupun yang mengetahui kenyataan di balik kejadian itu...
    Perlahan Rivanne Othello membuka matanya, lalu merenggangkan tubuhnya sambil menarik nafas dalam-dalam. Sudah seminggu setelah kejadian itu berlalu, dan tidak ada sedikitpun kabar mengenai Rigel Othello. Thoran, Jerko dan Metzig masih dirawat di rumah sakit; Thoran di rumah sakit umum, sedang Jerko dan Metzig di rumah sakit khusus bagi orang yang tidak mampu, yang dikelola oleh kesusteran.
    Tiba-tiba pintu terbuka, dan Ellie masuk.
    “Kak Rivanne, apakah hari ini kakak hendak menengok Kak Jerko ?”
    “Ya. Memangnya kenapa, Ellie ?”
    “Aku ingin ikut. Sejak Kak Jerko masuk rumah sakit, aku merasa kesepian, tidak ada yang menemaniku bermain lagi.”
    “Ellie, bukankah sudah kukatakan, keadaan Jerko masih cukup parah. Lebih baik kamu jangan melihatnya.”
    Ellie menggelengkan kepalanya keras-keras, “Tidak, pokoknya Ellie mau ikut !”
    “Kamu ini benar-benar keras kepala, yach ? Baiklah, tetapi tabahkan dirimu yach ?”
    Ellie tersenyum gembira dan mengangguk, lalu keluar kamar. Baru saja Rivanne bangkit, ketika tiba-tiba terdengar suara Rigel di dalam pikiran Rivanne.
    Hello Kak Rivanne.
    “Rigel ? Ada dimana kamu sekarang ? Mengapa kamu tidak pernah lagi menghubungiku ?”
    Rigel terdiam sejenak sebelum menjawab, “Bukankah bagi kakak lebih baik jika aku menghilang selamanya ? Jadi, takkan ada lagi orang yang mengganggu hubungan kakak dengan Thoran ?
    “Apa yang kaukatakan ?! Aku sangat mengkhawatirkan kamu, tahu ! Kamu sudah terluka akibat tusukan dariku, apalagi kudengar dari Wilfred, kamu terluka parah akibat menolong Metzig ketika terjadi gempa susulan, benarkah itu ?”
    Kakak tidak perlu khawatir akan keadaanku. Aku baik-baik saja, setidaknya aku tetap mampu untuk melindungi kakak...
    Rivanne segera memotong kata-kata Rigel, “Bukan itu yang kumaksudkan, Rigel ! Mengapa kamu selalu bersikeras bahwa apapun yang kamu lakukan itu untukku, padahal semua itu hanya akan melukai perasaanku saja ?!”
    Rigel diam saja, tidak memberikan jawaban.
    “Lalu, mengapa kamu menghubungiku sekarang ?”
    Bagaimana keadaan Metzig ?
    “Keadaannya sudah jauh lebih baik. Yang ia perlukan sekarang hanyalah istirahat yang cukup. Mungkin dua atau tiga hari lagi, ia sudah dapat keluar dari rumah sakit.”
    Baguslah. Lalu, bagaimana dengan.. Thoran ?
    “Apakah kamu ragu untuk menanyakannya, Rigel ? Keadaan Thoran juga sudah membaik, tetapi untuk berjalan ia masih harus dibantu dengan tongkat. Ada yang ingin kutanyakan kepadamu. Kamu tentunya tahu, Thoran tidak mungkin dapat melawanmu. Mengapa kamu masih ingin menantangnya bertarung ?”
    Alasannya sederhana : Jika ia serius ingin melindungi Kak Rivanne, seharusnya ia dapat menggunakan berbagai cara untuk mengalahkan diriku. Di dalam menghadapiku, tidak ada cara yang licik, semua cara dapat digunakan. Tolong beritahukan Thoran mengenai hal ini, dan katakan juga padanya, pertarungan kami masih belum selesai. Aku akan menunggunya hingga ia benar-benar pulih, lalu kami akan melanjutkan pertarungan yang tertunda ini.
    “Rigel ! Apa sedemikian bencinya kamu terhadap Thoran, sehingga walaupun ia sudah kalah, kamu masih tetap ingin menghancurkannya ?!”
    Sunyi, tanpa jawaban. Rigel telah memutuskan hubungan telepati-nya.

    “Jadi, ia masih tetap ingin menyelesaikan pertarungannya denganku ?”
    Rivanne mengangguk. Saat ini ia sedang menemani Thoran berjalan-jalan di taman rumah sakit. Thoran menatap ke arah langit, lalu mengambil nafas dalam-dalam.
    “Kurasa kami baru benar-benar akan ‘selesai’, apabila salah seorang dari kami sudah mati.”
    “Tidak mungkin ! Aku.. sebenarnya aku tidak ingin kehilangan siapapun dari antara kalian. Aku sangat mencintaimu, tetapi di sisi lain aku juga sangat menyayangi Rigel; Dialah adik kandungku satu-satunya yang paling kusayangi.”
    “Aku mengerti perasaanmu, Rivanne. Tetapi walau bagaimanapun, kita harus menghadapi kenyataan pahit itu. Kamu tentunya mengerti, kita tidak akan dapat menghindar dari Rigel.”
    Rivanne mengangguk dengan lesu. Beberapa saat lamanya, tidak ada lagi yang berbicara di antara keduanya, hingga seseorang memanggil mereka.
    “Thoran ! Rivanne ! Rupanya kalian ada disini.”
    Thoran menengok lalu tersenyum.
    “Ah Wilfred, kamu rupanya. Bagaimana keadaanmu ?”
    “Bukankah seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepadamu ? Sepertinya ‘Mister IceMan’ benar-benar sudah lumer; Bersedia mati-matian bertempur demi melindungi Sang tuan putri tercinta, hahaha...”
    Baik Thoran maupun Rivanne langsung memerah mendengar kata-kata Wilfred.
    “Jangan menyindirku begitu, Wilfred. Keadaanku sudah membaik, besok aku akan masuk sekolah. Lalu, apakah kamu masih bertemu dengan Yardive, adikmu ?”
    “Entahlah. Sejak kejadian itu, ia tidak pernah pulang ke rumah. Orang tuaku tampaknya tidak memperdulikannya lagi. Mungkin..”, Wilfred setengah merenung, “..bagi orang tuaku, lebih baik jika Yardive menghilang selamanya dari dunia ini.”
    “Penyesalan selalu datang terlambat, ketika kita sudah tidak dapat memperbaiki kesalahan kita di masa yang lalu. Saat ini, satu-satunya cara untuk menghentikan Rigel adalah dengan melawannya.”, Thoran menengok ke arah Rivanne, “Maafkan aku, Rivanne. Tetapi aku tidak mungkin menghindar dari pertarungan ini. Salah seorang dari kami mungkin.. tidak, pasti akan mati, dan itu tidak akan dapat dihindarkan.”
    “Aku mengerti. Apapun hasilnya nanti, aku akan berusaha untuk tabah. Jadi, menangkanlah pertempuran ini !”, Rivanne memandang Thoran dengan tatapan serius.
    “Hey, jangan lupakan aku.”, Wilfred menepuk bahu Thoran, “Aku pasti akan membantumu.”
    “Terima kasih atas dukungan kalian.”

    Metzig Chevalier sedang duduk di samping jendela, mengamati suasana di jalan raya. Kamar tempatnya dirawat berada tepat di pinggir jalan. Tiba-tiba pintu terbuka.
    “Hello boss, aku datang menjengukmu.”
    Metzig tersenyum melihat Lion, salah seorang anak buah kepercayaannya berada di pintu.
    “Thanks. Bagaimana keadaan kalian setelah terjadi gempa itu ?”
    Lion menggelengkan kepalanya, “Phew, kerusakan yang terjadi di stasiun benar-benar dahsyat. Untungnya kami masih bisa menyelamatkan diri, tetapi cukup banyak juga anggota kita yang luka-luka.”
    Metzig terdiam sejenak memperhatikan Lion.
    “Lion, untuk sementara ini, aku akan mempercayakan jabatan ketua kepadamu.”
    “Te.. tetapi...”
    “Jangan membantah ! Hal ini sudah kupikirkan masak-masak. Seperti yang kaulihat, saat ini tidak mungkin bagiku untuk memimpin kalian. Selain itu, di antara anak buahku, kaulah satu-satunya orang yang paling kupercaya. Tolong sampaikan hal ini kepada seluruh anak buahku; Mulai saat ini, kamulah yang bertanggung jawab atas mereka.”
    Lion menghela nafas, “Kalau memang itu adalah keinginanmu, aku akan menerimanya. Terima kasih atas kepercayaanmu padaku, Cheetah. Aku tidak akan membuatmu kecewa.”
    “Ingat, yang terutama adalah kita harus menjaga daerah kita, agar orang yang berada di daerah kita merasa aman dari ancaman apapun juga. Dan untuk itu, jangan meminta bayaran dari mereka ! Lalu, jaga anak buah kita, agar jangan sampai berurusan dengan anggota gang lainnya. Ingatlah baik-baik pesanku ini, Lion !”
    Lion mengangguk. Metzig kembali memandang ke arah jalan.
    “Cheetah, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu. Kudengar kamu sampai terluka akibat melindungi seorang gadis, benarkah itu ?”
    “Lion ! Kumohon kamu jangan mencampuri urusan pribadiku, mengerti ?!”
    “Bukan begitu. Hanya saja, saingan kita bisa memanfaatkan isu ini untuk menjatuhkanmu. Dan hal itu sudah mulai terlihat.”
    Metzig menengok ke arah Lion dengan pandangan bertanya.
    “Maksudmu ?”
    “Sejak isu ini beredar, sudah dua orang anak buah kita membelot kepada musuh kita. Mereka menganggap kau lebih mementingkan perempuan daripada mereka.”
    “A.. APA ?!”, Metzig menggebrak meja. Tampaknya ia benar-benar marah.
    “Kalian.. mulai tidak mempercayaiku ?! Apakah selama ini apa yang telah kulakukan bagi kalian tidak ada artinya ?!”
    “Cheetah, tenangkan dirimu ! Begitulah keadaan yang kita hadapi sekarang. Itu sebabnya aku menanyakan mengenai kebenaran isu tersebut.”
    Metzig mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan amarahnya.
    “Kau benar, Lion. Takkan ada gunanya marah-marah di tempat ini. Mengenai pertanyaan tadi, jawabanku adalah : memang benar, gadis itu salah satu alasan penyebab aku harus bertarung dengannya. Tetapi hal itu bukan berarti aku melupakan kalian ! Selain itu, luka ini akibat gempa susulan yang terjadi, tidak ada hubungannya dengan gadis tersebut.”
    “Kamu bertarung dengan siapa, Cheetah ?”
    “Aku bertarung dengan penyebab gempa itu.”
    “Tu.. tunggu ! Cheetah, maksudmu.. gempa itu bukan bencana alam ? Ada seseorang yang menyebabkan terjadinya gempa ? Aku benar-benar tidak mengerti.”
    Metzig menghela nafas, “Kalau tidak melihat sendiri, akupun tidak akan mempercayainya. Tetapi sayangnya, apa yang baru saja kaukatakan memang benar. Ia memang memiliki kekuatan super. Seperti yang sudah kukatakan tadi, salah satu alasanku bertarung dengannya adalah gadis itu. Tetapi alasan lainnya adalah, aku tidak dapat membiarkan orang yang telah memporakporandakan Stasiun Central pergi begitu saja. Sekarang jawablah, apakah aku masih dianggap tidak memperhatikan kalian sebagai anak buahku, padahal aku harus bertarung dengannya demi melindungi Stasiun Central ?”
    “Aku percaya padamu, Cheetah. Tetapi masalahnya, anggota yang lain tidak mengetahui hal ini. Apakah aku perlu memberitahukan hal ini pada mereka ?”
    Metzig menggelengkan kepalanya.
    “Tidak ! Kau akan dianggap mengada-ada, atau terlalu berkhayal. Saat ini yang terpenting untuk kaulakukan adalah, menyebarkan berita bahwa aku mempercayakan kepemimpinan gang kita kepadamu. Jangan katakan bahwa kau memegang kepemimpinan ini hanya untuk sementara waktu, biarkan saja mereka berpikir untuk seterusnya. Maka semua anggota akan merasa segan terhadapmu, dan kamu dapat mencegah agar tidak terjadi pembelotan lagi.”
    “Baiklah ! Takkan ada seorangpun yang kubiarkan mengkhianati gang kita lagi, Cheetah !”
    Setelah berkata demikian dengan nada tegas, Lion pergi. Metzig merenung sambil kembali memperhatikan jalan.
    “Sepertinya, aku harus berjuang keras untuk mempertahankan gang yang kupimpin.
    Sial, bagaimana mereka dapat mengetahui hubunganku dengan Rivanne ?!
    Dan.. bagaimana perasaanku sebenarnya terhadap gadis itu ?”


    ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    BTW cerita ini benar2 banyak kekuatan supranatural ya ? Sejujurnya sih, sy nggak suka kalau nulis cerita dgn memakai kekuatan2 semacam itu... hix...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  13. #27
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Apakah kamu masih ingin bertarung dengan Thoran dalam kondisi seperti itu, Rigel ?”
    “Apa maksudmu ?”
    “Jangan mengelak. Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku. Jadi aku tahu kondisi tubuhku sendiri. Akibat terlalu banyak memakai kekuatanmu, ditambah lagi dengan luka akibat menolong Metzig, kamu mengalami luka dalam yang cukup parah.”
    “Diam ! Aku tidak minta pendapatmu mengenai keadaan tubuhku ! Aku masih sanggup bertarung dan melindungi Kak Rivanne.”
    Untuk sesaat, suara dalam pikiran Rigel terdiam.
    Akhirnya ia melanjutkan lagi, “... mengapa kamu bersikeras melawan Thoran ? Bukankah kamu sudah membuktikan bahwa kamu jauh lebih kuat daripadanya ?”
    “Bagiku, pertarungan di antara kami belum selesai sampai ada yang benar-benar kalah; Dan kalah berarti mati ! Aku rela mati jika kematianku berarti bagi Kak Rivanne.”
    “Apakah.. sebenarnya kamu berharap agar Thoran dapat mengalahkan dirimu ? Itukah yang kau inginkan ?”
    Rigel terdiam; Ia tidak dapat menjawab pertanyaan suara di dalam pikirannya itu.
    Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan.
    “Yardive, aku sudah mengatakan semuanya sesuai dengan kata-katamu, dan sekarang Metzig telah mempercayakan diriku untuk memimpin gang ini.”
    “Bagus, Lion. Sekarang ini yang harus kau lakukan adalah, memerintahkan anak buahmu untuk menyerang panti asuhan tempat Rivanne Othello.”
    “Te.. tetapi, untuk apa hal itu...”
    Dengan tegas Rigel memotong perkataan Lion, “Lakukan saja apa yang kusuruh ! Tidak perlu menanyakan alasanku menyuruhmu, mengerti ?!”
    “Ba.. baiklah.”
    Dengan gugup Lion keluar. Sementara Rigel kembali duduk sambil menahan darah yang keluar dari mulutnya.
    “Ugh, sial ! Berapa lama lagi aku dapat bertahan ?!”
    “Kau seseorang yang sangat kejam. Apakah kau ingin membuat Kak Rivanne membenci Metzig ? Hanya demi hal itu kau tega menghancurkan masa depan anak-anak panti ?!”
    Sambil menahan sakitnya, Rigel tertawa perlahan.
    “He he he... Bukankah hal ini akan semakin menarik ? Dalam keadaan saling mencurigai, suatu kelompok akan mudah untuk dipecahkan. Selain itu, penyerangan kali ini bertujuan untuk meniadakan tempat pulang bagi Kak Rivanne, karena tempat Kak Rivanne hanyalah di sisiku ! Mungkin aku akan kalah dari Thoran, tetapi setidaknya aku sudah mempersiapkan segalanya untuk menghancurkan mereka !”
    “Apakah sedemikian inginnya kau menghancurkan hubungan mereka ?”
    “Bukankah kau adalah diriku ? Jadi kurasa, kau tidak perlu menanyakan hal itu lagi padaku.”
    Rigel melihat ke arah telapak tangannya sendiri yang telah dipenuhi oleh darah.
    “Walau aku mati, setidaknya kematianku tidaklah sia-sia.”

    Keesokan malamnya, terjadilah penyerangan yang dipimpin oleh Lion ke rumah panti asuhan tempat Rivanne Othello.
    “A.. apa-apaan ini ?! Siapa kalian sebenarnya ?!”
    “Maaf, kami hanya mendapat perintah untuk menghancurkan tempat ini !”
    Jerko yang baru keluar dari kamarnya, tertegun melihat mereka, “Ka.. kalian adalah...”
    “Jerko, apakah kau mengenal mereka ?”
    “Mereka anak buah Kak Metzig ! Me.. mengapa kalian menyerang tempat kami ?”
    Lion, yang mengenal Jerko, tertawa mengejek lalu memukul Jerko hingga terjatuh.
    “Hey bocah penjual koran, kita bertemu lagi. Kau tahu, aku sudah muak melihatmu yang sok akrab dengan Cheetah ! Sekaranglah saatnya bagiku untuk membalas dendam atas kejadian waktu itu, dimana aku terpaksa menerima begitu saja pukulan dari Cheetah !”
    Lion mengeluarkan pisau lipatnya, lalu menyerang Jerko yang masih terduduk di lantai.
    Tiba-tiba... “Kak Jerko !”
    Kejadian itu terjadi begitu cepat. Jerko hanya tertegun memandang tubuh kecil Ellie terjatuh di hadapannya, dengan sebuah pisau menancap pada punggungnya.
    “Sial, meleset !”
    Ketika Lion hendak mengeluarkan pisau keduanya, Jerko segera melemparkan tongkat yang biasa digunakannya untuk membantunya berjalan. Tongkat itu tepat mengenai perut Lion, hingga ia terpental ke belakang.
    “ARGH !”
    Tanpa memperdulikan keadaan sekelilingnya, Jerko dengan merangkak langsung mendatangi Ellie.
    “Ellie, bertahanlah ! Aku.. aku akan segera membawamu ke dokter !”
    Tiba-tiba sebuah bangku tepat menghantam punggung Jerko, hingga ia langsung tersungkur. Upaya Rivanne untuk mencegah gang itu menghancurkan seluruh rumah sia-sia. Salah seorang dari anggota gang itu menyalakan api, menyulut sebuah tirai, lalu mereka semua pergi. Sebelum pergi, Lion sempat menertawakan Jerko.
    “Rasakan itu, bocah ! Kuharap kamu mati dimakan api !”
    Dengan sisa-sisa tenaganya, Rivanne berusaha menolong anak-anak lainnya keluar dari rumah yang sudah mulai dilalap oleh kobaran api. Ia juga sempat menyelamatkan Jerko, tetapi ketika hendak balik untuk menolong Ellie, tiba-tiba rumah itu runtuh.
    Sementara warga sekitar sudah mulai berdatangan, bahkan juga terdengar sirine polisi.
    “Gawat, kita harus segera pergi dari sini !
    Bukankah kami menempati tempat ini dengan diam-diam ?”

    Akhirnya, dengan perasaan kacau dan berat hati, mereka segera pergi meninggalkan tempat itu. Selain Ellie, ada dua orang anak lainnya yang berumur di bawah 10 tahun yang terperangkap dalam api. Tanpa tempat berteduh dan seluruh barang-barang terbakar habis, hanya masa depan yang suram yang menanti mereka.

    Di dalam kegelapan malam, Rivanne dan adik-adiknya berjalan tak tentu arah. Tanpa tujuan, mereka hanya dapat berharap menemukan tempat dimana mereka dapat beristirahat.
    “Kak Rivanne, aku.. tidak percaya Kak Metzig dapat melakukan hal sekejam ini !”
    “Tetapi kamu mengenali mereka sebagai anak buah Metzig khan ?”
    “Iya, tetapi...”, Jerko menghela nafas, “Maaf, aku tetap tidak dapat mempercayainya !”
    Rivanne menepuk bahu Jerko dengan lembut sambil berkata, “Aku mengerti. Sudahlah, jangan pikirkan dahulu masalah itu. Saat ini, ada hal yang jauh lebih penting, yaitu akan kemana kita pergi.”
    Baru saja Rivanne selesai berkata demikian, ketika tiba-tiba setetes air jatuh tepat di kepala Rivanne.
    “Gawat, hujan turun ! Kita harus segera mencari tempat berteduh !”
    Rivanne berlari mendahului adik-adiknya untuk mencari tempat berteduh, hingga ia tertegun di depan bekas reruntuhan rumah yang terbakar habis.
    “Kak Rivanne, ada apa ?”, Jerko tergopoh-gopoh menyusul Rivanne.
    “Ti.. tidak, tidak ada apa-apa kok.”
    “Ayolah, kalau begini terus, kita akan kehujanan dan jatuh sakit.”
    Rivanne mengangguk, tetapi baru saja ia hendak melangkah pergi, ketika tiba-tiba ia mendengar suara yang memanggilnya, “Kak Rivanne ?”
    Rivanne menengok, dan terkejut melihat Rigel berdiri di antara reruntuhan rumah itu.
    “Mengapa kakak berada di sini malam-malam begini ?”
    “Ah, itu...”, Rivanne tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Jerko mengamati Rigel cukup lama, sebelum akhirnya berkata, “Bukankah kakak yang waktu itu menolongku, ketika aku hampir tertabrak mobil ?”
    “Oh ya, memang benar. Kamu...”, Rigel terkejut melihat kaki kiri Jerko buntung sampai sebatas lutut, “Apa yang terjadi dengan kakimu ?”
    Rivanne tersenyum sinis kepada Rigel, “Bukankah seharusnya kamu mengetahui penyebab putusnya kaki Jerko, Rigel ?! Kamulah penyebabnya !”
    “Apakah akibat gempa besar itu ?”
    Rivanne tidak memberikan jawaban, melainkan tetap menatap Rigel dengan pandangan tajam. Sementara hujan semakin deras, akhirnya Jerko tidak sabar lagi.
    “Hentikan ! Aku tidak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan, tetapi kalau tetap berada di sini, kita semua bisa jatuh sakit ! Kita harus segera mencari tempat untuk berteduh.”
    “Eh, kau benar. Maaf, aku..”, kata-kata Rivanne langsung dipotong oleh Rigel.
    “Aku bisa menawarkan sebuah tempat, tetapi tidak yakin kalian mau menerimanya.”
    “Dimana ?”
    “Ikutlah denganku.”
    Rigel segera berlari di tengah hujan, sementara Rivanne, Jerko dan adik-adik mereka mengikutinya. Setelah cukup lama berlari, akhirnya mereka sampai di sebuah gedung yang sedang dibangun.
    “Sepertinya pembangunan gedung ini terbengkalai, jadi untuk sementara kalian dapat tinggal disini. Tetapi itu jika kalian bersedia.”
    Rivanne mengangkat bahu.
    “Ini lebih baik daripada kami harus tinggal di lorong-lorong jalan.”
    “Sekarang, dapatkah Kak Rivanne mengatakan, mengapa kalian harus melarikan diri dari tempat yang kalian tinggali sekarang ini ?”
    Sebelum Rivanne sempat memberikan jawaban, Jerko telah menjawabnya terlebih dahulu, “Tadi tempat tinggal kami diserang oleh sekelompok orang, yang sepertinya anak-anak preman. Rumah kami telah terbakar, sehingga kami tidak mempunyai tempat tinggal lagi.”
    “Kejam sekali ! Baiklah, kalian boleh tinggal disini, aku tidak keberatan.”
    “Terima kasih, Kak Rigel.”, Jerko tersenyum kepada Rigel.
    “Bukankah sudah pernah kukatakan, bahwa tempat Kak Rivanne hanya di sisiku ?
    Sekarang, telah kubuktikan janjiku waktu itu !”

    Tanpa disadari oleh siapapun, Rigel memandang tajam ke arah Rivanne sambil tersenyum; Senyum kepuasan seorang pemenang !

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Apakah tujuan Rigel Othello sebenarnya ? Mengapa demi mendapatkan Rivanne, dia tega melakukan apapun juga, walaupun harus menyakiti Rivanne ???
    Dan... bagi Rigel, orang2 hanyalah pion catur yg dapat dikorbankan...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  14. #28
    giez's Avatar
    Join Date
    Jul 2007
    Location
    2nd floor Magical Box of MAXINDO
    Posts
    125
    Points
    146.70
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    lanjutan nya lg mana nih cc rivanne ......

  15. #29
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    oW, sorry ^^a

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Beberapa hari kemudian.
    “Thoran !”
    Thoran Steinbach menengok ke arah orang yang memanggilnya, lalu tersenyum.
    “Yo Wilfred. Bagaimana kabarmu ?”
    “Baik. Untunglah kamu sudah diperbolehkan masuk sekolah.”
    “Memangnya kenapa ?”
    Wilfred menatap Thoran dengan pandangan sedih.
    “Kamu tahu, sekolah terasa sepi jika kamu tidak ada. Apakah kamu tega membiarkan aku merasa kesepian ?”
    Mendengar jawaban Wilfred, Thoran tertawa.
    “Dasar, kamu menggodaku saja ! Lalu, di manakah Rivanne ?”
    Seketika itu pula, wajah Wilfred berubah menjadi serius.
    “Thoran, sebenarnya... duh, aku sulit untuk mengatakan hal ini padamu.”
    “Hey, ada apa sebenarnya ? Katakanlah padaku.”
    Wilfred terdiam sejenak sambil memperhatikan wajah Thoran, dan akhirnya ia menghela nafas panjang.
    “Baiklah. Sebenarnya kemarin, ketika aku mendatangi rumah panti tempat tinggal Rivanne, aku menemukan rumah itu telah habis terbakar.”
    Thoran terkejut, “Te.. terbakar ? Kamu.. bohong khan ? Pastilah kamu ingin menggodaku lagi seperti tadi, benar khan ?”
    Wilfred menggelengkan kepalanya.
    “Sayangnya, ini bukanlah candaan. Orang-orang di sekitar tempat itu mengatakan bahwa ada sekelompok anak berandal menyerang rumah itu, dan tiba-tiba rumah itu terbakar. Mereka juga mengatakan, anak-anak yang tinggal disana menempati rumah itu tanpa sepengetahuan pihak yang berwajib.”
    “Tu.. tunggu. Apa maksudmu dengan ‘tanpa sepengetahuan pihak yang berwajib’ ?”
    “Maksudku, mereka melarikan diri dari panti asuhan yang lama, akibat ada kejadian yang menimpa pengurus panti tersebut.”
    Thoran diam sejenak, berpikir.
    “Hmm, dari yang kutahu, Rivanne memang pernah pindah akibat ibu panti pengurusnya meninggal. Tetapi tidak kusangka mereka melarikan diri dari panti asuhan itu. Ah sudahlah. Lalu Wilfred, apakah kamu tahu dimana mereka tinggal sekarang ?”
    Wilfred menggeleng.
    “Tak seorangpun tahu kemana perginya mereka setelah kebakaran itu. Dan juga, sudah beberapa hari ini Rivanne tidak masuk sekolah.”
    Thoran kembali terkejut.
    “Te.. tetapi, mereka dapat meloloskan diri dari kebakaran itu, khan ?”
    “Entahlah. Kabar yang kuterima berbeda-beda, aku sampai bingung.”
    Thoran terdiam; Wajahnya tegang.
    “Rivanne, aku tidak akan memaafkan diriku apabila kamu sampai terluka,
    apalagi jika sampai.....
    Kuharap kamu selamat dari kejadian itu.”


    Tiba-tiba terdengar sebuah suara, “Tenang saja. Kak Rivanne tidak terluka sedikitpun dalam kejadian tersebut.”
    Baik Thoran maupun Wilfred sangat mengenal suara itu.
    “Apa lagi yang kau inginkan dariku, Rigel Othello ?”
    Rigel tersenyum.
    “Bukankah kamu mengkhawatirkan keadaan Kak Rivanne, Thoran ? Aku datang untuk memberitahukanmu, bahwa Kak Rivanne dalam keadaan baik, dan saat ini ia beserta seluruh anak panti tersebut tinggal bersama denganku.”
    “A.. apa katamu ?! Me.. mereka tinggal denganmu ?!”, Thoran tampak geram mendengar hal tersebut, “Rigel, apa lagi rencanamu kali ini ?!”
    “Apakah aku salah, apabila menampung mereka sementara waktu ? Apakah lebih baik jika mereka kubiarkan terlantar di jalan ?”
    Wilfred menyela, “Tu.. tunggu ! Yardive, dimana kamu tinggal selama ini ?”
    “Kak Wilfred, bukankah sudah kukatakan berkali-kali; Jangan panggil aku dengan nama lain selain Rigel Othello !”, terdengar nada marah dalam jawaban Rigel, “Mengenai dimana aku tinggal, itu bukanlah urusan kalian !”
    “Bukan urusan kami ? Hey, bagaimana aku bisa berdiam diri sementara Rivanne tinggal bersama denganmu, Rigel ?!”
    Rigel kembali tersenyum; Tapi senyumnya kali ini adalah senyum kemenangan.
    “Thoran, kalau kau ingin tahu dimana Kak Rivanne dan anak-anak panti itu berada, kau harus terlebih dahulu mengalahkanku dalam pertarungan lanjutan.”
    Thoran diam sambil menatap Rigel dalam-dalam. Akhirnya ia menghela nafas.
    “Mengapa kamu begitu bernafsu untuk melanjutkan pertarungan kita, Rigel ? Bukankah pada pertarungan pertama, kamu sudah memenangkannya, bahkan menang telak melawanku ? Waktu itu aku benar-benar tidak berdaya menghadapimu.”
    Wajah Rigel berubah menjadi serius.
    “Akan kuberitahu alasannya sekarang. Aku ingin melihat keseriusanmu; Sampai sejauh mana kamu akan melindungi Kak Rivanne. Aku sangat mencintai Kak Rivanne, bukan sebagai seorang adik menyayangi kakaknya, melainkan sebagai seorang laki-laki menyukai seorang wanita. Itulah sebabnya, aku tidak rela menyerahkan Kak Rivanne ke tangan seorang laki-laki yang tidak mampu melindunginya !”
    “Ka.. kamu... Bukankah Rivanne adalah kakak kandungmu ? Dan baru saja kamu mengatakan kamu menyukainya ? Apakah kamu sudah gila ?!”
    “Tidak perlu kuliah mengenai masalah moralitas, Thoran. Jawab saja pertanyaanku ini; Apa kau bersedia menerima tantanganku ini demi menolong Kak Rivanne ?”
    Thoran mengangguk dengan pasti.
    “Walau nyawaku taruhannya, aku tidak akan membiarkan kamu terus menerus melukai perasaan Rivanne ! Katakan padaku, kapan dan dimana pertarungan lanjutan kita ?”
    “Besok malam, kutunggu kau di jam besar yang terletak di Ashton Park. Persiapkan dirimu dengan baik, Thoran ! Ingat, jangan ragu menggunakan senjata apapun juga.”
    Tanpa menunggu jawaban dari Thoran, Rigel berbalik dan pergi. Setelah cukup jauh berjalan, langkahnya tiba-tiba terhenti dan ia menutup mulutnya. Rupanya darah kembali keluar.
    “Sial, berapa lama lagi waktu yang tersisa bagiku ?
    Tetapi, aku pasti dapat bertahan; Pasti !”

    Keesokan harinya, Rigel mengajak Rivanne jalan-jalan.
    “Sudah lama sekali, kita tidak pernah jalan-jalan bersama seperti ini.”
    Rivanne tetap berdiam diri.
    “Apakah Kak Rivanne tidak rindu dengan masa-masa seperti ini ?”
    “Lalu, apakah kamu merindukannya, Rigel ? Bukankah kamu yang telah menghancurkan segalanya ?”
    “Memang benar.”, Rigel melihat ke sekelilingnya, lalu menarik nafas panjang, “Akulah yang telah menghancurkan masa-masa bahagia tersebut. Aku pulalah yang telah membawa kita berdua ke dalam keadaan dimana kita tidak bisa hidup normal sebagai kakak – adik lagi.”
    “Aku ingin tahu, apa yang telah menyebabkan kamu berubah pikiran, Rigel ?”
    “Berubah pikiran ? Maksud kakak ?”
    “Seingatku, bukankah dahulu kamu juga ingin membunuhku ? Karena tidak ingin merasakan kehilangan yang sama dengan anak-anak burung itu, kamu berniat membunuh seluruh anggota keluargamu. Jadi, mengapa sekarang niatmu untuk membunuhku telah berubah ?”
    Mendengar kata-kata Rivanne, seketika itu pula wajah Rigel terlihat tegang.
    “ ‘Kehilangan yang sama dengan anak-anak burung itu’ ? Darimana kakak mengetahui mengenai hal tersebut ?!”, terdengar nada kemarahan di balik pertanyaan itu.
    “Aku melihatnya dalam mimpiku.. entahlah, mungkin juga aku benar-benar mengalaminya.”
    “Maksud Kak Rivanne, kakak bertemu dengan diriku yang seorang lagi ?! Dan ‘ia’ telah menceritakan segalanya kepada Kak Rivanne ?!”
    “Apa maksudmu dengan ‘dirimu yang seorang lagi’ itu, Rigel ?”
    “Kurang ajar !”, Rigel melayangkan tinjunya ke arah sebuah pohon, “Benar-benar tukang ikut campur ! Aku tidak dapat memaafkannya !”
    “Rigel ? Kamu kenapa ?”, Rivanne kebingungan.
    Selama beberapa saat, Rigel menarik nafas dalam-dalam, melepaskannya, dan terus-menerus mengulanginya untuk meredakan amarahnya. Pada akhirnya, ia dapat kembali tersenyum.
    “Maaf. Kakak tentu bingung melihat aku marah-marah seperti tanpa sebab. Sudahlah, lupakan saja hal yang barusan terjadi.”
    “Hey Rigel, kamu telah marah-marah sambil mengatakan hal-hal yang tidak kumengerti, dan sekarang minta agar aku melupakannya ? Sekarang jelaskan dahulu, siapa itu ‘dirimu yang seorang lagi’ dan jawablah pertanyaanku tadi !”
    Rigel terdiam sambil mengamati wajah Rivanne dalam-dalam. Akhirnya ia mengangkat bahunya sambil berkata, “Entahlah, aku juga tidak yakin. Sama seperti aku yang dapat berbicara dengan kakak melalui pikiran, ‘ia’ selalu saja datang menggangguku dan mengatakan bahwa ‘ia’-lah Rigel yang asli.”
    “Maksudmu, kamu..”, Rivanne agak ragu mengatakannya, “berkepribadian ganda ?”
    “Tidak ! Aku tidak berkepribadian ganda ! Rigel Othello hanya seorang, dan akulah dia ! Suara-suara itu... ‘ia’ hanyalah pengacau yang mengaku-aku sebagai diriku !”
    Wajah Rigel memerah akibat kemarahan yang kembali meledak. Bahkan ketika Rivanne hendak memegang bahu Rigel untuk menenangkannya, ia tersengat oleh suatu kekuatan tak tampak. Rivanne merasakan dirinya semakin takut terhadap Rigel, terutama apabila Rigel sedang marah. Pada saat itulah, tiba-tiba Rigel terbatuk dan mulutnya mengeluarkan darah.
    “Rigel !”
    “Jangan mendekat !”, Rigel menahan agar Rivanne jangan mendekati dirinya, “Mengapa ?! Mengapa kalian semua tidak dapat mengerti diriku ?! Baik Dokter Kane, ‘orang itu’, maupun Kak Rivanne, tidak seorang-pun yang dapat memahami diriku yang sebenarnya !”
    “Rigel, tenanglah ! Maafkan aku atas pertanyaan tadi. Aku tidak akan menanyakannya lagi.”
    “Kak Rivanne, kumohon jawablah pertanyaanku : Apakah kakak percaya bahwa akulah Rigel Othello yang sebenarnya ? Walaupun tubuh ini adalah tubuh Wilfred von Kittengard, apakah kakak tetap mempercayai diriku ?”
    “Aku percaya, Rigel. Kalau tidak, tidak mungkin aku memanggilmu dengan nama Rigel.”
    Mendengar jawaban Rivanne, barulah Rigel menjadi tenang kembali.
    “Walau mungkin jawaban kakak tadi hanya untuk menenangkan aku, tetapi aku senang. Terima kasih. Mengenai pertanyaan kakak tadi; Aku berubah pikiran karena ketika berada di dalam rumah sakit jiwa itu, aku sangat merindukan Kak Rivanne. Setiap malam aku selalu bermimpi bertemu dengan kakak, walau keesokan harinya aku terbangun dan mendapati semua itu hanyalah mimpi. Mungkin..”, Rigel setengah termenung, “itulah hal yang menyebabkan aku tetap dapat bertahan dalam ‘penjara’ tersebut.”
    Rivanne merasa, percuma apabila ia membantah Rigel dengan mengatakan bahwa mereka adalah kakak – adik sampai kapanpun juga. Hal itu pasti menyebabkan Rigel marah lagi.
    “Aku senang mendengar kamu begitu menyayangiku, Rigel. Karena, akupun sangat menyayangimu.”
    Rigel tersenyum, dan mereka kembali melanjutkan jalan-jalan mereka.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  16. The Following 2 Users Say Thank You to Rivanne For This Useful Post:
  17. #30
    -AmaY-'s Avatar
    Join Date
    Dec 2009
    Location
    Yogyakarta & Banjarmasin
    Posts
    1,902
    Points
    355.35
    Thanks: 63 / 42 / 18

    Default

    ^^^
    dah selesai ya kaks
    Name : -AmaY-
    Clan DixiE
    ID Free : -AmaY- ID Evo: -AmaY-

Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •