BAGHDAD - Situasi Iraq yang masih jauh dari aman membuat warga negeri yang tercabik perang itu terus dicekam kengerian. Merujuk pada serangan *** dan insiden penembakan yang tidak pernah absen dari hari mereka, hampir seluruh warga Iraq mengidentikkan konflik harian itu dengan tragedi 11 September (9/11). "Bahkan, bagi saya, 9/11 jauh lebih baik daripada tragedi yang kami hadapi dari hari ke hari," papar Nidal Hussein, salah seorang warga yang kehilangan suaminya dalam konflik sektarian.
Menurut dia, kemelut Iraq juga bermula dari tragedi 9/11 di AS tersebut. Sebab, sebelum terjadinya insiden teror itu, Iraq tidak pernah kacau sehebat saat ini.
"Saya sangat yakin, penderitaan ini bermula dari 9/11. Kini, kamilah yang harus menanggung ulah para ******* itu setiap hari," ujar Um Wafa yang juga kehilangan suaminya dalam aksi sektarian Iraq. Iraq Body Count mencatat, hingga saat ini, tak kurang dari 80.000 nyawa telah melayang di Iraq sejak invasi AS pada 2003.
Saat yang sama, untuk kali kedua, Iraq mengundang negeri-negeri tetangganya dalam konferensi Baghdad kemarin (9/9). Negara yang diundang ditambah Amerika Serikat (AS), perwakilan Uni Eropa (UE), dan negara-negara Grup Delapan (G8). Juga, perwakilan Dewan Keamanan (DK) PBB.
Tidak jauh berbeda dengan Konferensi Baghdad pertama yang diselenggarakan Mei lalu di Sharm el-Sheik, Mesir, bahasan utama dalam pertemuan itu adalah stabilitas keamanan dan politik Iraq. Namun, pertemuan tersebut juga diharapkan bisa menghasilkan beberapa solusi untuk krisis energi dan masalah pengungsi Iraq. "Saya imbau agar seluruh delegasi bersungguh-sungguh mengupayakan tercapainya tujuan konferensi ini," kata Maliki dalam pidato pembukaannya.
Kendati Iraq masih belum bisa lepas dari aksi sektarian dan gejolak politik, Maliki menyatakan bahwa pemerintahannya sudah berhasil menciptakan beberapa kemajuan. Politikus Syiah itu menyebutkan, keberhasilan pemerintah Iraq yang baru itu sebagai "kemenangan signifikan."
Tapi, dia mengakui, Negeri Seribu Satu Malam tersebut memang masih belum berhasil meredam konflik antarsaudara ataupun menciptakan stabilitas politik dalam negeri. "Baghdad ditakdirkan untuk menormalkan kembali situasi Iraq," ujar pemimpin 57 tahun tersebut.
Menurut dia, dengan menghadirkan stabilitas keamanan di Baghdad, kekacauan di Iraq lambat laun juga akan teratasi. Sebab, dari ibu kota Iraq itulah pemerintahan dirancang dan dijalankan. Meskipun tak pernah luput dari serangan, Maliki yakin, Baghdad mampu menjalankan perannya sebagai pusat kendali pemerintahan dengan baik.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iraq Hoshyar Zebari mengatakan bahwa Konferensi Baghdad memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan perdamaian di kawasan Timur Tengah. "Pertemuan itu sangat penting bagi kita semua. Semua orang membicarakan tentang rekonsiliasi. Tapi, yang lebih mendesak adalah Iraq harus lebih dulu berekonsiliasi dengan negara-negara tetangga," terang Zebari menjelang pembukaan konferensi tersebut kemarin.
Karena itu, dia meminta, seluruh delegasi yang hadir dalam Konferensi Baghdad, termasuk Iran, bersedia mendukung terciptanya stabilitas keamanan dan politik Iraq. Terutama, berkaitan dengan isu terorisme dan penyelundupan pejuang asing maupun senjata. "Harus ada kontribusi yang aktif dan praktis untuk mengontrol perbatasan dan melarang ******* atau pelaku kejahatan menerobos masuk Iraq," lanjut Zebari.
Share This Thread