Nama gue Yura, Prajurit Cora di pos Lunar. Hari ini gue baru aja lulus dari akademi Ranger, dan dalam waktu dekat akan memulai pelatihan sebagai Advanturer. Dan guru gue disini adalah orang yang paling gue kagumi, Alpha, yaitu kakak gue sendiri.
Kak Alpha, yang biasa gue panggil kak Al, adalah Advanturer terhebat, terkeren, terbaik, dan segala macem ter-ter lainnya.. (mm...kecuali teri...). Suatu saat gue pingin jadi Advanturer hebat seperti dia.
"Yura!!", panggil seseorang yang dari tadi kita bicarain, kak Al, dia memanggil gue dari depan pintu rumah. "Ayo cepet masuk, makanan mama udah mateng nih!". Senyumnya yang ramah dan suaranya yang lembut selalu menyejukkan hati siapa aja, termasuk gue sendiri.
"Okey!", sahut gw sambil berlari menuju pintu rumah. Hari ini ada perayaan selametan kelulusan gue. Sampe Kak Al pun ngambil cuti dari militer demi merayakan ini. Dia emang kakak terbaik di dunia ini!
Keluarga kecil kita tinggal bertiga, mama, kak Al dan gue. Papa baru meninggal beberapa tahun lalu karena sakit. Mama sendiri adalah ibu yang baik dan sabar, ibu idaman semua orang deh pokoknya. Kita melalui pesta perayaan siang itu dengan sangat menyenangkan sekali, hingga ga terasa waktu udah mulai sore menjelang malam. Dan karena gue dan kak Al harus tinggal di asrama, apalagi gue yang mau mulai pelatihan Advanturer, jadi kita harus kembali ke markas Cora. Kita pun berpamitan kepada mama, seperti biasa, gue dan kak Al mencium pipi mama berbarengan dari kiri dan kanan. Mama pun melepaskan keberangkatan kita dengan senyum yang sejuk, kakak pasti mewarisi senyumnya mama deh....
"Kak...", kata gue tiba-tiba ditengah perjalanan kita menuju markas. Gue memandang kak Al yang jauh lebih tinggi dan gagah daripada gue.
"Hmm?", balasnya.
"Jadi Advanturer itu susah ga sih? Gimana caranya bisa jadi Advanturer sehebat kakak?", tanya gue dengan mata berbinar-binar.
Kak Al ketawa, "Hahaha.... emangnya apa yang hebat dari kakak?", jawab dia disela tawanya.
"Ya iyalah! siapa sih yang ga kenal sama Alpha, Advanturer terhebat Cora yang rajin repel dimana-mana?!", sahut gue dengan mata yang lebih berbinar-binar lagi sambil mengepalkan kedua tangan gue . Kak Al tersenyum, sambil mengelus-elus kepala gue dan berkata,
"Hebat ato enggaknya seseorang bukan dinilai dari apa yang dia BISA lakukan", terdiam sejenak, kak Al menunjuk dada gw dengan telunjuknya, "....Tapi UNTUK apa dia melakukannya...", lanjutnya.
Gue terbengong sejenak mencoba menangkap arti dari kata-katanya......... cukup lama juga gue terbengong..... kak Al sampe keheranan ngeliat gw.
Setelah beberapa saat, gw pun akhirnya berseru, "Kak Al emang hebat!!!!".
Kak Al tambah heran dengan reaksi gw, "Kok gitu?", tanyanya.
"Iya!! Soalnya kata-kata kakak dalem banget!! Sampe Yura ga ngerti artinya!!", kata gw dengan penuh semangat. Kak Al jadi terbahak-bahak ngedengernya. Setelah ketawanya berhenti, dia kembali mengelus kepala gw,
"Nanti pada saatnya kamu akan ngerti kok...", katanya dengan penuh senyum. Meskipun sambil agak bingung, gue tetep mengangguk. Dan kita pun melanjutkan perjalanan ke Markas Cora.
........................................
Malem itu, di asrama, gue susah banget tidur. Entah karena kata-kata kakak tadi sore, ato karena apa. Saking susahnya, gue memutuskan untuk jalan-jalan aja keluar, siapa tau entar jadi ngantuk.
Di markas, tempat nongkrong favorit gue ada di daerah Rawa Kabut, karena disana sejuk dan ada tempat wat duduk-duduk, segini luas markas Cora sampe Pos, cuma disini doang ada tempat duduk-duduk, swt.
Gue membuka pintu kamar gue pelan-pelan, terus celingak-celinguk mencari kalo-kalo ada yang jaga. Soalnya katanya peraturan asrama ini cukup ketat, n ga boleh ada yang keluar dari kamar setelah jam 9 malem. Dengan penuh aksi stealth, gue pun mengendap-endap keluar dari Markas dengan sukses!
Whuuuussshh.....
Angin malam yang rada dingin menerpa badan gue. Sial. tau gitu gue bawa jaket tadi. Mana gue belom pipis pula. Masih dengan mengendap-endap, gue menjauhi Markas Cora menuju Rawa Kabut sampe cukup aman dan ga terlihat lagi dari Markas. Hal pertama yang gw lakukan adalah mencari tempat untuk memenuhi 'panggilan alam'. huhuhuhu....
Srrrrr.....
Uwaaahhhhh.... legaaaaa........ sambil menuntaskan 'urusan', gue celingak-celinguk, seandainya ada monster-monster yang iseng mau towel-towel gw (asal ga towel si 'Johnny' aja sih). Sejauh ini sih keliatannya aman-aman aja, mungkin momon jam segini pada tidur juga kali ya.
SREK!
WEQ! Ada suara yang nginjek daun kering dibelakang gue! Mampus gue! Monster?! Gue pun buru-buru membalikkan badan........
Ternyata yang ada agak jauh dibelakang gue bukan monster, tapi seorang cewe dengan rambut hitam sebahu dan mata yang belo. Dia terkejut ngeliat gue. Gw pun menghela nafas lega,
"Fiuh.... jangan ngagetin gue dong....", sambil bertolak pinggang dan menutupi muka gue yang geleng-geleng dengan sebelah tangan.
"AAAAAAAA!!!!!", Teriak cewe itu, sekarang gw yang kaget denger dia teriak. Waktu gue ngeliat dia, dia membalikkan badannya sambil menutupi mukanya.
"Oi... kenapa kamu?", tanya gw sambil menghampiri dia...... mmm? ada yang aneh dari cewe ini.... apa ya?
Dia membuka tangannya sedikit dan menengok lagi kearah gue, mukanya keliatan merah, tapi anehnya dia ngeliatnya kebawah, "AAAAA!!!", lalu dia teriak lagi dan kembali menutupi mukanya. Swt... kenapa sih?! gue mengikuti arah pandangan dia tadi dan mendapati si 'Johnny' masih belom dikandangin.
"WUAAA!!!", sekarang giliran gw yang teriak, dan buru-buru balik badan n nutup resleting celana gw dengan muka yang gue yakin sekarang lebih merah daripada muka itu cewe.
Dengan penuh salah tingkah, gw berbalik untuk berpura-pura cool. Gue lumayan terkejut saat ngeliat cewe itu sekarang udah ber-armor lengkap. Tapi gue ga pernah ngeliat ada prajurit Cora cewe yang ber armor seperti itu....... jangan-jangan........
"@*^^@&*@^&(!!!!", cewe itu berseru dengan bahasa yang gue ga kenal saat dia mengeluarkan tongkatnya. Sial! Ternyata bener! Bellato!!
Badan gue tiba-tiba susah bergerak. Gawat, cewe ini pasti Spiritualist Bellato!
"&#$^&$@@^!!"
"@*$&*(#&*@!!"
"(#*@#&)!&*!!", cewe itu berungkali meng-cast sesuatu kepada gue, dan apapun itu yang dia cast, jelas sekali bukan buat bikin gue jadi sehat. Bah! Masa gue bakalan mati disini?!
Dalam posisi di-debuff abis-abisan itu, gue ngeliat tampang itu cewe.... mukanya pucet, matanya keliatan ampir nangis, dan tangannya gemeteran.... dia...... ketakutan?
Gw mengangkat kedua tangan gue di depan bahu gue. Lalu dengan susah payah memberikan isyarat kepada dia untuk tenang. Dan dia sepertinya cukup mengerti maksud gue, dia pun terdiam ga bergerak, tapi ga menurunkan siaganya. Dugaan gue pasti ga salah, kalo emang dia berniat untuk ngebunuh gue, pasti sekarang gue udah modar.
Cewe itu menatap gw dengan matanya yang belo..... setelah diliat dengan baik, ternyata dia........ cantik BANGET!! Gue melemparkan sebuah senyuman kepada dia, dan dia pun seperti kaget dengan reaksi gue. Keliatannya itu cukup untuk melepaskan ketegangan dia. Meskipun dia ga membales senyum gue, keliatan jelas kalo dia jadi salah tingkah (Apa mungkin karena dia liat gue ganteng juga? gg).
WHUUUSSSHH!! SRATT!!
Sebuah anak panah melesat dari belakang gue dan menggores lengan cewe itu, dia pun terjatuh kebelakang. Gue menengok kebelakang dan melihat kak Al sedang mengarahkan busur dan panahnya kearah cewe itu.
"Yura!! Kamu ga papa?!", baru kali ini gue liat muka kakak gue khawatir seperti itu.
"I...Iya!", jawab gue yang masih kaget dengan kehadiran dia.
Kak Al berjalan maju sambil ga melepaskan bidikan busurnya dan mendekati cewe Bellato itu, "Bellato sialan!!", katanya pelan dengan ekspresi marah. Wew, dia bener-bener mengkhawatirkan gue.
"Tunggu, kak!!", seru gue mencoba menghentikan langkah kak Al, tapi dia ga berhenti juga.
Kak Al berhenti cukup deket dengan cewe yang masih terduduk ditanah sambil memegangi lengannya yang tergores panah kak Al. Cewe Bellato itu menatap kak Al dengan tajam sekali, ga seperti cewe yang barusan gue liat. Apa semua orang yang dihadapkan pada kemungkinan kematian didepan mata pasti akan bereaksi seperti itu ya? Gue berlari sekuat tenaga mengejar kak Al dan menghalangi badan cewe itu dengan badan gue dari kak Al.
"Jangan, kak!! Dia lagi ketakutan!! Kayaknya dia ga berniat jahat kok!", seru gue yang entah kenapa berusaha membela cewe itu.
"#@$&*@^$$", gue terbelalak mendengar kakak gue ngomong pake bahasa yang sama kayak cewe itu!! Dia bisa bahasa Bellato?!! Kakak gue emang hebat!!!! Seru gue dalem hati sambil mengeluarkan air mata bahagia.
Cewe Bellato itu terdiam sesaat, lalu berkata "@!&#^@(!@*#&*", Jangan tanya gue artinya ya... Kak Al dan cewe itu beberapa kali bertukar bicara tanpa kak Al menurunkan bidikan busurnya. Hingga akhirnya mereka sama-sama terdiam, dan kak Al pun menurunkan senjatanya lalu menyimpannya.
Gue yang seolah-olah jadi kambing congek menunjukkan ekspresi bertanya-tanya kepada kak Al. Kak Al tersenyum,
"Nama anak ini Aira, dia prajurit Bellato yang sempet ditangkep prajurit kita, tapi berhasil melarikan diri, hingga akhirnya dia ngumpet di sini sambil menunggu pertolongan", jelas kak Al. Kak Al memegang bahu gue dan meminta gue untuk minggir, dan dia pun lalu berlutut di depan cewe itu, "Dan sepertinya dia seumuran sama kamu lho..", kata kak Al sambil tersenyum kearah gue.
Kak Al merobekkan sedikit kain lengan bajunya dan membalutkannya di lengan cewe itu yang luka oleh panahnya sambil ngomong sesuatu dengan bahasa Bellato. Entah apa yang dikatakan oleh kak Al, tapi itu cewe untuk sesaat jadi ngeliatin gue dengan tatapan polos. Saat dia sadar dengan kepolosannya menatap gue yang juga lagi ngeliatin dia, dia membuang muka sambil tersipu-sipu. Pasti kak Al ngomongin gue deh. hehehe....
"Apa gapapa kita tolong dia?", tanya gue.
"Hmmm yah... semoga aja ga ketahuan.... klo sampe ada yang liat, kita bisa dihukum mati", jawab kak Al sambil terus mengobati luka cewe itu.
"Emmm... kayaknya bukan sesuatu yang bisa di katakan dengan santai deh, kak....", kata gue datar. Kak Al cuma senyum. Setelah selesai, kak Al berdiri. Begitu juga dengan si cewe.
"Sayang sekali kita ga mungkin nganterin dia ketempat yang lebih aman atau keluar dari daerah markas Cora", kata kak Al, ngeliat muka gue yang khawatir, dia tersenyum, "Tapi kakak udah kasih tau dia arah yang tepat untuk keluar dari daerah Cora, sisanya tergantung dia sendiri". Sepertinya kak ***** nahan ketawa ngeliat muka gue yang lega campur khawatir.
Si Aira mendekati gue dan berdiri dihadapan gue sambil menunduk. Keliatannya dia rada salting. Gue menatap kak Al dengan heran. Kak Al cuma tersenyum sambil mengangkat bahunya.
"*#$&#^#@&*", Aira mengucapkan sesuatu kepada gue yang gue ga ngerti, sekali lagi gue menoleh ke arah kak Al.
"Katanya : 'terima kasih tadi udah berusaha menolong'...." , terjemah kak Al
Gue jadi salting sendiri mendengarnya, sambil garuk-garuk kepala, gue berkata "Ahahaha.. gapapa kok... itu...", belom selesai gue ngomong, cewe itu mengecup pipi kanan gue. Gue shock sampe ga bisa bergerak. Gue dicium cewe!! OMG!! Pertama kalinya dalam hidup gue!!!
Aira lalu menghadap ke arah kak Al dan membungkuk-kan badannya. Sambil mengucapkan sesuatu lagi, meskipun gue ga ngerti, tapi gue bisa tebak pasti dia bilang 'makasih'. Kak Al menundukkan kepalanya dan mengucapkan sesuatu yang gue yakin pasti 'sama-sama'. Si Aira sempet ngelirik ke arah gue sedikit sebelom akhirnya berlari menjauhi kita berdua.
Setelah Aira hilang dari pandangan kita berdua, kak Al menjitak kepala gue pelan.
"Hoi... sadar....", katanya sambil cekikikan.
Gue yang tersadar dari kebengongan gue langsung berusaha sok cool, "Ehem... yah... sayang dia cewe, coba kalo cowo.... pasti udah jatoh mati ditangan Yura tadi...".
"Ho...? jadi kalo cewe langsung jatuh cinta sama kamu?", sindir kak Al.
"A...APA SIH?! GA GITU KOK!!", gue tau banget usaha gue untuk sok cool pasti gagal total kalo didepan kak Al. Tiba-tiba kak Al menjewer kuping gue. "Adududuuh.... apaan sih kak?!", seru gue lumayan kesakitan.
"Dan sekarang hukuman karena keluar dari asrama malen-malem...", katanya sambil nyengir.
"Ha?! Kak Al juga keluar malem-malem!! Jadi impas doongg!!", bela gue.
"Sayangnya kakak hari ini lagi tugas jaga malem tauk...", counter attack dari kak Al bikin gue ga bisa berkata apa-apa dan cuma bisa terdiam kayak kucing yang di bawa induknya. Kak Al ngebawa gue menghadap ke kepala asrama. Kakak gue yang satu ini meskipun baik tapi luar biasa disiplin...... emang kakak yang terbaik deh... Akhirnya seperti dugaan, gue dihukum besoknya ga boleh keluar dari kamar seharian, cuma dikasih makan doang.
Besoknya, selama seharian dikamar, pikiran gue selalu melayang ke Aira. Cewe manis bermata belo dan berambut sebahu.... udah gitu namanya mirip lagi... Yura dan Aira... membayangkan ini gue jadi senyum-senyum sendiri. swt... untung ga ada orang. Makanya mumpung lagi ga ada orang gini, gue mau senyum-senyum sendiri sepuasnya. Mwahahahaa....
......................
TOK TOK TOK.... ketukan di pintu kamar membangunkan gue besoknya lagi.
"Yaa....", sahut gue masih setengah tidur sambil berusaha duduk.
Crek... Pintu terbuka, dan kak Al masuk.
"Heiii, abis dihukum bukan berarti kamu bisa bangun siang terus-terusan", sindir kak Al sambil memasuki kamar gue. "Hmm? apa ini?", tanya kak Al waktu ngeliat beberapa tumpukan tissue di sekitar lantai tempat tidur gue.
"WUAH!! ENGGAK...!! INI...!!", teriak gue sambil buru-buru membereskan tissue-tissue itu. Kak Al cengengesan. Lalu dia menyerahkan secarik kertas sama gue.
"Apaan nih?", tanya gue sambil membaca isi kertas itu.
"erintah Quest", kata kak Al. Di kertas itu tertulis bahwa gue ditugaskan untuk memburu Ace Bulky Lunker dan membawa beberapa potongan kulitnya sebagai bukti keberhasilan tugas gue.
"WOOWW!! Ini dia yang Yura tunggu2!!!", seru gue kesenengan.
"Cepet siap-siap, kakak tungguin", kata ak Al.
"Ha? Mangnya kak Al mau ngapain?", tanya gue heran.
Kak Al memandang gue dengan lebih heran lagi, "Ya bantuin kamu Quest lah!", jawabnya.
"Lho? ngapain di bantuin? kalo emang quest ini diserahin sama Yura, harusnya Yura sanggup nyelesaiin sendiri kan?", sahut gue santai.
Pandangan kak Al berubah jadi marah, "Jangan main-main kamu. Ace Bulky Lunker itu adanya di Sette. Kamu tau tempat seperti apa Sette itu?!", geramnya. Sette, tempat yang katanya rusuh 3 bangsa selama 24 jam terus menerus. Jadi gue ditugasin kesana? swt.
"mm... Yawdah, Yura siap-siap dulu kalo gitu", kata gue sambil menuju kamar mandi. Ternyata kak Al terlalu mengkhawatirkan gue. Duh, masa gue ngerepotin dia melulu?
...........................
Whuuussshhh..... Angin panas Sette langsung menyambut gue begitu keluar dari portal bersama kak Al. Padang yang gersang, matahari yang terik. Pantes aja kalo orang disini bawaannya pingin rusuh melulu. Jadi ini toh Sette?
"Ayo, siapin semua buff dan senjata kamu sebelom kita bergerak", perintah kak Al. Gue mengangguk dan ikut serta meyiapkan buff-buff Ranger bersama kak Al. Setelah selesai, kita berangkat dengan kak Al jadi penunjuk jalan didepan.
Ga seperti bayangan gue, yang dimana-mana ada pertarungan. Sette ternyata sepi banget. Ampir ga keliatan ada orang ato kaleng yang mondar-mandir.
"Kok sepi kak?", tanya gue sambil berlari dibelakang kak Al.
"Mungkin karena abis maintenance kali..", jawabnya santai.
"Ha?!", tanya gue ga ngerti maksudnya kak Al.
Kak Al ketawa, "Hahahaha... enggak.... becanda...", bikin gue makin bingung aja. Tiba-tiba kak Al berhenti berlari. Kita tiba ditempat yang sepertinya bekas-bekas reruntuhan sesuatu. Tapi ga ada apa-apa disekitar situ.
"Udah sampe kak?", celetuk gue. Kak Al mengangguk, "Kok ga ada apa-apanya?", kata gue sambil celingak-celinguk.
Kak Al melihat gue sambil meletakkan telunjuknya di depan bibirnya, mengisyaratkan gue untuk diem, kemudian dia menunjuk ke sebuah pilar agak jauh didepan kita. Gue memperhatikan pilar itu sambil terheran-heran karena disana juga ga ada apa-apa.
Tiba-tiba gue mendengar sebuah suara. Suara lengkingan seekor binatang. Awalnya cuma kedengeran seekor, tapi lama-lama jadi banyak, dan dari balik pilar itu seekor Bulky Lunker raksasa berdiri!! Dan di deket-deketnya juga berdiri Bulky Lunker raksasa lainnya!!
Kak Al memperhatikan gue yang melongo ke arah Lunker-lunker itu dengan rahang yang terbuka lebar.
"Tuh... hajar aja....", kata kak Al sambil menunjuk dengan jempolnya.
"Gi...gila kali.... gimana caranya ngebunuh yang kayak gituan?!", seru gue rada panik.
"ake ini...", jawab kak sambil menunjuk jidat gue. "Sana!", kak Al mengisyaratkan agar gue pergi ketempat Lunker-Lunker itu dengan sebuah gelengan kepala. Gue menatap kak Al dengan penuh keraguan, lalu berjalan mendekati salah satu Lunker yang ada dengan langkah yang gue sendiri ga yakin masih menapak di tanah.
Gue berhenti di jarak aman. Cukup untuk gue menembak Lunker itu dengan panah gue, dan cukup jauh supaya gue bisa terhindar serangannya. Dengan sebuah tarikan nafas panjang, gue membidik Lunker itu. Tapi Lunker itu menyadari kehadiran gue dan membuat gue membeku sesaat dengan tatapannya.
Lunker itu menatap gue dan membalik posisi badannya menghadap gue. Perlahan-lahan dia maju. Gue masih ga bisa ngelepas panah gue, masih terpaku sama tatapannya. Lunker itu memiringkan sedikit kepalanya.......... ke kiri............ ke kanan.......... Seolah-olah mencari tau gue ini ngapain. Lalu...
"SQIIIIIIIIIIIAAAAKKK!!!!!", Lunker itu menjerit kenceng banget ke arah gue, dan karena kaget, tanpa sengaja gue melepaskan panah gue dan panah itu mendarat dengan sukses di mata kiri Lunker itu.
"QWIIIIIAAAWWWKK!!!!!", Lunker itu berteriak kesakitan dan kepalanya meronta-ronta mencoba untuk mengusir sakit dimatanya. Sebelom gue sempet mengambil anak panah baru, buntut raksasa Lunker itu menghantam badan gue dan mementalkan gue.
DHUGGGG!!! BRUAK!! Gw menghantam dinding tebing dan rubuh ke tanah. Lunker itu masih menjerit-jerit kesakitan dan meronta bagikan kesetanan. Gila! gimana caranya gue matiin makhluk segede ini!?! Gue menatap putus asa ke arah kak Al yang lagi.............. tidur!! SWT!! ADENYA LAGI REPOT GINI DIA TIDURR?!!! ZZZZZZ!!!!
Lunker itu kayaknya udah pasrah sama sakitnya, dan langsung menatap gue lagi dengan sisa matanya. Kayaknya dendam amat dia sama gue. Dia langsung berlari mendekati gue.
"Woooooaawww!!!", gw berdiri dengan panik dan cuma bisa berteriak-teriak sambil berusaha lari menghindari kejaran raksasa satu ini. Salto, jungkir balik, nyerosot...... segala macem gaya gue lakukan demi menghindari amukan makhluk ini. Tapi lama-lama cape juga gue lari mlulu. Merasa dapet jarak yang cukup dari monster itu, gw mengambil 2 anak panah sekaligus dan membidik mata yang tersisa dari monster yang lagi berlari mengejar gue itu.
SHUUUTT.... anak panah itu melesat dengan sernagan Double Shot gue dan mengarah lurus ke matanya.
PRAK!! Monster itu menghalau panah gue dengan moncongnya!! "A...APA?!!", belom sempet gue bereaksi apa-apa, kaki monster itu udah nyampe duluan di depan gue.
BRUAG!! "UGHH!!", monster itu dengan santainya nginjek dan ngejepit gue di bawah kakinya. GAWAT!! "Ughhh... Kak.. Kak Al!!!", gue berusaha teriak memanggil Kak Al, tapi suara yang keluar kayaknya cuma kedengeran kayak rintihan kecil.
KRRK!! "OAGH!!!", Monster itu menginjakkan kakinya lebih kenceng lagi, dan rasanya paru-paru gue retak dengan injekan itu. Sakit banget!!
"SQIIIIAAAWWWKKK!!!, monster itu berteriak lagi, merasa menang dari gue...... itu yang gue kira tadinya. Ternyata setelah teriakannya, monster itu langsung tumbang.
BRUGGGG!! Monster itu roboh kesamping. Fiuh, pasti kak Al tadi sempet denger teriakan gue dan menolong gue. Gue mencoba bangun dengan susah payah. NYUT! duh! dada gue sakit.....
"Kak....", jantung gue seakan berhenti sejenak ngeliat di hadapan gue ada seorang Berserker Bellato. Gue liat di name tagnya, Reindhart. Mampus gue! kok.... ada Bellato?! Jadi yang barusan nolong gue bukan kak Al?! Trus kak Al kemana?? Gue celingak-celinguk nyariin kak Al. Ternyata masih tetep tidur di tempat tadi. Kayaknya posisi dia cukup terlindungi dari pandangan, makanya Bellato ini ga liat ada dia. Gile ya tuh orang... tidur dah kayak mati aja...
"#$&*#$#@)(*$#!!", itu Bellato berteriak dan mengarahkan ujung Spadonanya ke idung gue. Gue bener-bener ga bisa berkutik, apalagi dengan sakit di dada gue gara-gara injekan momon yang barusan. Gimana cara ngebangunin kak Al ya?
"##@$^&*@", si Berserker ngomong entah apa, tapi sepertinya bukan ditujukan ke gue, soalnya kepalanya sambil sedikit nengok kebelakang gitu. Dan dari belakang dia, nongol seorang HC....... Aira?! Aira ngeliatin gue sambil terbengong-bengong dengan mata belo-nya.
"@#!&*(#@!@", Aira ngomong sesuatu sama si Reindhart. Entah apa yang dia omongin, tapi si Berserker akhirnya menurunkan pedangnya meskipun dengan tampang sebel. Mungkin AiRa bilang 'Ini Cora yang dulu nolong aku...', ato apalah.... yang pasti MUNGKIN gue selamat.
si Reindhart ngeliatin gue dengan tampang jutek lalu berkata, "#*($&@*#($@#(", kedengeran dari nadanya sih model-model 'kali ini lu selamat, tapi lain kali blablablabla...'. Sialan. Awas lu kalo kak Al bangun!
JLEB!! Dari pundak kanan Berserker itu, nembus sebuah kepala panah. CRAT! dan darah dari lukanya itu langsung mengenai muka gue. Berserker itu berlutut sebelah kaki karena kesakitan. Di balik badannya yang berlutut, gue liat kak Al yang udah siap dengan panah keduanya ditangan.
"Kak Al!!", seru gue, tapi rada ketahan karena sakit di dada gue. Gue liat muka kak Al shock ngeliat gue, apa mungkin karena darah yang ada di muka gue?
"Yura!!! BELLATO BRENGSEK!!", kak Al melepaskan panahnya lagi tanpa ampun ke arah Berserker itu. Ternyata Berserker ini bukan Berserker asal, dia mengayunkan Spadonanya dan mematahkan serangan kak Al. Lalu dia berdiri dan menerjang ke arah kak Al sambil berteriak. Aira juga berteriak, sepertinya mencoba menghentikan serangan si Reindhart. Kak Al juga buru-buru menarik anak panah berikutnya sambil disertai dengan sebuah buff.
Gue sempet berteriak, "JANGAN KAK!!!", tapi terlambat, 2 panah kak Al udah menembus jantung Berserker itu. Sesaat sebelom rubuh, gw denger suara sayup-sayup dari dia "Ai.....ra......", dan dia pun roboh di tanah bersimbahkan darah yang mengalir tiada henti. Aira menangis dengan hebat sambil berlari mendekati si Reindhart yang udah ga bernyawa. Kak Al sepertinya mengenali HC yang satu itu, dan ga menyerangnya juga.
Aira menangis tersedu-sedu di atas mayat temannya itu. Lalu mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke arah kak Al.
"#&@$^*@#!!!", teriaknya kepada kak Al.
kak Al marah balik ke dia dengan bahasa Bellato dan menunjuk ke arah gue, "#*$&#@$#@&%^!!!".
Aira berteriak lagi tapi dengan kepala tertunduk, "#$&*(@!#@^&!!!", entah apa yang mereka omongin, tapi sepertinya kak Al salah paham dengan situasi saat ini. Gue berdiri dengan susah payah dan mendekati mereka yang masih saling adu mulut.
"Kak...", panggil gue.
"Yura, kamu gapapa? Apa sih yang sebenernya terjadi? Aira kok marah-marah ke kakak? Kakak kan cuma mencoba melindungi kamu", tanya kak Al kepada gue dengan tampang bingung campur marah.
"Sebenernya....", gue pun menjelaskan apa yang baru saja terjadi, dan kak Al pun kaget dan bilang kalo ternyata Berserker yang baru dia bunuh itu adalah tunangannya Aira. Waktu denger kata 'tunangan' gue merasa rada cemburu tapi sekaligus lega, gile gue jahat banget....
Kak Al berlutut di samping Aira, lalu berkata sesuatu yang sepertinya minta maaf.
PLAK!! dan balesannya dari Aira adalah sebuah tamparan. Kak Al ga bereaksi apa-apa, cuma mengulangi perkataan sebelumnya. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara gaduh. Kita bertiga langsung menatap ke arah sumber kegaduhan itu..... ternyata satu party lebih pasukan Bellato, lengkap dengan Warchon nya!! Kak Al dan gue saling liat-liatan dengan tampang khawatir. Pasukan Bellato itu berlari ke arah kita begitu ngeliat kehadiran kita.
Kak Al mengucapkan sesuatu kepada Aira dan menangkap Aira sekaligus mengarahkan sebuah anak panah dengan sebelah tangan ke lehernya Aira. Aira memberontak dengan kuat, kak Al menusukkan anak panahnya sedikit lebih keras dan melukai leher Aira sambil mengucapkan sesuatu hingga akhirnya Aira berhenti memberontak.
"Kak Al?!", tanya gue heran, bisa-bisanya kak Al berbuat sesuatu seperti ini.
"Jangan berisik, Yura! Ini satu-satunya cara supaya kita bisa lolos dari sini dengan selamat!", sahut kak Al dengan galak. Rombongan pasukan Bellato yang mendekati kita itu berhenti ddengan jarak yang cukup jauh begitu melihat Aira yang dibekap oleh kak Al. Kak Al meneriakan sesuatu ke arah pasukan Bellato itu dan perlahan-lahan mundur, gue juga mengikuti kak Al mundur pelan-pelan, hingga akhirnya kita ga terlihat lagi oleh pasukan itu, sepertinya mereka berusaha menyelamatkan jasad si Reindhart. Kita pun berlari sambil kak Al membopong tubuh Aira di bahunya.
...........
PLAK!!! lagi-lagi Aira menampar kak Al setelah kak Al melepaskan Aira. Kita bersembunyi di salah satu gua yang ada di Sette, gue lupa nama gua ini... soalnya jalan balik ke portal Cora dipenuhi Bellato dimana-mana, sepertinya mereka lagi ngerusuh Sette.
"$#@! $#@! $#@! $#@!", Aira meneriakkan kata yang sama berulang-ulang sambil terus menangis kepada kak Al, kak Al mengucapkan sesuatu kepada Aira, tapi Aira malah meludahi muka kak Al. Gile ya?! gue tau dia lagi sedih, tapi ga gitu juga kali caranya! gue maju untuk menampar Aira atas ke kurang ajaran dia.
PLAK!! kak Al menangkap tangan gue sebelom tamparan gue berhasil menyentuh pipi Aira.
"Jangan Yura..... ini memang salah kakak... biarin dia marah sepuasnya...", kata kak Al dengan penuh kesenduan. Kak Al sedih banget, apa dia segitu merasa bersalahnya......
"Tapi ga perlu sampe segitunya dong kak?!", seru gue. Kak Al cuma menggelengkan kepalanya sambil menunduk. Kak Al bener-bener merasa bersalah sama Aira.....
"Tolong temani dia dulu...", kata kak Al sambil menepuk bahu gue, dan diapun berlalu untuk melihat situasi diluar gua. Gue memperhatikan Aira yang duduk bersender dengan linangan air mata dan ingus yang keluar dari idungnya. Dia udah ga terisak lagi, matanya menatap kosong ke samping, seperti orang yang udah ga punya semangat hidup lagi.
Gue duduk disamping Aira sambil meletakkan kedua tangan gue bersilang diatas lutut, serta dagu gue di sandarin ke tangan. Gue mencuri pandang ke arah Aira yang menatap arah sebaliknya dari gue.
"Ai....", kata gue pelan. Dia ga bereaksi. "mungkin kamu ga akan ngerti kata-kata aku...... tapi kak Al bener-bener merasa bersalah sama kamu.... aku harap kamu bisa maafin dia....", Aira masih juga ga bereaksi. Yah... gue ngomong apa juga dia ga bakalan ngerti. Gue menghela nafas panjang. "Andai saja kamu tau... kalo aku suka sama kamu.... mungkin bisa membantu kamu lupain tunangan kamu itu". Diluar dugaan gue, AiRa pelan-pelan menengok ke arah gue.
"Su.....ka...?", WAK?! masa dia ngerti kata-kata gue? tapi dia kembali ngomong dengan bahasa Bellato lagi, sambil menatap gue dalam-dalam, dia kembali terisak diantara kata-katanya, hingga akhirnya merebahkan kepalanya di dada gue dan menangis dengan kenceng lagi. Gue terkaget dengan reaksi dia, pelan-pelan gue melingkarkan lengan gue di punggungnya, kemudian mengusap-usap rambutnya. Sepertinya saat-saat ini, kata-kata ga akan ada gunanya........begini lebih gampang di mengerti.
Tiba-tiba kak Al berlari menghampiri kita dengan terburu-buru.
"Berdiri! Cepet!! kita harus pergi dari sini!!", seru kak Al, sambil menarik lengan gue sedikit panik.
Gue yang terheran-heran kak Al bisa sepanik itu bertanya, "E..emang ada apa?!", Aira yang tadi lagi menangis di dada gue, jadi berhenti nangis dan ikut kebingungan liat reaksi kak Al.
"Jangan banyak ngomong! Berdiri aja!! CEPET!!", kak Al membentak gue. Kalo dia sampe ngebentak gue kayak gitu, tandanya dia bener-bener panik. Baru sempet gue dan AiRa berdiri, dari pintu masuk gua ini, sebuah Punisher yang keliatannya level tinggi masuk perlahan sambil menenteng sebuah tombak yang gue yakin adalah Field Lance. Kak Al mengarahkan kita untuk mundur pelan-pelan, semakin masuk ke dalam gua. Aira mencengram lengan gue dengan kuat, keliatannya dia takut banget ngeliat kaleng ini.
"Kita lawan aja kak!! kita kan berdua! masa ga bisa jatohin dia yang sendiri?!", seru gue.
"Dalam kondisi normal, itu mungkin aja! sayangnya panah kakak abis...", kata kak Al tanpa melepaskan pandangannya dari si Punisher yang pelan-pelan mendekati kita. WHAT?! kapan ngabisinnya?! kayaknya cuma ngelepas 3 panah doang selama diSette!?! apa di ga nyetok dulu sebelom berangkat?
"ake panah YuRa aja!!", seru gue sambil meraih kotak persediaan panah gue yang.... kosong juga!! GASWAT!! sial!! pasti jatoh semua waktu gue di lindes sama Lunker tadi!!
Kak Al, menghela nafas, "Ga ada jalan lain.... kita harus lari dari sini..."
"Gi...gimana caranya?!", kali ini gue yang lumayan panik. Dan tiba-tiba badan gue ga bisa di gerakin. Seluruh tubuh gue serasa jadi batu dan ga bisa gerak sama sekali. "Ka...Kak Al?! Yura ga bisa gerak?!!".
"Sial!! Punisher itu?!!", seru kak Al. Punisher itu semakin mendekati kita, dan gue bisa ngeliat name tagnya dengan jelas, Incomplete. Wedeh, 'belom selesai'? berarti harusnya cupu dong....wkwkwkkw. Kak Al berdiri di depan gue menghalangi Punisher itu dari gue. Tiba-tiba Aira maju kedepan dan dia meng-cast Lightning Chain ke arah Punisher itu.
KRRRTZZZKK!!! Punisher itu terhenti gerakannya sesaat, tapi seperti yang gue duga, serangan dari seorang HC ga bakalan berpengaruh banyak sama musuh. Punisher itu meraung dan menusukkan Field Lancenya ke arah Aira.
"Ai..!!!", teriak gue.
JLEB!!
Kak Al ternyata kembali menghalangi Punisher itu, kali ini untuk melindungi Aira. Ujung Field Lance itu menembus bahu kanannya, sepertinya tepat di persendian bahu, tangan kanan kak Al langsung seperti tak bertenaga dan tak bisa di gerakan.
"UGGHH....!!", kak Al mengerang tertahan.
"Kak Al!!!", gue lagi-lagi berteriak. Aira yang terlindungi oleh badan kak Al cuma bisa terbengong. Punisher itu mencoba menarik senjatanya keluar dari bahu kak Al. Tapi kak Al menahan tarikan si Punisher itu dengan sebelah tangannya, berusaha agar Field Lance itu ga keluar dari bahunya.
"Yu...ra..... lari!! baw...a.... Aira.....", muka kak Al pucet banget, pasti karena menahan kesakitan yang luar biasa. Punisher itu kembali mencoba menarik Field Lancenya, "UGGGHHHH!!!", kak Al mengerang lagi, tapi tetep berusaha mencengkeram ujung Field Lance itu agar tetap ada di dalam bahunya.
"Ga mau!! Yura ga mau tinggalin kak Al sendiri kayak gini!!", teriak gue, dan melaju untuk menyeruduk badan kaleng itu. Si Punisher ga menyangka serangan gue dan jatoh terjembab bersama gue, melepaskan Field Lancenya. Tapi emang pada dasarnya beda level terlalu jauh, dengan satu tonjokan ke perut, si kaleng itu dengan sukses mementalkan gue kembali ke belakang.
BRUAK!! gue mendarat tepat di samping kak Al dan Aira. Punisher itu berdiri, dan kayaknya cukup sewot. Dia meraung dan kembali mendekati kita pelan-pelan. Perut gue yang rasanya udah ga berbentuk lagi isinya bikin gue blom sanggup berdiri. Tapi, entah kenapa, Punisher itu berhenti. Dia memperhatikan sebuah alat di lengannya, Radar? dan kemudian berbalik pergi meninggalkan gua ini. Nah lo? kenapa tuh orang? eh... kaleng...
"AHAK...!!", kak Al tiba-tiba memuntahkan darah. Gawat!! Gue dan Aira berusaha menolong kak Al, gue memegang Field Lance yang masih nancep di bahunya.
"kak Al, tahan ya.....", kata gue dengan sejuta kekhawatiran. Gue menarik pelan-pelan Field Lance itu.
"uugggGGGHHH...!!!!", kak Al mengerang tertahan saat gue menariknya, dan pada saat gue berhasil mencabut seluruhnya, kak Al langsung pingsan. Aira berusaha menutupi darah yang keluar dari bahunya dengan tangannya. Gimana ini?! kak Al harus di bawa ke rumah sakit untuk menyembuhkan lukanya! Tiba-tiba kuping gue menangkap suara-suara, gue langsung menoleh ke arah pintu masuk gua. Ada suara.... banyak banget..... suara orang..... bukan kaleng. Gue berjalan ke mulut gua itu dan mengintip keluar, Cora! pasukan Cora, banyak banget! keliatannya mereka lagi repel, pantes Punisher tadi ngabur. Bagus! dengan ini kak Al bisa diselamatkan!
Gue berlari ke arah kak Al dan Aira, lalu langsung berlutut di depan mereka. Gue liat tangan Aira yang menutupi luka kak Al bercahaya putih, dan pendarahan kak Al sepertinya udah berhenti. "Ai! kabar bagus!! diluar banyak pasukan Cora!! kita bisa bawa kak Al kerumah sakit!", seru gue seneng sambil menunjuk ke arah pintu masuk gua. Aira memandang gue agak kebingungan, tapi dengan suara-suara yang makin jelas, keliatanya dia tau banyak orang yang dateng. Aira pun tersenyum.
Senyum Aira tiba-tiba menusuk gue. Dia kan Bellato..... bertemu dengan pasukan Cora sama aja bunuh diri...... belom lagi dia dulu pernah ditangkep dan melarikan diri. Kepala gue langsung pusing. Apa yang harus gue lakukan?! gue menatap kak Al yang masih pingsan di pangkuan Aira. Kak Al.... apa yang akan kakak lakukan di saat-saat seperti ini?................ Saat itu juga gue menetapkan hati, gue berdiri dan menatap Aira yang agak bingung. Setidaknya, untuk saat ini, pendarahan kak Al udah berhenti dulu dengan bantuan Aira.
"Aira, titip kakak ya....", Aira terus memandangi gue dengan bingung, gue tersenyum dan berbalik berjalan keluar dari gua. Pas banget gue keluar dari mulut gua, 2 orang Templar dan Grazier berdiri di hadapan gue.
"Aman kk! saya abis sweeping di dalem tadi... sepi!", seru gue santai sambil melambaikan tangan gue. Kedua orang itu menganggukkan kepalanya dan mereka pun berbalik kembali ke kerumunan pasukan sambil berteriak,
"Disini kosong!", teriak si Grazier. Akhirnya seluruh pasukan ini, beserta gue, meninggalkan gua itu. Gue menatap mulut gua itu dengan tatapan khawatir, Aira, tolong jaga kakak ku ya.... semoga kamu juga selamat.....
..................
Pagi hari, gue melangkahkan kaki turun dari pesawat Kartella. Ether...... gue mendapatkan quest untuk memburu Caliana. Udah setahun sejak gue berpisah dengan kak Al. Hari dimana gue meninggalkan kak Al dan Aira di Sette, gue ikut serta bersama pasukan Cora dan berusaha menjauhkan semuanya dari gua di mana kak Al dan Aira bersembunyi, dengan harapan agar mereka bisa melarikan diri dari sana dan mencari tempat yang lebih aman, hingga akhirnya pasukan Cora kembali ke markas.
Malamnya, gue balik lagi ke gua itu. Kak Al dan Aira udah ga ada disana, yang tersisa dari tempat itu cuma sebuah Field Lance yang bersimbahkan darah kak Al. Semaleman gue muter-muter di Sette nyariin mereka tapi ga ada hasil sama sekali. Kemana mereka pergi? Apa kak Al baik-baik aja? Gue terpaksa bo'ong sama mama, gue bilang kak Al ada tugas mendadak jadi ga bisa pulang untuk waktu yang lama. Mama sempet nanya, 'kok ga pamit dulu sama mama?', akhirnya dengan segala macem jurus bo'ong, mama percaya juga (semoga).
Selama setaun ini pun gue akhirnya berhasil menjadi Advanturer, pesta yang gue sama mama lakukan dirumah terasa hambar tanpa kehadiran kak Al. Beberapa kali juga gue liat mama ngelamun, waktu gue tanya lagi mikir apa sih dia ga mau ngaku, tapi gue yakin dia mikirin kak Al.
Selama di pelatihan, setiap dapet quest apapun, gue selalu berusaha menyempatkan diri untuk mecari jejak-jejak kak Al dan Aira, dimanapun itu. Tapi sampe sekarang gue belom dapet satu pun petunjuk dimana mereka berada. Huff.... kak Al sekarang lagi ngapain ya? semoga dia masih idup...... dan... Aira... pasti dia makin cantik. Kehangatan badannya waktu gue peluk masih terasa sampe sekarang. Tapi... kak Al dengan luka di bahunya seinget gue cukup parah, apa Aira bisa merawat kak Al dengan baik ya?
KRESH... gue menginjak salju Ether. Baru pertama kali gue main kesini. Dan seperti kata banyak orang, dingin bo'..... gue heran itu spiritualis-spiritualis cewe Cora kok pada tahan aja disini ga pake jaket ato apa kek..... itu di dadanya sampe ada yang nonjol-nonjol gitu padahal..... (kancingnya maksudnya.... jangan mikir yang aneh-aneh dong ah...).
"Yura!", seorang cewe manggil gue dari belakang. Cewe ini namanya Ahalya, dia juga Advanturer, ada di kelas yang sama waktu kita masih pelatihan Advanturer. Dia dari dulu agresif banget deketin gue, tapi kayaknya hati gue belom bisa berpaling dari seseorang...huhuhu...... jadi... sorry yah Ahalya.
"Udah siap? ga ada yang ketinggalan lagi?", tanya gue.
"Sip! ayo berangkat!", sahut Ahalya. Kita berduapun menerjang dinginnya Ether. Kita berjalan cukup jauh hingga tiba ditempat yang sangat terbuka dan dari kejauhan terlihat itu monster-monster yang disebut dengan Caliana. Gue dan Ahalya saling liat-liatan dan kita mulai mempersiapkan buff-buff dan senjata yang kita butuhkan.
Dengan sembunyi-sembunyi, kita mendekati salah satu dari Caliana yang ada. Gue mengcast Hold ke arah Caliana itu, dia terkaget dan berusaha mendekati gue dan Ahalya, tapi berkat skill Hold tadi dia ga bisa bergerak sama sekali, gue dan Ahalya menghujani Caliana itu dengan tembakan panah hingga akhirnya Caliana itu roboh.
"YEAH!!!", seru gue dan Ahalya kesenengan. Kita berdua Tos, dan saat itu gue kaget. Karena dibelakang Ahalya tiba-tiba nongol Caliana yang lain, tapi yang ini membawa busur panah.
"Ahalya!! Awas!!" teriak gue begitu si Caliana membidik punggung Ahalya.
SHUUUT!! Gue menarik badan Ahalya kesamping tepat banget pada saatnya untuk menghindari tembakan si Caliana itu.
"Lari!", teriak gue, Ahalya meng-cast Hold sebelom ikut lari untuk menjaga agar Caliana itu ga bisa ngejar kita. Caliana itu menarik lagi sebuah anak panah, dan membidik Ahalya lagi. "Awas, Ahalya!! Dia ngincer lu lagi!!", teriakan gue sepertinya pada saat yang tepat, karena Ahalya bisa menghindar dengan baik tanpa tergores sedikit pun. Kita berdua pun berlari meninggalkan Caliana itu yang menggerutu sendiri. Kita melarikan diri ke pepohonan terdekat yang ada disitu dan langsung ngumpet dibalik gundukan salju.
"Huff...Huff.... Hampir aja....", kata gue dengan nafas tersengal-sengal.
"hahh...Hahh.... iya... hahh... itu kan.... Caliana Archer.... yang katanya sekali tembak bisa modar kita?", Ahalya nafasnya ga kalah abis sama gue. Padahal kita ranger punya stamina yang lebih bagus daripada job lain. Mungkin karena panik kali ya?
SREK... tiba-tiba dari samping gue terdengar langkah kaki yang menginjak salju. Buset!! Spawn lagi?! Gue dan Ahalya dengan reflek menarik panah kita dan membidik ke arah sumber suara tadi. Dan disana berdiri........... Aira! yang menatap gue dengan mata belonya yang indah....
"Bellato!!", seru Ahalya, dan berusaha untuk melepaskan sebuah tembakan langsung.
GREP!! Gue menangkap anak panah di ujung moncong busur Ahalya sebelom sempet lepas. "Jangan, Ahalya!!! Gue kenal dia!!', seru gue.
Ahalya menatap gue dengan terheran-heran. "Kamu.... kenal dia?", tanyanya.
"Ceritanya panjang.... ntar aja gue ceritain kapan-kapan", sahut gue dan langsung ga memperdulikan kehadiran Ahalya, perhatian gue langsung tertuju 190% kepada Aira. Gue mendekati Aira perlahan-lahan yang keliatannya sempet bingung dengan situasi yang dia hadapi sekarang.
Gue mendekati Aira dan menatapnya dalam-dalam, sementara Aira kayaknya lagi berusaha mengenali gue, sesaat kemudian dia tersenyum lebar,
"Yura?!", gue terkaget mendengar Aira menyebutkan nama gue! Dia masih inget gue?! senangnya.... tapi.... kayaknya gue ga pernah kasih tau dia nama gue? Tapi itu justru bikin gw makin seneng...nguehehehe... Sesaat kemudian Aira memeluk gue dengan seneng sambil menyebutkan nama gue sekali lagi
"Ah? eh? euh... Aira....", gue jadi salting gara-gara di peluk Aira, dan rasanya dari Ahalya ada hawa pembunuh deh....
Aira melepaskan pelukannya dan berkata, "Yura......baik-baik saja?", OMG?! dia ngomong dengan bahasa Cora!! Ahalya aja sampe bengong ngedengernya.
"I...Iya.... baik..... Aira juga sehat-sehat aja?", tanya gue kagok,
"Ya! Aira....baik..... Al.... juga...", meskipun agak terputus-putus, tapi dia menggunakan bahasa Cora dengan lancar banget, dan yang menyenangkan lagi, dia menyebutkan 'Al', berarti dia tau dimana kak Al berada!
"Al?! kak Al?", tanya gue dengan senyum lebar banget.
Aira mengangguk, dan berkata, "Alpha!". Hati gue kayak keluar dari tempatnya saking senengnya, dipeluk cewe yang gue sukain, mendengar kalo kakak gue masih hidup. Gue memeluk Aira kayak anak kecil.
"Hahahahaha..... kalian berdua sehat-sehat aja!! WUHUUU!!!", teriak gue, Aira ikut tersenyum seneng ngeliat reaksi gue, keliatannya dari Ahalya aja yang terasa ada hawa pembunuh yang terus meningkat.....swt. Gue melepaskan pelukan gue dan mengenggam bahu Aira, "Ai! kak Al ada dimana?! Bawa aku kesana dong!!", seru gue.
Aira mengangguk dan menunjuk ke sebuah arah, gue mengangguk dan lalu Aira berjalan di depan gue. Gue menatap ke arah Ahalya.
"Mau ikut?", tanya gue.
Ahalya menatap gue dengan tajem, tapi keliatan kalo dia juga kebingungan dengan apa yang sedang terjadi. "Boleh aja..... Alpha itu.... Advanturer legendaris yang terkenal itu kan? kakak mu?", kata Ahalya, gue cuma tersenyum dan mengangguk. Ahalya mengangkat bahunya dan mengikuti langkah gue.
Share This Thread