Tak Kujung Sembuh, Mugiyanto Gorok Leher
Sumber : okezone.com
Mugiyanto alias Temu (60), warga Dlingo II, Dlingo, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2007) pagi nekat bunuh diri menggunakan sebilah golok.
Korban nekat bunuh diri lantaran stres penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Selama ini korban mengeluh kakinya selalu terasa panas.
Kapolsek Dlingo Ajun Komisaris Polisi (AKP) Ayom menuturkan, kejadian ini pertama kali diketahui oleh Ngatno (32), anak kandung korban. "Korban luka parah di bagian lehernya. Di samping korban ditemukan sebilah golok yang masih berlumur darah. Dugaan sementara korban bunuh diri," terangnya.
Sementara itu menurut Ngatno, sebelum kejadian ia sempat melihat ayahnya mengasah golok. Ngatnopun sempat menanyakan aktivitas ayahnya ini. Namun tak berapa lama kemudian ia mendapati ayahnya sempoyongan di dalam rumah dengan kondisi luka parah di bagian leher. "Bapak sempat berjalan beberapa langkah sebelum jatuh," terang Ngatno.
Kendati langsung dilarikan ke Puskesmas, Mugiyanto tidak tertolong. Ia meningal dunia dalam perjalanan. Sejauh ini petugas masih melakukan penyelidikan tentang kasus ini, jenazah korban dibawa ruang forensik dr Sardjito untuk kepentingan otopsi. "Kesimpulan sementara bunuh diri, kendati demikian kita masih menyelidiki kemungkinan yang lain," terang Ayom.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Sunyoto Usman mengungkapkan banyaknya kasus bunuh diri di masyarakat terjadi akibat pemerintah tidak memiliki membuka ruang dialog terhadap apa yang menjadi permasalahan bagi masyarakat.
Sementara, pemimpin-pemimpin lokal, ulama, tokoh adat yang selama ini menjadi tempat untuk 'curhat' lebih cenderung berkiprah ke dunia politik ketimbang mendengarkan keluhan masyarakat. "Karena tidak ada yang bisa diajak dialog, maka masyarakat cenderung menyalahkan diri sendiri ditengah semua permasalahan yang timbul," terangnya.
Menyinggung kasus di Kec Dlingo, menurut Sunyoto Usman bunuh diri dengan alasan kesehatan seperti ini memang banyak terjadi di masyatakat. Kondisi ini menunjukkan masih minimnya jaminan kesehatan dari pemerintah. Masyarakat yang telah putus asa, sementara di sisi lain tak ada harapan lagi dari pemerintah lebih memilih jalan pintas dengan bunuh diri.
Dilema juga sih, Fasilitas Kesehatan bagi rakyat kurang mampu sih sudah ada, tapi kalo sakitnya terlalu parah juga (dalam pengertian sulit sembuh) bakal repot, karena dana subsidi Fasilitas Kesehatan tersebut kan sifatnya terbatas, mungkin ada baiknya almarhum Mugiyanto meminta bantuan lewat media surat kabar atau LSM sehingga mungkin ada dermawan yang mau membantu.
Dan betul juga, sebenernya itu kalo ulama2 nya mau memberi nasihat, tentang agama, mungkin almarhum akan menjadi bersabar dan bertawakal.
Share This Thread