NEW YORK - Jaringan televisi Amerika Serikat (AS), CBS, mengaku berhasil membongkar identitas pengarang cerita bohong tentang senjata biologi Irak yang menjadi pembenar invasi AS, 2003.

Laporan eksklusif yang rencananya ditayangkan di program "60Â Menit", Minggu (4/11) ini merupakan hasil investigasi selama dua tahun wartawan Bob Simon. CBSÂ menyatakan, cerita bohong itu kali pertama disebarkan seorang pelarian Irak bernama Rafid Ahmed Alwan.

Pria yang mengaku pakar biologi ini menceritakan kepada pemerintah Jerman bahwa Presiden Saddam Hussein saat itu tengah mengembangkan senjata pemusnah massal di sebuah pabrik di Djerf al-Nadaf, Irak. Alwan yang pernah bekerja di pabrik itu mampu menceritakan detail semua aktivitas di pabrik tersebut.

"Alwan mengungsi ke Jerman pada 1999. Agar mudah mendapatkan suaka dari pemerintah Jerman, dia mengarang cerita tentang adanya senjata pemusnah massal di pabrik Djerf al-Nadaf. Alwan juga mengaku bahwa 12 pakar biologi Irak telah dibunuh oleh agen rahasia Baghdad," tulis CBS.

Informasi yang disampaikan Alwan ini oleh pemerintah Jerman diteruskan kepada badan intelijen AS, CIA. Namun, saat itu Jerman mengaku tidak punya bukti autentik tentang keberadaan senjata biologi di Irak.

"Pemerintah Jerman hanya mengatakan Alwan dapat dipercaya. Namun, tidak ada bukti yang membenarkan ceritanya," lanjut CBS mengutip sebuah surat yang dikirim pemerintah Jerman kepada CIA.

Untuk menguak cerita lebih dalam, CIA sempat menginterogasi Alwan. Selama proses ini berlangsung, Alwan menggunakan sandi Curve Ball. Tidak dijelaskan kapan tepatnya peristiwa itu terjadi. Yang pasti, dari cerita Alwan, Departemen Pertahanan AS yang kala itu dipimpin Colin Powell melaporkan kepada Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang senjata pemusnah massal di Irak.

Padahal, sebelum menyerang Irak, tim investigasi telah menyatakan bahwa tidak ditemukan senjata biologi di pabrik Djerf al-Nadaf. "Dia (Alwan) adalah pilar utama kecurigaan AS terkait adanya senjata pemusnah massal, di Irak," terang CBS.

Hasil investigasi CBS juga mengungkapkan, Alwan bukanlah seorang pakar biologi. Dia adalah mantan mahasiswa biologi yang selalu mendapatkan nilai jelek. Sebelum meninggalkan Negeri 1001 Malam, Alwan terlibat kasus pencurian saat bekerja di televisi Babel, Baghdad. Â

Menurut informasi sejumlah sumber, saat ini Alwan masih berkeliaran di Jerman.

Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Alwan kini menggunakan identitas baru. "Dia adalah seorang pria yang ingin mendapatkan kartu hijau (izin menetap) di Jerman. Dan dia memainkan sistem untuk tujuan itu," tulis CBS mengutip pernyataan mantan pejabat senior CIA Tyler Drumheller.

Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jerman maupun Gedung Putih terkait temuan CBS. Sebelumnya, melalui juru bicaranya, mantan Kepala CIA George Tenet mengaku tidak pernah melihat surat yang dikirim pemerintah Jerman kepada institusi yang dipimpinnya.

"Beliau (Tenet) tidak pernah melihat surat dari pemerintah yang menyatakan bahwa Alwan adalah orang yang dapat dipercaya."


referensi : http://international.okezone.com/ind...11/02/18/58119

Pendapat anda ?

Mungkinkah ada motif lain dibalik pemberitaan ini ? :ops::