NAKHON RATCHASIMA - Seulas senyum menghiasi wajah lifter Indonesia Eko Yuli Irawan ketika turun dari panggung lomba angkat besi SEA Games XXIV di Assembly Hall Nakhon Ratchasima Vocational College kemarin (8/12). Kedua telapak tangannya ditutupkan ke wajah sambil mengucapkan kalimat tanda syukur. "Alhamdulillah, saya rebut emas," kata Eko sembari tersenyum puas.
Pelatih, ofisial, dan wartawan Indonesia pun ikut diliputi kebahagiaan dengan keberhasilan Eko tersebut. Lifter mungil yang memiliki berat badan 55,55 kg itu (kelas 56 kg) meraih emas dengan membuat total angkatan 284 kilogram. Dia membuat angkatan 126 kg untuk snatch dan 158 kg (clean & jerk).
Atlet asal Lampung itu mengalahkan peringkat dua dunia asal Vietnam Hong Anh Tuan yang hanya mampu mengoleksi total angkatan 281 kg (128 kg snatch dan 153 kg clean & jerk). Yang lebih hebat, Eko juga memecahkan rekor SEA Games di kelas 56 kg atas nama atlet seniornya, Jadi Setiadi, yang dibuat di SEA Games XXII/2003. Perunggu di kelas 56 kg kemarin diraih lifter tuan rumah Pongsak Maneetong dengan total angkatan 256 kg.
Emas plus rekor dari Eko ini benar-benar menjadi prestasi di tengah beratnya panggung persaingan. Hingga kemarin, Indonesia masih terseok di posisi keenam dengan 7 emas, 9 perak, dan 11 perunggu. Jumlah itu jauh tertinggal dari tuan rumah yang hingga kemarin sudah mengoleksi 43 emas.
Eko yang menuai prestasi emas bakal mendapat bonus Rp 200 juta dari pemerintah. Dengan bonus tersebut, Eko berkeinginan membangun rumah untuk kedua orang tuanya. Motivasi mulia itulah yang menjadi salah satu kiat sukses Eko pada SEA Games edisi ke-24.
"Saya ingin sekali membangun rumah untuk kedua orang tua di Lampung. Sampai sekarang kami belum memiliki rumah sendiri," ungkap Eko usai perlombaan.
Dia juga ingin kembali memiliki kambing di tanah kelahirannya itu. Maklum, sebelum tergabung dalam pelatnas angkat besi, menggembala kambing adalah kesibukan Eko di samping berlatih di sasana. Empat kambing pernah dimilikinya. Tapi, setelah dia hijrah ke Jakarta, sang ayah, Saman, menjual kambing-kambing tersebut.
"Saya juga ingin memberikan modal untuk ibu," ungkapnya. Wastinah, sang bunda, berjualan sayur untuk menopang penghasilan keluarga.
Torehan tersebut sekaligus mengukuhkan tradisi emas yang dibukukan lifter angkat besi di SEA Games. Dua tahun lalu, Misdan Yunif dan Sandow Weldemar Nasution sukses menyumbangkan emas di kelas masing-masing. Sayang, lifter Indonesia lainnya, Okta Dwi Pramita, yang turun di kelas 53 kg wanita hanya memperoleh perak. Dia tidak mampu menyaingi angkatan sang juara asal Thailand Suda Chaleephay yang sukses mencetak total angkatan 202 kg. Okta hanya mengukir total angkatan 187 kg, dengan rincian 85 kg di snatch dan 102 di clean and jerk.
Share This Thread