Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast
Results 16 to 30 of 37
http://idgs.in/419751
  1. #16
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Di keremangan mentari pagi, hanya suara isak tangis Rinne kecil yang terdengar.
    Setelah beberapa lama terdiam, akhirnya Felix berkata, “Aku tak tahu apa yang terjadi dengan keluargamu, tapi.. aku tak ingin kamu menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi padaku ! Dengar Rinne, kondisiku ini bukan akibat dirimu. Ketika kecelakaan itu, aku sendirilah yang memutuskan untuk menolongmu !”
    Rinne tidak menjawab, tapi Felix sudah tidak mendengar isak tangisnya lagi.
    Tiba-tiba terdengar suara lemah Rinne, “Aku selalu bertanya pada Tuhan, mengapa semua ini terjadi ? Mengapa orang-orang yang dekat denganku, meninggalkanku satu per satu ? Apa semua ini gara-gara aku berdosa ? Apa aku... memang sebaiknya nggak pernah terlahir ?”
    Rinne muncul di sisi Felix, dengan wajah memelas.
    Sambil memandangnya, Felix-pun bertanya, “Sebenarnya, kehidupan seperti apa yang kamu alami, sampai kamu berpikir demikian ?”
    “Apa aku yang dari masa depan, nggak bilang apa-apa sama kakak ?”
    Sekilas Felix teringat kata-kata keras Rinne, ‘Takkan ada yang akan menangis untukku ! Jangan bicara seakan kamu tahu tentang diriku !
    “Dia tak menceritakan masa lalunya. Tapi dari kata-katanya, kutebak kalau masa lalunya tidak bahagia. Benarkah dugaanku ?”
    “Tidak.. bahagia ?”, Rinne kecil-pun menunduk, “Bahkan sampai sekarang, aku nggak ngerti apa itu yang disebut ‘bahagia’. Tapi kulihat rumah kakak besar, dan orang tua kakak sangat sayang sama kakak, jadi kurasa itu yang disebut ‘bahagia’ ya ?”
    Felix tertegun. Lalu, setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Felix bertanya lagi, “Rinne, apakah kamu bisa menceritakan mengenai kehidupanmu padaku ?”

    “Mama meninggal tak lama setelah melahirkan aku.”, Rinne kecil-pun memulai mengisahkan hidupnya.
    “Tapi karena waktu itu aku masih kecil, aku nggak ngerti apa-apa. Yang kutahu hanyalah papa selalu marah-marah, sambil memukuliku. Dan papa selalu bilang, kalau lebih baik aku nggak pernah lahir. Belakangan aku baru paham, kalau papa sebenarnya sangat sedih kehilangan mama, yang meninggal akibat melahirkanku. Lalu pada saat aku lima tahun, suatu pagi papa udah nggak ada di rumah. Kayaknya papa nggak tahan lagi melihatku, dan meminta paman untuk mengurusku. Oh, paman itu maksudnya adik papa.”
    Rinne kecil terdiam sejenak; Pandangannya tampak menerawang. Lalu ia melanjutkan.
    “Suatu hari, paman dan bibi datang. Paman tampak ramah, sementara bibi tampak cemberut. Mungkin karena mereka sudah punya seorang anak, jadi bagi bibi, aku ini cuma menjadi beban saja. Bibi selalu bersikap dingin, dan kakak angkatku-pun menjadikan diriku sebagai bahan olok-olokan. Tapi setidaknya, paman tetap baik padaku. Ya, begitu pikirku waktu itu.”
    Felix-pun menyela, “Apa maksudnya dengan ‘begitu pikirmu waktu itu’ ?”
    Rinne kecil menunduk, dan selama beberapa saat, ia tak mengatakan apapun.
    Apa telah terjadi sesuatu yang sangat menyakitkan dirinya ?
    Suara Rinne kecil selanjutnya terdengar agak gemetar.
    “Hal itu pertama kali terjadi.. pas ulang tahunku yang ke-tujuh. Bibi dan kakak angkat memang selalu pergi pas hari ulang tahunku, jadi aku hanya berdua dengan paman di rumah. Paman membeli kue, dan aku senang banget. Tapi setelah makan kue, tiba-tiba aku merasa ngantuk. Dan ketika terbangun, aku...”
    Felix menyadari, mungkin sebaiknya ia menghentikan Rinne.
    “Sudah cukup Rinne ! Maaf, aku sudah membuatmu kembali teringat hal-hal yang...”
    Tapi Rinne langsung menggeleng keras-keras.
    “Nggak ! Udah terlalu lama aku menahan semua ini ! Padahal aku ingin menceritakan pada seseorang... aku udah nggak tahan, Kak !”
    Sejenak, hanya keheningan yang ada di kamar itu.
    “Waktu itu aku nggak ngerti, kenapa aku bisa ada di kamar paman ? Kenapa aku nggak pakai baju ? Dan kenapa paman ada di sampingku ? Kemudian paman mengancam, agar aku jangan bilang apapun kepada bibi. Karena takut, aku-pun menurut. Dan paman melakukan hal itu, setiap bibi dan kakak angkat pergi. Aku selalu takut, karena paman terus mengancamku. Tapi pada suatu hari, bibi mendadak pulang cepat. Melihat aku dan paman, bibi langsung marah dan langsung menyerangku. Karena ketakutan, aku berusaha kabur, tapi bibi terus mengejarku. Akhirnya aku terpojok di balkon. Ketika bibi hendak menangkapku, aku menghindar, dan bibi-pun terjatuh. Paman berusaha membawa bibi ke rumah sakit, tapi tak tertolong. Semenjak itu, paman sama kayak papa, terus minum-minum dan memukuliku. Karena nggak tahan, akhirnya aku kabur dari sana.”

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Masa lalu Rinne...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  2. Hot Ad
  3. #17
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Sinar mentari mulai menerangi kamar tersebut. Dari luar, terdengar suara langkah kaki yang sedang mendekat.
    “Eh Rinne, kamu masuk ke kamar ini dengan diam-diam kan ? Sepertinya ada suster yang datang, lebih baik kamu sembunyi terlebih dahulu.”
    Rinne kecil langsung bersembunyi di dalam sebuah lemari, yang terletak di dekat jendela. Dan benar dugaan Felix, tak lama kemudian pintu kamar terbuka, dan seorang suster masuk dengan wajah berseri.
    “Selamat pagi... Wah, rupanya Anda telah bangun, Tuan Felix.”, lalu Sang suster menghela nafas kecewa, “Sayang, padahal saya ingin melihat wajah tidur Anda.”
    “Apa maksud Anda, suster ?”
    Dengan senyum sedikit menggoda, suster itu-pun menjawab, “Habis, kalau sedang tidur, Anda terlihat manis. Bagaimana tubuh Anda ? Apa merasa lebih segar ?”
    Felix hanya tersenyum saja. Lalu Sang suster mempersiapkan makan pagi.
    Ketika suster menyuapinya, Felix bertanya, “Suster, apa benar, tubuh saya.. akan terus seperti ini selamanya ? Maksud saya, tak adakah sedikit harapan bagi saya... ?”
    “Kalau ada harapan, walau sekecil apapun itu, pasti kami akan berusaha semaksimal mungkin, Tuan Felix. Tapi dalam kasus Anda..”, wajah suster tampak sedih, “.. bisa bertahan hidup saja sudah merupakan keajaiban. Tapi Tuan Felix, saya berharap Anda jangan sampai patah semangat. Baik saya maupun dokter dan suster lainnya, pasti akan mengusahakan sesuatu ! Siapa tahu, suatu hari nanti, akan ada metode penyembuhan yang memungkinkan Anda kembali bergerak normal. Ilmu kedokteran selalu berkembang, jadi Anda harus tetap optimis !”
    Felix-pun tersenyum.
    “Oh ya suster, saya belum mengetahui nama Anda.”
    Wajah Sang suster langsung memerah.
    “Tuan Felix, saya sudah memperkenalkan diri ketika pertama kali kita berjumpa. Apa Anda lupa ?”, lalu ia-pun menghela nafas, “Baiklah, saya akan memperkenalkan diri lagi. Nama saya Petrushka, tapi panggil saja saya Petra.”
    “Maaf, Suster Petra, saya benar-benar lupa. Mulai sekarang, saya akan berusaha mengingatnya.”

    “Kamu sudah boleh keluar, Rinne.”
    Rinne kecil mengintip dari balik lemari. Rupanya Suster Petra telah keluar dari kamar itu. Lalu Rinne kecil memandang ke arah Felix dengan tatapan sedih.
    “Jadi benar ya, Kak Felix akan lumpuh seumur hidup ?”
    Felix menghela nafas, “Ya, untuk saat ini, sepertinya begitu. Kalau saja ada sedikit harapan...”
    Rinne kecil menunduk sambil berkata, “Kalau saja waktu itu kakak tak menolongku, tentu semua ini takkan terjadi. Semua ini salahku !”
    “Rinne !”, sekilas, Felix teringat akan kata-kata serupa yang diucapkan Rinne dari masa depan, “Jangan salahkan dirimu seperti itu ! Ketika itu, aku sendirilah yang ingin untuk menolongmu. Jadi, kondisiku seperti ini karena diriku sendiri, bukan salahmu.”
    “Tapi, kalau waktu itu aku tidak bengong, pasti aku sadar ada mobil mendekat !”
    Mendengar itu, Felix tertegun.
    Benar juga. Padahal suara mobil itu keras sekali, dan orang-orang sudah menyingkir. Hanya Rinne saja yang tetap menyeberang jalan.
    “Apa waktu itu, ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan, sampai tidak mendengar suara mobil tersebut ?”
    Rinne kecil terdiam sejenak, dan pandangannya tampak menerawang.
    “Rinne ?”, tanya Felix dengan bingung.
    Suara Rinne hampir tak terdengar ketika menjawab, “Kakek.. meninggal...”
    “Kakek meninggal ? Maksudmu ?”
    Rinne kembali menunduk.
    “Tadi aku sudah bilang kan, karena nggak tahan dengan perlakuan paman dan kakak angkat, akhirnya aku kabur. Tapi karena sudah nggak punya rumah, aku tidur di jalanan. Nah, saat itulah aku bertemu dengan kakek.”

    “Yang kamu maksud dengan ‘kakek’, bukan kakek kandungmu ?”
    Rinne kecil menggeleng.
    “Beliau tinggal sendirian di sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Semua anggota keluarganya telah lama meninggal, dan tinggal beliau yang masih hidup. Alasannya memungutku, karena aku mirip dengan cucu perempuannya yang juga telah tiada.”, lalu Rinne terdiam sejenak, mengenang masa-masa tersebut, “Mungkin, itulah saat dimana aku.. merasa bahagia.”
    “Tapi, terjadi sesuatu, begitu ?”
    Rinne kecil mengangguk; Tatapannya tampak sangat memelas.
    “Aku tinggal dengan kakek hanya sekitar dua bulan. Walau singkat, tapi itulah saat-saat dimana aku merasa benar-benar hidup. Tapi semua berakhir, karena kakak angkat berhasil menemukan keberadaanku.”
    “Kakak angkat... maksudmu, anak dari paman dan bibimu itu ?”
    “Iya. Dari dulu ia memang tidak suka padaku, tapi sejak kematian bibi, ia semakin membenciku. Bahkan ketika berhasil menemukanku, tanpa ragu ia berniat membunuhku...”
    Dasar pembunuh cilik ! Kalau saja papa nggak pernah memungutmu, mama pasti.. pasti.. Lebih baik kamu nggak ada di dunia ini, ***** kecil !.
    Felix melihat tubuh Rinne kecil gemetar.
    “Rinne...”
    “Waktu itu aku sangat ketakutan. Tapi tiba-tiba kakek muncul, dan memakai tubuhnya untuk menahan pisau yang diarahkan kepadaku. Dan gara-gara aku, kakek meninggal ! Padahal lebih baik kalau waktu itu aku mati aja ! Nggak adil, ini benar-benar.. nggak adil !”
    Selanjutnya, Rinne kecil jatuh berlutut sambil menutup wajahnya, menangis.. dan terus menangis. Sementara Felix hanya terdiam.

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------

    oK, masa lalu Rinne selesai. Berikutnya... Sebuah Pembalasan, fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  4. #18
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    4. Sebuah Pembalasan
    Pada keesokan siang harinya, Felix hanya diam menatap langit-langit.
    Untunglah Rinne dari masa depan masih belum menemuiku lagi. Setelah mendengar semuanya, aku semakin bingung, apa yang harus kukatakan kepadanya.
    Felix memejamkan matanya.
    Kenapa ia memberi penawaran seperti itu kepadaku ?
    Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan terdengar suara yang sangat dikenalnya.
    “Kak Felix, aku datang berkunjung. Gimana keadaan kakak ?”
    Felix membuka matanya, dan melihat wajah ceria Fiona di hadapannya. Dan Fiona tampak terkejut.
    “Ah, rupanya kakak masih tidur. Maaf, aku malah membangunkan kakak.”
    “Nggak, aku hanya memejamkan mata sebentar saja. Kondisiku tetap nggak berubah, seperti yang kamu lihat. Kamu sendiri gimana, Fio ?”
    Senyum di bibir Fiona langsung lenyap, dan sorot matanya menyiratkan kesedihan.
    “Apakah dokter.. mengatakan sesuatu ? Maksudku, misalnya kapan kakak.. bisa kembali seperti semula ?”
    Felix menggeleng dengan lemah.
    “Suster mengatakan, aku masih hidup saja sudah merupakan suatu keajaiban. Tapi kadang aku berpikir, mungkin lebih baik bagiku mati dalam kecelakaan itu, daripada...”
    Fiona langsung memotong kata-kata Felix, “Jangan bilang begitu, Kak !”
    Perlahan, air mata mulai mengalir di pipi Fiona.
    “Kalau saja aku bisa menggantikan kakak...”
    “Fio ! Jangan sembarangan !”, lalu Felix menghela nafas, “Baiklah, aku nggak akan berpikir begitu lagi. Ya, seharusnya aku bersyukur, masih selamat dalam kecelakaan parah itu.”
    Fiona menghapus air matanya, dan berusaha tersenyum.
    ... Terkadang bagi manusia, lebih baik dirinya yang mengalami musibah,
    daripada harus melihat orang yang disayangi, yang mengalaminya ...


    ----------------------------------------------------------------------------------------------------
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  5. #19
    itzme-sonz's Avatar
    Join Date
    Feb 2009
    Posts
    8,469
    Points
    11,739.16
    Thanks: 184 / 85 / 72

    Default

    Hah?? udah slesai ceritanya ??

    Prasaan yang masalah kesempatan kedua blom slesai...

    tapi sip deh ceritanya lumayan bikin penasaran...

  6. #20
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Eh ? Memang saya bilang dah selesai ? Justru mimpi terburuk Felix dimulai dari saat ini, fufufu... sebuah kecelakaan memang buruk, tetapi apa yg akan terjadi selanjutnya, benar-benar mimpi buruk ^^

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    “Kalau berhasil menemukan dia, apa yang akan kakak lakukan ?”
    Pertanyaan Fiona itu membuat Felix merasa bingung.
    “Dia ? Siapa yang kamu maksud ?”
    Fiona menoleh ke arah Felix, dan wajahnya tampak penuh amarah.
    “Siapa lagi ?! Jelas saja orang yang telah menabrak kakak, dan lari tanpa berusaha sedikit-pun untuk menolong kakak !”
    Felix tertegun.
    Benar juga, mungkin saat ini pihak kepolisian masih mencari orang yang sudah menabrakku. Tapi dalam kondisi seperti ini, tak pernah terpikir olehku, apa yang akan kulakukan walau sudah berhasil menemukan mereka...
    Fiona yang masih memperhatikan reaksi Felix, menghela nafas.
    “Tampaknya, kakak tak pernah memikirkan hal itu ya ? Tapi tenang aja, Fiona lagi cari-cari info tentang orang itu.”, lalu dengan tegas, ia melanjutkan, “Pokoknya Fiona janji, dia nggak bakal bisa lolos setelah menabrak kakak !”
    “Fi.. Fiona ?”, entah mengapa, Felix merasa merinding ketika mendengar kata-kata terakhir adik perempuannya tersebut.
    “Kalau misalnya.. nanti kamu berhasil menemukan orang itu, apa yang akan kamu lakukan ?”
    Fiona terdiam sejenak, lalu memandang ke arah Felix.
    “Entahlah, Fiona masih bingung. Tapi pasti kakak ingin balas dendam kan ?”
    Felix menggeleng lemah.
    “Aku akan menyerahkan segalanya pada hukum. Kalau dia memang terbukti bersalah, aku yakin hukum pasti akan bisa memberi hukuman yang setimpal padanya.”
    “Hukuman yang setimpal ?!”, lalu Fiona menggebrak meja, “Paling orang itu hanya dipenjara dua sampai tiga tahun, terus bebas ! Padahal kakak sampai lumpuh seumur hidup begini ! Tidak, Fiona nggak bisa terima hukuman seperti itu !”
    Usai berkata demikian, Fiona berlari keluar kamar tanpa sempat dicegah Felix.

    Malam-pun tiba. Selain Fiona, hari itu tidak ada orang lain yang berkunjung. Sekilas Felix teringat akan Miki, pacarnya.
    Sudah kurang lebih seminggu, Miki tak pernah datang lagi. Ada apa ya ?
    Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang sangat dikenalnya.
    “Selamat malam, Felix.”
    Felix-pun menghela nafas.
    “Akhirnya kamu datang juga, Rinne. Kamu benar, aku telah berjumpa dengan dirimu dari masa sekarang. Dan aku juga sudah mendengar cerita masa lalumu.”
    “Begitukah ?”, lalu Rinne muncul dari kegelapan, “Jadi kamu sudah mengerti kan ?”
    Felix terdiam sejenak, memandang Rinne.
    “Aku nggak bisa mengatakan ‘mengerti’, karena aku tak mengalami apa yang telah kamu alami. Tapi aku bisa paham, kalau kehidupan yang kamu jalani sangat berat.”
    “Berat ?”, Rinne menatap tajam ke arah Felix, “Lebih tepatnya, aku tidak merasa hidup ! Ayah membenci dan membuangku, paman memperlakukanku sebagai mainannya, dan semua orang di sekitarku selalu mengalami celaka ! Sekarang malah aku merasa, apa yang dikatakan oleh ayah, memang benar. Lebih baik aku nggak pernah terlahir ke dunia ini !”
    “Jadi, sejak aku menolongmu di masa kini, sampai kamu yang sekarang, kamu terus merasa begitu, Rinne ? Apa yang kulakukan tak ada artinya bagimu ?”
    “Justru itu, aku balik ke masa lalu, agar kamu tidak menyia-nyiakan hidupmu demi menolongku ! Sekarang kamu sudah tahu semuanya tentang diriku, jadi.. apa jawabanmu ?”
    Untuk sesaat, hanya ada keheningan di kamar tersebut. Sampai akhirnya Felix menjawab dengan perlahan, “Aku.. tak menyesal dengan keputusanku. Aku tetap akan menolongmu.”

    ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Dan lucunya, mimpi terburuk Felix datang dari gadis yg pernah ditolongnya tersebut...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  7. #21
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Untuk beberapa saat lamanya, Rinne tertegun. Bola mata indahnya terbelalak menatap Felix.
    “Rinne ?”
    Panggilan dari Felix, membuat Rinne tersadar. Wajah terkejutnya, perlahan berubah menjadi penuh amarah.
    “Bahkan setelah tahu semuanya, kamu masih bersikeras menolongku ? Kamu merasa kasihan padaku ?! Pada hidupku yang menyedihkan, begitu kan ?!”
    “Bukan begitu...”
    Sambil memukul lemari di dekatnya, Rinne berkata dengan suara keras, “Asal tahu saja, aku.. paling benci dikasihani !”
    “Dengar dulu, Rinne. Aku bukan bermaksud mengasihani dirimu. Sudah pernah kukatakan, aku menolongmu karena memang aku ingin menolongmu, tidak perduli apa latar belakangmu. Yah, bisa dikatakan demi rasa ego-ku; Aku senang bisa menolong seseorang. Jadi, hal itu tidak ada hubungannya dengan...”
    Dengan cepat Rinne memotong, “Walau sampai harus lumpuh seumur hidup ?”
    Ditanya balik seperti itu, Felix langsung terdiam.
    Tiba-tiba terlihat senyum aneh di bibir Rinne.
    “Baiklah, aku takkan memaksamu lagi. Oh ya, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu.”
    Rinne berhenti sejenak, dan jeda sesaat itu membuat Felix merinding.
    Apa sebenarnya yang ingin ditanyakan olehnya ? Dan, apa arti dari senyum anehnya itu ?
    “Apa yang ingin kau tanyakan, Rinne ?”
    “Kalau bisa menemukan orang yang sudah menabrak dirimu, apa yang akan kamu lakukan ?”
    DEG ! Felix tertegun mendengar pertanyaan tersebut.
    Ke.. kenapa ? Kenapa yang ditanyakan Rinne, sama dengan pertanyaan dari Fiona ?
    “A.. aku.. tidak tahu. Mungkin aku akan melaporkannya pada polisi.”
    “Maksudku, apa kamu tidak ingin balas dendam padanya, Felix ?”
    Felix terdiam sejenak, lalu bertanya perlahan, “Kenapa kamu bertanya begitu, Rinne ? Dalam kondisi tubuhku seperti ini, tak mungkin aku...”
    “Tenang saja. Di masa depan, aku sudah berhasil menemukan orang itu. Dan..”, senyum Rinne semakin melebar, “.. orang tersebut telah menerima ganjaran atas apa yang ia perbuat.”

    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  8. #22
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Selama beberapa saat, Felix hanya tertegun mendengar itu.
    “A.. apa maksudmu, Rinne ?”, tanya Felix dengan gemetar. Entah mengapa, ia merasa lebih baik jika ia tak bertanya lebih jauh, maksud dari kata-kata Rinne.
    “Maksudku, aku telah membalaskan dendam kita berdua.”
    Bola mata Felix terbelalak.
    “Kamu.. kamu mem..bunuhnya ?”
    Rinne tidak langsung menjawab, hanya menarik nafas dalam-dalam; Seakan merasa lega.
    Lalu ia bertanya balik pada Felix, “Kalau misalnya, kamu ingin membalas dendam pada orang tersebut, apa yang akan kamu lakukan, Felix ? Membunuhnya ?”
    “Sudah kukatakan, aku tak tahu ! Dengan kondisi seperti ini...”
    Rinne langsung memotongnya, “Kematian terlalu bagus untuk orang seperti itu. Jadi tidak, aku tidak membunuhnya. Hanya saja.. saat ini mungkin ia merasa lebih baik mati.”
    “Rinne, sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan pada orang yang sudah menabrakku itu ?”
    “Mudah saja. Orang itu telah menyebabkan tubuhmu lumpuh total, jadi aku hanya membuatnya merasakan apa yang telah kamu rasakan.”
    “Ja.. jadi, maksudmu...”
    “Ya.”, jawab Rinne ringan, “Aku telah mematahkan lengan dan kaki orang tersebut. Itu hal yang sangat pantas untuknya, bukan ?”

    “Tentunya kamu sudah mendengar masa laluku dari diriku yang dulu. Setelah kakek terbunuh, lalu terjadi kecelakaan yang menimpamu, aku jadi memikirkan banyak hal mengenai hidupku. Memang benar, sampai saat ini, aku terus berpikir lebih baik jika aku mati. Tapi kalau aku mati begitu saja, apa artinya pengorbanan kakek dan kamu, Felix. Itulah sebabnya, akhirnya aku memutuskan, apapun akan kulakukan untuk bertahan hidup. Yah, setidaknya sampai aku bisa melakukan sesuatu untuk membalas budi kakek dan kamu.”
    Felix tetap diam saja.
    “Sebenarnya, aku berhasil menemukannya secara tak sengaja. Dia adalah pengunjung di bar tempatku bekerja. Tentu saja, awalnya aku tak tahu dia adalah orang yang hampir menabrakku. Lalu bos minta agar aku menemaninya minum-minum. Dan ketika sedang mabuk, orang tersebut mulai bercerita tentang kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Aku semakin yakin, saat ia berkata kalau korbannya mengalami lumpuh total.”, Rinne tersenyum sinis, “Dia tahu, tapi tidak sedikit-pun merasa bersalah. Orang itu memang benar-benar sampah ! Jadi kupikir, tak ada salahnya membersihkan sampah sepertinya dari dunia ini.”
    “Sampah ya ?”, Felix berkata perlahan, setengah merenung, “Karena itu, lalu kamu merasa pantas untuk menghukumnya ?”
    “Benar ! Selanjutnya mudah saja. Karena ia tertarik padaku, aku mudah untuk mendekatinya. Dan dalam sebuah kesempatan, aku membuatnya pingsan lalu mengikatnya. Ketika akhirnya ia tahu siapa aku sebenarnya, ia menjadi sangat ketakutan. Wajahnya langsung memelas, dan ia terus memohon agar aku mengampuninya.”, lalu Rinne-pun tertawa, “Hahaha... sayang kamu nggak ada di sana, Felix. Orang itu benar-benar menyedihkan ! Ya, aku takkan membunuhnya. Tapi aku hanya membuatnya mengalami apa yang telah kamu alami. Dengan sebatang kayu, aku mematahkan lengan dan kakinya. Ia terus menjerit dan menangis, dan aku sangat puas.”
    Dengan tajam, Felix berkata, “Kamu benar-benar sadis, Rinne ! Itu bukan balas dendam, tapi hanya murni demi kepuasanmu saja !”
    “Ya, aku memang kejam dan sadis ! Dan jangan lupa, kamu-lah yang telah menolong gadis yang kejam dan sadis ini !”, lalu wajah Rinne berubah, terlihat agak sedih, “Mungkin.. aku memang telah mati dalam kecelakaan itu; Aku yang dulu, yang menyedihkan dan tidak bisa apa-apa. Dan saat itu, lahir diriku yang lain, yang sangat membenci dunia yang bobrok ini !”
    Mendengar itu, Felix kembali terdiam.
    “Apa sekarang kamu sudah mulai membenciku, Felix ? Kamu ingin menghentikanku ? Mudah saja kok; Kamu tinggal menerima penawaran dariku, itu saja.”

    -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Dan kalau Felix menerima tawaran Rinne, artinya adalah....... fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  9. #23
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    5. Sebuah Pengkhianatan
    Selama beberapa saat, hanya ada kesunyian di kamar tersebut. Felix hanya menatap ke arah Rinne dengan tatapan sedih.
    “Mengapa kamu bersikeras agar aku tak menolongmu dalam kecelakaan itu, Rinne ? Mengapa kamu begitu ingin mati ?”
    Tidak menjawab, Rinne hanya mengalihkan pandangannya keluar jendela.
    “Kalau masih hidup, pasti ada hal yang bisa kamu lakukan, walau kamu merasa...”
    Rinne langsung memotong kalimat Felix, “Ya, dan aku sudah melakukannya !”
    Felix-pun menghela nafas.
    “Maksudku bukan balas dendam. Apa tak ada yang ingin kamu lakukan, untuk dirimu sendiri ?”
    Rinne terdiam sejenak, lalu menengok ke arah Felix dengan tatapan tajam.
    “Jadi kuanggap, kamu tetap menolak penawaranku, Felix. Baiklah, sekarang aku harus kembali ke ‘waktu’-ku.”
    “Rinne !”
    Baru saja Rinne hendak melangkah menuju tempat yang gelap, ketika tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
    “Oh ya Felix, gimana kabar pacarmu itu ? Kalau nggak salah, namanya Miki ya ?”
    DEG ! Felix tertegun mendengar pertanyaan Rinne.
    “A.. apa maksudmu, Rinne ? Kenapa kamu menanyakan tentang Miki ?!”
    Rinne menoleh sambil kembali tersenyum aneh.
    “Nggak kok, aku cuma mau tanya, apa dia masih sering mengunjungimu ?”
    Dan tanpa menunggu jawaban, Rinne langsung menghilang dalam kegelapan.
    “Rinne, tunggu ! Apa ada sesuatu dengan Miki ?!”
    Tapi Felix sudah tidak merasakan keberadaan Rinne di kamar tersebut.

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Apa maksud kata-kata Rinne ? Fufufu...
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  10. #24
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    “Suster Petra, kalau ada yang melukai Anda, dan jika ada kesempatan untuk membalasnya, apa yang akan Anda lakukan ?”
    Suster Petra, yang sedang menyuapkan makanan kepada Felix, tertegun mendengarnya.
    “Apa maksud Anda, Tuan Felix ? Apa pertanyaan itu.. berkaitan dengan kecelakaan yang menimpa Anda ?”
    “Maaf, tapi tolong jawab saja pertanyaan saya itu, suster !”
    Suster Petra menaruh sendok yang dipegangnya ke atas piring, lalu ia-pun menghela nafas.
    “Balas dendam ya ?”, Suster Petra memejamkan matanya, merenung sejenak.
    Lalu sambil membuka matanya, ia-pun menjawab, “Kalau ada kesempatan, mungkin aku akan melakukannya. Ya, tapi tergantung pada situasinya juga sih. Yang jelas, aku nggak ingin balas dendamku itu menjadikan diriku sebagai pelaku kejahatan.”
    Usai berkata demikian, Suster Petra-pun tertawa.
    “Begitu ya ?”
    Wajah Felix, yang sempat tampak tegang, perlahan kembali tenang.
    Suster Petra-pun melanjutkan, “Menurutku, walau kita membalaskan dendam, apa yang sudah terjadi takkan bisa diperbaiki lagi. Malah mungkin perasaan kita jadi kacau, kalau sampai kita melakukan kejahatan. Setidak-tidaknya, aku nggak mungkin bisa merasa tenang, kalau sampai membunuh orang.”
    Sambil tersenyum, Felix-pun menjawab, “Ya, Anda benar, suster. Maaf sudah bertanya hal yang aneh.”
    “Nggak apa-apa kok.”

    Ketika keluar dari kamar, Suster Petra melihat Fiona yang tampak ragu.
    “Bukankah Anda.. adik Tuan Felix ?”, tanya Suster Petra dengan ramah.
    “E.. ah, benar.”
    Melihat Fiona yang semakin gelisah, Suster Petra-pun merasa bingung.
    “Apa Anda kemari untuk menjenguk Tuan Felix ? Kenapa Anda hanya berdiam diri di sini ?”
    Sambil berusaha memaksakan diri untuk tersenyum, Fiona-pun berkata, “I.. iya, be.. benar ! Baik, aku akan masuk ke kamar kakak sekarang.”
    Dan dengan terburu-buru, Fiona masuk ke kamar Felix. Sementara Suster Petra hanya melihat dengan bingung.
    Di dalam kamar, Felix yang sedang berbaring, terkejut melihat Fiona.
    “Fi.. Fiona ? Ya ampun, kamu bikin aku kaget aja.”
    Fiona memandang Felix sesaat, lalu berkata, “Sepertinya kakak baik-baik aja. Kalau begitu, Fio pulang dulu.”
    Usai berkata demikian, Fiona langsung berbalik hendak pergi.
    “Fi.. Fiona, tunggu ! Apa kamu masih marah gara-gara masalah kemarin ?”
    “Masalah kemarin ?”, Fiona berhenti sejenak, berusaha mengingat.
    Paling orang itu hanya dipenjara dua sampai tiga tahun, terus bebas ! Padahal kakak sampai lumpuh seumur hidup begini ! Nggak, Fio nggak bisa terima hukuman seperti itu !
    Dan ia segera menggelengkan kepalanya.
    “Nggak kok. Kemarin Fio cuma janji sama kakak, Fio pasti bisa menemukan orang yang telah menyebabkan kakak jadi begini.”
    “Kalau begitu, ada masalah lain ?”
    Sambil cemberut, Fiona-pun bertanya balik, “Kenapa kakak berpikir kalau...”
    Felix langsung memotongnya, “Fio ! Aku sudah mengenalmu sejak kamu kecil, dan kalau kamu berusaha menghindar dariku, pasti kamu lagi ada masalah. Benar kan ?”
    Mendengar kata-kata Felix, Fiona hanya terdiam.
    “Baiklah, aku akan mencoba menduganya. Masalah ini, berkaitan dengan Miki, benar kan ?”
    Bola mata indah Fiona langsung terbelalak.
    “Ba.. bagaimana kakak bisa...”, Fiona langsung menutup mulutnya.
    “Jadi, aku benar ya ?”

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  11. #25
    sawi's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    Indonesia
    Posts
    324
    Points
    849.50
    Thanks: 21 / 6 / 6

    Default

    Kk keran nih storynya
    kapan 2 bwt lagi

  12. #26
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Untuk sesaat, hanya ada kesunyian di kamar tersebut.
    Dan akhirnya, Felix memecah keheningan itu.
    “Dulu ketika aku baru mengalami kecelakaan, Miki menjengukku setiap hari. Tapi akhir-akhir ini, ia tak pernah datang lagi. Tak perlu otak jenius untuk menyadari, pasti ada sesuatu.”
    Fiona menutup pintu kamar, lalu berbalik ke arah Felix; Wajahnya tampak sedih.
    “Katakanlah Fio, ada apa dengan Miki ?”
    Sejenak, Fiona tampak ragu. Felix tersenyum lembut, sambil menenangkan Fiona.
    “Tenang saja, aku sudah siap, apapun yang akan kamu katakan, Fio.”
    Dan akhirnya Fiona-pun berbicara, walau agak gemetar.
    “Se.. sebenarnya, Fio juga cuma melihat sekilas. Sekitar dua hari yang lalu, pas Fio lagi jalan-jalan, ada seorang cewek yang mirip Kak Miki. Dan pas Fio mau memanggilnya, ada seorang cowok yang mendatanginya. Mereka.. langsung berpelukan. Fio bener-bener kaget, dan karena nggak berani memastikannya, Fio kabur dari situ.”
    “Begitu ya ?”, Felix menarik nafas dalam-dalam.
    Apa mungkin hal ini yang dimaksud oleh Rinne ? Bahwa Miki sudah mencampakkanku, dan jalan dengan cowok lain ?
    “Ma.. maaf Kak, Fio... Fio...”
    Felix kembali menengok ke arah adiknya itu sambil tersenyum.
    “Nggak apa-apa kok, Fio, kamu nggak salah. Yah, kurasa itu hal yang wajar. Siapa yang mau pacaran dengan cowok yang lumpuh total, tanpa harapan bisa sembuh seperti diriku ?”
    Spontan saja tangis Fiona langsung meledak, begitu mendengar kata-kata Felix. Ia berlari mendekati kakaknya, dan langsung memeluknya.
    “Jangan ngomong begitu, Kak ! Fio tetap sayang kakak, walau kakak lumpuh ! Dan Fio yakin, pasti ada cewek yang bersedia menerima kakak apa adanya.”
    “Ba.. baiklah, Fio. Tapi lepaskan dulu pelukanmu, badanku sakit semua nih.”
    “Ah !”, Fiona langsung melepaskan pelukannya, “Ma.. maaf.”
    Sambil tersenyum, Felix berkata, “Terima kasih, Fio. Ya, kamu benar, pasti ada yang bisa menerima diriku apa adanya.”
    Dan tiba-tiba, ingatan Felix melayang pada sosok gadis berambut panjang misterius.
    Gadis yang bisa menerimaku apa adanya ? Entah mengapa, yang terbayang dalam benakku hanyalah Rinne...

    Malam harinya...
    “Kamu datang lagi, Rinne ?”
    Dari suatu sudut kamar yang gelap, sosok Rinne melangkah dan mendekat ke arah Felix.
    “Sepertinya, firasatmu akan kehadiranku semakin tajam, Felix.”
    “Yah, dengan kondisi tubuhku seperti ini, wajar saja kalau firasatku semakin tajam.”, lalu Felix menatap tajam ke arah Rinne, “Jadi, kenapa kamu datang lagi ?”
    “Kurasa kamu tak perlu bertanya lagi. Alasanku menemuimu hanya satu : Sampai kamu mau menerima tawaranku. Itu saja.”
    “Kalau aku tetap menolak ?”
    Rinne menggeleng sambil menghela nafas.
    “Kamu benar-benar aneh, Felix. Padahal yang kutawarkan adalah masa depan bagimu.”
    “Menurutku, justru kamu yang aneh, Rinne !”
    Dan keduanya saling menatap dengan tajam. Akhirnya Rinne mengangkat bahu.
    “Baiklah, kalau kamu tetap bersikeras. Padahal kemarin aku sudah memperingatkanmu.”
    Sorot mata Felix semakin tajam.
    “Rinne, apa yang akan kamu lakukan terhadap Miki ?!”
    “Oh, jadi kamu mengerti apa yang kumaksud ?”
    Felix memejamkan matanya sejenak, lalu menatap ke arah langit-langit.
    “Tadi siang, Fiona datang. Dan dia mengatakan, melihat Miki sedang bersama dengan cowok lain. Ya memang, seperti yang kamu tanyakan kemarin, akhir-akhir ini Miki tidak pernah datang menjengukku lagi.”
    Rinne tersenyum dingin.
    “Baguslah kalau memang kamu sudah tahu. Cewek itu sudah mengkhianatimu, dan sekarang, akan kubuat ia merasakan, bagaimana rasanya dikhianati !”

    “Mengapa kamu melakukan semua ini, Rinne ? Apakah hanya agar aku menerima penawaran darimu ? Ataukah.. ada hal yang lain ?”
    Rinne diam sejenak, menatap keluar jendela. Lalu ia menarik nafas dalam-dalam.
    “Karena menurutku, saat ini seharusnya kamu ada di luar sana, Felix; Bukan terkurung di dalam kamar tanpa bisa bergerak seperti ini !”
    “Tapi hal itu tidak ada hubungannya denganmu...”
    Rinne langsung memotong.
    “Ada !”, ia kembali menatap tajam ke arah Felix, “Karena aku, kamu jadi seperti ini ! Walau hidupku kacau, walau aku anak yang tidak diinginkan, tetapi minimal aku ingin melakukan sesuatu. Aku tak ingin menyesal untuk kedua kalinya !”
    “Menyesal.. untuk kedua kalinya ?”
    Mendengar pertanyaan Felix, Rinne memalingkan wajahnya.
    “Ya, kamu pasti tahu, tentang kakek yang telah memungutku, bukan ?”
    Felix kembali teringat akan cerita dari Rinne kecil.
    Ah, benar juga. Kakek itu telah meninggal akibat melindungi dirinya.
    “Ya, aku mengerti perasaanmu, Rinne. Dan aku sangat berterima kasih karenanya. Tapi Rinne, aku tidak mengharapkan balas dendam ! Kalau Miki sudah tidak lagi mencintaiku, dan pacaran dengan orang lain, itu adalah hak-nya. Memang kuakui, rasanya sedih, tapi...”
    Dengan dingin, Rinne berkata, “Dia telah mengkhianatimu, dan kamu tidak membencinya ?! Kamu lemah, Felix !”
    “Eh ? Jelas saja aku lemah, tubuhku...”
    “Bukan tubuhmu yang kumaksud !”, potong Rinne, “Hatimu yang lemah ! Ya benar, aku yakin alasanmu tidak mau menerima penawaran dariku, juga bukan demi diriku. Tetapi agar kamu tidak perlu merasa bersalah kalau aku sampai meninggal !”

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Walau hingga saat ini Felix masih bersikeras, akan tetapi perlahan keyakinannya utk tetap menolong Rinne, perlahan mulai goyah. Cobaan demi cobaan datang, seakan ingin menyadarkan Felix bahwa kehidupannya kini sangat menyedihkan. Jalan apakah yg akhirnya akan dipilih oleh Felix ?

    BTW, makasih sudah menyukai cerita sy, Kk sawi ^^ Silahkan baca juga karya2 sy yg lain, yg ada di list
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  13. #27
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    6. Sebuah Keputusan
    “Apakah aku pernah bilang, kalau keputusanku menolongmu karena dirimu, Rinne ? Bukankah sudah berulang kali kukatakan, itu adalah keputusanku sendiri ?”
    Mendengar kata-kata Felix, Rinne langsung terdiam.
    “Mungkin kamu benar; Mungkin hatiku memang lemah. Tapi setidaknya, dengan begini aku tidak melukai orang lain.”
    Selama beberapa saat, hanya ada keheningan di kamar tersebut.
    Dan akhirnya Felix kembali berkata, “Rinne, kalau kamu memang bersikeras ingin menghukum Miki, sebaiknya jangan memakai alasan ‘untuk Felix yang telah dikhianati’ ! Karena bagiku, Miki mau pacaran dengan orang lain, itu adalah hak-nya. Apa kamu mengerti maksudku ?”
    “Baik, baik !”, wajah Rinne terlihat cemberut, “Aku takkan mengganggu Miki, kalau memang itu keputusanmu.”
    “Terima kasih.”
    Rinne menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil menghela nafas.
    “Kurasa, apapun yang kulakukan, kamu takkan pernah menerima tawaran dariku ya ?”
    Felix tidak menjawab; Hanya diam sambil menatap langit-langit kamar.
    “Ya sudahlah. Sekarang aku harus pergi dulu.”
    Bahkan walau Rinne telah menghilang dari kamar itu, Felix tetap diam saja.
    Penawaran dari Rinne ? Penawaran agar aku tidak menyelamatkannya, dan bisa menjalani hidup normal ? Dibanding pertama kali ia menanyakannya, rasanya kali ini aku merasa sulit untuk tetap menolaknya. Rasa bosan hanya bisa berbaring di kamar, lalu juga Miki yang sudah pacaran dengan cowok lain... apa mungkin aku.. mulai berpikir untuk menerima tawaran dari Rinne tersebut ?


    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Pada akhirnya, keputusan apakah yg akan diambil oleh Felix ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  14. #28
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Sinar mentari menerangi kamar itu, ketika Suster Petra membuka pintu kamar.
    “Selamat pagi. Bagaimana keadaan Anda, Tuan Felix ?”, tanyanya dengan ramah.
    Felix menoleh ke arah Suster Petra sambil tersenyum lemah.
    “Selamat pagi, suster. Dan kondisi saya masih tetap sama; Hanya bisa terbaring saja.”
    “Ma.. maaf.”, wajah Suster Petra menunjukkan penyesalan, “Tidak seharusnya saya bertanya demikian. Maafkan saya, Tuan Felix.”
    “Nggak apa-apa kok.”
    Setelah itu, Suster Petra melakukan tugasnya; Mengukur suhu tubuh Felix, lalu menyuapkan makanan.
    “Suster, kondisi saya sungguh menyedihkan, ya ?”
    Suster Petra terkejut mendengar kata-kata Felix tersebut.
    “Tuan Felix, jangan berpikir demikian ! Seperti yang pernah saya katakan, seharusnya Anda bersyukur masih hidup, setelah mengalami kecelakaan begitu parah.”
    Pandangan Felix setengah menerawang ketika berkata, “Hidup... tapi tak bisa bergerak sama sekali. Apa kondisiku ini masih bisa disebut ‘hidup’ ?”
    “Walau tak bisa bergerak, tetapi...”
    Felix langsung memotong kata-kata Suster Petra, “Tidak perlu menghiburku, suster ! Saya sadar, saya hanya merepotkan orang lain ! Papa, mama, Fio, bahkan juga Anda... ya, justru Anda-lah yang paling direpotkan oleh saya; Setiap hari harus mengurus pasien yang tidak bisa apa-apa begini !”
    Terdengar nada geram pada kata-kata terakhir Felix. Suster Petra-pun tersenyum lembut.
    “Tuan Felix, saya memang belum pernah mengatakan, apa alasan saya menjadi seorang suster. Sejujurnya, saya adalah gadis yang egois. Dan sejak kecil, saya memang suka menolong orang. Jadi saya menjadi seorang suster, karena ke-egoisan saya. Saya tidak pernah merasa repot dalam mengurus pasien, termasuk Anda.”
    Mendengar kata-kata Suster Petra, Felix hanya terdiam.

    Mentari bersinar cerah, menerangi kamar itu. Dari luar, terdengar suara-suara aktivitas banyak orang. Felix menatap langit-langit kamarnya.
    Gawat, ini benar-benar.. gawat. Aku mulai merasa kalau semua ini tidak adil ! Dari antara sekian banyak manusia di dunia ini, mengapa hanya aku yang harus mengalami hal seperti ini ?! Mengapa orang-orang bisa beraktivitas dengan bebas di luar sana, sementara aku hanya bisa terbaring tanpa daya di kamar ini ?!
    Felix menghela nafas. Untuk entah kesekian kalinya dalam hari ini, ia kembali berusaha untuk menggerakkan lengannya. Tetapi hasilnya sama; Tak sedikitpun lengan tersebut bergerak. Dan Felix seakan disadarkan oleh pikirannya sendiri.
    Orang yang tidak berguna, ya benar, itulah aku sekarang. Tentu saja Miki malas berpacaran denganku yang tidak bisa apa-apa ini. Kurasa bagi papa dan mama juga sama, harus terus membayar uang rumah sakit, sementara aku tak mungkin bisa sembuh lagi.
    Dan terakhir, Felix teringat akan Fiona.
    Fio... padahal seharusnya ia bermain bersama teman-temannya di luar sana, tetapi dia tetap rajin mengunjungi kakaknya yang lumpuh total ini. Fio, maafkan aku...
    Perlahan, air mata mulai mengalir di pipi Felix. Lalu ia kembali teringat akan Rinne, gadis yang telah ditolongnya. Dan akan penawaran yang diberikan Rinne kepadanya.
    Kali ini, kalau Rinne dari masa depan kembali datang, aku akan memberikan jawaban padanya !

    ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Rasa putus asa mulai meliputi Felix. Terutama setelah ia tahu, Miki telah mengkhianati dirinya. Lalu kira-kira, keputusan seperti apakah yg akan diambil Felix ? Apakah ia akan menerima tawaran dari Rinne tersebut ? Ataukah... ?
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

  15. The Following User Says Thank You to Rivanne For This Useful Post:
  16. #29
    Forgiven's Avatar
    Join Date
    Nov 2011
    Posts
    167
    Points
    42.54
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    Cerbung kak? klw ane masukin dalam majalah mini kampus bole?

  17. #30
    Rivanne's Avatar
    Join Date
    Oct 2009
    Location
    Castle of Nowhere Return
    Posts
    1,826
    Points
    1,075.06
    Thanks: 21 / 34 / 31

    Default

    Quote Originally Posted by Forgiven View Post
    Cerbung kak? klw ane masukin dalam majalah mini kampus bole?
    oW, boleh kok ^^ Kalau blh tahu, di kampus mana ?

    Sedikit tambahan : Karena cerita yg ini msh lom kelar, silahkan coba baca cerita2 sy yg lain yg sudah tamat ^^ Anjuran saya sih : Bayang di Cermin Buram, fufufu... ada link-nya di bagian Ini kok.

    @Heaven : Th'x ^^
    Last edited by Rivanne; 12-11-11 at 01:45.
    Killing you is serious business, nippah~

    Welcome to My Illusion

Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •