Page 2 of 8 FirstFirst 123456 ... LastLast
Results 16 to 30 of 113
http://idgs.in/424444
  1. #16
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    ini SciFi ya? sarung tangannya bisa keren banget gitu fungsinya

  2. Hot Ad
  3. #17
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by Anbu-LoCk~rBN View Post
    jempol buat ts, jenius kah?

    gw rasa klo mau ditekuni bisa berhasil, coba bikin blog dolo deh

    nanti gw bantu sebar ke temen2 deh
    ah nga gitu juga deh, iseng doang kok ini bikinnya

    tp klo mo bantu sebar ya bole la

    Quote Originally Posted by -Pierrot- View Post
    ini SciFi ya? sarung tangannya bisa keren banget gitu fungsinya
    ho oh ada unsur sci-fi nya

    iya dong keren, kan gw yang bikin cerita

    tapi ga bisa sembarangan ngeluarin skill, cuman bisa ngejalanin sesuatu yg uda diprogram di dalem sarung tangan tsb (brarti Daleth sering iseng masukin program aneh" ke sarung tangannya )




    chapter 6...kalo ga besok, ya Senen dah, lagi transient mode on gw, lagi ga minat nulis ni hari



    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  4. #18
    kittypurry's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Wherever Katy is
    Posts
    1,633
    Points
    219.05
    Thanks: 102 / 70 / 49

    Default

    Baru kali ini saya bisa terbengong-bengong di 1 tab chrome dan tidak ganti channel ke tab yang lain selama hampir 1 jam.

    Salut buat TS,mungkin gue rasa kalo ditekunin lagi dan dikirim ke penerbit bakalan laku kok.

    Dan gue pasti beli

    Anyway,i love it
    I'm living in my own world

  5. #19
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by kittypurry View Post
    Baru kali ini saya bisa terbengong-bengong di 1 tab chrome dan tidak ganti channel ke tab yang lain selama hampir 1 jam.

    Salut buat TS,mungkin gue rasa kalo ditekunin lagi dan dikirim ke penerbit bakalan laku kok.

    Dan gue pasti beli

    Anyway,i love it
    Wah makasih kakak aku jadi terharu *digampar*

    Tp serius, thx buat commentnya, malah jadi semangat ngelanjutin



    Dan...ini Chapter 6 (niatnya jd lebih pendek dr chapter 4-5 malah kayaknya jadi lebih panjang )

    Spoiler untuk Chapter 6 :

    ================================================
    Chapter 6: For the Motherland ~ Old Varangian Bear (Part 1)
    ================================================


    Oke, sekarang kami terjebak badai salju. Sudah menjelang akhir Februari begini masih ada badai salju? ******* kau global warming!!

    “Ya, ya. Ini semua karena seseorang yang memaksakan diri lewat jalur darat.”, ujar Resha dengan nada sinis.

    “Sudah jangan berisik!! Aku harus konsentrasi menyetir menerobos badai salju ini!!”

    “Dan sepertinya ini sudah JAUH keluar dari highway. Ya, ya, mungkin nasibku memang malang, mati membeku bersama lolicon ***** yang satu ini.”

    Beberapa lama kemudian, ban kiri belakang mobil ini terperosok ke dalam lubang dan terdengar suara sesuatu patah dari bawah mobil, lalu mobil ini tidak bisa berjalan lagi. As roda mobil ini pasti patah…ARGGHH!! Ini kan mobil baru!! Ternyata sekuat-kuatnya Land Rover, masih bisa rusak juga menghadapi medan seperti ini. Duh, badainya makin parah saja…

    “Resha, tunggu di mobil, aku akan memeriksa bagian bawahnya.”

    Argh, ternyata benar. As roda belakangnya patah karena ban kiri belakang masuk ke lubang, sementara yang kanan belakang tidak ikut terjerumus. Walhasil, bagian tengah belakang mobil menghantam tepian lubang yang keras dan mematahkan as rodanya.

    “Bagaimana? Sudah rusak mobilnya?”, katanya saat turun. Cih, anak ini...

    “Berhenti bicara kalau kamu tidak bisa memperbaiki mobilnya!!”, teriakku.

    “Ups, dia marah. Kabur ah…”, dia kembali masuk ke mobil.

    Cih, kurang ajar sekali dia. Aku heran, memang sih dia sejak tadi meledekku terus, tapi…wajahnya benar-benar terlihat tenang. Dia tidak takut sama sekali akan bahaya apapun yang bisa saja terjadi di tengah badai salju seperti ini.

    Hei, ada sosok seseorang di kejauhan!! Sosoknya semakin jelas, ternyata orang tua dengan postur tegap dan bertubuh cukup atletis. Tingginya kira-kira 175-177 sentimeter. Mungkin dia bisa membantu memperbaiki mobil ini. Lho, tapi kenapa dia membawa senapan?

    “Tuan!! Bisa bantu memperbai---“

    “Angkat tanganmu, ****** Liberion!!”, dia menodongkan senapannya padaku.

    E-Eh? Ada apa sih dengannya? ‘Anjing Liberion’? Apa maksud orang ini…?

    “Kamu yang di dalam!! Keluar!!”, teriaknya pada Resha. Diapun turun dan ikut mengangkat kedua tangannya.

    Tunggu. Aku melihat sesuatu di jaket coklat tua tebalnya itu. Di bagian dada sebelah kiri ada sebuah bordiran, gambar bendera. Warnanya merah dan…ada simbol komunis berwarna kuning di kanan atasnya. Itu…HAH?! Bendera Bolshevik Union?! Apa aku kembali ke masa lebih dari 20 tahun yang lalu?!

    “Jalan!! Cepaaaattt!!”



    Orang tua itu memaksa kami berjalan, masuk ke dalam area pepohonan, terus hingga keluar dari situ. Sepanjang kami melangkah, dia terus mengikuti kami dari belakang sambil menodongkan laras senapannya. Sepertinya senapan tua…aku tidak tahu apa jenisnya.

    “Resha, kamu lihat di dada kirinya?”

    “Iya, itu…bendera Bolshevik Union kan? Apa jangan-jangan kita sudah masuk ke wilayah negara lain?”

    “Huh? Jangan bercanda…Bolshevik Union kan sudah runtuh 20 tahun yang lalu, yang ada sekarang adalah Varangia, di sebelah timur Anchorage. Lagipula negara bagian ini dan Varangia dipisahkan perairan.”

    “Hmm…aneh juga ya.”

    “Jangan bisik-bisik!! Jalan dengan kepala tegak!!”

    Keluar dari area pepohonan, aku melihat ada sebuah rumah kayu kecil di kejauhan. Mungkinkah itu tempat tinggal orang tua ini?

    Begitu melangkah masuk ke dalam pintu rumah…

    “Berlutut!! Dan jangan berani kemana-mana!!”, dia langsung mengunci pintu. Lho…bagaimana aku bisa kabur, pintunya saja dikunci. Apa dia sudah pikun?

    Tak jauh dari pintu ada sebuah meja persegi panjang dengan empat buah kursi kayu, dua di kiri, dua di kanan. Di belakangnya lagi ada semacam sekat dari kayu, mungkin ada ruangan lagi di belakang. Di antara sekat kayu dan meja, ada tangga yang menuju ke atas, dan sekarang orang tua itu naik ke lantai atas.

    Di sebelah kanan tempat kami dipaksa berlutut, ada sebuah bendera Bolshevik Union berukuran kira-kira 2 x 1,5 meter. Orang tua ini…siapa sih sebenarnya? Pengidap sindrom komunisme tingkat akut? Atau aku benar-benar menuju ke 20 tahun yang lalu?

    “Daleth, apa kamu merasa ada yang aneh dengan kakek tua itu?”

    “Iya, sepertinya orang itu adalah orang Bolshevik Union, maksudku, Varangia…terdengar jelas dari logatnya sewaktu bicara bahasa Anglia, yang tidak seperti kita. Bisa jadi dia tidak tahu komunisme sudah musnah 20 tahun yang lalu dan tidak ada lagi negara Bolshevik Union.”

    “Oh…kasihan juga ya kakek itu…mungkin dia perlu diberitahu.”

    “Biar nanti aku yang ceritakan.”

    Orang tua itupun turun dan membawa dua buah borgol, lalu dipakaikan ke lengan kami berdua. Bah...kenapa harus pakai diborgol segala sih? Setelah diborgol, kami disuruh duduk di kedua kursi di meja yang ada di ruangan itu, lalu dia duduk di seberang kami berdua.

    “Sekarang mengakulah!! Kalian pasti mata-mata dari Liberion kan?!”

    Duh, kakek ini marah-marah terus. Bisa-bisa darah tinggi.

    “Kami memang dari Liberion, tapi kami bukan mata-mata.”, jawabku.

    “Jangan bohong!! Kalian pasti ingin mencari informasi mengenai harta terpendam Bolshevik Union di sini kan?!”

    “Hah? Harta terpendam apa maksudnya?”

    “Jangan pura-pura tidak tahu!!”, orang tua itu menggebrak meja dengan tangan kirinya.

    “Hei, aku mengatakan yang sebenarnya!! Apa untungnya aku berbohong!!”

    “Jangan lancang, anak muda!!”, orang tua itu langsung menghajarku dengan tangan kirinya sampai aku terjatuh dari kursi.

    “Daleth!!”, seru Resha.

    “Kalian berdua akan kujadikan tawanan di tempat ini!! Segala yang kuperintahkan harus kalian turuti, mengerti?!”

    Cih, orang tua ini benar-benar sudah gila. Memangnya siapa dia berani main perintah segala? Tapi sepertinya untuk sementara waktu aku tidak bisa meloloskan diri dari tempat ini…



    Selama empat hari, aku disuruh mengerjakan hal-hal yang sangat berat di tengah cuaca dingin, seperti mengumpulkan kayu ataupun berburu rusa kutub. Orang tua itu benar-benar pilih kasih, sehari-harinya Resha hanya disuruh memasak dan memancing. Setidaknya suruhlah aku memasaaaaakkk!! Aku kan suka masak, dasar orang tua gilaaaaa!! Huh…

    Igor Gvozdev, itulah nama orang tua itu. Kegiatan rutinnya setiap pagi adalah menyanyikan lagu kebangsaan Bolshevik Union, dan kami berdua wajib ikut menyanyikannya. Ini gila, benar-benar gila!! Orang tua itu harus diberitahu secepatnya kalau Bolshevik Union sudah runtuh!! Anehnya, Resha terus mencegahku setiap aku ingin memberitahukan hal tersebut. Bukankah dia yang mengusulkan hal itu pertama kali?! Atau jangan-jangan dia sudah dicuci otaknya oleh orang tua itu?!

    “Daleth!! Potong kayu-kayunya dengan lebih cepat!!”, teriaknya dari dalam rumah.

    “Iya, sabarlah orang tuaaaa!!”

    “GROARRRRR…!”

    Itu suara beruang, beruang Kodiak peliharaan si tua Igor. Beruang itu sengaja ditaruh dekat-dekat denganku jika aku sedang bekerja di luar. Setiap kali kerjaku melambat, dia langsung menatapku, lalu…membuka mulutnya lebar-lebar dan mengeluarkan suara aumannya.

    “Misha…!”, Resha berlari menyambut beruang itu, dan dibalas dengan pelukan. Ya, itulah namanya, Misha. Resha…bisa menaklukkan beruang itu dengan mudah.

    “Cih, aku heran, kenapa beruang itu selalu baik terhadapmu, sementara a---“

    “GROAAARRRRRR…!”

    “E-Eh…iya…ampun…”, aku kembali melanjutkan memotong kayu.

    “Makanya…kerja yang baik yah. Hehehe.”, sahut Resha. Bah, dia jadi besar kepala begitu.

    Sejak sehari setelah kami tiba di sini, Resha sudah bisa akrab dengan mudahnya dengan Misha. Waktu itu serigala, sekarang beruang. Jangan-jangan dia beastmaster…ah, aku terlalu banyak berkhayal. Baiklah, jatah kayu bakar untuk hari ini sudah selesai kupotong semua.

    “Diam, beruang jelek. Aku sudah menyelesaikan semuanya dan kamu tidak berhak membuka mulutmu yang bau itu di hadapanku. Sekarang, pergilah!!”

    Misha hanya akan diam dan pergi kalau aku benar-benar sudah selesai bekerja. Ternyata dia sudah sangat terlatih dalam menerima perintah.

    “Huh…aku kan ingin main sebentar dengan Misha.”

    “Aku heran, bisa-bisanya kamu membuat beruang Kodiak sebesar itu menjadi jinak di depanmu.”

    “Sejak kecil, aku punya kecenderungan untuk bisa membuat hewan sebuas apapun menjadi jinak. Pernah sekali waktu aku dan kakekku ke kebun binatang, dan ada seekor singa jantan yang lepas. Tak lama, singa itu langsung ada di hadapanku. Tapi…aku hanya berlari ke arahnya lalu mengelus-elus bulu di lehernya yang lebat itu. Diapun langsung takluk…”

    “Dan sejak itu kamu bisa menaklukkan hewan apapun dengan mudah?”

    “Ahaha…begitulah. Ironis ya, para hewan menyukaiku sementara orang-orang di sekitarku malah menganggapku pembawa kutukan.”, wajahnya berubah murung.

    “Sudah, jangan pikirkan lagi hal itu. Ah iya, kamu beberapa kali bercerita mengenai kakekmu, memangnya dia itu seperti apa orangnya?”

    “Dia…satu-satunya orang yang masih sayang padaku meski anggota keluarga yang lain menjauh dariku. Sayang sekali 3 tahun yang lalu dia meninggal, dan aku memutuskan untuk hidup seorang diri agar aku tidak merasa tertekan karena hidup di lingkungan yang membenciku.”

    Harus kuakui, Resha adalah orang yang kuat. Di balik postur tubuhnya yang kecil dan kelakuannya yang kadang kekanak-kanakan, dia punya mental yang benar-benar luar biasa. Mungkin aku sendiri tidak bisa sekuat dirinya…aku jadi belajar sesuatu darinya.

    “Kalian berdua!! Masuk!! Sudah pukul 6 sore!!”, teriak orang tua itu.

    “Jadi…Daleth, kumohon, jangan terlalu keras terhadap kakek Igor yah.”

    Aku tidak bisa janji. Secepatnya harus kuberitahu kondisi dunia ini yang sebenarnya pada orang tua itu. Aku tidak mungkin terus menahan sebuah kebenaran yang sudah diketahui sebagian besar penduduk dunia, setidaknya yang sempat belajar sejarah di sekolah. Tapi aku heran…jika benar dia adalah kaki tangan pemerintah Bolshevik Union di masa lalu, bagaimana bisa dia sampai ke negara bagian Anchorage ini, yang nyatanya adalah bagian dari Liberion? Atau jangan-jangan dialah mata-mata yang sebenarnya? Dan apa pula ‘harta terpendam’ yang kadang disebutkan oleh orang tua itu? Apa ada sesuatu yang terkubur di bawah tempat ini? Ah…aku masih bingung.



    Esok hari saat makan pagi, tentu saja setelah menyanyikan lagu kebangsaan Bolshevik Union, orang tua itu menceritakan pengalaman masa lalunya. Hanya Resha yang mendengarkannya dengan antusias.

    “Empat puluh tahun yang lalu, negara Bolshevik Union yang perkasa itu mengirimku ke tempat ini. Kalian tahu? Memasuki wilayah negara musuh seperti Liberion bukanlah perkara mudah!! Tapi tentara Liberion memang bodoh, pada malam hari aku dan lima orang rekanku berhasil menyusup lewat laut. Aku memang yang termuda, tapi aku yang berjalan di paling depan…hahahaha!!”

    “Kelima orang itu sekarang pergi ke mana?”, tanya Resha.

    “Mereka kembali ke tanah air, untuk mengambil sesuatu yang bisa memperkuat ‘harta terpendam’ Bolshevik Union di tempat ini. Tentu saja, aku yakin mereka pasti kermbali.”

    Bah, bisa jadi kelima orang itu sudah mati sekarang. Bayangkan, 40 tahun!! Apapun bisa terjadi dalam jangka waktu 40 tahun!! Otak orang tua ini mungkin sudah terlalu lama terkena udara dingin.

    “Hei orang tua, sadarlah, kelima rekanmu itu tidak mungkin kembali.”

    “Hahaha!! Jangan bercanda!! Orang-orang Bolshevik Union terkenal dengan kesetiakawanannya!!”

    “Aku katakan sekali lagi, mereka tidak mungkin kembali!! Sadarlah orang tua!! Bolshevik Union sudah runtuh 20 tahun yang lalu, bersamaan dengan runtuhnya komunisme!! Yang ada sekarang adalah Republik Federasi Varangia!!”

    “Lancang sekali kamu, Daleth!!”

    “Ingin memukulku?! Pukul saja!! Bunuh aku sekalian jika aku benar-benar berbohong!!”

    Dia tidak memukulku, namun kembali duduk dengan wajah yang terlihat terkejut.

    “R-Resha…apa benar begitu…?”

    Resha hanya mengangguk sekali dengan tidak menatap wajah orang tua itu. Mungkin selama ini dia tidak tega mengatakan semuanya, dan juga menahanku agar tidak menceritakan hal tersebut.

    “Jadi selama ini…untuk apa aku menunggu di sini…aku meninggalkan keluargaku begitu saja demi mengabdi pada Bolshevik Union…dan sekarang mereka mengecewakanku?!”

    “Sudahlah, orang tua. Hal ini sudah diketahui orang-orang di seluruh dunia, bahkan mungkin, kelima orang rekanmu itu. Bisa jadi karena itulah mereka tidak kembali ke sini.”

    “B-Begitukah…? Lalu apa yang harus kulakukan dengan ‘harta terpendam’ itu…”

    “Sebenarnya apa sih yang dirimu maksud dengan ‘harta terpendam’ itu? Apa ada emas yang bertumpuk-tumpuk di bawah tempat ini?”

    “Sepertinya sudah saatnya aku menunjukkannya.”, orang tua itu bangkit berdiri, lalu melepas bendera Bolshevik Union di dinding.

    Hei, ternyata ada sedikit bagian di dinding, kira-kira berbentuk persegi panjang seluas 20 x 35 sentimeter, yang terbuat dari logam. Orang tua itu menggesernya dengan tangan kiri, dan ternyata di dalamnya ada semacam tuas yang posisinya berada di sebelah atas, bisa ditarik ke bawah.

    “Ini yang kumaksud dengan…’harta terpendam’”, dia menarik tuas itu ke bawah.

    Tak lama, aku merasakan tanah bergetar selama beberapa belas detik, lalu berhenti. Gempa bumikah?

    “Tidak perlu panik. Sekarang, kalian lihatlah ke luar, ke arah laut.”



    Begitu aku melangkah ke luar, kulayangkan pandanganku ke arah laut dan…WOW!!!! Ada sesuatu yang sangat besar di pinggir pantai!!

    Tebak apa yang kulihat? Aku melihat sesuatu yang bentuknya mirip sekali dengan kapal induk. Dilihat secara sekilas, ukurannya lebih besar dari kapal induk Nimitz-class milik Angkatan Laut Liberion. Kalau kuprediksi secara kasar, panjang benda itu sekitar 400 meter dan lebar 100 meter. Ya, ini lebih besar dibanding kapal induk Nimitz-class yang panjangnya kira-kira 333 meter dan lebar 77 meter. Tapi…kenapa tidak ada pesawat di atasnya? Padahal bentuknya mirip sekali dengan kapal induk.

    “Wuaaaahhh!! Kakek Igor, itu kapal apa?”, Resha terlihat kagum dengan kapal itu.

    “Kapal perang yang disiapkan oleh para ilmuwan Bolshevik Union, 2 tahun sebelum aku diperintahkan ke sini untuk menjaganya, karena siapa tahu sewaktu-waktu akan digunakan untuk menyerbu Liberion.”

    “Itu kapal induk?”, tanyaku.

    Aircraft carrier sekaligus battleship-class, anak muda. Bagian atasnya yang datar itu memang digunakan untuk menaruh pesawat, tapi kapal itu juga punya persenjataan lengkap seperti sebuah kapal perang. Ada palka untuk meluncurkan misil anti-kapal di tepi kiri dan kanan dek kapal, masing-masing sepuluh di tiap sisi. Di sisi kiri dan kanan belakang juga ada delapan palka, di tiap sisi, untuk misil anti-pesawat udara. Tidak hanya itu, di sisi kiri dan kanan lambung kapal ada beberapa, seingatku tiga puluh di setiap sisi, meriam kaliber enam belas inci.”

    “Tunggu. Tidak ada misil anti-kapal selam?”

    “Buat apa? Kapal itu dirancang untuk melayang.”

    “Ah yang benar saja!! Membuat kapal sebesar itu melayang…”

    “Kita ke kapal itu kalau tidak percaya. Ah, aku lupa…bahan bakarnya…”

    “Ha!! Sudah kuduga kapal itu pasti tidak bisa melayang!! Hei orang tua, jangan berbohong lagi…!”

    “Air. Ya, air. Sediakan air, dan kapal itu akan melayang.”

    Bah, orang tua itu tidak mendengarkanku.

    “Biar aku periksa ke dapur, siapa tahu masih ada persediaan air bersih.”, sahut Resha. Dia kembali, dan ternyata airnya tinggal sedikit, bahkan tidak sampai 3 liter. Jika harus mengambil ke sungai…terlalu lama.

    “Baiklah, kalau begitu kita gunakan air laut saja.”, kataku.

    “Hei anak muda, yang digunakan harus air murni!!”, sahut orang tua itu.

    “Hmmph, tenang saja, orang tua. Sekarang yang kuperlukan hanyalah ember-ember kosong sebanyak yang dibutuhkan kapal itu. Berapa banyak yang dibutuhkan agar kapal ini bergerak?”

    “Hanya perlu lima liter air murni.”

    “Hah?! Yang benar saja, orang tua?! Lima liter saja?”

    “Buat apa aku berbohong? Para jenius dari Bolshevik Union sudah berhasil menciptakan mesin kapal yang sangat hemat energi, jauh mendahului kalian, Liberion!!. Hahaha!!”

    Huh…orang tua gila ini…ah, sudahlah. Sebuah ember berkapasitas 5 liter diambil dari dalam rumah, lalu kuisi penuh dengan air laut. Tidak lupa juga kuambil sarung tangan itu, karena itulah kunci untuk memurnikan air lautnya.

    “Oke, sekarang yang harus kulakukan adalah menjernihkan air lautnya. Untung saja dulu aku sempat memasukkan program untuk distilasi air di sarung tangan ini…baiklah!! Water Purification!!”

    “Heee…jadi sarung tangan itu bisa menjernihkan air juga?”, tanya Resha.

    “Yah…begitulah. Pernah suatu kali air di rumahku kotor sekali, dan aku langsung memasukkan program di sarung tangan ini untuk menjernihkan air. Bagaimanapun juga materi adalah bentuk lain dari energi kan? Jadi kemurnian airpun bisa kumanipulasi dengan mudah.”

    Ember berisi air itu kujernihkan sehingga tidak mengandung garam mineral lagi. Hmm, tapi volumenya jadi berkurang karena kandungan garamnya kuhilangkan. Baiklah, proses ini sepertinya harus diulangi sampai mendapatkan volume air murni sejumlah yang dibutuhkan kapal itu.

    “S-S-Sarung tangan apa yang kamu gunakan itu, anak muda?! Siapa kalian sebenarnya?!”, orang tua itu terlihat terkejut.

    “Aku? Aku hanya seorang polisi biasa yang sehari-harinya bekerja sebagai eksekutor hukuman mati, dan Resha adalah salah satu klienku yang seharusnya kueksekusi. Sementara sarung tangan ini hanyalah alat serbaguna yang bisa juga digunakan untuk mengeksekusi tahanan.”

    “J-Jadi…kamu polisi?!”

    “Tenang saja, orang tua. Aku sudah tidak bekerja lagi untuk Liberion. Baiklah, semuanya sudah selesai.”

    “Ikuti aku ke reaktornya.”, kata orang tua itu, kuikuti sambil membawa ember tersebut.

    Aku mengikutinya hingga ke bagian belakang kapal, tempat reaktor berada. Ruangan reaktor ini terlindung dengan baik, sehingga meskipun di atasnya sedang diluncurkan misil anti-pesawat udara, reaktor ini tidak akan terpengaruh sama sekali.

    “Tuangkan semua air ke dalam sini.”, kata orang tua itu sambil membuka sebuah penutup. Mungkin ini tangki bahan bakarnya.

    “Oi orang tua, benar hanya perlu lima liter?”

    “Tentu saja. Hanya dengan lima liter kapal ini bisa bergerak hingga pantai barat Bolshevik Union. Hahahaha!! Para ilmuwan Bolshevik memang luar biasa…!”

    Tunggu. Hanya dengan lima liter air kapal ini bisa bergerak hingga sejauh itu? Reaktor macam apa yang digunakan kapal ini?! Jangan-jangan ini adalah reaktor fusi hidrogen, seperti halnya matahari?! Argh, kenapa penemuan seperti ini tidak cepat-cepat dipublikasikan kepada masyarakat luas?! Krisis energi bisa ditangani dengan lebih cepat jika ada reaktor semacam ini!!

    “Sekarang hanya perlu menyalakan reaktornya dengan menekan tombol biru itu untuk mengaktifkan proses hidrolisis, agar hidrogen pada air terpisah dari oksigen. Sesudah itu, reaksi fusi hidrogen akan berjalan dengan sendirinya.”, orang tua itu berjalan beberapa meter dari tangki bahan bakar, lalu menekan sebuah tombol berwarna biru. Mesin-mesin di ruangan reaktor langsung aktif begitu tombol ditekan. Benar dugaanku, kapal ini digerakkan oleh reaktor fusi hidrogen.



    Selama beberapa detik terdengar suara-suara bising, lalu…

    H-H-Hei? Ada apa ini? Kapal ini seperti…terangkat!!

    “Whoa…! Kakek Igor, apa kapal ini benar-benar melayang sekarang?”

    “Hahaha!! Benar sekali, Resha. Tapi kalau bahan bakarnya hanya sebanyak itu, tidak mungkin kapal ini terbang terlalu tinggi. Mungkin hanya bisa 5-7 meter di atas permukaan air.”

    Bah, kenapa tidak bilang dari tadi? Kalau bahan bakarnya lebih banyak, pasti kapal ini bisa terbang lebih tinggi. Tapi akan melelahkan sekali jika harus mengulangi proses distilasi air tadi.

    “Sekarang ambil barang-barang kalian, kita akan ke Bolshevik Union.”

    “Varangia, orang tua.”, sahutku.

    “Ya, ya, terserah saja lah. Yang penting kita pergi ke kampung halamanku. Resha, bawa juga Misha ke atas kapal.”

    Cih, orang tua keras kepala. Yah…tapi lihat sisi positifnya, setidaknya aku dapat tumpangan gratis menyebrang ke benua sebelah. Hehehe.



    Baiklah, saatnya…berangkat!!





    To Be Continued...


    ===============================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Negara bagian Anchorage = Alaska (Anchorage itu sebenernya ibukotanya Alaska kalo di *negara-Liberion-di-dunia-nyata*
    • Varangia = nama kuno untuk Rusia
    • Bolshevik Union = tau lah ya apa yang gw maksud? Bolshevik itu ngambil dari nama kelompok yg memulai Revolusi Oktober (25 Oktober 1917 klo pake kalender Julian, 7 November klo pake kalender Gregorian) di negara yg gw maksud
    • Igor Gvozdev = nama belakangnya diambil dari nama salah satu orang yang menjalankan ekspedisi ke Alaska tahun 1732: Mikhail Gvozdev
    • Ukuran kapal Nimitz-class yang disinggung Daleth itu sama dengan aslinya di dunia real kita ini

    Last edited by LunarCrusade; 26-12-11 at 22:38.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  6. The Following 3 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
  7. #20
    kittypurry's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Wherever Katy is
    Posts
    1,633
    Points
    219.05
    Thanks: 102 / 70 / 49

    Default

    Quote Originally Posted by LunarCrusade View Post
    Wah makasih kakak aku jadi terharu *digampar*

    Tp serius, thx buat commentnya, malah jadi semangat ngelanjutin
    Iya gan sama2,semoga semakin sukses deh ini ceritanya.

    Beneran ini thread tabnya gak saya tutup2,saya diemin sambil refresh biar selalu update ke ceritanya. Gak tau juga nih,mungkin karena saya pencinta sci-fi jadinya kayak addicted juga gan hehe. Dan juga,romansanya asik,mix nya ke cerita bagus dan gak canggung kalo mnurut saya.

    Ahhhh pokoknya rate A for An Angel and A Reaper,awesome!
    I'm living in my own world

  8. #21
    kittypurry's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Wherever Katy is
    Posts
    1,633
    Points
    219.05
    Thanks: 102 / 70 / 49

    Default

    Saya up in ya gan? Biar banyak yang baca. Itung2 promosi juga
    I'm living in my own world

  9. #22
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Chapter 7, naval warfare

    Spoiler untuk Chapter 7 :

    ================================================
    Chapter 7: For the Motherland ~ Old Varangian Bear (Part 2)
    ================================================


    Laju kapal ini tergolong cepat untuk ukurannya yang sangat besar, bisa melaju hingga 35 knot atau sekitar 65 kilometer per jam, hampir sama seperti berkendara dengan mobil saat santai. Hebatnya lagi, walau sudah ditinggalkan 40 tahun lebih, sistem navigasinya masih berfungsi dengan baik, sehingga tidak perlu takut tersesat. Bahaya gunung es? Bisa dihindari dengan mudah karena kapal ini melayang. Harus kuakui para ilmuwan Bolshevik waktu itu benar-benar hebat. Sayang sekali negara itu sekarang bukanlah apa-apa, dan Liberion menjadi satu-satunya superpower di dunia.

    “Hei, belum tidur?”, Resha terlihat masih ada di dek, yang lebih pantas disebut landasan pesawat, padahal sekarang sudah hampir jam 12 malam.

    “Aku sempat tertidur sebentar, tapi mendadak terbangun…”

    “Kapal ini juga sepertinya melambat…”

    “Iya, tadi aku memperlambatnya sampai delapan knot, dan aku sudah inta ijin kakek Igor. Aku hanya…ingin merasakan angin laut di malam hari. Kalau kapalnya terlalu cepat bisa-bisa aku masuk angin.”

    “Hmm…teringat kakekmu ya?”

    “Ng…benar. Bagaimana kamu bisa tahu?”

    “Kamu selalu terlihat ceria setiap kali bersama orang tua itu, seakan dia adalah kakekmu sendiri. Jangan-jangan kakekmu juga freak seperti dia?”

    “Heh, jangan bicara sembarangan!!”

    “Maaf…aku hanya bercanda. Tapi aku yakin pasti ada kemiripan diantara mereka berdua.”

    “Kamu benar. Mereka berdua…sama-sama akan berubah keras kepala kalau sudah berurusan dengan sesuatu yang menyangkut apa yang mereka cintai. Kakekku menyayangi dan membelaku mati-matian di depan anggota keluarga yang lain, sementara kakek Igor mati-matian mencintai negaranya walaupun kenyataan bicara lain…”

    “Yah…menurutku orang tua itu terlalu *******. Tapi aku suka semangatnya, meski dia sudah terlihat tua. Ah iya…berapa ya umur orang tua itu…’”

    “Tahun ini enam puluh tujuh tahun.”

    “Eh? Kamu tahu umurnya?”

    “Kakek Igor bercerita banyak hal padaku. Yah…kamu kan disuruh bekerja di luar terus, wajar saja kalau tidak tahu. Lagipula kamu tidak pernah terlihat tertarik dengan kisah hidupnya. Aku yakin sebenarnya timbul perasaan bahagia di hati kakek Igor begitu tahu dia punya kesempatan untuk kembali ke tanah airnya…”

    “Hah? Aku tidak melihatnya seperti itu tuh.”

    “Dia sangat merindukan keluarganya. Bayangkan saja…sejak umur dua puluh tujuh tahun dia harus meninggalkan istri dan anak perempuannya, yang waktu itu masih berumur lima tahun…”

    “Pasti orang tua itu sudah punya cucu sekarang.”

    “Yah, bisa jadi. Dia sebenarnya senang karena ini bisa jadi kesempatan baginya untuk melihat anak, dan mungkin…cucunya.”

    “Kita lihat saja nanti, Resha. Kota yang akan kita tuju masih sekitar 3.000 kilometer jauhnya dari sini. Mungkin empat atau lima hari lagi baru kita akan sampai dan tahu kondisi keluarganya. Ya sudah, aku mau tidur. Jangan terlalu lama di luar.”

    “Iya, iya. Sebentar lagi aku akan masuk kok.”



    Lima hari berada di laut lepas dengan hanya satu jenis makanan: ikan. Yah…mau tak mau aku harus mengatasi rasa bosan akan ikan. Di tengah laut seperti ini pasti hanya ada ikan, ikan, dan ikan. Tapi itu lebih baik daripada tidak ada makanan sama sekali. Untung saja Resha sempat mengambil alat pancing dari rumah saat baru berangkat, sehingga kalau kami kekurangan bahan makanan, kapal tinggal dihentikan selama 2-3 jam, lalu tinggal memancing ikan di tengah lautan.

    Kembali aku sarapan sepotong ikan tuna panggang yang kupancing kemarin sore, dengan tambahan sedikit garam, lalu membawanya ke ruang kontrol di anjungan sambil melihat-lihat panel kendalinya.

    “Oi, anak muda, hati-hati dengan ikannya, jangan sampai mengotori panel.”, orang tua itu masuk membawa secangkir air panas.

    “Iya, aku tahu. Aku hanya ingin mempelajari panelnya saja. Yah…walaupun tidak bisa kubaca karena menggunakan tulisan Varangia.”

    “Hahaha…sepertinya kamu masih perlu banyak belajar.”, orang tua itu duduk, lalu menekan sesuatu, kemudian terdengar alunan lagu…lagu klasik.

    Piano Concerto in B minor, nomor 1, Opus number 23, 3rd movement. Tchaikovsky. Benar begitu, orang tua?”

    “Hahaha!! Ternyata kamu suka Tchaikovsky juga, anak muda?”

    “Aku suka beberapa karyanya, seperti lagu ini dan 1812 Overture. Karyanya yang ada di The Nutcracker dan Swan Lake juga lumayan bagus.”

    “Ya, ya!! Aku juga suka musik itu, 1812 Overture. Seperti sedang mendengarkan konser kemenangan negaraku atas orang-orang Franks di masa lalu. Hahaha!!”

    “Tidak hanya Tchaikovsky, aku juga suka musik klasik secara keseluruhan.”

    “Selera yang bagus, anak muda. Kudengar musik klasik memang bagus untuk otakmu. Tidak heran kamu cukup cerdas.”

    “Hmmph, jangan meremehkan orang muda sepertiku, orang tua.”

    Hei, apa ini? Di radar terlihat sesuatu, ada beberapa kapal terdeteksi. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh…ada tujuh kapal, semuanya mengarah ke sini.

    “Oi, anak muda…ketujuh kapal itu…”, orang tua itu melihat ke arah kapal-kapal itu datang dengan binocular. “Berbendera Liberion!!”

    “Hah?!”, segera kuambil binocular itu dan melihat ke arah yang sama.

    “Hei, ada apa sih ribut-ribut pagi-pagi begini…”, Resha membuka pintu ruang kontrol, lalu masuk dan diikuti oleh Misha.

    “Lima Arleigh Burke-class destroyer, dan…”, aku berhenti bicara sebentar, menarik nafas, “dua Ticonderoga-class cruiser…”

    “Daleth, buat apa kapal-kapal kelas berat itu ke sini?!”, Resha terdengar kaget.

    “Oi, oi, aku tidak tahu jenis kapal yang kamu bicarakan.”, sahut orang tua itu.

    “Singkat saja, orang tua. Mereka akan menembaki kita!!”

    “Apa?! Bagaimana kamu bisa tahu hal itu?”

    “Jika hanya ada satu kapal, ada dua kemungkinan. Pertama, latihan. Kedua, patroli. Lebih dari satu, berarti mereka benar-benar akan mengadakan kontak senjata dengan kapal ini!!”

    “Aku pernah baca kalau kedua tipe kapal tersebut pasti membawa misil tipe radar aktif alias homing missile…kapal setua ini pasti tidak punya sistem pertahanan anti-misil untuk menahan serangan seperti itu…”, Resha terdengar lemas.



    Eh? Ada transmisi radio masuk? Jangan-jangan asalnya dari kapal-kapal itu…!

    “Nyalakan speakernya, anak muda. Aktifkan switch di dekat tangan kananmu itu.”

    Ah, ini dia, sebuah switch logam. Begitu kuaktifkan…

    Halo, teman lama, dan…Destructive Reaper.”, suara itu sangat akrab di telingaku. Gregor Crick!!

    Kuambil mikrofon transmisi radio. “Masih ingin mengejar Resha, hah?!”, aku merespon dengan penuh emosi.

    Hahaha!! Tentu saja, hei Execution Angel!! Kalian berdua adalah buronan terbesar Liberion sekarang!!

    “Oi, anak muda, apa itu benar?”

    “Akan kujelaskan detailnya nanti, orang tua. Sekarang, orang gila itu, yang pasti ada di salah satu kapal musuh, harus diberi pelajaran lebih dulu sebelum kita dibuatnya tertidur selamanya di dasar laut!!”

    “Ha!! Aku suka semangatmu, anak muda!! Baiklah…Resha!! Siaga di panel navigasi!! Daleth, siaga di panel sebelah kananmu dan aktifkan misil anti-kapal!!”

    “Apa yang harus kutekan?”, tanyaku.

    “Tarik tuas kedua dari atas yang di dekat tangan kirimu, lalu tekan tombol hijau di sebelahnya. Jika lampu indikator kedua dari kanan yang ada di paling atas panel sudah menyala, tunggu aba-aba dariku, baru tekan tombol kuning di dekat tangan kananmu!!”

    Oke…kutarik tuasnya, kutekan tombol hijau, dan…lampu indikatornya sudah menyala.

    “Sudah, orang tua.”

    “Resha!! Berapa jarak antara kapal ini dan ketujuh kapal musuh?!”

    “10,9 mil laut, kakek Igor!!”, dia terdengar semangat sekali...

    “Baiklah…berarti sekitar 20,2 kilometer. Daleth, tekan tombol kuningnya sekarang!!”

    Begitu kutekan, keduapuluh palka di tepi dek kapal terbuka, lalu terangkat ke permukaan kapal beserta peluncurnya. Sudut peluncur misil diatur, dan…

    “Daleth, aktifkan switch yang di bawah tombol kuning tadi!! Itu akan menghajar kapal-kapal Liberion tersebut!!”

    Tanganku nyaris menyalakan switch tersebut, namun…

    “Daleth, berhenti!!”, Resha memaksaku berhenti. Ah iya…aku mengerti. Resha tidak ingin lagi melihat siapapun mati di hadapannya.

    “Oi Resha, ini perang!! Tembak duluan atau kita akan ditembak lebih dulu!!”, seru orang tua itu.

    “Kakek, tolonglah, jangan bunuh siapapun di kapal itu!!”

    “Orang tua, maaf, aku tidak mungkin menembaki kapal-kapal itu. Resha tidak mau lagi melihat kematian…akan kujelaskan nanti alasannya.”

    “Argh…baiklah, naikkan peluncurnya sebesar dua derajat. Misil-misilnya tidak akan mengenai satupun kapal, hanya akan meledak sekitar beberapa puluh meter di depan barisan kapal-kapal tersebut. Anggap saja sedikit gertakan untuk mengusir mereka.”



    Sudut peluncur dinaikkan, misilpun diluncurkan. Aku mengamati misil-misil tersebut dengan binocular untuk memastikan mereka jatuh tepat di tempat yang seharusnya. Tapi…saat misil-misil yang diluncurkan masih beberapa meter di atas permukaan laut, tujuh meledak di udara, seakan ditembaki.

    “Ah…aku lupa…Phalanx CIWS!!”

    “Hah? Bicara apa kamu, anak muda?”

    “Setiap kapal perang modern Liberion memiliki Aegis Combat System, sebuah sistem perlengkapan perang yang dilengkapi komputer, dan sudah pasti dilengkapi Phalanx Close-In Weapon System, biasa disingkat Phalanx CIWS, sebagai sistem proteksi anti-misil yang merupakan bagian dari Aegis. Bentuknya berupa meriam laras pendek.”

    “Persingkat kata-katamu!!”

    “Kita tidak mungkin menenggelamkan mereka dengan misil buatan 40 tahun lalu seperti yang ada di kapal ini!!”

    Hahaha!! Ternyata percuma saja kapal sebesar itu!! Lemah!!”, seru Gregor dari radio.

    Argh, bagaimana ini?! Pertama, kapal ini terancam jatuh dan tenggelam. Kedua, tidak boleh membunuh siapapun di ketujuh kapal tersebut. Apa yang harus aku lakukan?!

    Tunggu. Ada suara orang lain, sepertinya berada di belakang Gregor. Dia mengatakan…Fox Three?! Itu brevity code jika ada misil radar aktif ditembakkan!!

    “Resha…kamu dengar itu?”, tanyaku.

    “Seseorang yang mengatakan Fox Three tadi?”

    “Mereka sudah menembakkan misil!!”

    “Apa?!”, Resha terlihat terkejut, lalu refleks melihat ke arah radar. ”Di radar sudah terlihat ada tanda-tanda misil mengarah kemari!! Kakek Igor, bersiaplah…! Akan ada ledakan!!”

    Argh!! Itu RGM-84 Harpoon, misil anti-kapal yang sudah pasti ada di ketujuh kapal musuh!! Tujuh rentetan ledakan terjadi dalam tempo kurang dari 5 detik, sehingga beberapa bagian permukaan kapal yang terkena hantaman langsung, terlihat rusak.



    Begitu ledakan berhenti dan kami kembali siaga, orang tua itu melihat ada sesuatu yang berenang mengarah kemari dari arah kapal-kapal itu berada, tepat di bawah permukaan laut, jumlahnya kira-kira puluhan. Warnanya hitam putih…paus pembunuh kah? Mereka berenang ke sisi kanan kapal dan…

    “ARRRRGGGHHH!!! Suara apa ini??!!”, teriak orang tua itu sambil menutup kedua telinganya.

    Suara ini…ARGH!! Frekuensinya memang sangat rendah, namun ini terlalu keras!! Para paus pembunuh itukah…?! Kalau ya, bagaimana bisa?

    Bagaimana, nyanyian para paus itu, teman lama?”, transmisi radio memang belum dimatikan sejak tadi.

    “Kamu!! ARGH!!”, aku tidak bisa konsentrasi menjawab pertanyaan bedebah itu karena aku terlalu sibuk menutup telinga. Resha juga terlihat menutup kedua telinganya, kadang berteriak panik apabila suara paus-paus itu terdengar.

    Hahaha!! Aku sudah memodifikasi struktur genetik para paus tersebut agar larynx mereka bisa memproduksi suara yang amat sangat kuat!! Bagaimana hasil kerjaku, hei teman lama? Aku yakin kamu pasti suka!!

    Sial!! Aku benar-benar tidak bisa berbuat apapun dalam kondisi seperti ini!!

    Tunggu. Misha terlihat tiduran santai saja di lantai…berarti frekuensi ini tidak bisa didengar olehnya. Aku pernah tahu sebuah penelitian kalau seekor beruang Kodiak punya pendengaran yang hampir sama seperti ******. Jika batas bawah pendengaran ****** adalah 40 Hertz sementara manusia 20 Hertz, berarti para paus itu mengeluarkan suara dengan frekuensi di antara keduanya. Paus pembunuh sendiri…

    “Resha!! Berapa batas bawah pendengaran paus pembunuh?!”, tanyaku dengan suara keras.

    “Kalau tidak salah 15 Hertz!! AAAAAHHHH!!”, teriaknya sambil menutup telinga.

    Ah, aku tahu apa yang harus kulakukan…ARGH!! Suara ini lagi!!

    “Orang tua, apa tidak ada penutup telinga di sini?!”

    “Ada satu headset di bagian bawah kiri tempat kamu berada!!

    Kuraih headset yang dimaksud orang tua itu. Ah, tapi aku tidak bisa mengenakannya sendiri…biar orang tua itu saja yang memakainya. Lama-lama aku kasihan juga melihatnya.

    “Orang tua, pakailah headset nya!! Aku akan keluar sebentar!!

    “Heh, Daleth!! Mau pergi ke mana?!”, seru Resha.

    “Aku sudah mengerti bagaimana menghentikan suara ini!! Konsentrasi saja mengendalikan kapal, oke?!”, aku langsung berlari ke ruanganku di kapal ini, dan tentu saja…mengambil sarung tanganku.

    Kukenakan kedua sarung tangan itu, lalu bergegas ke sisi kanan dek kapal sambil mengganti nilai frekuensi dan amplitudo pada program Atomic Vibration di sarung tangan. Duh, sulit sekali berkonsentrasi di bawah suara aneh seperti ini. Tapi aku harus berusaha…oke, akan kucoba frekuensi 17 Hertz, dengan amplitudo 10 kali lipat.

    Atomic Vibration. Low Frequency mode, system on!!”, sambil kuarahkan tanganku ke kumpulan paus pembunuh begitu aku sampai di sisi kanan dek. Ah…aman. Getaran dari Atomic Vibration tidak menghasilkan bunyi yang bisa kudengar, hanya terasa getarannya saja oleh tubuhku. Tak lama, kumpulan paus pembunuh itu pergi.

    Orang itu benar-benar brengsek!! Memanipulasi kehidupan seenaknya untuk dijadikan senjata…! Lama-lama aku ingin membu--- ah, tidak bisa, aku harus memegang janjiku pada Resha…



    Masalah belum selesai. Kulayangkan pandanganku ke arah ruang kontrol di ajungan, Resha sedang melambaikan tangannya dan wajahnya terlihat panik, seakan memerintahkanku untuk segera masuk. Dan…benar saja, begitu mataku melihat ke arah langit , terlihat kumpulan awan hitam…eh? Kumpulan burung camar? Banyak sekali jumlahnya…APA?! Mereka terbang menukik ke arah sini?!

    Makin dekat burung-burung itu, makin jelas terlihat kalau ada sesuatu yang dipasang di punggung mereka. Begitu burung pertama menghantam dek, yang juga merupakan landasan, burung itu langsung…meledak?! Jadi ini serangan *** bunuh diri dengan menggunakan burung?! Orang itu memang sudah *******, lebih dari orang tua itu!!

    Energy Barrier. System on!!

    Refleks saja kuaktifkan Energy Barrier agar tidak ada bagian tubuhku yang terkena ledakan. Sayangnya, sasaran burung-burung itu bukan hanya diriku, tapi SELURUH kapal ini, termasuk ruang kontrol di atas anjungan. Seekor burung menabrak bagian dekat kaca ruang kontrol, meledak, sekaligus membuat kaca itu pecah. ARGH!! Mereka berdua dalam bahaya!!

    Sial!! Energy Barrier tidak bisa digunakan bersamaan dengan Photonic Velocity ataupun Plasma Directing!! Jika aku berlari ke ruang kontrol, meskipun sudah berusaha secepat mungkin, bisa-bisa mereka sudah…itu tidak boleh…ITU TIDAK BOLEH TERJADI!! Baiklah…terpaksa aku menggunakan Overdrive System meski cukup beresiko.

    Energy Barrier. Overdrive System, exceed!!”, kuperbesar radius Energy Barrier dengan mengaktifkan Overdrive System tersebut.

    Sistem ini bekerja dengan membuat total energi yang bisa dimanipulasi oleh sarung tangan ini bertambah, melebihi kapasitas yang bisa ditahan tubuhku. Untunglah hanya selang beberapa detik, serangan burung-burung itu berhenti. Jika lebih dari 5 menit…aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tubuhku. Terasa sedikit melelahkan memang, tapi setidaknya aku masih bisa melangkahkan kakiku naik ke ruang kontrol. Misha juga terlihat sangat panik akibat burung-burung tadi. Untunglah Resha berhasil menenangkannya dan membawanya keluar ruang kontrol, ke kamarnya di kapal ini.



    Selama hampir beberapa lama tidak ada lagi serangan dari kapal-kapal tersebut, tapi mereka masih saja terlihat di radar dan mengejar kapal ini. Ada apa sebenarnya…?

    “Anak muda, aku benar-benar bingung sekarang. Mereka memang tidak menyerang lagi, tapi terus mengikuti kita…”

    “Ya, aku juga tidak mengerti, orang tua. Jika memang target mereka adalah menangkapku dan Resha, seharusnya mereka sudah membombardir terus kapal ini hingga rusak parah. Dengan begitu, mereka bisa menangkap kami dengan mudah.”

    “Daleth, jangan-jangan…mereka juga menginginkan kapal ini?! Bagaimanapun juga aku belum pernah dengar dalam sejarah Liberion ada kapal secanggih ini…”

    Tunggu. Kata-kata Resha ada benarnya. Secanggih apapun teknologi yang Liberion ciptakan, aku juga belum pernah dengar sama sekali ada peralatan perang sekolosal kapal ini. Bayangkan saja, kapal ini lebih besar dari kapal induk terbesar milik Angkatan Laut Liberion, ditambah lagi mesin penggerak kapal ini adalah reaktor fusi hidrogen, yang masih diteliti banyak ilmuwan di seluruh dunia. Seandainya Liberion mendapatkan kapal ini dalam keadaan utuh…

    “Oi, anak muda, kenapa bengong saja?”

    “Kurasa Resha benar, orang tua. Selain ingin menangkapku dan Resha, pastilah mereka juga ingin mendapatkan kapal ini…! Untuk itulah mereka menginginkan kapal ini dengan seminimal mungkin kerusakan!!”

    “Hahaha!! Apa kamu bercanda? Takkan kuserahkan kapal terhebat Bolshevik Union begitu saja pada musuh!! Jika benar ceritamu mengenai runtuhnya Bolshevik Union, maka yang paling pantas mendapatkan kapal ini adalah negara yang kamu sebut dengan Varangia itu!!”

    “Tentu saja, aku juga berpikiran demikian. Liberion sudah menjadi negara superpower sendirian selama dua dekade terakhir. Sudah saatnya ada kekuatan penyeimbang…”

    “Aku suka pemikiranmu, anak muda!! Baiklah…! Akan kutambah kecepatannya!!”, kakek itu menarik tuas di sebelah tangan kanannya untuk menambah kecepatan kapal ini, ke kecepatan maksimum sebesar 35 knot.

    “Kakek, sepertinya mereka juga menambah kecepatan!!”

    “Tenang saja, Resha. Alreigh Burke-class destroyer berkecepatan maksimum hanya 30 knot, sementara Ticonderoga-class cruiser hanya sedikit di atasnya, 32,5 knot. Kapal ini masih lebih unggul walau kita harus tetap waspada…karena selama beberapa lama kapal ini akan masih ada dalam jangkauan tembak misil Harpoon.”, aku coba menjelaskan.



    Waktu terus berjalan dan ketegangan terus melandaku, Resha, serta orang tua itu, waspada akan serangan berikutnya. Kapal ini memang cukup kuat, tapi jika terus menerus dihajar seperti tadi…aku yakin akan ada yang rusak parah dari kapal ini.

    Ah, ada transmisi masuk, lagi-lagi dari si ahli genetika ******* itu.

    "Hmmph, sudah kuduga orang secerdas kamu sudah tahu apa yang kami inginkan selain kalian berdua. Jika aku tidak bisa menangkap kalian hidup-hidup dan mendapatkan kapal tersebut, aku akan menghancurkan kalian semua!! Siapkan kembali misil Harpoon!! Tembak sebanyak yang kita punya!!

    Dia tidak main-main. Beberapa belas menit kemudian, misil-misil Harpoon kembali ditembakkan dan mengenai kapal ini.

    “Daleth, bisa gunakan yang tadi?!”, tanya Resha dengan suara keras karena...mungkin, agak panik.

    “Maksudmu Energy Barrier?!”

    “Ya, itu!! Tadi kamu bisa melindungi seluruh kapal ini kan?!”

    “Tadi aku menggunakan mode khusus yang jika digunakan terlalu lama, tubuhku bisa hancur!! Aku sendiri tidak tahu berapa misil yang dibawa oleh kapal-kapal itu dan berapa lama aku harus mengaktifkan mode tersebut!!”

    Gelombang kedua kembali mengenai kapal ini. Terlihat ada bagian landasan yang berlubang…

    “Orang tua, kecepatan kapal ini tidak bisa ditambah lagi?!

    “Tidak bisa, anak muda!! Ini sudah paling--- whoaaaa!!”, orang tua itu terjatuh, lalu terseret hingga ke dinding ruang kontrol.

    “Kakek Igor!! Kakek tidak apa-apa?!”, Resha membantu orang tua itu berdiri.

    “Bukan masalah, Resha. Seorang prajurit tidak akan mengeluh dengan sedikit terbentur seperti i--- AARRGGHH!!”, orang tua itu berteriak kesakitan, sepertinya benturan tadi membuat pinggangnya sakit.

    Gawat. Satu-satunya yang bisa mengemudikan langsung kapal ini hanyalah orang tua itu. Sejauh ini aku hanya berada di panel kontrol persenjataan saja.

    “Anak muda, siagalah di depan panel kemudi. Resha, pantau terus perkembangan posisi kapal musuh, sekaligus cari tahu berapa jauh lagi jarak sampai ke pantai.”

    Orang tua itu berusaha tetap tenang untuk memberikan komando mengenai apa saja yang harus aku dan Resha lakukan. Dan…gelombang misil ketiga datang…!!

    Terdengar ledakan dari arah dek, sepertinya cadangan misil anti-kapal yang dimiliki kapal ini ikut meledak karena serangan gelombang ketiga tadi. ARGH!! Bagaimana ini?!

    “Daleth…sepertinya di depan kita ada satu kapal lagi…”, ujar Resha.

    “Hah?! Mereka meminta bantuan kapal tambahan?! Sial. SIAAAAALLL!!”, aku langsung terduduk lemas.

    “Oi, anak muda, mana semangatmu?! Selama nafas masih keluar masuk paru-parumu, tidak boleh ada kata menyerah!!”

    “Hei orang tua, lihat kenyataannya!! Di belakang dan depan kita ada armada Liberion mengejar, dan sudah pasti kita akan dihabisi. Di. Ha. Bi. Si!!”

    “Cih, orang-orang Liberion memang lemah!! Aku heran kenapa negara seperti negaramu, yang penuh dengan manusia-manusia bermental busuk, bisa menjadi negara terkuat di dunia!!”

    “Sudah jangan bertengkar!! Lihat, ada transmisi lagi masuk!!”, seru Resha.

    “Ah, biarlah. Paling juga dari si gila Gregor itu lagi.”, aku benar-benar sudah pasrah.

    “Hmmph, jika kamu tidak mau menjawab, biar aku saja.”, orang tua itu berusaha berdiri dibantu oleh Resha.



    Orang tua itu menekan tombol untuk menyalakan transmisi, lalu bicara…bahasa Varangia?!

    “Hahaha!! Lihat, jika tidak ada kata menyerah, pasti akan ada hasilnya!!, orang tua itu tertawa terbahak-bahak setelah mematikan transmisi.

    “Kakek, yang tadi itu…transmisi dari siapa?”

    “Militer, Resha. Angkatan laut orang-orang sebangsaku. Hei anak muda lemah!! Berdiri dan lihat dengan binocular ini ke arah kapal yang di depan!!”

    Karena setengah tidak percaya, aku menuruti yang dikatakan orang tua itu. Di depan memang ada satu buah kapal, tapi…berbendera Varangia!! Itu Kirov-class battlecruiser!! Dari situ terlihat ada misil meluncur, dan diarahkan jauh ke belakang kami, ke armada Liberion yang sedang mengejar, walau tidak sampai mengenai satupun kapal. Tak lama, kapal-kapal Liberion itu berbalik arah.

    “B-B-Bagaimana bisa…”, bicaraku terdengar lemas.

    “Resha, coba periksa posisi kita sekarang, berapa jaraknya dari pantai.”, kata orang tua itu.

    “11 mil laut dari pantai…kita sudah masuk laut teritorial Varangia!! Kakek, kita berhasil…!!”, Resha melompat kegirangan, lalu memeluk orang tua itu.

    “Hahaha!! Slava, Soyuz Bolshevik!! Kejayaan untuk Bolshevik Union!!”, orang tua itu terlihat gembira.

    Berarti…sejak tadi pertempuran berlangsung tidak jauh dari batas zona ekonomi eksklusif Varangia. Kalau begitu kenapa armada Liberion masih nekat juga berusaha mengejar kapal ini di area tersebut?! Ceroboh sedikit saja maka Liberion akan langsung dikecam dunia internasional, apalagi jika mereka menembak ketika kapal ini sudah masuk laut teritorial Varangia. Gila, Liberion sudah gila!!



    “Lain kali jangan terlalu cepat menyerah, anak muda.”, kata orang tua itu begitu menginjakkan kaki di daratan, di kota kecil bernama Novopetrograd, kota kelahirannya.

    “Ya…aku tahu. Maaf jika aku merepotkan tadi.”

    “Hahaha!! Jangan murung, anak muda!! Bagaimanapun juga kapal itu berhasil bertahan hingga ke sini karena bantuanmu juga. Jika tidak…mungkin kapal itu sudah rusak jauh lebih parah lagi.”

    “Dan…bagaimana nasib kapal itu?”

    “Tentu saja akan kuberikan pada angkatan laut Varangia. Aku yakin mereka bisa memperkuat kapal itu lebih jauh, dan membuat bangsa ini kembali menjadi bangsa yang ditakuti dunia. Hahaha!! Ohok…ohok…!!”

    “Hahaha…sejak kita berangkat, dirimu terus menerus tertawa sih…semangat boleh saja, tapi tetap ingat umur, hei orang tua.”

    Para penduduk kota kecil itu langsung keluar rumah dan menghampiri kami bertiga. Di antara mereka ada orang-orang tua yang sepertinya mengenal orang tua itu, terlihat dari akrabnya mereka dalam berbicara satu sama lain. Sementara aku dan Resha…benar-benar tidak mengerti apa yang mereka katakan. Yah, sudahlah, setidaknya aku harus bersyukur bisa mendarat dengan selamat di tempat ini, walau tempat ini asing bagiku.

    Malam harinya, kami ditawari beristirahat di rumah salah satu warga kota. Berhubung rumah orang tua itu juga sudah ambruk karena sudah lama tidak didiami, dia juga ikut tinggal di tempat yang sama.

    “Oi, orang tua, kudengar keluargamu ada di tempat ini. Bagaimana kalau kita mencarinya besok?”, tanyaku ketika makan malam.

    “Hei, darimana kamu tahu hal itu? Ah…Resha, pasti kamu yang memberitahu.”

    “Iya…apa kakek marah?”

    “Tidak, tidak.”

    “Jadi, kita akan mencari istri dan anakmu besok?”, tanyaku lagi.

    “Itu tidak perlu. Aku mengerti situasi kalian sekarang, yang harus terus menghindar dari kejaran orang-orang Liberion, orang sebangsa kalian sendiri. Makin cepat kalian meninggalkan negara ini, akan makin kecil kemungkinan kalian untuk tertangkap.”

    “Setidaknya ijinkanlah aku untuk berterima kasih, orang tua. Membantu selama beberapa hari tidak masalah bagiku. Benar begitu, Resha?”

    “Sebaiknya jangan. Kalian…tidak bisa bahasa Varangia kan? Bagaimana kalian bisa membantu? Hahahaha!!”, ledeknya.

    Huh…padahal niatku benar-benar tulus, hanya sekedar ingin berterima kasih saja.

    “Maaf, aku hanya bercanda. Sebaiknya kalian turuti apa yang kukatakan sebelumnya. Tapi jika kalian ingin beristirahat dahulu selama 2 atau 3 hari, itu tidak masalah. Sekarang lebih baik kita minum vodka dulu…hahaha!!”

    “Umm…aku tidak ikut.”, sahut Resha.

    “Ayolah, coba saja sedikit.”, orang tua itu membujuknya. Resha mencicipinya sedikit, dan…

    “Hweeeekkk…tidak enak…!!”

    Aku dan orang tua itu langsung tertawa melihat Resha. Hahaha…dasar anak kecil. Wajahnya langsung merah karena malu, namun setelah itu dia ikut tertawa bersama kami. Selama makan malam itu juga, kuceritakan mengenai diriku dan Resha, serta apa saja yang sudah terjadi selama ini.



    Dan…tiba saatnya bagiku dan Resha untuk meninggalkan kota ini, yang sempat kami pijak selama kurang lebih 40 jam.

    “Tidak ada barang kalian yang tertinggal lagi?”, tanya orang tua itu.

    “Semua sudah lengkap, orang tua. Terima kasih sudah menolong kami.”

    “Sama-sama, anak muda. Jaga dirimu. Mampirlah ke sini jika semua masalahmu sudah selesai.”, dia menepuk pundakku.

    “Tenang saja, orang tua. Aku janji aku pasti kembali. Jaga dirimu juga. Jangan terlalu banyak tertawa dan minum vodka. Dan juga jangan meninggalkan dunia ini sebelum kami berdua kembali, oke?”

    “Aku janji tidak akan mati sebelum kalian kembali, itu pasti. Kamu bisa pegang kata-kata seorang prajurit sepertiku, anak muda.”

    Sebelum kami melangkah pergi, Resha memeluk orang tua itu, dan…Misha…aduh, aku dijilat beruang bau itu…

    “Hahaha!! Sepertinya Misha sudah menyukaimu…! Baiklah, aku sudah meminta kapten kapal perang Kirov-class yang waktu itu untuk mengantar kalian hingga Vladikavkaz, kota pangkalan angkatan laut, masih di pantai barat Varangia. Di sana ada bandara internasional.”

    “Ah…terima kasih banyak, orang tua. Kami mohon pamit…sampai jumpa lagi.”


    Kuberikan penghormatan seperti seorang tentara padanya, Igor Gvozdev, beruang tua dari Varangia. Semoga kita bisa bertemu kembali...



    Aku dan Resha kembali melanjutkan pelarian, menuju…Seihou, sebuah negara kepulauan di barat daya Varangia.



    ===================================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Judul lagu" klasik yang dibicarakan Daleth dan Igor itu bener" ada. (yang Piano Concerto in B minor, nomor 1, Opus number 23, 3rd movement itu KEREN. KEREN BANGET. Di youtube ada kok video lagunya, dengerin aja )
    • Kapal Arleigh-Burke class sama Ticonderoga-class itu bener" ada.
    • Aegis Combat System = sistem pertahanan terintegrasi di kapal militer. http://en.wikipedia.org/wiki/Aegis_Combat_System
    • Phalanx CIWS = meriam laras pendek yang hampir selalu ada di setiap kapal" angkatan laut *negara-Liberion-di-dunia-nyata*. Wujudnya: http://en.wikipedia.org/wiki/Phalanx_CIWS
    • Harpoon missile is also real-world missile.
    • Slava, Soyuz Bolshevik!! = artinya ada di sebelahnya pas Igor tereak...
    • Kirov-class battlecruiser juga real. http://en.wikipedia.org/wiki/Kirov_class_battlecruiser
    • Novopetrograd = kota fiktif...ga ada di real. (artinya sih New Petrograd)
    • Vladikavkaz = Vladivostok, dan itu bener" kota dgn pangkalan angkatan laut

    Last edited by LunarCrusade; 27-12-11 at 03:10.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  10. The Following 3 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
  11. #23
    kittypurry's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    Wherever Katy is
    Posts
    1,633
    Points
    219.05
    Thanks: 102 / 70 / 49

    Default

    Mantabsss,cepet banget updatenya. In a good mood bro? Bwehehe
    I'm living in my own world

  12. #24
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Spoiler untuk Chapter 8 :

    ========================================
    Chapter 8: Sakura, Sakura ~ Transient Life (Part 1)
    ========================================


    “Daleth, bangun. Ini sudah jam tujuh lewat dua puluh.”

    “Huh…? Eh…? Eh?! Tujuh lewat dua puluh? Kalau begitu aku harus pergi ke tempat kerja sekarang…!”

    Beberapa belas menit kuhabiskan dengan menggosok gigi, merapikan rambut, mengganti pakaian, lalu mengunyah sebuah onigiri yang kubeli kemarin.

    “Aku pergi dulu.”

    “Jangan lupa bawa makanan untuk nanti malam. Oh iya, mungkin nanti aku akan keluar sebentar untuk makan siang.”

    “Baiklah, jaga rumah baik-baik. Dan ingat!! Jangan cepat tertarik dengan ajakan orang asing!!”

    “Iya, iya. Aku mengerti.”



    Kota Tsutsuji, prefektur Kozuke, sekitar 40 kilometer sebelah utara Nishigyou, ibukota Seihou, di sebuah apartemen, hanya terdiri dari dua lantai dan 16 ruangan. Sejak 10 hari yang lalu, aku dan Resha mulai tinggal di tempat ini. Baik aku dan Resha sama-sama dapat bicara bahasa Seihou, sehingga tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan tempat tinggal di sini.

    Ruangan ini cukup besar, walau hanya punya satu kamar tidur. Selama berada di sini, aku harus mengalah dengan tidur menggunakan futon, sementara Resha kubiarkan tidur di kasur. Yah…karena belum terlalu terbiasa, tidurku jadi terganggu, sehingga kadang Resha harus membangunkanku.

    Berhubung rekeningku di Liberion sudah dibekukan pemerintah, aku harus bekerja agar kami bisa tetap bertahan hidup. Terlalu beresiko jika Resha juga bekerja, bisa-bisa dia ditangkap kalau berada di luar terlalu lama. Tentu saja aku tidak mengurung dirinya 24 jam penuh di apartemen. Dia masih kuijinkan pergi, asalkan jaraknya tidak terlalu jauh, misalnya ke supermarket terdekat.

    Ini dia, tempatku bekerja paruh waktu, Inari Bakery. Pemiliknya dengan senang hati menerimaku karena dia butuh bantuan tenaga tambahan, apalagi saat jam pulang sekolah dan hari Sabtu. Dan karena kemampuanku dalam membuat roti terbilang lumayan, kadang aku juga diminta membantu di dapur.

    Ada lagi yang membuatku dengan mudah diterima di sini. Karena aku orang Liberion, tentunya aku memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dengan orang-orang Seihou yang dominan berambut dan bermata hitam. Hali itu membuat makin banyak orang yang tertarik untuk membeli roti dan produk-produk sejenisnya di sini, karena melihat ada orang asing yang bekerja. Ditambah lagi, aku bisa bahasa Seihou, sehingga membuat mereka lebih kagum lagi, dan akhirnya, makin sering kembali ke toko roti ini.

    Sudah sore…sekarang jam 5 lebih 10. Oke, shift kerjaku selesai. Saat aku bersiap untuk pulang, pemilik toko roti mengijinkanku mengambil beberapa roti yang tidak habis terjual. Wuah…lumayan untuk makan malam hari ini.

    Inari Bakery hanya terletak hanya sekitar 1 kilometer dari apartemen, sehingga aku pulang pergi dengan jalan kaki. Sekarang adalah kesebelas kalinya aku melangkahkan kaki kembali pulang, sambil memandangi matahari terbenam, di Seihou. Ah iya…sekarang sudah mendekati akhir minggu ketiga bulan Maret. Dalam satu hingga dua minggu ke depan, sakura-sakura akan bermekaran dan mengubah pemandangan kota kecil ini.

    Memasuki daerah pemukiman, kondisi jalan menjadi sepi. Tunggu. Aku merasa ada yang mengikutiku…

    Kubalikkan badan sejauh 180 derajat, namun tidak ada siapapun yang tertangkap oleh pandanganku dalam radius 10 meter. Hanya ada tiang listrik, dan sebuah perempatan kecil. Imajinasiku sajakah? Kembali aku melangkahkan kakiku selama beberapa belas meter, lagi-lagi aku merasa ada yang mengikutiku. Tingkat kewaspadaanku naik drastis, karena aku berpikir yang mengikutiku adalah orang yang ingin menangkap Resha. Hmm…tapi orang itu lihai sekali…kalau begitu, aku akan mengambil jalan agak memutar.

    Masih ada. Aku masih merasakan ada seseorang yang mengikutiku. Apa sebaiknya aku lari saja ya? Baiklah, aku akan lari dari kejaran orang itu.

    Belum jauh aku berlari, aku mendengar suara di belakangku, seperti suara ada yang jatuh. Begitu aku menengok ke belakang…astaga.



    “H-Hei, kamu tidak apa-apa?”,

    Ternyata...itu seorang perempuan, masih kecil, yang terjatuh. Tingginya sekitar 136-138 sentimeter, rambutnya panjang dan berwarna hitam, sama seperti warna iris matanya. Sepertinya berumur sekitar 7-9 tahun.

    Walaupun terjatuh, dia tidak menangis sama sekali.

    “A-Aku tidak apa-apa, onii-chan…”

    “Tidak ada yang terluka? Apa ada yang sakit?”, aku sedikit jongkok agar bisa bicara dengan nyaman padanya, karena tinggi badanku jauh di atasnya.

    “Umm…tidak kok…aku tidak terluka.”

    “Kamu tersesat? Orang tuamu di mana?”

    Duh, ini dia kebiasaanku, terlalu perhatian terhadap anak-anak. Aku sendiri menganggapnya bukan hal yang buruk, tapi kadang disalahpahami oleh orang-orang di sekitarku, dan menganggapku punya kelainan orientasi seksual terhadap anak-anak, bahkan Resha juga menganggapku seperti itu. Padahal…tidak sama sekali...aku hanya tidak tega saja melihatnya.

    “Orang tuaku…sudah tidak ada.”

    “Eh? Jadi kamu tadi bersama siapa?”

    “Ng…aku masih punya seorang onee-chan, tapi aku tidak tahu dia di mana sekarang.

    “Kamu sedang mencarinya ya?”

    “Iya…bisa dibilang begitu.”

    Wah, hari sudah mulai gelap. Terlalu bahaya membiarkan seorang anak kecil sendirian di luar seperti ini. Lebih baik kubawa dia untuk sekarang, dan membantu mencarikan keluarganya esok hari. Dia mau begitu saja saat kutawari untuk ikut ke apartemen. Yah…itu memang memudahkanku sih, tapi sangat berbahaya jika orang lain yang punya maksud jahat yang menemukannya lebih dulu.



    Begitu sampai di apartemen…

    “Wuah…!! Ada roti!! Pemilik toko roti di tempatmu bekerja yang memberikannya?”

    “Ya, hari ini tidak begitu banyak pelanggan seperti hari-hari kemarin, sehingga masih ada sisa roti. Pemilik toko mengijinkanku mengambilnya.”

    “Asyik…makan roti hari ini. Aku mulai bosan dengan sushi dan onigiri supermarket i---“, Resha mendadak terkejut saat…melihat ke belakangku.

    Anak itu memeluk erat diriku, seakan ketakutan melihat Resha.

    “Waaagghhh!! Dasar lolicon bedebah!! Sekarang kamu benar-benar menculik anak kecil, hah?! Ini kejahatan!! Akan kulaporkan ke polisi sekarang juga!!”

    “Oi, Resha!! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan!!”

    “Lalu apa maksudnya ada anak kecil yang mengikutimu?! Argh, sudah kuduga sejak kita di Liberion…”

    Anak itu tiba-tiba menangis keras mendengar Resha teriak-teriak seperti tadi.

    “Hwaaaa…!! Onee-chan yang itu galak sekali!! Jangan-jangan dia youkai yang suka makan manusia…!!”, tangisannya makin keras.

    Butuh beberapa belas menit sampai anak itu menghentikan tangisannya. Setelah tenang, aku bertanya namanya, dan namanya adalah Sakuya. Itu saja. Aneh sekali…apa dia tidak punya nama keluarga?

    “Apa kamu lapar, Sakuya-chan?”, kuberikan satu buah roti, lalu dia memakannya.

    “Hei, bagianku mana?”, tanya Resha.

    “Karena kamu sudah membuatnya menangis, jatahmu hanya satu buah.”

    “Argh!! Kejamnya dirimu…!! Lolicon sialan!!”

    Melihat kami bertengkar, Sakuya-chan terlihat ingin menangis lagi. Sewaktu jatuh, dia tidak menangis. Begitu mendengar Resha berteriak dan melihat kami bertengkar, dia malah…anak yang cukup aneh…

    “E-Eh? Sakuya-chan, jangan menangis lagi yah…”, kutarik telinga Resha. “Sepertinya Sakuya-chan tidak suka melihat kita berkelahi.”, bisikku.

    “Lalu aku harus apa? Berpura-pura baik dan lembut terhadapmu, begitu?! Membuatku muntah saja…”, jawabnya dengan suara yang dipelankan.

    “Tidak ada pilihan lain, Resha. Kamu mau dia menangis sepanjang hari karena melihat kelakuan kita? Aku yakin kamu juga tidak akan tahan mendengarnya.”

    “Huh…terserahlah. Yang jelas aku minta jatah rotiku ditambah!!”

    “Urusan gampang. Pokoknya aku tidak mau melihatnya menangis. Mengerti?”

    Duh, aku lupa. Besok hari Sabtu, aku masih harus bekerja, dan di hari Sabtu biasanya jumlah pelanggan akan lebih banyak dari biasanya. Sepertinya aku harus menunda mencarikan keluarganya. Akan kuberitahukan perihal mengenai anak ini ke pemilik apartemen, agar aku tidak dicurigai sebagai penculik atau semacamnya.



    Sekarang adalah keduabelas kalinya aku merasakan hangatnya matahari terbit di Seihou. Baiklah, saatnya ke tempat kerja. Aku meminta Resha untuk menjaga Sakuya-chan hari ini, sekaligus membantu mencarikan informasi tentangnya.

    Sekitar jam setengah 11, ada seorang perempuan dengan jaket coklat yang masuk ke toko roti, lalu melihat-lihat jenis-jenis roti yang ada. Sepertinya aku mengenalnya…

    Selama beberapa saat aku terus memandangi orang itu, tanpa disadarinya. Begitu dia melihat ke arahku…

    “Ah!! Daleth-kun!!”

    Hei, aku tahu satu-satunya orang yang sering memanggilku seperti itu.

    “Iwanaga-senpai?”

    “Ya, ya, benar!! Wuah…tidak kusangka aku bisa bertemu denganmu di sini. Kebetulan, aku tinggal di daerah sini lho. Mampirlah sekali-sekali.”

    “Eh? Yang benar?” Dia memang tidak pernah menceritakan tempat tinggalnya sewaktu kami masih satu universitas.

    “Sebentar, aku tuliskan dulu alamatnya…”, dia mengambil secarik kertas dari dalam tas yang dibawanya, lalu menuliskan alamatnya. “Ini.”

    “Hmm…benar juga, tidak begitu jauh dari sini. Ah iya, apa senpai sekarang sudah membuka tempat praktek sendiri? Atau bekerja di rumah sakit?”

    Ooyamatsumi Iwanaga, yang biasa kupanggil Iwanaga-senpai, adalah salah seorang seniorku sewaktu di universitas, jurusan kedokteran. Tingginya kira-kira 165-167 sentimeter. Yang membuatku sempat ragu sewaktu melihatnya adalah karena model rambutnya berbeda. Sewaktu di universitas, rambutnya hitam pendek, namun sekarang dia sudah memanjangkan rambutnya. Terlihat lebih…ah, sudah, sudah. Jangan berpikiran yang aneh-aneh.

    Begitu aku bertanya pertanyaan tadi, dia terdiam sebentar, lalu menggelengkan kepalanya. Sepertinya ada yang disembunyikan…

    “Ah, maaf, maaf. Antriannya jadi panjang begini…baiklah, aku mau dua buah chocolate muffin.”, katanya. Kuambilkan sesuai yang diminta.

    “Semuanya 550 yen.”

    “Ini uangnya. Jangan lupa mampir ya!!”, Iwanaga-senpai langsung pergi.

    Hmm, aku akan coba ke tempatnya besok. Besok kan hari Minggu...tidak ada shift kerja untukku pada hari itu.

    Sesampainya di apartemen…

    “Bagaimana, Resha? Sudah ada informasi tentang Sakuya-chan?”

    “Sulit, Daleth. Polisi setempatpun kebingungan melihat ada seseorang yang tidak punya nama keluarga seperti Sakuya.”

    “Hmm…begitu ya. Di mana dia sekarang?”

    “Sudah tertidur.”

    “Ini baru jam tujuh…dia sudah tidur?”

    “Mungkin dia lelah. Bagaimanapun juga hari ini dia harus berurusan dengan polisi.”

    “Benar juga... Terima kasih sudah mau membantu, Resha.”

    “Hmmph, aku hanya tidak mau anak itu berlama-lama di sini. Bisa-bisa aku ikut dicurigai sebagai penculik anak kecil sepertimu.”



    Haripun berganti ke Minggu. Aku akan mengunjungi Iwanaga-senpai hari ini.

    “Kamu terlihat senang sekali…ada apa?”, tanya Resha.

    “Huh…bukan urusanmu. Yang jelas aku akan pergi sebentar, tidak jauh kok. Jaga Sakuya-chan baik-baik.”

    Onii-chan mau ke mana…? Boleh aku ikut?”, mendadak Sakuya-chan keluar dari kamar.

    “Aku akan pergi sebentar ke tempat temanku. Jangan nakal ya.”, kubelai rambutnya yang panjang itu.

    “Bagus sekali yah. Sakuya diberitahu, sementara aku tidak.”, katanya sinis.

    “Cemburu ya?”, maksudku sih hanya bercanda.

    “Ah berisik!! Sudah pergi sana!!”

    Masih jam setengah sembilan pagi saat aku melangkahkan kaki keluar apartemen. Alamat Iwanaga-senpai…sepertinya terletak agak di pinggir kota, sebelah utara. Hmm, hanya sekitar 2 kilometer. Lebih baik aku jalan kaki saja.

    Nah, ini dia rumah--- hah?! Ini bukan rumah, ini sebuah kuil Shinto!! Rumah Iwanaga-senpai…di kuil? Jangan-jangan dia…

    Satu persatu kugerakkan kakiku menyusuri anak tangga dari batu, terus hingga ke atas, tempat kuil berada. Di kiri dan kanan tangga ada pepohonan, namun tidak terlihat daun ataupun bunga. Hanya batang, cabang, dan ranting.

    “Daleth-kun, irasshai.”, sapa Iwanaga-senpai begitu melihatku.

    Nah!! Benar dugaanku, Iwanaga-senpai ternyata miko kuil ini.

    Iwanaga-senpai terlihat sedang menyapu halaman depan kuil, lengkap dengan atribut seorang miko berupa hakama merah, dan haori putih. Rambutnya diikat dengan sebuah pita merah di belakang.

    Senpaimiko kuil ini?”

    “Yap, benar. Ah…aku tidak pernah cerita ya? Maaf, maaf. Tapi kenapa sampai kaget begitu…?”

    “Tidak…tidak apa-apa. Hanya saja…”

    Duh, bagaimana ya menjelaskannya? Iwanaga-senpai terlihat sangat elegan dan…ah, sudah, sudah.”

    “Huh…dasar aneh. Sejak dulu kamu memang suka begini. Ya sudah, masuklah, aku akan membuatkan teh.”

    Iwanaga-senpai memintaku menunggu di bangunan yang ada di sebelah kanan pintu masuk. Di dalamnya ada sebuah meja kayu pendek berbentuk persegi, dan aku mengambil duduk di lantai kayu tepat di sebelah kanan meja, jika berpatokan dari arah pintu masuk bangunan ini. Ah iya, ini memang tradisi orang-orang Seihou, berbeda dengan di Liberion yang biasanya menggunakan kursi dan meja yang tinggi. Aku bertaruh sebentar lagi pasti akan ada teh hijau khas Seihou yang dihidangkan, kalau tidak salah di sini disebut dengan ocha.

    Douzo.”, katanya saat menaruh segelas teh hijau, di sebuah gelas keramik. Wuah…sudah lama aku tidak minum teh hijau buatan Iwanaga-senpai. Dulu sewaktu di universitas, dia pernah membuatkannya juga untukku.

    Senpai tinggal sendirian di sini?”, tanyaku setelah menyeruput sedikit teh.

    “Ya, sendirian.”

    Tunggu. Kalau aku perhatikan baik-baik wajah Iwanaga-senpai, sepertinya mirip dengan seseorang…ah iya, Sakuya-chan!! Kebetulan, atau…?

    “H-Hei…kenapa kamu melihatku seperti itu…?”

    “Aku hanya teringat seseorang yang wajahnya mirip dengan senpai, dia ada bersamaku sekarang. Apa senpai punya anggota keluarga yang tinggal di dekat sini?”

    “Hah? Itu tidak mungkin. Ayah dan ibuku keduanya anak tunggal. Sayang sekali mereka sudah tiada…ayahku meninggal 3 tahun lalu, sementara ibuku baru beberapa bulan yang lalu…”

    “Ah, maaf...aku tidak tahu. Ng…kalau begitu, adik atau kakak mungkin?”

    “Adik perempuanku…sudah tiada sejak 15 tahun yang lalu.”

    “Oh, begitu…sekali lagi aku minta maaf, aku sudah membuat senpai mengingat kejadian yang tidak mengenakkan…”

    “Ahaha…sudah, tidak apa-apa. Tapi jujur saja, kadang aku masih teringat adikku itu…”

    Senpai pasti benar-benar sayang padanya…”

    “Kurang tepat dikatakan begitu, karena…sebenarnya aku menyesal tidak pernah menyayanginya sebagai adikku sendiri…”

    “Eh? Maksudnya?”

    “Biar kuceritakan…”



    Aku hampir menangis mendengar cerita Iwanaga-senpai. Musim dingin 15 tahun yang lalu, adiknya meninggal karena sebuah penyakit yang tidak diketahui sebabnya, dan itu terjadi saat Iwanaga-senpai berusia 10 tahun.

    Awalnya, Iwanaga-senpai sangat tidak suka pada adiknya itu, karena dia merasa orang tuanya lebih menyayangi adiknya dibanding dirinya. Hal itu menyebabkan dia jarang sekali berkomunikasi dengan adiknya, padahal adiknya sering sekali berusaha agar dia lebih menunjukkan perhatian padanya. Meskipun Iwanaga-senpai sangat tidak menyukai adiknya, tapi…sebaliknya, adiknya begitu menyayangi dirinya. Jika dia dimarahi oleh ayah atau ibunya, adiknya pasti membelanya. Jika dia meminta hal apapun, adiknya pasti memberikannya. Bahkan, ketika ajal hampir menjemput adiknya, yang paling diinginkan untuk berada di sampingnya adalah…Iwanaga-senpai sendiri.

    “Aku masih punya janji padanya, yang sudah tidak mungkin kutepati…”

    “Janji seperti apa?”

    “Dia…ingin sekali melihat sakura yang bermekaran bersamaku, jika musim semi sudah tiba. Aku…aku…benar-benar menyesal…seandainya saja aku lebih perhatian padanya, selama setahun saja…”

    Iwanaga-senpai meneteskan air mata. Aku cukup terkejut melihatnya, karena selama ini yang kutahu adalah sosok Iwanaga-senpai yang selalu ceria dan bersemangat. Entah apa yang merasuki diriku, refleks…aku memeluknya.

    “Seandainya…seandainya saja, Sakuya…”, dia memelukku makin erat sambil menangis.

    Aku terkejut mendengar nama itu. Sakuya? Atau jangan-jangan yang di apartemen…ah, mana mungkin? Bukankah Sakuya-chan yang diceritakannya sudah meninggal 15 tahun yang lalu? Sakuya-chan, yang di tempatku sekarang, juga mengatakan kalau dia sedang mencari kakaknya…

    Ada apa ini sebenarnya…? Semua kebetulan ini terlalu berkaitan erat!! Aku memang orang yang pernah menggeluti bidang sains, namun aku masih percaya hal-hal supranatural, meski tidak semuanya bisa kupercaya begitu saja. Jangan-jangan…Sakuya-chan yang di tempatku…substansi ectoplasma?!





    To Be Continued...



    ===============================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Seihou = artinya "west direction", dan pasti kalian sudah tau negara apa yg dimaksud
      Lho kok "west"? Kan negara "itu" seharusnya di timur?
      Ya...dan dengan begitu seharusnya kalian sudah menyadari kalau setting dunia di cerita ini adalah peta dunia yang di-mirror 180 derajat (yang barat jadi timur, yang timur jadi barat)
    • Nishigyou = artinya "western capital" (berkebalikan dengan kota "itu" yang artinya "eastern capital")
    • Prefektur Kozuke = prefektur Gunma (itu nama kuno nya)
    • Kota Tsutsuji = kota Tatebayashi, yg punya landmark Azalea Hill Park (Jp: Tsutsujigaoka Kouen) --- jaraknya dari ibukota klo ga salah gw rada ngasal sih (tapi klo bener, berarti gw lupa aja klo pernah cek via Google Map)
    • Inari Bakery = Inari adalah nama dewa (atau dewi, gendernya emang ga jelas KOAKWOAKSOAKWO) yang berkuasa atas agrikultur (pas kan jadi nama toko roti? )
    • Our two sisters:
      • Iwanaga = Iwanaga-hime
      • Sakuya = Konohanasakuya-hime

      Sedikit cerita mitos,
      Jadi, pada suatu hari, Ninigi (cucunya Amaterasu-no-mikoto) ketemu sama Sakuya-hime di pantai, dan ngajak nikah (gile ye baru ketemu ngajak nikah SKOAKWOAKSOAWKOA)
      Nah,
      Tapi bapaknya Sakuya-hime ini malah nawarin kakaknya, Iwanaga-hime ke Ninigi. Yah...gimanapun juga Ninigi udah jatuh cinta sama Sakuya-hime.
      Ya udah, akhirnya bapaknya ngijinin, tapi...karena Ninigi udah nolak Iwanaga-hime (representasi hidup abadi seperti batu karang yg kuat) dan milih Sakuya-hime (representasi hidup yang singkat, seperti bunga sakura), seluruh manusiapun hidupnya ga akan panjang, jadi singkat tapi harus indah seperti sakura *disambit keyboard*
      Tahu siapa nama bapaknya Iwanaga-hime dan Konohanasakuya-hime? Ooyamatsumi.
    • Hakama merah sama haori putih itu standar pakaiannya miko (hakama itu yg roknya, haori itu yg atasannya)

    Last edited by LunarCrusade; 26-12-11 at 23:16.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  13. The Following 3 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
  14. #25
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Spoiler untuk Chapter 9 :

    ========================================
    Chapter 9: Sakura, Sakura ~ Transient Life (Part 2)
    ========================================


    Selagi memeluknya, mendadak aku teringat Resha.

    “M-M-Maaf, senpai…”, spontan aku melepaskan pelukanku.

    “Tidak apa-apa. Aku sudah mengerti kalau sejak dulu kamu memang baik…”

    Duh, ada apa sih denganku? Tiba-tiba memeluknya begitu saja. Anehnya lagi…kenapa bisa-bisanya anak itu terbayang di pikiranku?

    “Sebenarnya…aku sengaja memberitahukan alamatku karena aku ingin menunjukkan sesuatu.”

    “Menunjukkan…sesuatu?”

    “Ikutlah denganku sebentar ke belakang. Maaf kalau nanti akan ada sesuatu yang mengejutkan…”



    Tanpa curiga aku mengikuti Iwanaga-senpai hingga ke bangunan yang ada di paling belakang, yang disebut dengan honden, tempat sakral untuk dewa-dewi yang disembah di kuil tersebut. Setahuku honden tertutup untuk umum, kecuali jika ada festival keagamaan atau semacamnya. Entah apa alasan Iwanaga-senpai mengijinkanku masuk ke tempat yang dianggap sakral seperti ini.

    Di dalam honden, ada sesuatu menyerupai sebuah altar, letaknya bersebrangan dengan pintu masuk, dan menempel ke tembok. Di atas altar tersebut ada sebuah ranting, masih berdaun, sepertinya ranting pohon sakaki. Di sebelah kirinya aku melihat sebuah busur azusayumi, sementara di kanannya ada sebuah pedang dengan ornamen bulan sabit di gagang dan sarungnya. Di tembok sebelah atas altar, aku melihat sebuah cermin dengan ornamen, lagi-lagi berbentuk bulan sabit, di atasnya.

    Iwanaga-senpai menurunkan cermin tersebut, dan terlihat ada sebuah lubang pipih di tembok. Setelah itu, dia mengambil pedang di altar, mencabutnya dari sarungnya, lalu memasukkannya ke lubang pipih tadi. Altarpun bergeser ke sebelah kiri…ada jalan rahasia di bawahnya.

    “Iwanaga-senpai…ada apa di bawah sana…?”, perasaanku mulai tidak enak.

    “Sudah, tidak perlu takut. Tidak ada sesuatu yang membahayakan di bawah.”

    Kami berdua menyusuri lorong tersebut selama beberapa puluh detik, dan sampailah di…APA?! Ruangan macam apa ini?! Mirip sekali dengan laboratorium bawah tanah si brengsek Gregor itu!! Bahkan ada beberapa tubuh manusia juga di sini, ditaruh dalam tabung-tabung kaca besar berisi cairan…

    Senpai…apa maksud semua ini?!”

    “Aku hanya ingin menunjukkannya untukmu, sebagai jawaban atas pertanyaan waktu itu.”

    “Pertanyaan yang mana?!”

    “Ingat sewaktu di toko roti? Kamu bertanya apakah aku bekerja di rumah sakit atau membuka tempat praktek sendiri, dan hanya kujawab dengan menggelengkan kepala.”

    “Dan ini yang senpai maksud, mempermainkan manusia?!”

    “Daleth-kun…tidak perlu emosi seperti itu…”

    “Bagaimana aku tidak emosi?! Sekarang jawab aku, senpai. Tubuh-tubuh ini…didapatkan dari mana?! Dan untuk apa semua ini?!”

    “Mereka semua adalah orang-orang yang sudah meninggal, jadi kamu tidak perlu khawatir. Alat-alat ini…untuk penelitianku. Selama beberapa bulan terakhir aku tidak pernah melakukan kegiatan lain selain melakukan penelitian di sini.”

    “Penelitian macam apa, hah?!”, emosiku makin memuncak.

    “Aku melakukan penelitian untuk…menghidupkan kembali manusia yang sudah mati.”, jawabnya dengan tenang.

    “APA?! Keterlaluan!! Aku kecewa terhadapmu!! Seingatku, senpai selalu termotivasi untuk menyembuhkan orang lain, tapi kenapa sekarang…tujuanmu berubah drastis?! Sadarlah, senpai!! Hidup hanya sekali, tidak ada manusia yang bisa dibangkitkan dengan paksa seperti itu!! Kalaupun berhasil, hidup mereka bukanlah hidup yang bermakna lagi!!”

    Tangan kanannya langsung menampar pipi kiriku…

    “Daleth-kun!! Apa kamu tidak mengerti perasaanku?! Selama lima belas tahun aku menanggung perasaan bersalah karena tidak bisa memberikan kasih sayang pada adikku sendiri!! Dan sekarang…sekarang aku punya kesempatan untuk mengubah itu semua!!”

    Senpai, sekarang tolong jujurlah. Siapa yang menyediakan semua ini?! Apa orang-orang Liberion itu?!”

    “B-B-Bagaimana kamu bisa tahu…”, dia terlihat terkejut. Bulls eye. Dugaanku tepat sasaran.

    “Aku pernah melihat peralatan semacam ini sebelumnya, dan digunakan untuk melakukan kloning manusia. Begitu rendahnya nyawa manusia di mata mereka…aku tidak ingin senpai terjebak dalam paradigma yang sama!!”

    Ini gila. Benar-benar gila!! Dulu dia selalu bercerita, motivasinya untuk menjadi seorang dokter adalah supaya tidak ada lagi orang-orang yang bernasib sama seperti adiknya. Tapi, kenapa sekarang…ah, aku benar-benar tidak bisa mempercayainya.

    “Jangan munafik, Daleth-kun!! Aku tahu kamu juga melakukan hal yang sama!! Aku tahu kamu juga mempermainkan nyawa orang lain!!”

    “Yang kulakukan jelas berbeda!! Aku hanya menjalankan tugasku sebagai eksekutor!!”

    “Bukan itu maksudku!! Kejadian dua tahun lalu itu…bukankah kamu juga menghabisi orang-orang yang tidak bersalah?! Bukankah kamu membunuh para ilmuwan lainnya dengan sarung tangan yang kamu miliki sekarang, karena kamu tidak ingin mereka memilikinya?!”



    Aku kembali teringat kejadian 2 tahun yang lalu, sebelum aku menjadi eksekutor. Sarung tangan itu…bisa kumiliki sekarang karena aku menghabisi orang-orang di dalam laboratorium.

    Penelitian untuk menciptakan sarung tangan tersebut dikepalai olehku, dengan bantuan beberapa ilmuwan. Namun…militer Liberion mengintervensinya, menginginkannya untuk digunakan sebagai senjata perang. Aku tidak tahu apa yang merasuki ilmuwan-ilmuwan lainnya, tapi mereka setuju begitu saja dengan rencana para petinggi militer. Untuk itulah…saat mereka lengah, aku memodifikasi sarung tangan itu dengan DNA Identifier, agar hanya diriku saja yang bisa menggunakannya, karena dibutuhkan sampel DNAku agar sarung tangan itu bisa aktif. Aku hanya tidak ingin sarung tangan itu jatuh ke tangan orang yang salah. Namun…aku sangat tidak terkendali waktu itu, sehingga siapapun yang kulihat di laboratorium…langsung kuhabisi.

    “Cukup, senpai!! Ya, aku akui aku memang bersalah waktu itu!! Tapi dengan pekerjaanku sebagai eksekutor, aku tidak mungkin membunuh orang yang salah lagi!! Lagipula sekarang…aku sedang berusaha menebus semua dosaku itu…”

    “Kamu…berusaha menebus semua itu…?”

    “Ya, aku sudah bertemu seseorang yang bisa menyadarkanku, sehingga aku tidak mengijinkan pikiranku terpengaruh oleh paradigma yang salah terus-menerus!! Sekali lagi aku katakan…semua yang senpai lakukan ini…adalah sebuah kesalahan besar!! Sudahlah, aku benar-benar lelah harus marah-marah seperti ini. Pikirkan semuanya baik-baik, senpai.”

    Aku kembali menyusuri lorong, hingga ke bangunan utama honden, dan akhirnya keluar dari lingkungan kuil. Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku benar-benar kacau. Kadang kutendang kaleng yang ada di pinggir jalan, kadang aku berteriak sendiri. Perasaanku berantakan. Huff…sudahlah, setidaknya aku masih bisa melihat wajah ceria Sakuya-chan di apartemen. Itu cukup untuk membuatku bisa tersenyum kembali.



    “Aku pulang.”, kataku begitu kembali pulang.

    Aku melihat Resha dan Sakuya-chan sedang bermain…huh? Sebuah console device? Bah…kalau begitu aku tidak bisa nonton televisi.

    “Hei, kalian dapat darimana console itu?”

    “Pemilik apartemen yang meminjamkannya. Yah…daripada bosan. Benar begitu, Sakuya?”

    “Iya benar. Onii-chan lama sekali sih…jadinya aku dan Resha onee-chan sengaja meminjam barang itu.”

    Sepertinya mereka sudah cukup akrab sekarang. Hehehe.

    “Ya sudah. Jangan sampai rusak. Aku tidak punya uang untuk mengganti barang itu kalau rusak.”

    “Iya, kami mengerti. Oh iya, bawa makanan tidak?”, tanya Resha.

    “Huh…kamu ini…aku benar-benar lelah sekarang. Tolong jangan ganggu aku.”

    Aku merebahkan diri di futon, dan tanpa sadar…aku tertidur. Begitu terbangun, kulihat jam, sekarang sudah jam 3 sore, dan Sakuya-chan…tertidur di sebelah kananku. Melihat wajahnya yang sedang tidur itu, hatiku merasa lebih tenang…



    “Ah, sudah bangun rupanya. Ada nasi kotak di meja makan, tadi aku beli di supermarket.”, kata Resha yang masih duduk di depan televisi, sibuk bermain dengan console tadi.

    “Aku belum lapar. Nanti malam saja kumakan.”, kulangkahkan kakiku menuju balkon, lalu merenung sambil memandangi pemandangan kota dari lantai 2 ini.

    “Ada apa sih? Sepertinya kamu tidak bersemangat setelah kembali dari tempat temanmu itu.”, Resha menghampiri dan berdiri tak jauh di sebelah kiriku.

    “Aku bingung. Aku kecewa. Aku lelah. Semuanya…terlalu membebani pikiranku.”

    “Cih, kenapa kamu jadi melankolis begini? Jangan-jangan karena bunga sakura sebentar lagi mekar, kamu jadi begini?”

    “Heh, tidak ada hubungannya sama sekali.”

    “Kalau begitu ceritakan padaku apa yang terjadi tadi…”

    “Ternyata kamu bisa juga khawatir padaku ya…”, aku memandang dengan tatapan kosong ke arah langit.

    “Hah?! Aku hanya tidak ingin kamu berubah kelewat lesu dan tidak mencari informasi lebih lanjut tentang Sakuya!!”, wajahnya sedikit memerah.

    “Huh…tidak perlu marah-marah begitu. Ya sudah, akan kuceritakan.”

    Aku mengatakan semua yang terjadi di tempat Iwanaga-senpai tadi pagi, tidak ada yang kututup-tutupi sama sekali. Ini pertama kalinya aku melihat Resha begitu serius memperhatikan kata-kata yang keluar dari mulutku.

    “Ah…begitu rupanya. Ternyata…pemerintah dan militer Liberion…suka berlaku seenak mereka saja. Mereka bahkan memanfaatkan temanmu itu…”

    “Yah, begitulah. Jika kekuasaan sudah di tangan, seseorang pasti akan berbuat apapun untuk mengamankan kekuasaan mereka.”

    “Tapi aku tidak mengira…ternyata kamu punya masa lalu yang suram juga ya?”

    “Aku yakin semua orang punya sesuatu yang buruk di masa lalunya, Resha. Aku, kamu, bahkan Iwanaga-senpai…”



    Mendadak keheningan tercipta selama beberapa belas detik di antara kami berdua. Kutatap langit dengan pandangan kosong, sambil merasakan angin musim semi yang semakin hangat…

    “Daleth, apa tidak sebaiknya kamu memeriksa lebih lanjut mengenai Sakuya? Jika ceritamu benar, bisa jadi, Sakuya…”

    “Caranya? Jika aku tahu, aku pasti sudah melakukannya sejak tadi.”

    “Bagaimana dengan sarung tanganmu itu? Apa tidak ada sesuatu yang bisa digunakan untuk memeriksa Sakuya?”

    “Hmm…benar juga. Aku sempat berpikiran kalau Sakuya-chan yang ada sekarang adalah kumpulan substansi ectoplasma. Ectoplasma adalah zat hipotesis, dan menurut orang mempercayainya, merupakan unsur penyusun makhluk-makhluk supranatural seperti hantu, misalnya. Kalau begitu…”

    Aku langsung mengambil sarung tanganku, yang belum pernah kugunakan selama berada di Seihou. Resha juga mengikutiku, mungkin penasaran akan apa yang ingin kulakukan.

    “Ssst. Jangan terlalu berisik. Aku tidak mau Sakuya-chan bangun.”

    “Oke, oke. Jadi apa yang akan kamu lakukan?”

    “Aku tanya satu hal. Menurutmu, substansi ectoplasma terpengaruh dengan gaya gravitasi atau tidak?”

    “Hmm…sepertinya tidak, walau aku tidak seratus persen yakin.”

    “Aku setuju denganmu. Jadi…Plasma Directing, set up.”, aku membuat awan plasma di bagian bawah Sakuya-chan yang sedang tertidur, membuatnya mengambang.

    Begitu kumatikan Plasma Directing, dugaanku benar. Sakuya-chan…tetap mengambang di udara.

    “Baiklah, pembuktian kedua. Aku tanya lagi. Menurutmu, substansi ectoplasma bisa berinteraksi dengan foton atau tidak?”

    “Mereka kadang tertangkap kamera kan? Aku pernah lihat di satu acara televisi mengenai hal-hal supranatural. Jadi…sepertinya iya.”

    “Baiklah, sekali lagi aku setuju. Kalau begitu…Photon Blaster, Optical Spectrum shift, charge up.”, terbentuk bola cahaya di depanku.

    “Oi, Daleth, kamu mau menembaknya?”

    “Tenang saja, yang kutembakkan hanyalah cahaya tampak. Tidak berbahaya sama sekali.”

    Kutembakkan Photon Blaster sebanyak 7 kali, dengan warna-warna yang berbeda, seperti halnya pelangi. Ketujuh warna memiliki frekuensi yang berbeda-beda, sehingga energinyapun berbeda, dan tidak bisa ditembakkan sekaligus. Merah memiliki frekuensi terkecil, dilanjutkan dengan jingga, kuning, hijau, biru, indigo, lalu ungu yang frekuensinya terbesar. Hebatnya, ketujuh spektrum cahaya tersebut dibelokkan oleh tubuh Sakuya-chan yang sedang mengambang itu…



    Sakuya-chan langsung terbangun dari tidurnya. Aku sendiri heran, kenapa substansi ectoplasma bisa tertidur juga ya…?

    “Oh, onii-chan, onee-chan, ohayou…”

    “Sekarang sudah jam empat sore, Sakuya-chan.”

    “Oh? Sudah sore rupanya…ah…ternyata kalian sudah tahu ya…”, Sakuya-chan tersadar kalau dia sedang mengambang, kemudian kakinya kembali menginjak lantai.

    “Iya, aku sudah tahu. Jadi…sebenarnya apa tujuanmu muncul kembali di dunia ini?”, tanyaku.

    “Umm…kalian tidak takut padaku?”

    Kami berdua menggelengkan kepala secara bersamaan.

    “Ng…kalian tidak membenci aku kan?”

    “Tentu saja tidak!! Aku yakin kamu pasti punya sesuatu yang belum kamu bereskan dengan kakakmu itu. Tentu saja kami akan membantu. Benar begitu, Daleth?”

    “Ya, benar. Tenanglah, Sakuya-chan. Kamu ingin mencari onee-chan mu kan?”

    “Iya, iya. Onii-chan tahu di mana dia sekarang?”

    “Selama beberapa tahun dia memang tidak ada di negara ini, tapi sekarang dia sudah kembali. Seharusnya kamu tahu di mana dia, Sakuya-chan.”

    “Jadi onee-chan ku masih tinggal di kuil itu?”

    “Iya, masih. Aku akan minta ijin agar bisa keluar jam empat sore esok hari. Nah, setelah aku sampai ke sini, kita akan sama-sama pergi ke kuil itu.”

    Sakuya-chan terlihat sangat bahagia mendengar hal itu. Mungkin ini adalah salah satu senyuman paling polos yang pernah kulihat seumur hidupku.

    Iwanaga-senpai sempat berkata kalau dia tidak pernah melakukan apapun selama beberapa bulan terakhir, selain melakukan eksperimen di laboratorium rahasia itu. Jadi, seharusnya rencana ini bisa berjalan dengan baik. Aku hanya ingin membuatnya sadar…



    Kira-kira 24 jam kemudian, aku bergegas kembali ke apartemen untuk menjemput Resha dan Sakuya-chan. Untunglah pemilik toko roti mau memberikanku ijin untuk pulang 1 jam lebih awal dari biasanya.

    Sepanjang perjalanan ke kuil, Sakuya-chan minta digendong di punggungku. Ternyata benar, dia tidak memiliki massa sama sekali. Tapi kenapa waktu itu ada bunyi sewaktu dia jatuh ya…? Duh…memikirkannya membuatku sedikit merinding…

    Ini dia gerbang kuilnya. Begitu kami naik, halaman kuil terlihat kosong, dan bangunan-bangunan kayu di kuil ini terlihat tertutup. Mungkin Iwanaga-senpai ada di laboratorium itu? Jika benar…aku tidak mau Sakuya-chan melihatnya. Untuk itulah aku meminta Sakuya-chan dan Resha menunggu di teras kayu di bangunan yang ada di sebelah kanan gerbang masuk, tempatku minum teh kemarin. Aku sendiri berjalan ke belakang, ke arah honden. Ah, kebetulan sekali, Iwanaga-senpai baru keluar dari situ.

    “Daleth-kun…? Ada apa lagi? Masih belum puas kemarin memaki-maki diriku seenaknya?!”, Iwanaga-senpai terlihat masih kesal.

    “Tidak, tentu saja tidak. Kalau memang kemarin aku terlalu kasar, aku benar-benar minta maaf.”

    “Hmmph, tidak bisa semudah itu.”

    “Huh…dasar senpai keras kepala. Sudahlah, jangan bertindak kekanak-kanakan. Cukup satu kali saja kita sempat bermusuhan sewaktu di universitas dulu…”

    “Masalah waktu itu jauh lebih sederhana dari yang sekarang!! Sedikit lagi aku hampir berhasil, dan kamu malah menghina usaha kerasku seenaknya!!”

    Senpai, sekali lagi aku katakan kalau semua yang senpai lakukan ini salah besar…kumohon sadarlah…”

    “Tidak bisa!! Seorang ilmuwan harus melakukan penelitiannya hingga selesai, apapun alasannya!!”

    “Begitukah…? Baiklah, jika kata-kataku tidak bisa membuat senpai berubah, mungkin…’dia’ bisa melakukannya. Orang itu ada di depan. Aku mohon, temuilah dia.”

    “Eh? ‘Dia’? ‘Dia’ siapa?!”

    “Sudah jangan banyak bicara. Dia ada di bangunan tempatku disuguhi teh kemarin.”

    Dengan langkah agak terpaksa, Iwanaga-senpai berjalan ke depan, diikuti olehku. Aku yakin, hanya Sakuya-chan yang bisa mengubah hati senpai.



    “Sakuya-chan, keluarlah…!”, kupanggil dia saat sudah berada di halaman depan.

    “Sakuya…? Daleth-kun, apa maksudmu?!”, ekspresi wajahnya terlihat kaget.

    Senpai, jika aku tidak bisa membuatmu sadar, mungkin…Sakuya-chan bisa melakukannya. Itu dia sudah datang.”

    Iwanaga-senpai hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata apapun keluar dari mulutnya begitu melihat Sakuya-chan. Tubuhnya juga kadang terlihat gemetar.

    “Umm…halo…onee-chan…”

    “Tidak. Ini tidak mungkin!! Daleth-kun, tipuan apa yang kamu gunakan?! Jangan-jangan sarung tanganmu itu yang melakukan semua ini!!”

    “Itu tidak mungkin, senpai. Ingatlah, aku tidak suka mempermainkan kehidupan. Sarung tanganku, walau bisa menciptakan materi, tidak bisa menciptakan sesuatu seperti Sakuya-chan sekarang…”

    “Tapi Sakuya sudah tiada 15 tahun yang lalu!! Siapa dia sebenarnya?!”

    O-Onee-chan…ini aku, Sakuya, adikmu…”, wajah Sakuya-chan terlihat sedih.

    “Aku tidak percaya!! Buktikan kalau benar kamu adalah Sakuya yang dulu!!”

    Onee-chan masih ingat rumah sakit tempatku dirawat? Kadang-kadang onee-chan membawaku keluar ke halaman rumah sakit, supaya aku bisa memegang bola salju…aku juga masih ingat bagaimana onee-chan dimarahi suster yang galak itu…hehehe…”

    Iwanaga-senpai hanya tertegun, tidak berkomentar apapun.

    “Oh iya, ingat janji onee-chan dulu? Kita akan melihat sakura bersama-sama kalau musim semi sudah tiba. Sayang sekali yah, kita tidak sempat melakukan hal itu…”

    Sekarang, air mata mulai mengalir di pipi Iwanaga-senpai.

    “Aku juga masih ingat bagaimana wajah onee-chan di saat-saat terakhirku... Aku minta onee-chan tetap tersenyum sewaktu aku menghembuskan nafasku yang terakhir…”

    “Aku…aku masih tidak bisa percaya semua ini…bagaimana mungkin…”, Iwanaga-senpai terduduk lemas di tanah sambil menangis.



    “Cukup!! Harus bukti apa lagi yang Sakuya berikan?! Apa dia harus menceritakan seluruh kejadian sewaktu dia masih hidup?!”, Resha mendadak muncul.

    “Siapa lagi kamu?!”

    Senpai, tenanglah. Dia…orang yang sudah membuatku sadar akan betapa berharganya nyawa seorang manusia…”

    “Jadi…dia…?”

    “Heh, miko *******, dengarkan aku!! Kuberitahu sekali lagi, yang ada di hadapanmu sekarang adalah Sakuya, adikmu yang asli!! Apa kamu tahu, tujuan dirinya ingin menemuimu?! Itu karena dia merasa ada yang tidak beres dengan dirimu!!”, Resha melangkah mendekati Iwanaga-senpai.

    Eh? Tunggu, aku tidak tahu-menahu mengenai hal ini.

    “Resha, maksudmu apa?”, tanyaku.

    “Ah iya, aku lupa, kamu belum mendengarkannya. Kemarin sewaktu kamu pergi, Sakuya sempat mengatakan, kalau tujuannya mencari miko ******* yang satu ini karena dia merasa ada yang tidak beres, dan ternyata benar!! Miko ******* ini ternyata seorang praktisi sains yang freak seperti ceritamu, Daleth. Yah…walau aku tidak menduga kalau Sakuya…bukan manusia.”

    “Senpai, dengar itu? Begitu besar rasa sayang Sakuya-chan terhadapmu, sehingga dia tidak ingin senpai terus melakukan hal yang salah…bahkan mendorong dirinya untuk kembali bermanifestasi di alam nyata ini…”

    Onee-chan, aku tidak tahu pasti apa yang sedang onee-chan lakukan sekarang, tapi tolonglah…jika Daleth onii-chan dan Resha onee-chan bilang itu adalah hal yang salah, aku mohon…hentikan hal itu…”

    “Jadi…aku bersalah…? Lalu bagaimana dengan laboratorium itu…?”, tanya Iwanaga-senpai, terdengar lemas.

    “Lakukan apa yang seharusnya senpai lakukan. Gunakan hati nuranimu, dan aku yakin senpai akan menemukan jawabannya.”

    Sakuya-chan melangkah mendekati Iwanaga-senpai, lalu memeluknya. Air mata Iwanaga-senpai langsung mengalir makin deras.

    “Maaf, Sakuya…maafkan onee-chan. Seandainya saja…setahun sebelum kamu tiada…”

    “Sudah yah onee-chan…tidak perlu menangis lagi. Meski kurang dari setahun…aku merasa benar-benar memiliki seorang kakak yang menyayangiku…”

    “Iya…onee-chan janji tidak akan menangis lagi. Tapi…ijinkan aku memelukmu sebentar lagi…”

    Air mata Iwanaga-senpai perlahan terhenti. Duh, aku jadi ingin menangis sekarang. Resha malah terlihat sudah mengucurkan air mata…ternyata dia bisa tersentuh juga.

    “Umm…maaf ya, tapi aku harus pergi sekarang…”, Sakuya-chan melepaskan pelukannya.

    “Tidak bisakah kamu di sini lebih lama lagi…?”

    Sakuya-chan menggelengkan kepalanya, “Aku…tidak bisa, onee-chan. Maaf ya…”

    Iwanaga-senpai bangkit berdiri, dia terlihat lebih tegar sekarang. Aku yakin, senpai sudah benar-benar menyadari perbuatannya dengan adanya Sakuya-chan di hadapannya.

    “Oh iya. Daleth onii-chan…”, dia meraih tangan kiriku. “Resha onee-chan…”, sekarang dia meraih tangan kanan Resha. “Jangan sering-sering bertengkar yah…”, lalu dia menyatukan tangan kami berdua.



    Langit mulai berubah jingga, menandakan matahari akan bersembunyi selama kira-kira 12 jam ke depan, digantikan dengan bulan dan bintang-bintang. Sakuya-chan melangkah mundur beberapa sentimeter, sehingga cahaya berfrekuensi sekitar 490 Terrahertz itu menyinari wajahnya…membuat dirinya terlihat makin pudar…

    “Ah iya, tapi tenang saja. Aku memang akan pergi, tapi aku tidak lupa janji kita waktu itu, onee-chan.”

    Sakuya-chan mulai bernyanyi, sebuah lagu yang…ah…ini lagu Sakura, Sakura, salah satu nyanyian tradisional Seihou.

    Setiap kali nada keluar dari bibirnya, tubuhnya menjadi semakin pudar, sementara bola-bola cahaya terus terpancar dari tubuhnya, ke arah langit dan ke pepohonan di sebelah kiri dan kanan kuil. Cahaya-cahaya itu terlihat hangat, sehangat datangnya musim semi. Suara Sakuya-chan juga…sangat indah.

    Hei…? Ada apa ini? Pepohonan di sekitar kuil perlahan mengeluarkan kelopak-kelopak berwarna merah muda yang lembut...ah, pepohonan yang kemarin masih berupa batang, cabang, dan ranting, sekarang kembali hidup. Matahari memang akan tertidur sebentar lagi, namun sakura-sakura di sini…telah terbangun.

    Kalimat terakhir dari lagu tersebut selesai dinyanyikan, dan…


    Onee-chan, arigatou.


    Semilir angin musim semi bertiup dengan lembutnya, membawa Sakuya-chan kembali ke alam sana…

    Aku kembali teringat lirik nyanyian yang sederhana itu, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Anglia.

    Cherry blossoms, cherry blossoms…
    On meadow-hills and mountains,
    As far as you can see…
    Is it a mist, or clouds?
    Fragrant in the morning sun…
    Cherry blossoms, cherry blossoms…
    Flowers in full bloom…


    Cherry blossoms, cherry blossoms…
    Across the Spring sky,
    As far as you can see…
    Is it a mist, or clouds?
    Fragrant in the air…
    Come now, come now…
    Let’s look, at last…


    Kedatangan Sakuya-chan kembali tidaklah sia-sia, karena pada akhirnya…dia menepati janjinya, untuk melihat sakura yang bermekaran dengan Iwanaga-senpai.

    Melihat kelopak-kelopak sakura yang menari terbawa angin, aku menyadari sesuatu. Hidup manusia itu singkat, seperti halnya sakura, yang hanya mekar beberapa minggu saja. Namun, sesingkat apapun waktu hidup seseorang…haruslah menjadi hal yang sangat indah.

    Seindah...sakura.



    ================================

    Spoiler untuk Trivia :


    • Honden yang nomor 13.
    • Yang belom pernah tau wujudnya ranting sakaki: http://en.wikipedia.org/wiki/Sakaki (ada gambarnya yg di dalem vas)
    • Azusayumi bentuknya kayak gini: http://www.zenko.org/images/azusa_yumi.jpg (itu di gambar itu ada 2 busur)
    • Kuil Shinto di sini untuk nyembah Tsukuyomi-no-Mikoto (moon god), makanya sengaja gw pertegas bentuk "bulan sabit" sampe 2 kali
    • Lirik lagu di situ adalah lirik folksong yang terkenal dari *Seihou-di-dunia-nyata*, cuma ditranslate ke English

    Last edited by LunarCrusade; 26-12-11 at 23:26.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  15. The Following 3 Users Say Thank You to LunarCrusade For This Useful Post:
  16. #26
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    Thx berat untuk bahan bacaannya ( _ _)~

    gw suka banget di chap 6 "******* kau global warming"
    tu kata2 yg gw ucapkan waktu kepanasan di kantor + ac rusak
    wkwkwkwkwkkwkwkw


    chap 8-9 bkin gw terharu T w T
    sumpah da lama gak baca cerita yang mengharukan keq gni
    terkakhir kali waktu nonton clannad

    hmmmm boleh tanya...
    lagu sakura2 itu bener2 ada ato u sendiri yang bkin?
    Last edited by LordTauren; 25-09-11 at 09:58.
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  17. #27

    Join Date
    Sep 2009
    Location
    follow @JoyNathanK
    Posts
    6,023
    Points
    915.90
    Thanks: 529 / 464 / 322

    Default

    itu lagu ngarang atau emang ada lirikna?

    boleh di share

  18. #28
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    Thx berat untuk bahan bacaannya ( _ _)~

    gw suka banget di chap 6 "******* kau global warming"
    tu kata2 yg gw ucapkan waktu kepanasan di kantor + ac rusak
    wkwkwkwkwkkwkwkw


    tapi klo di situ global warming bikin cuaca di wilayah di atas lingkaran Arktik jadi kacau

    Quote Originally Posted by Anbu-LoCk~rBN View Post
    itu lagu ngarang atau emang ada lirikna?

    boleh di share
    itu folksong dari Jepang, liriknya ada di Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Sakura_Sakura (ada bahasa Jepang + translate Englishnya)

    sama ada lagunya juga di situ (yg nyanyi Vocaloid kayaknya, kdengeran bgt dr suaranya)


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  19. #29
    LordTauren's Avatar
    Join Date
    Mar 2007
    Location
    Red Land of Orchis
    Posts
    1,209
    Points
    564.22
    Thanks: 42 / 29 / 21

    Default

    wkwkwk gara2 gw bacanya kelamaan jadi gw kira gw edit aja post gw ternyata da diblas

    brb cek deh~
    From nothing get a thing... And from everything back to nothing

  20. #30
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by LordTauren View Post
    wkwkwk gara2 gw bacanya kelamaan jadi gw kira gw edit aja post gw ternyata da diblas

    brb cek deh~
    o iye uda diedit sama dia

    ga usah yang baca, gw yang nulis aja sampe sedia tisu



    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

Page 2 of 8 FirstFirst 123456 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •