Sumpah, geli ngeliatnya.
Merinding euy!
Sumpah, geli ngeliatnya.
Merinding euy!
Bukan Merinding Aja Sich Cuman Kasih Banget Asli..!!!
Itu Setahu Gw Kena Santet Atau Kutukan..!![]()
Chicane - Poppiholla
(The Thrillseekers Remix)
KAlo Liat Langsung Bisa" Gw Pingsan Dan Mati Ngejut![]()
Chicane - Poppiholla
(The Thrillseekers Remix)
asliiii keren bgt...
coba y dy jd mutant beneran kyk d x-men...
trus bs keluarin jrus iket kyk d trent...psti keren bgt...
dy bikin anak lg aj dgn gen dy saat ini...
mgkn2 aj anakny jd lbh keren lg dr bapany...
(ngomong ap sih gw...)
yaaa maju terus deh wat DEDE moga2 cpt smbuh...
tp kan keren klo ttp gt...
tp moga2 aj deh cpt sembuh...
biar nga d hina lg...
Lo Bukan Ya Doain Dia Malah Ngejek" Swt Lo Ahh..!
Gw Berharap Dia Bisa Sembuh Dan Bisa Kumpul" Lagi Dengan Temen² And Bisa Bekerja Kembali (Tani Gitu Kek)
Chicane - Poppiholla
(The Thrillseekers Remix)
gw baru nonton beritanya di topik pagi AnTv.. pas pertama kali liat gw langsung mikir tuh orang menderita mikosis ( soalnya tangan ama kakinya mirip batang pohon ).. mikosis/ penyakit yang disebabkan jamur kan juga menyebabkan fisik penderita menjadi yg seram2 gt d + kalo yang parah sampe kulitnya berbentuk bunga kol/caulliflower.. eh ternyata kena epidermial apa gt yang disebabkan Human Papiloma Virus (HPV).. tapi kok kena HPV bisa sampe jadi kayak gitu yah...
gw kok nga liat d TV yach....
kt tmn gw hari sabtu kemaren ad d RCTI...
gila rela2 bayar 10 jt dunkz wat meliput...
berarti matre jg ap nga tuh ya si dede???
gw jd bingung...
ud ahh nga mw ngata2in org...ciaoooo
nga usah bahas ^^
tade siang tayang di kejamnya dunia
asli kesian banget
ga tega boss lita attch nya, duh"...
Ketika Menkes Bertemu dengan Manusia ”Akar Pohon”
Dede, warga Cililin, Bandung, yang kaki dan tangannya tumbuh bak akar pohon karena kutil ganas, dapat jaminan pengobatan gratis dari pemerintah. Untuk menyembuhkan penyakit sangat langka itu, tim RS Hasan Sadikin Bandung berjanji akan all-out.
KUTIL karena human papiloma virus (HPV) itu telah memenuhi sebagian wajah Dede. Namun, kaki dan tangan yang digerogoti kutil itu paling parah. Tumor tersebut tumbuh sedemikian ganas sehingga kaki dan tangan bapak dua anak itu menjadi mirip akar pohon.
Saat dikunjungi Menkes Siti Fadilah Supari di ranjang RS Hasan Sadikin (RSHS) kemarin sore (25/11), Dede memakai seragam pasien warna biru yang masih baru. Wajah, tangan, dan kakinya yang dipenuhi kutil diperhatikan dengan seksama oleh menteri.
"Bagaimana kabarnya?" sapa Menkes kepada laki-laki berusia 35 tahun itu. Dede yang terlihat malu-malu itu pun hanya menjawab lirih, "Saya baik-baik saja, Bu."
Kunjungan menteri yang juga dokter spesialis jantung itu membawa pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Fadilah, presiden menelepon ketika dirinya masih mengikuti pertemuan tingkat pemerintah di WHO, Jenewa, Kamis (22/11).
"Bapak mengirimkan salam untuk kamu. Beliau bilang tidak usah khawatir, pemerintah akan membantu kamu sampai sembuh," kata menteri. Mendengar ucapan itu, Dede yang kerap dijuluki "manusia pohon" itu lantas tersenyum dan mengangguk-angguk.
Ketika ditanya apa keluhannya, Dede spontan menjawab, "Tidak boleh merokok, Bu." Mendapat jawaban itu, Menkes pun menampakkan wajah serius. "Ya jelas. Kalau kamu terus merokok, nanti daya tahan tubuh kamu merosot," tegas Fadilah.
Kendati menegur dengan tegas seperti umumnya dokter kepada pasien, tak urung Fadilah pun penasaran ingin tahu bagaimana cara pria itu tetap bisa merokok. Sebab, kutil-kutil yang tumbuh liar mengakibatkan jari tangan dan kukunya menjadi panjang tidak beraturan. Warnanya pun cokelat kehitaman, mirip akar pohon. Dengan kondisi itu, Dede mestinya tidak bisa memegang apa pun tanpa bantuan orang lain.
Menjawab rasa penasaran Menkes, Dede mengakui dia merokok dengan menggunakan sebuah pipa panjang yang ujungnya dijepit dengan jempol dan jari telunjuk.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 10 menit itu, Fadilah menyerahkan amplop putih. Tanpa menyebut jumlah isinya, menteri kelahiran Solo itu meminta Dede menggunakan uang itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setelah membesuk Dede, Fadilah menuju ke ruang rapat RSHS di lantai empat untuk memberikan penjelasan.
"Saya sudah melihat kondisinya dan memerintah semua dokter di sini untuk melakukan pemeriksaan lengkap kepada Dede," kata Fadilah didampingi Kepala Dinas Kesehatan Jabar dr Hanny Rono.
Dede sebenarnya sekitar sepuluh tahun silam juga dirawat di rumah sakit tersebut. Lamanya 460 hari. Karena sulit disembuhkan, Dede lalu memutuskan untuk pulang dari rumah sakit. "Lengan bagian atas kanan dan kiri sudah dua kali dioperasi. Jaringan kulit luarnya dibakar untuk menghilangkan kutil, tapi seminggu kemudian tumbuh lagi," tutur fadilah sambil membaca laporan diagnosis Dede.
Dokter-dokter spesialis di RSHS sedang mencari cara penyembuhan penyakit Dede yang didiagnosis mengalami kelainan kulit epidermolysis verruciformis dan giant cutaneous horn (kulit berbentuk keras seperti tanduk) karena human papiloma virus itu. "Di dalam literatur mana pun belum diketahui cara penyembuhan penyakit langka ini," tambahnya.
Langkah terakhir yang mungkin dilakukan, sambungnya, adalah mengamputasi tangan dan kaki Dede untuk menghentikan penyebaran penyakit kulitnya. "Tapi, itu masih kami pertimbangkan karena Pak Dede kan mencari nafkah dari penyakitnya," ujarnya.
Setelah keluar dari rumah sakit pada 1998, Dede kehilangan pekerjaan. Duda yang diceraikan istrinya itu masih punya tanggungan dua anak. Untuk menyambung hidup, Dede saat ini mengikuti sebuah kelompok penghibur yang anggotanya terdiri atas penyandang penyakit-penyakit aneh.
Mereka melakukan pertunjukan, berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Awal bulan lalu sebuah jaringan televisi kabel, Discovery Channel, menemukannya ketika sedang melakukan pertunjukan. Kru televisi Amerika itu pun mendatangi Dede di rumahnya. Saat itu ikut dibawa seorang profesor dermatologis bernama Anthony Gaspari.
Dokter tersebut mengambil sampel darah dan jaringan kulit milik Dede. Kepada keluarga Dede, dia berjanji menyembuhkan penyakitnya. Namun, hingga kini, janji itu hanya tinggal janji. Selain itu, dia juga difoto dan dikontrak untuk menjadi bintang dalam film dokumenter yang diproduksi Fox dan disebarluaskan oleh Discovery Channel.
Menurut keluarga Dede, dalam kontrak itu, laki-laki malang tersebut hanya diberi uang Rp 3 juta untuk beberapa kali pengambilan gambar.
Mendengar cerita yang dituturkan ulang oleh Direktur RSHS Dr Cissy R.S. Prawira, Menkes Siti Fadilah langsung marah. Kepada wartawan lepas Discovery Channel yang hadir dalam jumpa pers itu, dia menanyakan surat kontrak yang dibuat dengan Dede. "Mana suratnya? Apa waktu tanda-tangan Dede didampingi pengacara?" kata Menkes dengan nada tinggi.
Tak hanya itu, dia pun mempertanyakan apakah ada perjanjian transfer material ketika sampel darah dan jaringan tubuh Dede dibawa oleh Profesor Gaspari ke Universitas Maryland, Amerika Serikat. "Saya akan tuntut haknya. Wong yang sakit orang kita kok enak orang asing terus mengomersialkan penyakit yang diderita Pak Dede," ujarnya.
Menkes pun bertambah marah ketika ada wartawan yang mengatakan bahwa televisi lokal harus membayar kepada Fox jika akan mengambil gambar Dede. Mereka beralasan, Dede sedang terikat kontrak dengan mereka.
"Enak aja, jangan mau!" katanya dengan tegas.
Dalam waktu dekat, Menkes segera mengirimkan surat kepada Universitas Maryland untuk menanyakan status sampel darah yang diambil dari Dede. "Kalau tujuannya untuk kemanusiaan, nggak papa. Tapi, kalau komersial, saya tidak mau," lanjutnya.
Sebelum kedatangan menteri, Kepala Bagian Kulit dan Kelamin RSHS Dr Rachmatdinata didampingi Direktur RSHS Dr Cissy R.S. Prawira mengakui, penyakit yang dialami warga Cililin itu memang sangat langka meski bukan yang pertama di dunia. "Kasus yang sama pernah dialami warga Thailand," ujarnya.
Dari catatan medis RSHS diketahui bahwa Dede pertama datang pada November 1997. Saat itu, dia masih berumur 25 tahun. Statusnya duda dengan dua anak. Sakit itu dirasakan saat dia berumur 15 tahun. "Ada luka di kaki kanannya yang kemudian tumbuh kutil," kata Rachmatdinata.
Dede membiarkan sakitnya itu. Dalam kurun lima tahun, dua tangannya menebal dan berwarna kehitaman. Bahkan, sebagian punggung tangan tampak seperti bertanduk.
Berbagai upaya dilakukan. Termasuk melakukan operasi bedah sayat dan listrik, tetapi tetap tidak berhasil. Sekitar tiga bulan setelah operasi, kutil tumbuh lagi. "Kami saat itu merasa frustrasi," kata Rachmatdinata.
Saat ini tim RSHS, kata Rachmatdinata, berencana mendeteksi virus di tubuh Dede dengan pendeteksian lewat DNA. Dulu, saat menangani Dede, rumah sakitnya belum punya alat yang mampu mendeteksi virus tersebut. "Mudah-mudahan kali ini berhasil."
http://jawapos.com/index.php?act=detail&id=9605
cpet sembuh dah!!
ga mau banyak omong kosong wa.
cuma doa cepet sermbuh aja
DIANSASTROholic
Obat untuk Manusia Akar Berasal dari India
Sumber : TB Ardi Januar - Okezone
BANDUNG - Sulitnya mencari obat untuk menyembuhkan penyakit kulit yang dialami Dede (37) si Manusia Akar, membuat pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin hilir mudik mencari obat. Pasalnya, obat yang bernama Asetretin tersebut belum beredar di Indonesia.
Beruntung saat ini ada seorang donatur yang akan menyumbangan obat 25 miligram tersebut. Dia adalah Dini Latief, seorang pegawai Departemen Kesehatan yang bekerja untuk WHO di New Delhi, India.
"Dokter Dini adalah teman saya waktu kuliah. Dia akan membantu pemberian obat sebanyak 200 butir atau stok selama 3 bulan. Saat ini saya sedang menguruskan izin obat tersebut ke Badan Pengawas Obat dan Makanan," ujar Direktur Utama RSHS Cissy Prawira saat jumpa pers di RSHS, Bandung, Senin (10/12/2007).
Obat yang bernama Asetretin tersebut beredar di India dengan nama Aciretin. Rencananya obat tersebut akan dibawa langsung oleh Dini dan tiba di Jakarta pada hari Sabtu mendatang.
"Obat tersebut hanya diizinkan untuk Dede. Dan dalam mengonsumsinya, kami hanya diizinkan selama tiga bulan. Itu bukan obat biasa, yang boleh mengkonsumsi adalah mereka yang fisiknya benar-benar sehat," imbuh Cissy.
Saat dijenguk pihak RSHS, kondisi terakhir Dede terus mengalami peningkatan. Saat ini Dede sudah tidak dibatasi lagi dalam mengkonsumsi makanan.
Link : http://news.okezone.com/index.php/ne.../12/10/1/67184
• True love doesn't have a happy ending, because true love never ends •
Share This Thread