Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 : Ber-Tanah Air Satu Indonesia , Ber-Bangsa Satu Indonesia , Ber-Bahasa Satu Indonesia … Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011 bertanah air kadang2 Indonesia , berbangsa kadang2 Indonesia , berbahasa kadang2 Indonesia
Pemuda Indonesia 2011 cerminan bancrit Indonesia yang ‘tak punya kepala’ kecuali ada duitnya. Kaum Orang tuanya pun tak ingin kehilangan kesempatan ‘ketinggalan kereta’
- Tak ingin aku terpaksa menjadi Indonesia .
- Aku setia menjadi Indonesia .
- Bukan sebatas dibibir , namun dengan segala konsekuensi PAHIT untuk menegakkan cita2 aku yang manusia Indonesia
Kita selalu ‘takut’ menghadapi masalah , namun euforia bila ada sedikit celah. Akibatnya , kemajuan2 dalam bidang apa saja , sekecil apapun nilai prestasi yang bisa dicapai , terjadi hanya karena faktor ‘luck’ (keberuntungan) yg tak terencana. Kalau mencermati kasus kericuhan saya dengan teman2 se-profesi disaat ini , harusnya menjadi pembelajaran ber-skala luas , a/l:
a. mandegnya prestasi musisi muda saat ini , jika dibandingkan pada puluhan tahun yg silam dimana musisi2 seusia saya sudah menyentuh pencapaian dalam membentuk kultur pop Indonesia yg sedemikian rupa. Artinya , kalau toh sampai saat ini saya masih bisa bermusik dan masih diapresiasi oleh sebagian masyarakat , semata karena tidak ada pilihan lain ‘sejenis’ yg lebih baik , artinya pula bahwa saya bukan apa2 , hanya karena faktor keberuntungan karena belum ada yg lainnya.
b. kualitas pergaulan kreatif antar seniman yang berperan penting untuk melahirkan karya2 kultur pop juga mandeg / stagnan. Masih terus dihadang oleh kendala2 non tehnis , seperti wawasan berpikir yg dibidani oleh kadar intelektualitas yg macet dari para seniman / produsen2 seni musik pop itu sendiri.
c. dominasi kultur sosio-kultural masyarakat yang belum beranjak ‘dewasa’ dalam memahami demokrasi dan modernitas . Mengakibatkan masih langgengnya cara berpikir / mindset ‘kawula’ , atau ‘hamba’ yang cenderung
mempertahankan mitos / legenda sebagai obyek pujaan/panutan bagi hari ini.
Prestasi bukan terukur dari pencapaian kualitas yang terus berkembang/berlanjut secara dinamis , namun se-olah2 ‘selesai’ di masa2 lalu.
Hal tersebut diatas adalah dimensi KREATIF . Sementara disisi lain ada lagi dimensi ETIKA dan HUKUM yang juga berdiri sendiri secara OTONOM dan tidak bisa dicampur adukkan
Semoga kereta-kereta oportunis tertumbuk ”IZRAIL’ malaikat pencabut nyawa , agar manusia Indonesia selanjutnya punya kesempatan untuk bisa membangun peradaban yang lebih baik serta lebih mulia.
Inilah caraku memaknai Sumpah Pemuda ku dijaman yang seperti sekarang ini
Share This Thread